Jbptppolban GDL Dodiirwand 3702 3 Bab2 2 PDF
Jbptppolban GDL Dodiirwand 3702 3 Bab2 2 PDF
BAB I I
LANDASAN TEORI
2.1 Pengantar
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem
distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya
listrik besar sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik
adalah:
1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan)
2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.
6
7
konsumen-konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi
merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara
keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan
setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai
tegangan yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa
konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga
perlengkapan-perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai
tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah
pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan
menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai
tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat
bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.
8
Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian
serta pembatasan - pembatasan seperti pada Gambar diatas:
Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission), bertegangan tinggi
(HV,UHV,EHV)
Daerah III: Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau
20kV).
Daerah IV: (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi,
bertegangan rendah.
Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa
porsi materi Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada
dasarnya dapat dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari
segi apa klasifikasi itu dibuat. Dengan demikian ruang lingkup Jaringan
Distribusi adalah:
9
Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika langsung melayani pelanggan,
bisa disebut jaringan distribusi.
b. Saluran Distribusi Sekunder, Terletak pada sisi sekunder trafo
distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju
beban
2 Menurut bentuk tegangannya:
a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan
searah.
b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem
tegangan bolak-balik.
3 Menurut jenis/tipe konduktornya:
a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan
penyangga (tiang) dan perlengkapannya, dan dibedakan atas:
Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi
pembungkus.
Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan
kabel tanah (ground cable).
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan
kabel laut (submarine cable).
4 Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
a. Saluran Konfigurasi horizontal, bila saluran fasa terhadap fasa yang
lain/terhadap netral, atau saluran positif terhadap negatif (pada sistem
DC) membentuk garis horisontal.
b. Saluran Konfigurasi Vertikal, bila saluran-saluran tersebut
membentuk garis vertikal
c. Saluran konfigurasi Delta, bila kedudukan saluran satu sama lain
membentuk suatu segitiga (delta).
10
5 Menurut Susunan Rangkaiannya
Dari uraian diatas telah disinggung bahwa sistem distribusi di bedakan
menjadi dua yaitu sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder.
a. Jaringan Sistem Distribusi Primer
Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik
dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat
menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai
dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi
lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang
akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban.
Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi
primer, yaitu:
Jaringan Distribusi Radial, dengan model: Radial tipe pohon,
Radial dengan tie dan switch pemisah, Radial dengan pusat beban
dan Radial dengan pembagian phase area.
Jaringan distribusi ring (loop), dengan model: Bentuk open loop
dan bentuk Close loop.
Jaringan distribusi Jaring-jaring (NET)
Jaringan distribusi spindle
Saluran Radial Interkoneksi
b. Jaringan Sistem Distribusi Sekunder
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga
listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen.
Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak
digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel
yang berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi. Sistem ini biasanya
disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan
kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan melalui peralatan-
peralatan sbb:
Papan pembagi pada trafo distribusi.
Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder).
11
Saluran Layanan Pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai).
Alat Pembatas dan pengukur daya (kWh meter) serta fuse atau
pengaman pada pelanggan.
Gambar 2.2 Komponen Sistem Distribusi [5]
12
2.3 Faktor Penyebab Gangguan
Gangguan hubung singkat pada jaringan listrik, dapat terjadi antara
phasa dengan phasa (2 phasa atau 3 phasa) dan gangguan antara phasa ke
tanah. Timbulnya gangguan bisa bersifat temporer (non persistant) dan
gangguan yang bersifat permanent (persistant).
Gangguan yang bersifat temporer, timbulnya gangguan bersifat
sementara, sehingga tidak memerlukan tindakan. Gangguan tersebut akan
hilang dengan sendirinya dan jaringan listrik akan bekerja normal kembali.
Jenis gangguan ini ialah timbulnya flashover antar penghantar dan tanah
(tiang, traverse atau kawat tanah) karena sambaran petir, flashover dengan
pohon-pohon, dan lain sebagainya.
Gangguan yang bersifat permanent (persistant), yaitu gangguan yang
bersifat tetap. Agar jaringan dapat berfungsi kembali, maka perlu
dilaksanakan perbaikan dengan cara menghilangkan gangguan tersebut.
Gangguan ini akan menyebabkan terjadinya pemadaman tetap pada
jaringan listrik dan pada titik gangguan akan terjadi kerusakan yang
permanen. Contoh: menurunnya kemampuan isolasi padat atau minyak
trafo. Di sini akan menyebabkan kerusakan permanen pada trafo, sehingga
untuk dapat beroperasi kembali harus dilakukan perbaikan.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada
sistem transmisi dan distribusi tenaga listrik antara lain :
a. Surja Petir
Mengingat saluran transmisi dan distribusi tersebar luas dan panjang
membentang serta beroperasi pada kondisi tempat yang cuacanya
berbeda-beda, maka kemungkinan terjadinya gangguan yang
disebabkan oleh petir besar sekali, terutama pada musim hujan.
Gangguan yang disebabkan oleh petir ini sangat berbahaya karena
dapat merusak isolasi peralatan.
b. Surja Hubung
Yang dimaksud dengan surja hubung adalah kenaikan tegangan pada
saat dilangsungkan pemutusan arus oleh PMT. Kenaikan tegangan
13
yang disebabkan oleh adanya gangguan surja hubung ini dapat
merusak isolasi peralatan.
c. Polusi Debu
Debu-debu yang menempel pada isolator, bila udara lembab maka
debu tersebut merupakan konduktor yang dapat menyebabkan
terjadinya loncatan bunga api yang pada akhirnya dapat menyebabkan
gangguan hubung singkat phasa ke tanah.
d. Adanya pohon-pohon yang tidak terawat
Pohon-pohon yang dekat dengan saluran transmisi dan distribusi bila
tidak terawat dan rantingnya masuk ke daerah bebas saluran transmisi
dan distribusi, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
hubung singkat phasa ke tanah.
e. Isolator yang rusak
Isolator yang rusak karena sambaran petir atau karena usia yang sudah
tua bisa menyebabkan terjadinya gangguan hubung singkat antar
phasa atau gangguan hubung singkatan dari phasa ke tanah.
f. Daun-daun/sampah yang menempel pada isolator
Daun-daun/sampah yang terbang terbawa angin dan kemudian
menempel pada isolator akan mengakibatkan jarak bebas berkurang
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya loncatan bunga api. Hal ini
bisa mengakibatkan terjadinya gangguan hubung singkat antar phasa
atau gangguan hubung singkat dari phasa ke tanah.
g. Angin kencang
Terjadinya angin kencang, sehingga menimbulkan gesekan pohon
dengan jaringan listrik.
h. Kesadaran masyarakat yang kurang
Misalnya bermain layang-layang dengan menggunakan benang yang
bisa dilalui aliran listrik. Ini sangat berbahaya jika benang tersebut
mengenai jaringan listrik.
14
i. Kualitas peralatan atau material yang kurang baik
Misalnya pada JTR yang memakai Twested Cable dengan mutu yang
kurang baik, sehingga isolasinya mempunyai tegangan tembus yang
rendah, mudah mengelupas dan tidak tahan panas. Hal ini juga akan
menyebabkan hubung singkat antar phasa.
j. Pemasangan jaringan yang kurang baik
Pemasangan konektor pada JTR yang memakai TC, apabila
pemasangannya kurang baik akan menyebabkan timbulnya bunga api
dan akan menyebabkan kerusakan phasa yang lainnya. Akibatnya
akan terjadi hubung singkat.
k. Terjadinya hujan, adanya sambaran petir, karena terkena galian (kabel
tanah), umur jaringan (kabel tanah) sudah tua yang mengakibatkan
pengelupasan isolasi dan menyebabkan hubung singkat dan
sebagainya.
2.4 Relai Pengaman
Relai pengaman adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk
mendeteksi adanya suatu gangguan atau merasakan adanya kondisi tidak
normal yang mungkin terjadi pada peralatan atau bagian sistem tenaga
listrik.
15
2.4.1 Fungsi Relai Pengaman
16
dari trafo arus, trafo tegangan serta rangkaiannya, baterai serta
pemutus tenaganya.
2. Selektif
Relai bertugas mengamankan peralatan atau bagian sistem dalam
daerah pengamannya. Letak PMT (Pemutus Tenaga) sedemikian
rupa sehingga setiap bagian dari sistem dapat dipisahkan. Maka
tugas relai adalah mendeteksi adanya gangguan yang terjadi pada
daerah pengamanannya dan memberi perintah untuk membuka PMT
(Pemutus Tenaga) untuk memisahkan bagian dari sistem pada daerah
yang terganggu. Dengan demikian bagian sistem lainnya yang tidak
terganggu jangan sampai dilepas, dan masih beroperasi normal
sehingga tidak terjadi pemutusan pelayanan. Dengan kata lain
pengamanan dinyatakan selektif bila relai dan PMT (Pemutus
Tenaga) yang bekerja hanyalah pada daerah yang terganggu saja.
3. Waktu kerja relai cepat
Relai pengaman harus dapat bekerja dengan cepat segera setelah
merasakan adanya gangguan pada sistem guna mengurangi
kerusakan yang lebih parah dari peralatan atau bagian sistem yang
terganggu.
4. Peka
Relai pengaman harus cepat merasakan adanya arus gangguan yang
melebihi arus settingnya. Relai dikatakan peka (sensitif) apabila
dapat bekerja dengan masukan dari besaran yang dideteksi kecil.
Jadi relai dapat bekerja pada awal kejadian gangguan atau dengan
kata lain gangguan dapat diatasi pada awal kejadian. Hal ini
memberi keuntungan dimana kerusakan peralatan yang diamankan
akibat gangguan menjadi kecil. Namun demikian relai harus stabil,
yang artinya relai harus dapat membedakan antara arus gangguan
dan arus beban maksimum.
17
5. Ekonomis dan sederhana
Penggunaan relai pengaman harus dipertimbangkan sisi
ekonomisnya tanpa mempengaruhi fungsi relai tersebut.
18
∅
e=-N
{∅ ω}
=-N
= - N ω∅m Cos ωt
= 2π f N ∅m ................................................................ (2.1)
Harga efektif dari tegangan induksi adalah [1] :
∅
Eeff = = = 4,44 f N∅m (volt)................ (2.2)
√ √
Daya transformator bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi (primer) dapat
dirumuskan sebagai berikut [2]:
= √3 . . .............................................................. (2.3)
Dimana :
= ................................................................ (2.4)
√ .
Dimana :
IFL : arus beban penuh (A)
S : daya transformator (kVA)
V : tegangan sisi sekunder trafo (kV)
19
2.7 Losses (rugi-rugi) Akibat Adanya Arus Netral Pada Penghantar
Transformator
Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap phasa
pada sisi sekunder transformator (phasa R, phasa S, phasa T) mengalirlah
arus netral transformator. Arus yang mengalir pada penghantar netral
transformator ini menyebabkan losses (rugi-rugi). Losses pada penghantar
[2]
netral transformator ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
20
2.8 Sistem 3 Fasa Seimbang
Pada sistem tenaga listrik 3 phasa, idealnya daya listrik yang
dibangkitkan, disalurkan dan diserap oleh beban semuanya seimbang, P
pembangkitan = P pemakain, dan juga pada tegangan yang seimbang. Pada
21
2.8.1 Hubungan Segitiga
Pada hubungan segitiga (delta, Δ) ketiga phasa saling dihubungkan
sehingga membentuk hubungan segitiga 3 phasa.
22
Gambar 2.5 Hubungan Bintang (Y) [6]
23
Gambar 2.6 (a) menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan seimbang.
Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) adalah
sama dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (IN). Sedangkan pada
Gambar 2.6 (b) menunjukkan vektor diagram arus yang tidak seimbang. Di
sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) tidak sama
dengan nol sehingga muncul sebuah besaran yaitu arus netral (IN) yang
besarnya bergantung dari seberapa besar faktor ketidakseimbangannya.
24
mengalirkan arus dan tegangan pada masing-masing beban
impedansi sama dengan tegangan line ke netral. Arus line tidak
sama dan tidak akan mempunyai perbedaan phasa 120o.
Ir
Za
In
Zb Zc
Is
It
Ir
Za
Zb Zc
Is
It
25
2.9.2 Beban 3 Phasa Tidak Seimbang Hubungan Segitiga
Beban 3 phasa tidak seimbang hubungan segitiga ditunjukan oleh
gambar dibawah ini:
Ia = I1 + I2 + I0 .......................................................... (2.10)
Ib = a² I1 + a I2 + I0 ................................................... (2.11)
Ic = a I1 + a² I2 + I0 ................................................... (2.12)
26
Dengan tiga langkah yang telah dijabarkan dalam menentukan tegangan
urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol terdahulu, maka arus-arus
urutan juga dapat ditentukan dengan cara yang sama, sehingga kita
dapatkan juga [3] :
I1 = 1/3 ( Ia + a Ib + a² Ic ) .................................................. (2.13)
I2 = 1/3 ( Ia + a² Ib + a Ic ) .................................................. (2.14)
I0 = 1/3 ( Ia + Ib + Ic ) ........................................................ (2.15)
Disini terlihat bahwa arus urutan nol (I0) adalah merupakan sepertiga
dari arus netral atau arus baliknya akan menjadi nol jika dalam sistem tiga
phasa empat kawat. Dalam sistem tiga phasa empat kawat ini jumlah arus
saluran sama dengan arus netral yang kembali lewat kawat netral, jadi [3] :
Ia + Ib + Ic = IN ................................................................. (2.16)
Dalam sistem tiga phasa empat kawat ini jumlah arus saluran sama
dengan arus netral yang kembali lewat kawat netral. Jika arus-arus
phasanya seimbang maka arus netralnya akan bernilai nol, tapi jika arus-
arus phasanya tidak seimbang akibat pembebanan yang tak seimbang,
maka akan ada arus yang mengalir dikawat netral sistem ( arus netral akan
mempunyai nilai dalam arti tidak nol ).
27
2.11 Standard Ketidakseimbangan Beban (IEEE std 446 – 1980)
Berikut ini adalah standar atau batas toleransi ketidakseimbangan beban
28
gangguan sangat besar, waktu pemutusannya akan seketika, sehingga
peralatan yang dilindungi menjadi aman dari kerusakan
t
I
I(Ampere)
Im
Gambar 2.10 Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Seketika (Instantaneous) [6]
29
Gambar 2.11 Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time) [6]
Gambar 2.12 Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Time) [6]
30
31
2.13 Konstruksi Relai Arus Lebih OCR & GFR tipe ABB SPAM 150C
Gambar 2.14 Konstruksi Relai Arus Lebih tipe ABB SPAM 150C [4]
Keterangan :
32
2.14 Perhitungan Pengaturan Relai
Pengaturan relai digunakan untuk menyelaraskan simulasi yang
sudah dibuat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari artinya
diterapkan dijaringan ataupun suatu sistem yang melibatkan relai ini
digunakan.
Setelah mengetahui besaran atau nilai beban dari simulator beban
yang sudah kita atur sesuai dengan kebutuhan pengujian, dari situ kita
dapat mengitung untuk pengaturan atau setting dari relai tersebut agar
bekerja.
In = 1 A
I0 = Pengaturan arus untuk proteksi unit earth-faulth dalam persen
dari relai ratting arus In
I0 = 5 % . In .............................................................. (2.19)
{| | | | | |}
= ...................................... (2.20)
33
Tabel 2.1 Indikator Operasi
Indikasi Keterangan
1. = level thermal telah melampauai set level prior
alaram
2.
= unit termal sudah terputus
3.
= restart termal menjaga tingkat berlebih
waktu start up atau mencegah sinyal ekternal aktif
4.
= setting tripping arus lebih
5.
= Ketidakseimbangan / salah urutan fase trip
6.
= proteksi bagian unit utama terputus
7.
= gangguan ke tanah trip
8. = undercurrent trip
9.
= trip eksternal sudah dilakukan
34
2.15 Petunjuk Pemograman Relai
Tabel 2.2 Contoh cara mensetting relai
No Langkah-langkah Gambar
1 Tekan tombol ”STEP” berulang kali sampai RESET
ke lampu LED pada simnol I> menyala,
kemudian nilai arus start akan tertera di STEP
display
2 Tekan tombol “PROGRAM” lebih dari satu PROGRAM
detik kemudian lepas, untuk memasuki sub
menu dari I>. Muncul angka 1 berwarna
merah yang berkedip-kedip. Ini menunjukan
posisi sub menu pertama, dan tiga angka
warna hijau menunjukan nilainya.
35
6 Tekan tombol “PROGRAM” , untuk PROGRAM
mengubah nilai nilai berikutnya.
7 Ubah nilai tersebut ke nilai yang diinginkan, PROGRAM
dengan menekan tombol “RESET/STEP”
36
12 Tekan tombol “PROGRAM” untuk membuat PROGRAM
semua angka berkedip. Pada posisi ini, kita
bisa melihat nilai yang baru sebelum di save.
Jika ingin mengubah nilainya, tekan tombol
“PROGRAM”
37
2.16 Setting Relai
Nilai pengaturan ditunjukkan oleh tiga digit paling kanan pada layar.
Indikator dekat dengan simbol nilai pengaturan yang menunjukkan kelompok
pengaturan nilai saat ini ditunjukkan pada layar.
Tabel 2.3 Pengaturan Relai
Setting Parameter Setting range
p 20...100% (50%)
Pembobotan faktor untuk kurva thermal unit
38
faktor reduksi Pendinginan untuk motor 1...64 x heating t.c.
terhenti dibanding dengan waktu pemanasan
konstan
pengaturan Motor start sebagai kelipatan 1.0...10.0 x In
dari relay ratting arus In
Pengaturan start Motor, waktu dalam 0.3...80 s (2 s)
hitungan detik *)
I>> Pengaturan unit set arus lebih sebagai 0.5...20 x In
kelipatan dari relay ratting Pada arus In
39
Time-based start inhibit counter pengaturan 5...500 s
dalam detik*)
Countdown tingkat counter start dalam 2...250 s/h
hitungan detik per jam
SGF Checksum dari pemilih switchgroups SGF,
SGB,
SGB SGR1 dan SGR2 ditunjukkan pada layar
saat indikator berdekatan dengan simbol
SGR
switchgroup di panel depan menyala.
incluence dari posisi switch yang berbeda
pada operasi relay dijelaskan dalam paragraf
terpisah.
*) Start-up didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika arus fasa dalam waktu
kurang dari 60 ms melebihi tingkat 1,5 Iɵ dari keadaan terhenti I <0,12. Kondisi
start-up berakhir ketika arus fase lagi menujui lebih rendah dari 1,25 Iɵ. Untuk
unit perlindungan start-up stall, penghitungan waktu dihentikan ketika saklar
kecepatan perubahan kondisinya, jika fasilitas digunakan. Dalam hal ini t s
pengaturan preferrably harus sama dengan waktu te motor.
40
2.17 Programing Switching
Fungsi tambahan yang dibutuhkan dalam berbagai aplikasi yang dipilih
dengan cara kelompok saklar SGF, SGB, SGR1 dan SGR2 ditunjukkan pada
panel depan. Selanjutnya, pelindung motor modul relai berisi saklar software
kelompok SG4, yang terletak di submenu empat dari register A. penomoran dari
switch, 1 ... 8, dan posisi saklar 0 dan 1 ditunjukkan saat menetapkan
switchgroups. Dalam layanan normal hanya checksum yang akan ditampilkan.
Saklar pemilih dari SGF switchgroup digunakan untuk mendefinisikan fungsi-
fungsi tertentu dari relay dan diidentifikasi sebagai SGF / 1 sampai SGF / 8.
SGF/2 Mengatur tinggi set tingkat arus lebih dua kali lipat 1 2
selama motor start-up
SGF/3 = 0 SGF/3 =1
41
four times
FLC
SGF/4 = 1 inhibit at six times FLC inhibit at
eight times
FLC
SGF/5 Seleksi atau deselection dari ketidakseimbangan 1 16
perlindungan
0 = tidak digunakan (pengaturan ditampilkan "---")
1 = operatif
0 = tidak digunakan
1 = operatif
42
Pemblokiran dan kendali input pemilih switchgroup SGB
Saklar pemilih dari SGB switchgroup digunakan untuk mendefinisikan fungsi-
fungsi tertentu dari input kontrol eksternal dari relay dan diidentifikasi sebagai
/ 1 sampai SGB / 8.
SGB
Factory Checksum
Switch
Fungsi
setting value
SGB /1 Stall informasi untuk relay dari switch kecepatan 0 1
pada motor (1). Fitur ini terutama digunakan untuk [
43
SGB/5 Perintah trip eksternal dilakukan untuk relay output 0 16
A (1).
Relay pelindung eksternal dapat terhubung ke jalur
trip menggunakan fitur ini.
Perhatikan! Sinyal perjalanan tidak ditangani oleh
modul SPCJ-dan harus diatur menggunakan kontak
pada relay pelindung eksternal.
SGB/6 Relai reset eksternal (1) memungkinkan untuk 0 32
memiliki manual Master tombol reset luar relai
Tombol yang sama dapat melayani semua relay di
stasiun. Kemungkinan lain adalah untuk
menghubungkan reset untuk otomatisasi beberapa.
44
mengukur menyebabkan operasi turun di bawah
tingkat awal.
Ketika SGB / 8 = 1, sinyal trip tetap menyala, yaitu
keluaran relay energize, meskipun sinyal
pengukuran turun di bawah mulai tingkat. Sinyal
trip harus diatur ulang dengan menekan
PROGRAM tombol push, dengan menekan
PROGRAM dan RESET push-tombol secara
bersamaan atau dengan remote control
bus SPA atau masukan kontrol eksternal.