Anda di halaman 1dari 51

PROGRAM PENELITIAN KREATIVITAS MAHASISWA (PPKM)

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM


KEMENTERIAN KESEHATAN RI

ZAT WARNA DAUN JATI SEBAGAI PEWARNA


ALTERNATIF PEMBANDING DALAM PEWARNAAN GRAM

Diusulkan Oleh :

ENDAR TRISNO BUDI (P07134116020)


STEFFI GRAFALAH P. (P07134116050)
KAFFAT BANA AHSAN (P07134015073)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2018
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Zat Warna Daun Jati Sebagai


Pewarna Alternatif Pembanding
Dalam Pewarnaan Gram
2. Bidang Kegiatan : PPKM
3. Ketua Pelaksana Peneliti
a. Nama Lengkap : Endar Trisno Budi
b. NIM : P07134116020
c. Jurusan : Analis Kesehatan
d. POLITEKNIK : Politeknik Kesehatan Mataram
e. Alamat Rumah : Jl. Raya Tanjung, Karang Nangka,
Tanjung, Lombok Utara
f. No. HP : 082340006738
g. Email : endartrisno08@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 3 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap : Agrijanti, S.Pd, M.Ked
b. NIP : 197201121991032001
c. Alamat Rumah : Jl. Praburangkasari, Kr. Parwa, Abia
Tubuh, Cakranegara, Mataram.
d. No. HP : 081703309917
Mataram, 3 Oktober 2018

Dosen Pembimbing Ketua Pelaksana Kegiatan

Agrijanti, S.Pd, M.Ked Endar Trisno Budi


197201121991032001 P07134116020

Ketua Jurusan Ketua Prodi DIV

Zainal Fikri, SKM, M.Sc Erlin Yustin Tatontos, SKM, M.Kes


197512311994021001 196405141988032001
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Ketua : Endar Trisno Budi

Tempat, Tanggl Lahir : 20 Agustus 1997

Jurusan/Fakultas : Analis Kesehatan

Universitas : Politeknik Kesehatan Mataram

Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul :

Zat Warna Daun Jati Sebagai Pewarna Alternatif Pembanding

Dalam Pewarnaan Gram

Adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat atau
saduran dari hasil karya orang lain serta belum pernah menjuarai di kompetisi
serupa. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia
menerima sanksi yang diterapkan oleh panitia Karya Ilmiah PPKM 2018 berupa
dikualifikasi dari kompetisi.

Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-benarnya, untuk dapat digunakan


sebagaimana mestinya.

Mataram, 3 Oktober 2018

ENDAR TRISNO BUDI

P07134116020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN.................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii
DAFTAR ISI ..................................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN. ....................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar belakang ................................................................. 1
B. Perumusan masalah ....................................................... 2
C. Tujuan penelitian ............................................................. 2
D. Hipotesis ......................................................................... 3
E. Manfaat penelitian ........................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 4
A. Kerangka Teoritis .......................................................... 4
1. Pewarnaan bakteri ................................................... 4
a. Definisi Pewarnaan Bakteri ............................... 4
b. Jenis-jenis Pewarnaan Bakteri .......................... 4
2. Pewarna Alami ........................................................ 6
3. Tanaman Jati ......................................................... 7
a. Taksonomi ......................................................... 7
b. Deskripsi ............................................................ 7
c. Morfologi ............................................................ 8
d. Kandungan Kimia .............................................. 8
4. Ekstraksi .................................................................. 9
B. Kerangka Konsep .......................................................... 10
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 11
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 11
B. Rancangan Penelitian ..................................................... 11
C. Unit Eksperimen .............................................................. 12
D. Besar Unit Eksperimen .................................................... 12
E. Teknik Pengambilan Sampel ............................................ 12
F. Variabel Penelitian .......................................................... 13
G. Definisi Operasional ........................................................ 13
H. Jenis Data dan Skala Data ............................................... 13
I. Cara Pengumpulan Data ................................................. 14
J. Alur Penelitian .................................................................. 17
K. Cara Pengolahan Data dan Analisis Data ........................ 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 19
A. Hasil Penelitian ................................................................. 19
B. Pembahasan ..................................................................... 22
C. Analisis SWOT .................................................................. 24
BAB V PENUTUP ............................................................................... 26
A. Kesimpulan ......................................................................... 26
B. Saran ................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 27
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ 30
LAMPIRAN .......................................................................................... 33
ABSTRAK

ZAT WARNA DAUN JATI SEBAGAI PEWARNA ALTERNATIF PEMBANDING


DALAM PEWARNAAN GRAM

Endar Trisno Budi, Steffi Grafalah Primadonalda, Kaffat Bana Ahsan

Bakteri sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak dapat


mengadsorbsi atau membiaskan cahaya, sehingga digunakan zat warna untuk
mewarnai bakteri tersebut atau latar belakangnya. Zat warna bakteri terbagi
menjadi dua macam yaitu, zat warna sintetik maupun zat warna alami. Selain
digunakan sebagai pewarna makanan dan tekstil, pewarna alami dari bahan
alam dapat pula digunakan sebagai pewarna pada proses pewarnaan bakteri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pemanfaatan daun jati
(Tectona grandis) sebagai pewarna alternatif untuk pewarnaan bakteri. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Observatif, yaitu
peneliti mengamati secara lansgung objek yang akan diteliti, kemudian
digambarkan secara deskriptif untuk mengetahui ekstrak daun jati dapat
digunakan sebagai alternatif pengganti zat warna safranin, dengan 5 perlakuan
yang masing – masing 5 sampel. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
preparat bakteri E.coli yang dicat menggunakan ekstrak daun jati konsentrasi 1%
dan 2% dihasilkan pewarnaan yang kualitasnya tidak baik sebanyak 10 preparat
(40%), menggunakan ekstrak daun jati konsentrasi 3% dihasilkan pewarnaan
yang kualitasnya kurang baik sebanyak 5 preparat (20%), menggunakan
konsentrasi 4% dan 5% dihasilkan pewarnaan yang kualitasnya baik sebanyak
10 preparat (40%). Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa daun jati
(Tectona grandis) dapat digunakan sebagai pewarna alternatif untuk pewarnaan
preparat bakteri.

Kata Kunci : Ekstrak Daun Jati, Pewarnaan Preparat Bakteri, Safranin.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan proposal Program
Kreativitas Mahasiswa bidang kesehatan yang berjudul “Zat Warna Daun Jati
Sebagai Pewarna Alternatif Pembanding Dalam Pewarnaan Gram”. Penulis
berterimakasih kepada Ibu Agrijanti, S.Pd, M.Ked selaku dosen pembimbing
yang mau membimbing proses penelitian ini.

Pewarna alternatif yang terbuat dari ekstrak daun jati ini dibuat untuk
memberikan informasi ilmiah terutama pada institusi dan laboratorium
mikrobiologi tentang potensi zat warna pada daun jati sebagai pewarna
alternative pembanding dalam pewarnaan Gram. Penyusunan proposal ini
merupakan salah satu syarat untuk melakukan PKKM.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Direktur Poltekkes Kemenkes Mataram


2. Ketua Jurusan Analis Kesehatan Mataram
3. Dosen-dosen Jurusan Analis Kesehatan
4. Kedua orang tua tercinta dan saudara-saudara saya semuanya terimakasih
atas doa, kasih sayang, waktu, motivasi, dan pengorbanannya
5. Teman-teman Jurusan Analis Kesehatan yang telah memberikan bantuan
serta dukungan

Akhir kata, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
yang lebih baik demi kesempurnaan proposal ini. Semoga proposal ini dapat
membantu kami untuk belajar lebih baik.

Mataram, 3 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR TABEL

3.1 Hasil pewarnaan sediaan bakteri secara mikroskopis. ............... 18


4.1 Hasil pewarnaan preparat bakteri E. coli menggunakan safranin
dan ekstrak daun jati. ................................................................. 19
4.2 Persentase hasil pewarnaan dari preparat bakteri E. coli. ......... 21
DAFTAR GAMBAR

2.1 Daun Jati ( Tectona grandis )…………………………………………8


DAFTAR SINGKATAN

E.coli : Escherichia coli


g : gram
ml : Mililiter
nm : Nano meter
PA : Pro Analisis
PZ : Phisiologis Zoic
R : Replikasi
sp : spesies
T : Treatment
DAFTAR LAMPIRAN

1. Uraian Hasil Pengamatan .............................................................. 33


2. Dokumentasi Kegiatan ................................................................... 36
3. Hasil Pengamatan Secara Mikroskopis ......................................... 38
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana bakteri
patogenik berada di dalam jaringan inang. Adanya interaksi antara bakteri
dan inang akan menimbulkan persaingan. Bila bakteri lebih unggul dari
respon kekebalan inangnya, maka terjadilah penyakit (Pelczar, 2009).
Bakteri yang menyebabkan infeksi atau sakit dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan laboratorium. Prosedur laboratorium untuk
diagnosis penyebab infeksi atau sakit oleh bakteri ada 7 jenis prosedur, yaitu
1) Hitung bakteri; 2) Identifikasi; 3) Biokimia; 4) Serologi; 5) Inokulasi pada
hewan coba; 6) Kepekaan; dan 7) Genetik (Anonim, 2016).
Identifikasi bakteri merupakan prosedur laboratorium yang digunakan
untuk mengetahui sifat-sifat morfologi bakteri, maka bakteri dapat diperiksa
dalam keadaan hidup atau mati. Pemeriksaan morfologi bakteri ini perlu
untuk mengenal nama bakteri. Disamping itu juga perlu pengenalan sifat-
sifat fisiologisnya. Bahkan sifat-sifat fisiologis ini kebanyakan merupakan
faktor tertentu dalam mengenal nama spesies suatu bakteri. Sedangkan
konfirmasi bakteri yaitu untuk mengetahui jenis bakteri dan koloninya.
Konfirmasi jenis bakteri dapat menggunakan berbagai pewarnaan, reaksi
enzimatik atau reaksi biokimia, terutama jika identifikasi menggunakan
media masih meragukan / belum memuaskan (Anonim, 2016). Kebanyakan
bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena
sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna
yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin
(komponen kromoforiknya bermuatan positif).
Bakteri sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak
mengadsorbsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang
menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai bakteri atau latar
belakangnya. Zat warna bakteri terbagi menjadi dua macam yaitu zat warna
sintetik maupun zat warna alami. Pewarna bakteri yang biasa digunakan
yaitu pewarna sintetis diantaranya safranin, carbol fuchsin, crystal violet, dan
methylen blue. Di Indonesia, bahan pewarna alami banyak digunakan seperti
dari bahan alam berupa tanaman yang mengandung antosianin baik bagian
bunga, daun, batang, ataupun akar.
Aplikasi penggunaan pewarna alami diantaranya yaitu sebagai
pewarna alami pada makanan dan tekstil. Selain digunakan sebagai
pewarna makanan dan tekstil, pewarna alami dari bahan alam dapat pula
digunakan sebagai pewarna pada proses pewarnaan bakteri. Penelitian
pewarna alami yang digunakan pada pewarnaan bakteri dilakukan oleh
Hafizet al (2012) yang menggunakan ekstrak daun henna sebagai pewarna
penutup pada pewarnaan Gram.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Luciana (2016),
bahwa kombinasi ekstrak angkak dan daun jati 2:1 dapat digunakan sebagai
pewarna bakteri pada pewarnaan sederhana, yaitu dapat memberikan hasil
pewarnaan yang cukup baik pada parameter yang diukur meliputi kejelasan
lapang pandang, kekontrasan warna dan kesempurnaan bentuk bakteri yang
diwarnai.
Pemanfaatan Zat Warna Daun Jati Sebagai Pewarna Alternatif
Pembanding Dalam Pewarnaan Gram selama ini belum pernah dilaporkan
karena itu dalam Program Penelitian Kreativitas Mahasiswa ini akan
membuktikan zat warna yang terkandung dalam daun jati dapat digunakan
sebagai zat warna alternatif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah
“Apakah ekstrak daun jati dapat digunakan sebagai pewarna alternatif
pengganti zat warna safranin pada pewarnaan preparat bakteri?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui ekstrak daun jati dapat digunakan sebagai alternatif
pengganti zat warna safranin pada pewarnaan preparat bakteri.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi secara mikroskopis hasil pewarnaan preparat
bakteri dengan ekstrak daun jati dengan konsentrasi 1%.
2. Mengidentifikasi secara mikroskopis hasil pewarnaan preparat
bakteri dengan ekstrak daun jati dengan konsentrasi 2%.
3. Mengidentifikasi secara mikroskopis hasil pewarnaan preparat
bakteri dengan ekstrak daun jati dengan konsentrasi 3%.
4. Mengidentifikasi secara mikroskopis hasil pewarnaan preparat
bakteri dengan ekstrak daun jati dengan konsentrasi 4%.
5. Mengidentifikasi secara mikroskopis hasil pewarnaan preparat
bakteri dengan ekstrak daun jati dengan konsentrasi 5%.
6. Menganalisis hasil pewarnaan preparat bakteri dengan pewarna
ekstrak daun jati konsentrasi 1%, 2%, 3 %, 4%, dan 5%.

D. Hipotesa
Hipotesis dari penelitian ini adalah “Ekstrak daun jati dapat digunakan
sebagai pengganti pewarnaan safranin”.

E. Manfaat Penelitian
Memberikan informasi ilmiah terutama pada institusi dan laboratorium
mikrobiologi tentang potensi zat warna pada daun jati sebagai pewarna
alternatif pembanding dalam pewarnaan Gram.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Pewarnaan Bakteri
a. Definisi Pewarnaan Bakteri
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi,
struktur dan sifat yang khas begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang
hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel – sel
bakteri yang ada disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati
bentuk sel bakteri sehingga mudah di identifikasi adalah dengan cara
metode pengenceran atau pewarnaan. Hal tersebut berfungsi untuk
mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel
bakteri melalui serangkaian pengecatan atau pewarnaan.
b. Jenis – Jenis Pewarnaan Bakteri
Untuk mempelajari morfologi, struktur, sifat – sifat bakteri untuk
membantu identifikasinya bakteri perlu diwarnai. Jenis jenis
pewarnaan kuman yang dikenal adalah pengecatan sederhana,
pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan khusus.
1) Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana adalah pewarnaan yang
menggunakan satu macam zat warna yang bertujuan hanya
untuk melihat bentuk sel. Pewarnaan sederhana merupakan
pewarnaan yang paling umum digunakan. Berbagai macam tipe
morfologi bakteri (kokus, basil, spirilium, dan sebagainya) dapat
dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu
mewarnai sel – sel bakteri hanya digunakan satu macam zat
warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik
(komponen kromoforiknya bermuatan positif). Zat warna yang
dipakai hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan
pelarut. Pewarnaan sederhana merupakan satu cara yang cepat
untuk melihat morfologi bakteri secara umum (Soemarno, 2000).
2) Pewarnaan Negatif
Suspensi bakteri dibuat dalam zat warna negrosin atau
tinta bak dan disebar – ratakan dengan gelas alas lain (sediaan
hapus). Disini bakteri tidak diwarnai dan tampak sebagai benda –
benda terang dengan latar belakang hitam. Pewarnaan ini
dipakai untuk bakteri yang sukar diwarnai seperti Treponema,
Leptosira dan Borellia.
3) Pewarnaan Diferensial
Merupakan pewarnaan yang menggunakan lebih dari satu
macam warna serta menampilkan perbedaan di antara sel-sel
bakteri atau bagian- bagian sel bakteri. Pewarnaan ini terbagi
menjadi pewarnaan Gram dan pewarnaan tahan asam,
penjelasannya sebagai berikut :
a) Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu
metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua
kelompok besar, yakni Gram positif dan Gram negatif,
berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode
ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark
Hans Christian Gram (1853 – 1938) yang mengembangkan
teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara
pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Dengan
metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif
berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut.
Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi
dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa
dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai
dinding sel seperti Mycoplasma sp. Dalam pewarnaan Gram
diperlukan empat reagen yaitu :
1. Zat warna utama (kristal violet)
2. Mordan (Larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan
untuk mengintensifkan warna utama.
3. Peluntur zat warna (alkohol / aseton) yaitu solven organik
yang digunakan untuk melunturkan zat warna utama.
4. Zat warna kedua / zat warna penutup digunakan untuk
mewarnai kembali sel – sel yang telah kehilangan cat
utama setelah perlakuan dengan alkohol.
b) Pewarnaan Tahan Asam
Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang
mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar
menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat warna
khusus seperti karbol fukhsin melalui proses pemanasan,
maka akan menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa
mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun seperti
asam alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan
asam (BTA). Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk
mendiagnosa keberadaan bakteri penyebab tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis.
4) Pewarnaan Khusus
Pewarnaan khusus ini dipakai untuk mewarnai bagian sel
kuman atau kuman tertentu yang sukar diwarnai dengan
pewarnaan biasa termasuk dalam pengecatan ini adalah
pengecatan endospora, flagella dan pengecatan kapsul.
2. Pewarna Alami
Bahan pewarna alami banyak digunakan seperti dari bahan alam
berupa tanaman yang mengandung antosianin baik bagian bunga, daun,
batang maupun akar. Penelitian pewarna alami yang digunakan pada
pewarnaan bakteri dilakukan oleh Hafiz et al (2012) yang menggunakan
ekstrak daun henna sebagai pewarna penutup pada pewarnaan Gram.
Bahan alam yang berpotensi untuk digunakan sebagai pewarna pada
bakteri sangatlah banyak, diantaranya kombinasi angkak dan daun jati
yang menghasilkan pigmen berwarna merah.

Berdasarkan hasil penelitian (Jiwintarum 2016 et al) yaitu


Preparat bakteri Staphylococcus aureus yang diwarnai dengan cat
Gentian Violet diperoleh kualitas pewarnaan yang baik (33,33%),
dengan cat Safranin diperoleh kualitas pewarnaan yang kurang baik
(33,33%), sedangkan dengan cat dari air perasan (ekstrak) buah
naga diperoleh kualitas pewarnaan yang tidak baik (33,33%). Preparat
bakteri E. coli yang diwarnai dengan cat Gentian Violet diperoleh
kualitas pewarnaan yang kurang baik (33,33%), dengan cat
Safranin diperoleh kualitas pewarnaan yang baik (33,33%), sedangkan
dengan cat dari air perasan (ekstrak) buah naga diperoleh kualitas
pewarnaan yang tidak baik (33,33%). Buah naga jenis Hylocereus
polyrhizus tidak dapat digunakan sebagai pewarnaan bakteri, karena
kandungan air pada buah naga masih tinggi (90,2%) sehingga
kemampuan melekatnya zat warna masih kurang.

3. Tanaman Jati
a. Taksonomi Daun Jati
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Tectona
Spesies : T. grandis
b. Deskripsi
Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India.
Tanaman yang mempunyai nama ilmiah Tectona grandis secara
historis, nama tectona berasal dari bahasa portugis (tekton) yang
berarti tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi. Di Negara asalnya,
tanaman jati ini dikenal dengan banyak nama daerah, seperti ching-
jagu (di wilayah Asam), saigun (Bengali), tekku (Bombay), dan kyun
(Burma). Tanaman ini dalam bahasa Jerman dikenal dengan nama
teck atau teakbun, sedangkan di Inggris dikenal dengan nama teak
(Sumarna, 2004).
c. Morfologi

Gambar 2.1 Daun jati (Tectona grandis)


Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan
tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran
besar, sekitar 60-70 cm × 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua
menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai
rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna
kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darah apabila
diremas.
Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan
berbonggol di buku-bukunya. Daun yang muda sering berwarna
coklat kemerah-merahan (Steenis, 1992). Tanaman jati akan gugur
antara bulan November hingga Januari dan akan tumbuh lagi pada
Januari atau Maret. Secara umum pertumbuhannya ditentukan oleh
kondisi musim (Sumarna, 2004).
d. Kandungan Kimia
Daun jati muda memiliki kandungan pigmen alami yang terdiri
dari pheophiptin, β- karoten, pelargonidin 3-glukosida, pelargonidin
3,7-diglukosida, klorofil dan dua pigmen lain yang belum diidentifikasi
(Ati, 2006). Pelargonidin merupakan golongan pigmen antosianidin,
yaitu aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis
dengan asam. Kandungan ini berfungsi sebagai pembentuk warna
(pemberi pigmen) yang menyebabkan ekstrak daun jati berwarna
merah darah.

4. Ekstraksi
Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur
dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis
senyawa yang diisolasi. Umumnya kita perlu ‘membunuh’ jaringan
tumbuhan untuk mencegah terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis. Bila
ampas jaringan pada ekstraksi ulang sama sekali tak berwarna hijau lagi,
dapat dianggap semua senyawa berbobot molekul rendah telah
terekstraksi (Harborne, 1987 : Hasanah, 2010).
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia dari
tanaman. Ekstrak adalah senyawa aktif dari tanaman atau jaringan
hewan, dengan menggunakan pelarut yang selektif. Proses ekstraksi
dapat dilakukan secara panas dan secara dingin. Ekstraksi secara panas
yaitu dengan metode refluks dan destilasi uap air, sedangkan ekstraksi
dingin yaitu dengan maserasi, perkolasi dan soxhletasi.
Maserasi merupakan jenis ekstraksi yang sangat sederhana yang
dilakukan dengan cara merendam bahan simplisia dalam cairan penyari.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan terlarut dan adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel, maka zat
aktif (zat terlarut) ditarik keluar. Peristiwa tersebut terjadi berulang kali
hingga terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di
dalam sel (Hasanah, 2010).
Ekstraksi senyawa aktif dalam daun sirih dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa pelarut seperti air, etanol, metanol, aseton, etil
asetat, heksana. Nouri et.al. (2014) melakukan penelitian pengaruh
pelarut (metanol, etanol, aseton, etil asetat) terhadap kandungan fenol
terekstrak dan aktivitas antioksidan senyawa aktif pada daun sirih dan
didapatkan bahwa ekstrak dengan etanol memberikan kandungan fenol
dan antioksidan tertinggi (Dewi et al., 2015).
B. Kerangka Konsep

Identifikasi bakteri

Pewarnaan Pewarnaan Pewarnaan Pewarnaan


sederhana negatif khusus diferensial

Pewarnaan
Gram

Pewarnaan Gram : Pewarnaan alternatif


 Kristal violet  Kristal violet
 Lugol  Lugol
 Aceton  Aceton
 Safranin  Ekstrak daun jati

Morfolgi bakteri Gram


negatif

Keterangan:
= diteliti

= tidak diteliti

= yang mempengaruhi

= bagian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analisis
UNRAM dan laboratorium mikrobiologi Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Mataram.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2018.

B. Rancangan Penelitian
Penilaian ini bersifat Deskriptif Observatif, yaitu peneliti mengamati
secara lansgung objek yang akan diteliti, kemudian digambarkan secara
deskriptif untuk mengetahui ekstrak daun jati dapat sebagai alternatif
pengganti zat warna safranindalam pewarnaan Gram. ( Notoatmodjo, 2012 )
Penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan. Kelompok kontrol yaitu sediaan bakteri yang diwarnai
dengan larutan safranin 0,25 %, sedangkan kelompok perlakuan konsentrasi
yaitu :
1. T1 : Pewarnaan sediaan menggunakan cat Gram A, cat Gram B ,cat
Gram C, dan Ekstrak daun jati 1 %.
2. T2 : Pewarnaan sediaan menggunakan cat Gram A, cat Gram B, cat
Gram C, dan Ekstrak daun jati 2 %.
3. T3 : Pewarnaan sediaan menggunakan cat Gram A, cat Gram B, cat
Gram C, dan Ekstrak daun jati 3 %.
4. T4 : Pewarnaan sediaan menggunakan cat Gram A, cat Gram B, cat
Gram C, dan Ekstrak daun jati 4 %.
5. T5 : Pewarnaan sediaan menggunakan cat Gram A, cat Gram B, cat
Gram C, dan Ekstrak daun jati 5 %.
Keterangan :
1. Gram A : Gentian Violet
2. Gram B : Lugol
3. Gram C : Aceton
C. Unit Eksperimen
Unit eksperimen dalam penelitian ini adalah :
1. Bakteri basil Gram negatif
2. Daun jati muda (Tectona grandis).

D. Besar Unit Eksperimen


Besar unit eksperimen dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakn rumus Federeer dalam buku Kemas Hanafiah (2010) yaitu :
1. Menentukan jumlah replikasi
( t – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15
( 5 – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15
4 ( r – 1 ) ≥ 15
4r – 4 ≥ 15
4r ≥ 15 + 4
4r ≥ 19
r ≥ 19/4
r ≥ 4.75 (dibulatkan menjadi 5 )
2. Menentukan unit jumlah percobaan
N =TxR
=5x5
= 25
Keterangan :
N = Jumlah unit percobaan
T = Perlakuan
R = Replikasi
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 sampel
yang diulangi (replikasi) sebanyak lima kali.

E. Teknik Pengambilan Sampel


Cara pengambilan sampel dengan Teknik Non Random Purposive
Sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan-
pertimbangan atau criteria-kriteria tertentu yang ditentukan oleh peneliti
(Notoatmodjo, 2010).
Adapun kriteria sampel daun jati yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Daun jati muda
2. Yang memiliki warna agak kecoklatan
3. Daun yang masih segar.

F. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas / independent : ekstrak daun jati (Tectona grandis)
2. Variabel terikat / dependent : hasil pewarnaan alternatif.

G. Definsi Operasional
1. Ekstrak daun jati adalah ekstrak yang diperoleh dari proses maserasi,
yaitu perendaman daun jati dengan pelarut metanol selama 1x 24 jam
yang diperoleh pada daun ke 2-4 dari ujung ranting.
2. Pewarnaan alternatif adalah zat warna yang dapat menjadi pengganti
pewarnaan standar yang dibuat menggunakan ekstrak daun jati yang
diperoleh pada daun ke 2-4 dari ujung ranting.
3. Pewarnaan safranin adalah cat penutup yang berfungsi sebagai pemberi
warna bakteri yang bersifat Gram negatif akibat tidak terserapnya zat
warna kristal violet (Gram I) yang dilunturkan oleh larutan pemucat
sehingga menyerap warna merah.

H. Jenis data dan Skala data


1. Jenis data
a. Data dari variabel independent yaitu larutan ekstrak daun jati yang
diberikan dalam kategori perlakuan :
1. Konsentrasi 1%.
2. Konsentrasi 2%.
3. Konsentrasi 3%
4. Konsentrasi 4%
5. Konsentrasi 5%
b. Data dari variabel dependent berupa data primer.
2. Skala data
a. Data dari variabel independent berupa konsentrasi ekstrak daun jati
yang dikelompokkan dalam bentuk konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, dan
5%. Maka jenis datanya adalah ordinal.
b. Data dari variabel dependent berupa hasil sediaan menggunakan
pewarnaan alternatif. Maka jenis datanya adalah nominal.

I. Cara pengumpulan data


1. Alat dan Reagensia
a. Alat
1) Tabung reaksi
2) Rak tabung reaksi
3) Pipet tetes
4) Objek gelas
5) Beaker gelas
6) Kertas saring
7) Ose bulat
8) Tissue
9) Neraca digital
10) Rak pewarnaan
11) Penjepit
12) Lampu spiritus
13) Kaca arloji.
b. Reagensia
1) Daun jati muda
2) Aquadest
3) Kertas saring
4) Minyak imersi
5) Strain E. coli
6) Metanol PA.
7) Gram A (Kristal violet)
8) Gram B (Lugol)
9) Gram C (Aceton)
10) Gram D (Safranin)
11) Alkohol 96 %
2. Pembuatan konsentrasi ekstrak daun jati (Tectona grandis) dengan
maserasi (List PH dan Schmidt PC, 2000)
Persiapan pembuatan konsentrasi ekstrak daun jati (Tectona grandis) :
1. Diambil daun jati yang segar
2. Dicuci untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan mikroba
3. Daun jati dikering anginkan
4. Daun jati dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 60
0
C sampai sekiranya kering untuk mengurangi kadar airnya
kemudian diblender
5. Ditimbang daun jati yang telah diblender sebanyak 100 gram
6. Dimasukkan dalam beaker glass kemudian rendam dengan methanol
sebanyak 350 ml
7. Diaduk hingga homogen
8. Direndam selama 1X24 jam sambil sesekali diaduk
9. Setelah 1x24 jam disaring menggunakan kertas saring
10. Hasil filtrat kemudian diuapkan dengan suhu 80˚ menggunakan
evaporator, sehingga didapatkan ekstrak daun jati kental
11. Ditampung dalam wadah bersih dan steril
12. Dibuat larutan ekstrak daun jati dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%,
4%, dan 5% dengan cara ekstrak ditimbang menggunakan neraca
analitik kemudian dilarutkan dengan alcohol 96 % dan ditambahkan
dengan aquadest
1) Konsentrasi 1% sebanyak 10 ml
a) Ditimbang ekstrak sebanyak 0,1 gram.
b) Dilarutkan dengan alkohol 96% hingga larut dan
ditambahkan aquadest hingga volume 10 ml
2) Konsentrasi 2% sebanyak 10 ml
a) Ditimbang ekstrak sebanyak 0,2 gram.
b) Dilarutkan dengan alkohol 96% hingga larut dan
ditambahkan aquadest hingga volume 10 ml
3) Konsentrasi 3% sebanyak 10 ml
a) Ditimbang ekstrak sebanyak 0,3 gram.
b) Dilarutkan dengan alkohol 96% hingga larut dan
ditambahkan aquadest hingga volume 10 ml
4) Konsentrasi 4% sebanyak 10 ml
a) Ditimbang ekstrak sebanyak 0,4 gram.
b) Dilarutkan dengan alkohol 96% hingga larut dan
ditambahkan aquadest hingga volume 10 ml
5) Konsentrasi 5% sebanyak 10 ml
a) Ditimbang ekstrak sebanyak 0,5 gram.
b) Dilarutkan dengan alkohol 96% hingga larut dan
ditambahkan aquadest hingga volume 10 ml.
3. Penentuan konsentrasi ekstrak daun jati (Tectona grandis) yang
digunakan dalam perlakuan
Penentuan konsentrasi ekstrak daun jati (Tectona grandis) sebagai
pewarnaan alternatif safranin dilakukan berdasarkan konsentrasi
safranin, yaitu 0.25% sehingga dalam penelitian ini digunakan 1%, 2%,
3%, 4%, dan 5% sebab konsentrasi ekstrak belum murni sehingga
konsentrasi ditingkatkan dari standar.
4. Pembuatan preparat bakteri
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Diteteskan 2 mata ose PZ atau NaCl 0.85% di bagian tengah objek
gelas
3. Disentuhkan ose pada biakan bakteri, kemudian campur dengan PZ
hingga merata. Ulaskan campuran ini di atas objek gelas
4. Dibiarkan preparat mengering
5. Fiksasi preparat di atas bunsen.
5. Pewarnaan preparat bakteri dengan pewarnaan Gram
1. Ditetesi preparat dengan larutan kristal violet, biarkan selama 1
menit
2. Dibuang sisa larutan kristal violet pada preparat dan bilas dengan air
3. Diteteskan larutan lugol dan biarkan selama 1 menit
4. Dibilas preparat dengan air
5. Diteteskan larutan aceton dan biarkan selama 30 detik untuk
melunturkan warna kristal violet
6. Dibilas preparat dengan air
7. Diteteskan larutan ekstrak daun jati dan biarkan selama 1 menit
8. Dibuang sisa larutan ekstrak daun jati pada preparat dan bilas dengan
air hingga bersih
9. Ditiriskan objek gelas dan serap air yang masih tersisa pada ulasan
dengan tisu.
J. Alur penelitian

Persiapan Sampel daun jati dikeringkan


alat dan dengan oven pada suhu 600 C
bahan

Di ekstraksi dengan cara maserasi


dengan pelarut methanol PA
selama 1x24 jam

Ekstrak yang telah diperoleh


dipekatkan dengan cara diuapkan
pada suhu 800 C 0C

Pembuatan konsentrasi ekstrak


daun jati dengan konsentrasi 1%,
2%, 3%, 4% , dan 5%

Pembuatan sediaan bakteri

Melakukan pewarnaan Melakukan pewarnaan


sediaan bakteri sediaan bakteri menggunakan
menggunakan pewarnaan pewarnaan Gram alternatif
Gram standar (ekstrak daun jati)
(safranin)

Pembacaan hasil

Pengumpulan data

Mengolah dan menganalisa data

Kesimpulan
K. Cara Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Cara Pengolahan Data
Data yang diperoleh yaitu dari hasil pengamatan mikroskopis hasil
pewarnaan Gram menggunakan kontrol dan perlakuan konsentrasi 1%,
2%, 3%, 4%,dan 5% dalam bentuk tabel.
Tabel 3.1 Hasil pewarnaan sediaan bakteri secara
mikroskopis.

Hasil Pewarnaan
No Perlakuan
1 2 3 4 5
1 Konsentrasi 1%
2 Konsentrasi 2%
3 Konsentrasi 3%
4 Konsentrasi 4%
5 Konsentrasi 5%
6 Kontrol

2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
uji analisa deskriptif dengan kriteria pengecatan, yaitu :
a. Baik, jika hasil penyerapan zat warna pada preparat bakteri terwarnai
kontras terhadap lapangan pandang dan bentuk bakteri sempurna.
b. Kurang baik, jika bakteri kurang terwarnai kontras terhadap lapangan
pandang dan bentuk bakteri kurang sempurna.
c. Tidak baik, jika bakteri tidak dapat terwarnai kontras terhadap lapangan
pandang dan bentuk bakteri tidak sempurna.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri E. coli.
Tabel 4.1 Hasil pewarnaan preparat bakteri E. coli menggunakan safranin
dan ekstrak daun jati.
Kode Warna Kontras Bentuk Gambar mikroskopis Kualitas
Slide Bakteri terhadap bakteri Pewarnaan
lapangan Baik (B),
pandang Kurang Baik
(KB), Tidak
Baik (TB).

Control Merah Kontras Basil Baik

Tidak Tidak Tidak


T1 Tidak Baik
terwarnai Kontras terbentuk

Tidak Tidak Tidak


T2 Tidak Baik
terwarnai Kontras terbentuk
Tidak Batang
T3 Kontras Kurang Baik
terwarnai pendek

Merah Batang
T4 Kontras Baik
Kecoklatan pendek

Merah Batang
T5 Kontras Baik
Kecoklatan pendek

Keterangan :
Control : Pewarnaan preparat bakteri menggunakan safranin.
T1 : Pewarnaan preparat bakteri menggunakan ekstrak daun jati 1%
T2 : Pewarnaan preparat bakteri menggunakan ekstrak daun jati 2%
T3 : Pewarnaan preparat bakteri menggunakan ekstrak daun jati 3%
T4 : Pewarnaan preparat bakteri menggunakan ekstrak daun jati 4%
T5 : Pewarnaan preparat bakteri menggunakan ekstrak daun jati 5%

Dari tabel 4.1 diatas terlihat bahwa preparat bakteri E.coli yang dicat
menggunakan safranin dihasilkan pewarnaan yang dapat mewarnai badan
bakteri, kontras terhadap lapangan pandang dan kualitasnya baik,
menggunakan ekstrak daun jati konsentrasi 1% dihasilkan pewarnaan yang
tidak dapat mewarnai badan bakteri, tidak kontras terhadap lapangan
pandang dan kualitasnya tidak baik terdapat 5 slide. Menggunakan ekstrak
daun jati konsentrasi 2% dihasilkan pewarnaan yang tidak dapat mewarnai
badan bakteri, tidak kontras terhadap lapangan pandang dan kualitasnya
tidak baik terdapat 5 slide. Menggunakan ekstrak daun jati konsentrasi 3%
dihasilkan pewarnaan yang tidak dapat mewarnai badan bakteri, kurang
kontras terhadap lapangan pandang dan kualitasnya kurang baik terdapat
5 slide. Menggunakan ekstrak daun jati konsentrasi 4% dihasilkan
pewarnaan yang dapat mewarnai badan bakteri, kontras terhadap
lapangan pandang dan kualitasnya baik terdapat 5 slide. Menggunakan
ekstrak daun jati konsentrasi 5% dihasilkan pewarnaan yang dapat
mewarnai badan bakteri, kontras terhadap lapangan pandang dan
kualitasnya baik terdapat 5 slide.

Tabel 4.2 Persentase hasil pewarnaan dari preparat bakteri E. coli


Pewarna Kualitas pewarnaan
Baik Kurang Baik Tidak Baik
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Ekstrak daun - - - - 5 slide 20 %
jati 1 %
Ekstrak daun - - - - 5 slide 20 %
jati 2 %
Ekstrak daun - - 5 slide 20 % - -
jati 3 %
Ekstrak daun 5 slide 20 % - - - -
jati 4 %
Ekstrak daun 5 slide 20 % - - - -
jati 5 %

Dari tabel 4.2 diatas terlihat bahwa preparat bakteri E. coli yang
dicat menggunakan ekstrak daun jati konsentrasi 1% dihasilkan pewarnaan
yang kualitasnya tidak baik (20%), menggunakan ekstrak daun jati
konsentrasi 2% dihasilkan pewarnaan yang kualitasnya tidak baik (20%),
menggunakan ekstrak daun jati konsentrasi 3% dihasilkan pewarnaan yang
kualitasnya kurang baik (20%), menggunakan ekstrak daun jati konsentrasi
4% dihasilkan pewarnaan yang kualitasnya baik (20%) dan menggunakan
ekstrak daun jati konsentrasi 5% dihasilkan pewarnaan yang kualitasnya
baik (20%).
B. Pembahasan
Bakteri sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak
mengadsorbsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang
menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai bakteri atau latar
belakangnya. Zat warna bakteri terbagi menjadi dua macam yaitu zat
warna sintetik maupun zat warna alami. Pewarna bakteri yang biasa
digunakan yaitu pewarna sintetis diantaranya safranin, karbol fukhsin,
krystal violet, dan metilen blue. Di Indonesia, bahan pewarna alami banyak
digunakan seperti dari bahan alam berupa tanaman yang mengandung
antosianin baik bagian bunga, daun, batang , ataupun akar.
Aplikasi penggunaan pewarna alami diantaranya yaitu sebagai
pewarna alami pada makanan dan tekstil. Selain digunakan sebagai
pewarna makanan dan tekstil, pewarna alami dari bahan alam dapat pula
digunakan sebagai pewarna pada proses pewarnaan bakteri. Penelitian
pewarna alami yang digunakan pada pewarnaan bakteri dilakukan oleh
Hafizet al (2012) yang menggunakan ekstrak daun henna sebagai pewarna
penutup pada pewarnaan Gram.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Luciana (2016),
bahwa kombinasi ekstrak angkak dan daun jati 2:1 dapat digunakan
sebagai pewarna bakteri pada pewarnaan sederhana, yaitu dapat
memberikan hasil pewarnaan yang cukup baik pada parameter yang diukur
meliputi kejelasan lapang pandang, kekontrasan warna dan kesempurnaan
bentuk bakteri yang diwarnai.
Berdasarkan hasil penelitian Penggunaan Ekstrak Kombinasi
Angkak Dan Daun Jati Sebagai Pewarna Penutup Pada Pewarnaan Gram
dapat disimpulkan bahwa ekstrak kombinasi angkak dan daun jati dapat
digunakan sebagai alternatif pewarna penutup pada pewarnaan Gram
namun masih memerlukan penelitian lanjutan untuk menyempurnakan
formulasinya.
Berdasarkan hasil penelitian (Jiwintarum 2016 et al) yaitu Preparat
bakteri Staphylococcus aureus yang diwarnai dengan cat Gentian Violet
diperoleh kualitas pewarnaan yang baik (33,33%), dengan cat Safranin
diperoleh kualitas pewarnaan yang kurang baik (33,33%), sedangkan
dengan cat dari air perasan (ekstrak) buah naga diperoleh kualitas
pewarnaan yang tidak baik (33,33%). Preparat bakteri E.coli yang diwarnai
dengan cat Gentian Violet diperoleh kualitas pewarnaan yang kurang baik
(33,33%), dengan cat Safranin diperoleh kualitas pewarnaan yang baik
(33,33%), sedangkan dengan cat dari air perasan (ekstrak) buah naga
diperoleh kualitas pewarnaan yang tidak baik (33,33%). Buah naga jenis
Hylocereus polyrhizus tidak dapat digunakan sebagai pewarnaan bakteri,
karena kandungan air pada buah naga masih tinggi (90,2%) sehingga
kemampuan melekatnya zat warna masih kurang.
Berdasarkanhasil pada tabel 4.2 bahwa preparat bakteri E. coli
yang dicat menggunakan ekstrak daun jati konsentrasi 1% dihasilkan
pewarnaan yang kualitasnya tidak baik sebanyak 5 preparat (20%),
menggunakan ekstrak daun jati konsentrasi 2% dihasilkan pewarnaan yang
kualitasnya tidak baik sebanyak 5 preparat (20%), menggunakan ekstrak
daun jati konsentrasi 3% dihasilkan pewarnaan yang kualitasnya kurang
baik sebanyak 5 preparat (20%), menggunakan ekstrak daun jati
konsentrasi 4% dihasilkan pewarnaan yang kualitasnya baik sebanyak 5
preparat (20%) dan menggunakan ekstrak daun jati konsentrasi 5%
dihasilkan pewarnaan yang kualitasnya baik sebanyak 5 preparat (20%).
Pada preparat bakteri E. coli (Gram negatif) yang diwarnai dengan
safranin diperoleh kualitas yang baik karena menurut Pelczar (2009),
bakteri Gram negatif memiliki dinding sel yang tipis (10-15 nm) dan
persentase lemak yang lebih tinggi (11–24%) dari pada bakteri Gram positif
dikarenakan bakteri Gram negatif memiliki peptidoglikan sedikit yang
mampu menyerap warna merah sehingga warna merah yang muncul pada
pengamatan mikroskopis terlihat kontras.
Pada preparat bakteri E. coli yang diwarnai menggunakan ekstrak
daun jati diperoleh hasil pewarnaan yang berbeda dari setiap konsentrasi.
Dilihat dari parameter kebersihan preparat terlihat sama pada semua
konsentrasi yaitu tidak ada endapan cat pada preparat. Sedangkan untuk
parameter kontras terhadap lapangan pandang dan bentuk bakteri
diperoleh hasil yang bervariasi yaitu, pada konsentrasi 1% dan 2% terlihat
tidak kontras dan bakteri tidak terbentuk. Pada konsentrasi 3% diperoleh
hasil kurang kontras dan bentuk bakteri batang pendek. Pada konsentrasi
4% dan 5% diperoleh hasil kontras terhadap lapangan pandang dan bentuk
bakteri batang pendek.
Pada dasarnya bakteri berwarna transparan sehingga mudah
terwarnai dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya
bersifat basofilik. Preparat dengan konsentrasi 1–3% tidak dapat terwarnai
disebabkan oleh kandungan zat warna antosianin pada daun jati tersebut
dalam jumlah sedikit maupun beberapa faktor seperti pH, temperatur,
oksigen, ion logam, dan kandungan air yang terkandung didalamnya
sehingga zat warna antosianin tidak optimal dalam mewarnai bakteri.
Sementara preparat dengan konsentrasi 4–5% dapat terwarnai karena
kandungan antosianin yang terkandung lebih besar sehingga bakteri
mampu menyerap zat warna antosianin oleh karena struktur pori
peptidoglikan dari bakteri Gram negatif yang lebih besar, maka akan lebih
mudah bagi larutan Gram C untuk menetralisir atau menghapus zat warna
ungu yang ada dipeptidoglikan sehingga akan terlihat warna kemerah-
merahan dari ekstrak daun jati. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pewarnaan preparat bakteri agar diperoleh kualitas pewarnaan
yang baik yaitu :preparat bakteri harus benar-benar kering sebelum
diwarnai, dalam melakukan pewarnaan bakteri harus memperhatikan cat
yang digunakan dengan jenis pewarnaan yang dilakukan, untuk
menghindari hilangnya sediaan pada preparat, cucilah sediaan dengan air
mengalir secara perlahan-lahan.

C. Analisis SWOT
1. Strength (keunggulan)
a. Dapat dijadikan alternatif lain untuk membuat pewarna pengganti
safranin
b. Bahannya mudah diperoleh
c. Dapat dijadikan peluang bisnis.
2. Weakness (kelemahan)
Dibandingkan dengan zat warna safranin yang konsentrasinya
0,25%, zat warna dari ekstrak daun jati dengan konsentrasi 1%, 2%,
dan 3% masih kurang maksimal hasilnya. Dan biaya yang dibutuhkan
untuk mengekstrak daun jati juga cukup mahal.
3. Opprtunity
Pewarnaan Gram merupakan salah satu teknik identifikasi bakteri
yang paling sering digunakan di laboratorium mikrobiologi. Salah satu
zat pewarna yang digunakan yaitu safranin, dimana zat warna ini
terbuat dari bahan sintetik yang tidak ramah lingkungan. Sehingga
ekstrak daun jati yang terbuat dari bahan alami berpotensi sebagai
pembanding alternatif zat warna safranin.

4. Threats (ancaman)
Zat warna dari ekstrak daun jati masih lemah bila dibandingkan
dengan zat warna safranin.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada pewarnaan preparat bakteri E. coli yang diwarnai dengan
ekstrak daun jati dengan konsentrasi 1% di peroleh kualitas
pewarnaan yang tidak baik.
2. Pada pewarnaan preparat bakteri E. coli yang diwarnai dengan
ekstrak daun jati dengan konsentrasi 2% di peroleh kualitas
pewarnaan yang tidak baik.
3. Pada pewarnaan preparat bakteri E. coli yang diwarnai dengan
ekstrak daun jati dengan konsentrasi 3% di peroleh kualitas
pewarnaan yang kurang baik.
4. Pada pewarnaan preparat bakteri E. coli yang diwarnai dengan
ekstrak daun jati dengan konsentrasi 4% di peroleh kualitas
pewarnaan yang baik.
5. Pada pewarnaan preparat bakteri E. coli yang diwarnai dengan
ekstrak daun jati dengan konsentrasi 5% di peroleh kualitas
pewarnaan yang baik.
6. Daun jati jenis Tectona grandis dapat digunakan sebagai alternatif
pewarnaan bakteri, karena memiliki kemampuan melekat pada
sediaan bakteri namun masih memerlukan penelitian lanjutan untuk
menyempurnakan formulasinya.

B. Saran
Diharapkan dari penelitian awal ini, generasi-generasi selanjutnya
disarankan dan diharapkan untuk meningkatkan konsentrasi ekstrak daun
jati dan waktu perendaman preparat dengan ekstrak daun jati agar
menghasilkan kualitas preparat yang lebih baik serta memperhatikan
kualitas daun jati agar memperoleh pigmen merah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Jati emas.https://virgana.files.wordpress.com/2010/01/jati-


emas3.jpg

Anonim, 2016. Bakteri E.coli http://larasintiaryaboga.blogspot.co.id


/2016/10/bakteri-e-coli.html

Brooks, G. F., Butel, J. S., and Morse, S. A. 2004. Jawetz, Melnick, & Adelberg
Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta.

Dash, S., Patel, S., Mishra, B. 2009. Oxidation by Permanganate : Syntetic and
Mechanistic Aspect.Tetrahedron.

Dewi, R.S., Wahyunanto, A, N., Yusuf, H., Ghallisa, K, N. 2015. ‘Karakterisasi


Ekstrak Etanolik Daun Sirih Merah (Piper crocatum)’.

Erinda, Nonie. 2011. Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Daun Jati
(Tectona grandis L.f.) Sebagai Pewarna. Skripsi. Medan: Universitas
Sumatra Utara

Estiasih, Teti dan Eva Sofia. 2009. Stabilitas Antioksidan Bubuk Keluwak
(Pangium Edule Reinw.) Selama Pengeringan Dan Pemasakan. Jurnal
Teknologi Pertanian

Hafiz, H., Chukwu, O. O. C., Nura, S. The Potentials of Henna (Lawsonia inamis
L.) Leaves Extract as Counter Stain in Gram Staining Reaction. Bayero
Journal of Pure and Applied Science.

Hanafiah A.K 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi PT. Raja Grafindo
Persada Jakarta

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung.

Harley, J. P. & Prescott, L. M. 2002. Laboratory Exercise in Microbiology.


McGraw-Hill Company.

Hasanah, N. (2010) ‘Skrining Senyawa Antimitosis Ekstrak Daun Turi (Sesbania


grandiflora L.) Berdasarkan Penghambatan Pembelahan Sel Telur Bulubabi’.
Jiwintarum, Y., Rohmi, & Prayuda, I. D. 2016. Buah Naga (Hylocereus
polyrhizus) Sebagai Pewarna Alami untuk Pewarnaan Bakteri. Jurnal
Kesehatan Prima.

Luciana, C. 2016. Pemanfaatan Kombinasi Angkak dan Daun Jati sebagai


Pewarna pada Pewarnaan Bakteri. Karya Tulis Ilmiah (Tidak dipublikasikan).
Prodi DIII Analis Kesehatan. STIKes Bakti Tunas Husada. Tasikmalaya.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nuraini, D. N. (2014) Aneka Daun Berkhasiat untuk Obat. I. Edited by D. A.


Yogyakarta: Gaya Media.

Pratama, Y. 2013. Pemanfaatan Ekstrak Daun Jati ( Tectona grandis lin. F.)
Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. Skripsi (tidak dipublikasikan). Jurusan
Kimia. Fakultas MIFA. Universitas Negeri Semarang.

Radiastuti, N. 2005. Produksi Pekatan dan Kristal Pigmen oleh Monascus


purpureus TSTR 3090 sebagai Pewarna Merah Alami Makanan dan
Minuman serta Stabilitas Selama Penyimpanan. Laporan Hasil Penelitian
(tidak dipublikasikan). Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Rosyida, A dan Achadi, D. 2014. Pemanfaatan daun jati muda untuk pewarnaan
kain kapas pada suhu kamar.Arena tekstil.

Sari, Puspita. Agustina, Fitriyah. Komar, Mukhamad., dkk 2005. Ekstraksi dan
Stabilitas Antosianin dari Kulit Buah Duwet (Syzgium cumini). Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan Vol.XVI No.2 Tahun 2005.

Steenis, C.G.G.J. 1992. FLORA. Diterjemahkan oleh Maeso Surjawinoto.


Pradnya Paramita : Jakarta.

Sumarna, Yana. 2004. Budidaya Jati. Penerbit Swadaya.

Syarfi. 2013. Pembuatan Zat Warna Alami dar Kunyit dengan Membran
Ultrafiltrasi. Jurnal Teknobiologi.

Syahrurachman, A. Chatim, A. Soebandrio, A.W.K. 1994. Mikrobiologi


Kedokteran. Binarupa Aksara. Jakarta
Tensiska. 2003. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum
Acanthopodium DC) Dalam Beberapa Sistem Pangan Dan Kestabilan
Aktivitasnya Terhadap Kondisi Suhu dan pH. Jurnal teknologi dan industri
pangan.

Waluyo, L. 2010. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. UMM Press. Malang

Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.

Winarti, S, Sarofa, U dan Anggrahini, D. 2008. Ekstraksi dan Stabilitas Warna Ubi
Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) sebagai Pewarna Alami. Jurnal Teknik
Kimia.
FORMULIR PENDAFTARAN

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH PPKM

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM KEMENTERIAN KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA

2018

NAMA ANGGOTA 2 : ENDAR TRISNO BUDI


NIM : P07134116020
JURUSAN / PRODI : ANALIS KESEHATAN / DIV
SEMESTER : V (LIMA)
TTL : KR. NANGKA, 20 AGUSTUS 1997
JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
AGAMA : ISLAM
NO. HP : 082340006738
JUDUL KARYA TULIS : Zat Warna Daun Jati Sebagai
Pewarna Alternatif Pembanding
Dalam Pewarnaan Gram
PERGURUAN TINGGI :
a. Nama PT : POLTEKKES MATARAM
b. Kabupaten/Kota : MATARAM
c. Provinsi : NUSA TENGGARA BARAT
d. Telepon : (0370) 631160
e. Kodepos : 83232

Mataram, 3 Oktober 2018

ENDAR TRISNO BUDI


P07134116020
FORMULIR PENDAFTARAN

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH PPKM

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM KEMENTERIAN KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA

2018

NAMA ANGGOTA 2 : STEFFI GRAFALAH PRIMADONALDA


NIM : P07134116050
JURUSAN / PRODI : ANALIS KESEHATAN / DIV
SEMESTER : V (LIMA)
TTL : TANJUNG, 30 JULI 1999
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
AGAMA : ISLAM
NO. HP : 082340029317
JUDUL KARYA TULIS : Zat Warna Daun Jati Sebagai
Pewarna Alternatif Pembanding
Dalam Pewarnaan Gram
PERGURUAN TINGGI :
a. Nama PT : POLTEKKES MATARAM
b. Kabupaten/Kota : MATARAM
c. Provinsi : NUSA TENGGARA BARAT
d. Telepon : (0370) 631160
e. Kodepos : 83232

Mataram, 3 Oktober 2018

STEFFI GRAFALAH P.
P07134116050
FORMULIR PENDAFTARAN

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH PPKM

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM KEMENTERIAN KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA

2018

NAMA ANGGOTA 2 : KAFFAT BANA AHSAN


NIM : P07134015073
JURUSAN / PRODI : ANALIS KESEHATAN / DIII
SEMESTER : V (LIMA)
TTL : MATARAM, 09 APRIL 1997
JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
AGAMA : ISLAM
NO. HP : 081999989408
JUDUL KARYA TULIS : Zat Warna Daun Jati Sebagai
Pewarna Alternatif Pembanding
Dalam Pewarnaan Gram
PERGURUAN TINGGI :
a. Nama PT : POLTEKKES MATARAM
b. Kabupaten/Kota : MATARAM
c. Provinsi : NUSA TENGGARA BARAT
d. Telepon : (0370) 631160
e. Kodepos : 83232

Mataram, 3 Oktober 2018

KAFFAT BANA AHSAN


P07134015073
LAMPIRAN 1. Uraian Hasil Pengamatan

Kualitas Hasil Pewarnaan


Kode Slide
Baik Kurang Baik Tidak Baik
Badan bakteri
terwarnai, kontras
Control
dan bentuk bakteri
batang.
Badan bakteri
tidak terwarnai,
T1 tidak kontras dan
bentuk bakteri
tidak terlihat.
Badan bakteri
tidak terwarnai,
T1 tidak kontras dan
bentuk bakteri
tidak terlihat.
Badan bakteri
tidak terwarnai,
T1 tidak kontras dan
bentuk bakteri
tidak terlihat.
Badan bakteri
tidak terwarnai,
T1 tidak kontras dan
bentuk bakteri
tidak terlihat.
Badan bakteri
tidak terwarnai,
T1 tidak kontras dan
bentuk bakteri
tidak terlihat.
Badan bakteri
T2
tidak terwarnai,
tidak kontras dan
bentuk bakteri
tidak terlihat.
Badan bakteri
tidak terwarnai,
T2 tidak kontras dan
bentuk bakteri
tidak terlihat.
Badan bakteri
tidak terwarnai,
T2 tidak kontras dan
bentuk bakteri
tidak terlihat.
Badan bakteri
tidak terwarnai,
T2 tidak kontras dan
bentuk bakteri
tidak terlihat.
Badan bakteri
tidak terwarnai,
T2 tidak kontras dan
bentuk bakteri
tidak terlihat.
Badan bakteri
tidak terwarnai,
T3 kontras dan
bentuk bakteri
batang pendek.
Badan bakteri
tidak terwarnai,
T3 kontras dan
bentuk bakteri
batang pendek.
Badan bakteri
T3
tidak terwarnai,
kontras dan
bentuk bakteri
batang pendek.
Badan bakteri
tidak terwarnai,
T3 kontras dan
bentuk bakteri
batang pendek.
Badan bakteri
tidak terwarnai,
T3 kontras dan
bentuk bakteri
batang pendek.
Badan bakteri
terwarnai, kontras
T4
dan bentuk bakteri
batang pendek.
Badan bakteri
terwarnai, kontras
T4
dan bentuk bakteri
batang pendek.
Badan bakteri
terwarnai, kontras
T4
dan bentuk bakteri
batang pendek.
Badan bakteri
terwarnai, kontras
T4
dan bentuk bakteri
batang pendek.
Badan bakteri
terwarnai, kontras
T4
dan bentuk bakteri
batang pendek.
Badan bakteri
T5
terwarnai, kontras
dan bentuk bakteri
batang pendek.
Badan bakteri
terwarnai, kontras
T5
dan bentuk bakteri
batang pendek.
Badan bakteri
terwarnai, kontras
T5
dan bentuk bakteri
batang pendek.
Badan bakteri
terwarnai, kontras
T5
dan bentuk bakteri
batang pendek.
Badan bakteri
terwarnai, kontras
T5
dan bentuk bakteri
batang pendek.
LAMPIRAN 2. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Pengeringan Penghalusan daun jati Perendaman daun jati


daun jati menjadi serbuk dengan metanol

Penyaringan rendaman Ekstrak dipekatkan Hasil


daun jati dengan evaporator ekstraksi
Pembuatan konsentrasi Hasil
ekstrak daun jati pewarnaan

Pengamatan secara
mikroskopis
LAMPIRAN 3. Hasil Pengamatan Secara Mikroskopis

1. Pengamatan hasil pewarnaan 2. Pengamatan hasil pewarnaan


dengan ekstrak daun jati 1% dengan ekstrak daun jati 2%

3. Pengamatan hasil pewarnaan 4. Pengamatan hasil pewarnaan


dengan ekstrak daun jati 3% dengan ekstrak daun jati 4%

5. Pengamatan hasil pewarnaan


dengan ekstrak daun jati 5%

Anda mungkin juga menyukai