4.1. Pendahuluan.
Sistem Persamaan Linear merupakan salah satu topik penting dalam Aljabar
Linear. Sistem Persamaan Linear sering dijumpai dalam semua bidang penyelidikan
yang menggunakan pemodelan matematis sebagai alat bantu. Sistem persaman linear
akan banyak digunakan dalam berbagai masalah, baik di teori maupun di praktis,
salah satunya dalam optimasi.
83
Contoh 4.1
Perhatikan persamaan-persamaan berikut :
x 3y 7
x1 2 x2 3 x3 x4 7
1
2
x 3z 1 y
x1 x2 x3 ... xn 1
Apakah persamaan-persamaan ditas merupakan persamaan linear?
Jawab :
Berdasarkan definisi 4.1, persamaan-persaman diatas merupakan persamaan linear.
Contoh 4.2
Perhatikan persamaan-persamaan berikut :
x 3y2 7
x cos y 0
2 x 3 y z xy 4
x y 2z 1
84
Sederetan angka s1 , s2 , , sn disebut suatu penyelesaian sistem persamaan linear jika
Contoh 4.3 :
Diberikan sistem persamaan linear sebagai berikut :
3x 4 y 12
4x 3 y 0
Tentukan penyelesaian dari sistem pesamaan linear tersebut.
Jawab :
Dari contoh diatas, dengan mudah dapat kita tentukan bahwa x = 4 dan y = 0
merupakan penyelesaian.
Contoh 4.4 :
Perhatikan sistem persamaan linear berikut :
x y 4
2x 2 y 3
Jawab :
Dari dua persamaan diatas, jika persamaan kedua kita kalikan dengan ½ akan
diperoleh :
x y 4
x y 6
merupakan persamaan yang kontradiksi. Sistem persamaan di atas tidak mempunyai
penyelesaian.
Dari dua contoh sistem persamaan linear diatas dapat disimpulkan bahwa suatu
persamaan linear bisa mempunyai penyelesaian dan bisa juga tidak mempunyai
penyelesaian.
85
Untuk mengilustrasikan kemungkinan yang terjadi dalam menyelesaikan
sistem persamaan linear, kita lihat dulu arti geometri persamaan linear dari dua
variabel x dan y . Misalnya diberikan sistem persamaan linear :
a1 x b1 y c1
a2 x b2 y c2
Y
Y L1 L1 L2 Y L1=L2
X
X X
L2
86
Sesuai dengan definisi 4.2, sebarang sistem m persamaan linear dalam n variabel
dapat ditulis sebagai berikut :
a11 x1 a12 x2 a1n xn b1
a21 x1 a22 x2 a2 n xn b2
…………………………………………..(1)
am1 x1 am 2 x2 amn xn bm
am1 am 2 amn xn bm
Dimana A merupakan matriks koefisian dari sistem persamaan linear.
Berdasarkan nilai dari konstanta B, maka anda akan mengenal dua macam
sistem persamaan linear, yang akan dibahas pada sub bab berikutnya
am1 x1 am 2 x2 amn xn bm
87
a11 a12 a1n b1
a b2
21 a22 a2 n
am1 am 2 amn bm
Teorema 5.3:
Sistem Persaman linear non homogen AX B mempunyai penyelesaian jika dan
hanya jika rank A = rank A*
Contoh 4.5 :
Selesaikan sistem persamaan linear berikut :
x1 6 x2 3x3 8 x4 4
3x1 10 x2 9 x3 7 x4 14
4 x1 16 x2 12 x3 15 x4 17
Jawab :
Dari sistem persamaan linear diatas :
1 6 3 8 1 6 3 8 4
A 3 10 9 7 ; A* 3 10 9 7 14
4 16 12 15 4 16 12 15 17
Akan dicari rank A dan rank A* dengan eliminasi baris secara bersama -sama :
1 6 3 8 4 B 23 B1 1 6 3 8 4 1 6 3 8 4
B 34 B1 B 3 B 2
3 10 9 7 14 0 8 0 17 2 0 8 0 17 2
4 16 12 15 17 0 8 0 17 1 0 0 0 0 1
Sehingga diperoleh Rank A =2 dan Rank A* =3. Karena rank A A* maka sistem
persamaan linear diatas tidak ada penyelesaian.
Contoh 4.6 :
Selesaikan sistem persamaan linear berikut
88
x1 6 x2 3x3 8 x4 4
3x1 10 x2 9 x3 7 x4 14
4 x1 16 x2 12 x3 15 x4 18
Jawab :
Dari persamaan diatas diperoleh, matriks koefisien dan matriks yang diperbanyak :
1 6 3 8 1 6 3 8 4
A 3 10 9 7 ; A* 3 10 9 7 14
4 16 12 15 4 16 12 15 18
Akan dicari rank A dan rank A* dengan eliminasi baris secara bersama-sama:
1 6 3 8 4 B 23 B1 1 6 3 8 4 1 6 3 8 4
B 34 B1 B 3 B 2
3 10 9 7 14 0 8 0 17 2 0 8 0 17 2
4 16 12 15 18 0 8 0 17 2 0 0 0 0 0
Contoh 4.7 :
Dengan aturan Cramer, selesaikan sistem persamaan linear berikut :
x1 2 x3 6
3x1 4 x2 6 x3 30
x1 2 x2 3x3 8
Jawab :
Dari sistem persamaan linear diatas kita dapatkan :
1 0 2 6
A 3 4 6 ; b 30
1 2 3 8
sehingga :
6 0 2 1 6 2 1 0 6
A1 30 4 6 ; A2 3 30 6 , A3 3 4 30
8 2 3 1 8 3 1 2 8
90
det( A) 44
det( A1 ) 40
det( A2 ) 72
det( A3 ) 38
Sehingga penyelesaian dari sistem persamaan linear tersebut adalah :
det( A1 ) 40 10
x1
det( A) 44 11
det( A2 ) 72 18
x2
det( A) 44 11
det( A3 ) 152 38
x3
det( A) 44 11
Contoh 4.8 :
Selesaikan persamaan
3x1 x2 1
4 x1 2 x2 1
Jawab :
Dari persamaan diatas, diperoleh matriks koefisiennya :
3 1
A
4 2
Dengan mudah dapat kita tentukan | A | =6-4= 2 0, maka A invertibel,
dan diperoleh :
1 1
A1 2
3
4 2
Jadi X = A-1B
91
1 - 12 1
= 3
-2 - 2 1
32 3 7
= 7 atau x1 dan x2
- 2 2 2
3. Eliminasi Gaussian
Cara lain dalam menyelesaiakan suatu sistem persamaan linear adalah dengan
metode Gaussian atau dengan metode Gauss Jordan. Metode ini dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikit :
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Tempatkan kolom paling kiri yang tidak seluruhnya terdiri dari nol.
2. Pertukarkan baris teratas dengan baris lainnya, jika perlu, untuk membawa salah
satu anggota tak-nol ke posisi paling atas dari kolom yang didapatkan dalam
langkah 1 di atas.
3. Jika anggota yang sekarang berada di posisi paling atas pada kolom yang
ditemukan dalam langkah 1 adalah a, kalikan baris pertama dengan 1/a untuk
mendapatkan utama 1.
4. Tambahkan hasil kali yang sesuai dari baris teratas ke baris-baris di bawahnya
sedemikian sehingga semua anggota di bawah utama 1 menjadi nol.
5. Sekarang tutup baris teratas matriks tersebut dan mulai lagi dengan langkah 1
yang diterapkan pada sub-matriks yang tersisa. Lanjutkan cara ini sampai semua
matriks berada dalam bentuk baris-eselon.
Keseluruhan matriks sekarang berada dalam bentuk baris-eselon. Untuk menemukan
baris-eselon tereduksi kita perlu langkah tambahan berikut ini.
6. Mulai dengan baris tak-nol terakhir dan kerjakan ke atas, tambahkan perkalian
yang sesuai dari masing-masing baris ke baris-baris di atasnya untuk
mendapatkan nol di atas utama 1.
Matriks terakhir berbentuk baris-eselon tereduksi.
Prosedur di atas untuk mereduksi suatu matriks menjadi bentuk baris-eselon
tereduksi disebut eliminasi Gauss-Jordan. Jika kita hanya menggunakan lima
langkah pertama, prosedur tersebut menghasilkan bentuk baris-eselon dan disebut
eliminasi Gaussian.
92
Contoh 4.9.
Selesaikan dengan eliminasi Gauss-Jordan, jika diberikan matriks lengkap dari suatu
sistem persamaan linear sebagai berikut :
0 0 2 0 7 12
2 4 10 6 12 28
2 4 5 6 5 1
Jawab :
Dari matriks yang diperbanyak untuk sistem tersebut , dilakukan langkah-langkah :
Langkah 1, menempatkan kolom paling kiri yang tidak semuanya terdiri dari nol,
0 0 2 0 7 12
2 4 10 6 12 28
2 4 5 6 5 1
kolom tak nol paling kiri
Langkah 2, Baris pertama dan kedua pada matriks sebelumnya dipertukarkan
2 4 10 6 12 28
0 0 2 0 7 12
2 4 5 6 5 1
Langkah 5, menutup baris pertama, dan mulai seperti langkah 1, yang diterpkan pada
sub matriks yang tersisa
1 2 5 3 6 14
0 0 2 0 7 12
0 0 5 0 17 29
kolom tak nol paling kiri
93
Baris pertama pada sub matriks dikalikan dengan -1/2 untuk,membuat menjadi satu
utama
1 2 5 3 6 14
0 0 1 0 72 6
0 0 5 0 17 29
Baris pertama sub matriks dikalikan -5 ditambahkan kebaris kedua sub matriks untuk
mendapatkan nol dibawah utama 1
1 2 5 3 6 14
0 0 1 0 72 6
0 0 0 0 1
2 1
Baris pertama dari sub matriks ditutup dan kembali pada langkah 1
1 2 5 3 6 14
0 0 1 0 72 6
0 0 0 0 1
2 1
kolom tak nol paling kiri
Baris pertama dan satu-satunya baris dalam sub matriks yang baru dikalikan dengan
2 untuk mendapatkan utama 1
1 2 5 3 6 14
0 0 1 0 72 6
0 0 0 0 1 2
Langkah 6, Mulai dengan baris tak-nol terakhir dan kerjakan ke atas, tambahkan
perkalian yang sesuai dari masing-masing baris ke baris-baris di atasnya untuk
mendapatkan nol di atas utama 1.
7/2 kali baris ketiga, ditambahkan ke baris kedua
1 2 5 3 6 14
0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 1 2
94
1 2 5 3 0 2
0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 1 2
Contoh 4.10 :
Sistim persamaan linear non-homogen
2 x1 x2 4 x3 4
3x1 2 x2 x3 10
x1 3x2 3x3 16
Jawab :
2 1 4
Matriks koefisien A 3 2 1
1 3 3
95
Perhatikan langkah-langkah berikut ini.
2 1 4 16 1 3 3 16
3 2 1 10 II
3 2 1 10
I
1 3 3 16 2 1 4 16
1 3 3 16 1 3 3 16
38
0 7 8 38 0 1 7 7
III 8 IV
1 5 2 16 2 1 4 16
1 3 3 16 1 3 3 16
8 38
0 1 7 7
V
0 1 78 387
0 0 26 78
7 7
0 0 1 3
Langkah I : menukar persamaan ke-1 dengan persamaan ke-3 agar supaya
koefisien x1 pada persamaan ke-1 sama dengan 1.
Langkah II : melakukan eliminasi x1 dari persamaan ke-2 dan ke-3.
Langkah III : mengubah koefisien x2 pada persamaan ke-2 sama dengan 1.
Langkah IV : mengeliminasi x2 dari persamaan ke-3.
Langkah V : menjadikan koefisien x3 dari persamaan ke-3 sama dengan 1.
Akhirnya sistem persamaan di atas ekivalen dengan sistem persamaan berikut ini
x 3x2 3x3 16
8 38
x x3
7 7
x3 3
Persamaan ke-3 disubstitusikan ke dalam persamaan ke-2 sehingga didapat x2 = 2,
dan selanjutnya x2 = 2 dan x3 = 3 disubstitusikan ke dalam persamaan ke-1 sehingga
diperoleh hasil x1 = 1. Jadi nilai yang didapat adalah x1 = 1, x2 = 2 dan nilai x3 = 3.
Sama halnya dengan sistem persamaan linear homogen, jika anda dihadapkan
pada permasalahan dengan sistem persamaan linear yang rumit, anda dapat
melakukan penyelesaian dengan bantuan paket program komputer. Perhatikan contoh
berikut :
Contoh 4.11
Selesaikan sistem persamaan linear non homogen berikut :
96
3 x1 2 x2 x3 15
5 x1 3 x2 2 x3 0
3 x1 x2 3 x3 11
6 x1 4 x2 2 x3 30
Sama dengan penyelesaian pada kasus sistem persamaan linear homogen, lakukan
langkah-langkah berikut :
Masukkan matriks yang diperbanyak dari sistem persamanan non homogen
diatas :
3 2 1 15
5 3 2 0
A
3 1 3 11
6 4 2 30
Ketik :
» A=[3 2 -1 -15;5 3 2 0;3 1 3 11;-6 -4 2 30]
A=
3 2 -1 -15
5 3 2 0
3 1 3 11
-6 -4 2 30
» R=rref(A)
R=
1 0 0 -4
0 1 0 2
0 0 1 7
0 0 0 0
Inilah bentuk eselon baris tereduksi, yang ekuivalen dengan bentuk :
x1 4
x2 2
x3 7
Contoh 5.19.
Selesaikan sistem persamana linear non homogen berikut :
97
10 y 4z w 1
x 4y z w 2
3 x 2y z 2w 5
2 x 8 y 2z 2w 4
x 6 y 3z 1
Maka langkah pertama adalah memasukkan nilai matriks yang diperbanyak A*
Yang dinyatakan dengan B sebagai beriktu :
» B=[0 10 -4 1 1;1 4 -1 1 2;3 2 1 2 5;-2 -8 2 -2 -4;1 -1 3 0 1]
B=
0 10 -4 1 1
1 4 -1 1 2
3 2 1 2 5
-2 -8 2 -2 -4
1 -1 3 0 1
» R=rref(B)
R=
1 0 0 3/4 7/4
0 1 0 0 0
0 0 1 -1/4 -1/4
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
bentuk matriks ini ekuivalen dengan :
x 34 w 7
4
y 0
z 41 w 41
dari bentuk ini, anda dapat menentukan nilai dari x, y , z dan w (lanjutkan sebagai
latihan anda)
98
a11 x1 a12 x2 a1n xn 0
a21 x1 a22 x2 a2 n xn 0
am1 x1 am 2 x2 amn xn 0
atau dapat disingkat
AX = 0
atau
n
a x
j 1
ij j 0; i 1, 2, m
Dari definisi 4.6, sistem persamana linear homogen juga dapat dinyatakan dalam
bentuk vektor :
a11 a12 a1n 0
a a 0
21 x a22 x 2n
x (3)
1 2 n
am1 am 2 amn 0
dapat pula dinyatakan :
K1 x1 K2 x2 Kn xn 0 dimana Kj merupakan vektor kolom.
Sistem persamaan linear homogen selalu mempunyai penyelesaian trivial,
x1 0, x2 0, , xn 0 . Jika ada penyelesaian lain disebut, maka penyelesaiannya
disebut penyelesaian non-trivial.
Karena sistem persamaan linear homogen selalu mempunyai penyelesaian
trivial, maka hanya ada dua kemungkinan untuk penyelesaiannya :
1) sistem tersebut hanya mempunyai penyelesaian trivial x1 0, x2 0, , xn 0
2) sistem tersebut mempunyai tak hingga banyaknya penyelesaian disamping
penyelesaiana trivial.
Jika perhatikan persamaan (3) dan mengingat definisi tak bebas linear maka sistem
persamaan di atas mempunyai penyelesaian non –trivial jika hanya jika vektor-vektor
Kj tak bebas linear.
Tiap penyelesaian adalah n-tupel. Vektor-vektor tersebut dapat dipandang sebagai
vektor-vektor berdimensi n, yaitu x ( x1 , x2 , , xn )t
99
Jika m < n maka vektor-vektor Kj (yang berdimensi m) banyaknya n, pastilah tak
bebas linear karena dalam ruang berdimensi m paling banyak adalah m. Sehingga
jika banyaknya variabel melebihi banyaknya persamaan, maka pasti dapat ditemukan
penyelesaian non trivial.
Jika n = m maka matriks A adalah bujur sangkar, dan supaya ada penyelesaian non
trivial, maka menurut teori determinan, A harus sama dengan 0.
Teorema 4.2 :
Syarat perlu dan cukup agar supaya sistem persamaan linear homogen AX 0
mempunyai penyelesaian non trivial adalah bahwa banyaknya variabel tak diketahui
yaitu n melebihi rank r dari matriks koefisien A. Jadi n > r.
Bukti :
Misal vektor-vektor Kj adalah vektor-vektor kolom dari matriks koefisien dari A
bertipe m x n. Sehingga jika rank dari matriks A sama dengan r, maka banyaknya
vektor bebes linear maksimal diantara vektor-vektor Kj juga sama dengan r. Maka
jika n > r, vektor-vektor Kj adalah tak bebas linear. Yang berarti bahwa sistem
persamaannya mempuyai penyelesaian non trivial.
Sebaliknya jika sistem persamaan itu mempunyai penyelesaian non trivial,
maka himpunan vektor-vektor K1, K2,…,Kn adalah tak bebas linear. Sehingga
banyaknya yang bebas linear diantara mereka pasti kurang dari n, maka rank (A) < n.
Catatan :
Jika n = m, atau matriks A bujur sangkar dan menurut teorema 5.1, supaya ada
penyelesaian non – trivial, maka rank(A) = r harus < n. Jika demikian , semua vektor
kolomnya adalah tak bebas linear. Sehingga A 0 . Pernyataan ini sesuai dengan
teori determinan.
Jika banyak variabel melebihi persamaan, maka matriks A berukuran m x n
dengan m < n. Rank dari A paling banyak adalah m. Sehingga r < n, dan menurut
teorema 5.1, pasti ada penyelesaian non trivial.
Akibat dari teorema 4.2 :
100
Jika sistem persamaan linear homogen AX 0 mempunyai sifat m < n maka pasti
mempunyai penyelesaian non trivial.
Jika suatu sistem persamaan linear homogen mempunyai penyelesaian trivial,
maka dengan mudah akan anda dapatkan penyelesaiannnya. Jika sistem persamaan
linear homogen tersebut juga mempunyai penyelesaian non trivial anda harus
menentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear homogen tersebut. Metode
yang digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan linear homogen adalah
dengan melakukan eliminasi.
Perhatikanlah contoh berikut :
Contoh 4.12:
Diberikan sistem persamaan linear homogen :
x1 6 x2 3x3 8 x4 0
3x1 10 x2 9 x3 7 x4 0
4 x1 16 x2 12 x3 15 x4 0
Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear diatas :
Jawab :
Dari Sistem persamaan linear diatas, diperoleh matriks koefisien A :
1 6 3 8
A 3 10 9 7
4 15 12 15
Sehingga dapat diketahui bahwa Rank A adalah 2, yaitu kurang dari banyaknya
variabel yang tidak diketahui (variabel yang tidak diketahui 4). Sehingga sistem
persamaan linear homogen diatas mempunyai penyelesaian non trivial.
101
Dari bentuk diatas, ternyata x1 dan x3 dapat dipilih dengan bebas. Misal x1=s1 dan x3
= s3. Harga-harga x2 dan x4 dapat dinyatakan setelah beberapa perhitungan didapat.
x1
x
17 51 4 12
x 2 dimana x1 s1 , x2 s1 s3 , x3 s3 , x4 s1 s3
x3 38 38 19 19
x4
Penyelesaian yang memuat parameter-parameter seperti diatas sehingga memberikan
semua penyelesaian disebut penyelesaian umum
Dapat ditunjukkan bahwa himpunan semua penyelesaian dari sistem
persamaan linear homogen merupakan suatu ruang vektor. Sehingga penyelesaian
umum diatas juga disebut ruang penyelesaian.
Teorema 4.3 :
n
Jika didalam persamaan a x
j 1
ij j 0; i 1, 2, m rank matriks koefisien sama
Contoh 4.12 :
Selidikilah apakah sistem persamaan linear berikut mempunyai penyelesian non
trivial atau tidak, jika mempunyai penyelesaian non trivial, tentukan penyelesaian
umumnya :
3x1 x2 2 x3 0
x1 x2 0
6 x1 2 x2 3x3 0
Jawab :
Matriks koefisien dari sistem persamaan linear diatas adalah :
3 1 2
A 1 1 0
6 2 3
Karena det(A) = -2 0, maka rank (A) = 3. Sehingga sistem persamaan linear diatas
mempunyai penyelesaian trivial. x1 x2 x3 0
102
Jika anda dihadapkan pada bentuk sistem persamaan linear yang besar, tentu
penyelesaian sistem persamaan linear tersebut akan lebih rumit jika dilakukan secara
manual. Atau kadang dalam penyelesaian anda dihadapkan dengan nilai-nilai
pecahan sehingga penyelesaian akan lebih rumit lagi. Meskipun dengan perhitungan
manual dapat diperoleh, namun keadaan seperti ini dapat kita hindari dengan
menggunakan program komputer. Dalam modul ini akan dibahas penyelesaian
sistem persamaan linear dengan paket program Matlab.
Dalam program Matlab, metode yang dipakai adalah eliminasi Gauss Jordan.
Coba anda perhatikan contoh berikut :
Contoh 4.13 :
Selesaikan sistem Persamaan Linear homogen berikut :
2 x1 3 x2 4 x3 x4 0
7 x1 x2 8 x3 9 x4 0
2 x1 8 x2 x3 x4 0
Jawab :
Untuk menentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear homogen diatas, dalam
modul ini akan digunakan paket program Matlab.
Langkah pertama adalah anda masukkan nilai dari matrik koefisien A yaitu :
2 3 4 1
A 7 1 8 9
2 8 1 1
Dalam program Matlab, metode yang dipakai adalah eliminasi Gauss Jordan, dimana
matriks akhir dari hasil operasi baris merupakan bentuk matriks eselon baris
tereduksi, dengan perintah untuk mendapatkan penyelesaian adalah :
» A=[2 -3 4 -1;7 1 -8 9;2 8 1 -1]
A=
2 -3 4 -1
7 1 -8 9
2 8 1 -1
Dengan perintah untuk mendapatkan penyelesaian adalah :
» R=RREF(A)
R=
103
R=
1 0 0 46/83
0 1 0 -15/83
0 0 1 -55/83
yang ekuivalen dengan bentuk :
x1 83
46
x4 0
x2 15 x 0
83 4
x3 55 x 0
83 4
dari bentuk ini, anda dapat menentukan nilai untuk masing-masing variabel.
(lanjutkan sebagai latihan anda)
Dengan perintah RREF(A) yang berarti Reduced Row Echelon Form atau bentuk
eselon baris tereduksi, hasil yang ditampilkan adalah bentuk akhirnya. Padahal
langkah-langkah operasi baris untuk memperoleh mariks eselon baris terduksi
tidaklah singkat sesuai dengan ukuran matriks asalnya. Dengan program Matlab,
anda juga dapat menampilkan matriks yang dihasilkan langkah-demi langkah dari
operasi baris tersebut. Untuk mendapatkan hasil seperti ini lakukan perintah :
» RREFMOVIE(A)
Original matrix
A=
2 -3 4 -1
7 1 -8 9
2 8 1 -1
Press any key to continue. . .
swap rows 1 and 2 (menukar baris 1 dengan baris 2)
A=
7 1 -8 9
2 -3 4 -1
2 8 1 -1
Press any key to continue. . .
pivot = A(1,1) (membuat baris 1 kolom 1 bernilai1)
A=
1 1/7 -8/7 9/7
104
2 -3 4 -1
2 8 1 -1
Press any key to continue. . .
A=
1 1/7 -8/7 9/7
0 -23/7 44/7 -25/7
0 54/7 23/7 -25/7
Press any key to continue. . .
swap rows 2 and 3
A=
1 1/7 -8/7 9/7
0 54/7 23/7 -25/7
0 -23/7 44/7 -25/7
Press any key to continue. . .
pivot = A(2,2)
A=
1 1/7 -8/7 9/7
0 1 23/54 -25/54
0 -23/7 44/7 -25/7
Press any key to continue. . .
eliminate in column 2
A=
1 1/7 -8/7 9/7
0 1 23/54 -25/54
0 -23/7 44/7 -25/7
Press any key to continue. . .
A=
1 0 -65/54 73/54
0 1 23/54 -25/54
0 0 415/54 -275/54
Press any key to continue. . .
pivot = A(3,3)
A=
105
1 0 -65/54 73/54
0 1 23/54 -25/54
0 0 1 -55/83
Press any key to continue. . .
eliminate in column 3
A=
1 0 -65/54 73/54
0 1 23/54 -25/54
0 0 1 -55/83
Press any key to continue. . .
A=
1 0 0 46/83
0 1 0 -15/83
0 0 1 -55/83
Inilah bentuk matriks eselon baris tereduksi. Hasil akhir ini sama dengan hasil
pertama.
Sesuai dengan penjelasan pada sub bab sebelumnya, nilai konstanta real B
tidak selalu bernilai nol, sering kita dihadapkan permasalahan dimana B 0.
Referensi
Anton, H., 1987, Elementary Linear Algebra, John Wiley & Son, New York
Cullen, CG., 1988, Linear Algebra With Application, Schott, Foresman and
Company.
Shchoot, J.R., Matrix Analysis for Statistics, John Wiley, New York.
106