PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
cincin ini dibentuk oleh tonsil lidah dan jaringan limfe di mulut tuba
eustachii. Kumpulan jaringan ini pada pintu masuk saluran nafas dan
saluran pencernaan, melindungi anak terhadap infeksi melalui udara dan
makanan. Seperti halnya jaringan-jaringan limfe yang lain, jaringan limfe
pada cincin waldeyer menjadi hipertrofi pada masa anak-anak dan menjadi
atrofi pada masa pubertas. Karena kumpulan jaringan ini berfungsi sebagai
suatukesatuan, maka pada fase aktifnya, pengangkatan suatu bagian
jaringan tersebut menyebabkan hipertrofi sisa jaringan.
1.3 Tujuan
1. menjelaskan konsep teori penyakit meliputi pengertian, klasifikasi,
etiologi, patofisiologi, WOC, manifestasi klinis, komplikasi dan
penatalaksanaan medis.
2. mengetahui dan menjelaskan proses keperawatan mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaa, implementasi dan evaluasi.
3. menyertakan sumber dari referensi makalah yang dibuat.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
3
Tonsilitis sebagian besar disebabkan oleh virus dan sering
didahului oleh dingin (hidung meler, batuk dan sakit mata). sedikit kasus
(sekitar satu dari tujuh) yang disebabkan oleh bakteri. paling jenis umum
dari bakteri yang terlibat adalah streptokokus (juga dikenal sebagai
'radang' tenggorokan). Tonsilektomi adalah suatu tindakan pembedahan
dengan mengambil atau mengangkat tonsil. (Arsyad Soepardi,1995)
Macam-macam tonsillitis
1. Tonsillitis akut
Dibagi lagi menjadi 2, yaitu :
a. Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri
tenggorok. Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A
stereptococcus beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat,
pneumococcus, streptococcus viridian dan streptococcus piogenes.
Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati.
2. Tonsilitis membranosa
a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium
diphteriae, kuman yang termasuk Gram positif dan hidung di
saluran napas bagian atas yaitu hidung, faring dan laring.
b. Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam
susu sapi sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena di
Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum
diminum maka penyakit ini jarang ditemukan.
4
3. Angina Plout Vincent
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema
yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan
defisiensi vitamin C. Gejala berupa demam sampai 39° C, nyeri kepala ,
badan lemah dan kadang gangguan pecernaan.
4.Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan
yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang
buruk, pengaruh cuaca kelemahan fisik dan pengobatan tonsilitis yang
tidak adekuat kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi
kadang
5
Tabel 1:Gambar Tonsilitis
Tonsil (amandel) dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang
terdapat pada daerah faring atau tenggorokan. Keduanya sudah ada sejak
anak dilahirkan dan mulai berfungsi sebagai bagian dari sistem imunitas
tubuh setelah imunitas “warisan” dari ibu mulai menghilang dari tubuh
anak. Pada saat itu (usia lebih kurang 1 tahun) tonsil dan adenoid
merupakan organ imunitas utama pada anak, karena jaringan limfoid lain
yang ada di seluruh tubuh belum bekerja secara optimal.
Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral.
Imunitas seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat
“memakan“ kuman dan virus serta membunuhnya. Sedangakan imunitas
humoral bekerja karena adanya sel (limfoid B) yang dapat menghasilkan
zat immunoglobulin yang dapat membunuh kuman dan virus.
Kuman yang “dimakan” oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid
terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabklan
6
infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang
berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid “bekerja terus “ dengan
memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan
adenoid akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang normal.
Tonsil dan adenoid yang demikian sering dikenal sebagai amandel
yang dapat menjadi sumber infeksi (fokal infeksi) sehingga anak menjadi
sering sakit demam dan batuk pilek.Selain itu folikel infeksi pada amandel
dapat menyebabkan penyakit pada ginjal (Glomerulonefritis), katup
jantung (Endokarditis), sendi (Rhematoid Artritis) dan kulit. (Dermatitis).
Penyakit sinusitis dan otitis media pada anak seringkali juga disebabkan
adanya infeksi kronis pada amandel dan adenoid.
2.3 ETIOLOGI/PREDISPOSISI
A. Tonsillitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh
streptokokus beta hemolitikus group A,Misalnya: Pneumococcus,
staphylococcus, Haemalphilus influenza, sterptoccoccus non hemoliticus
atau streptoccus viridens.
7
ringan pada amandel.Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk
antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang
amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.Infeksi bakteri dari
virus inilah yang menyebabkan tonsillitis.
Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel
menjadikan terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil.Infeksi
tonsil jarang menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim
pembesaran ini dapat menimbulkan gejala menelan.Infeksi tonsil yang ini
adalah peradangan di tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses
(abses peritonsiler).Abses besar yang terbentuk dibelakang tonsil
menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam tinggi (39C-40C).abses
secara perlahan-lahan mendorong tonsil menyeberang ke tengah
tenggorokan.
Dimulai dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi
parah.pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga
berhenti makan.Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran
menelan,panas,bengkak,dan kelenjar getah bening melemah didalam
daerah submandibuler,sakit pada sendi dan otot,kedinginan, seluruh tubuh
sakit,sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga.Sekresi yang berlebih
membuat pasien mengeluh sukar menelan,belakang tenggorokan akan
terasa mengental.Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya
berakhir setelah 72 jam. (Edward,2001 Reeves,Charlene J.Roux,Gayle
dkk,2001 )
8
• kehilangan nafsu makan, dan merasa umumnya 'tidak sehat'
• amandel merah dan bengkak (dengan nanah)
• bengkak dan kelenjar getah bening tender (kelenjar) di kedua sisi
leher
• perubahan suara mereka (seperti terdengar 'Serak' atau teredam).
Anak-anak mungkin mengeluh sakit perut tanpa sakit yang
tenggorokan, dan mereka mungkin muntah. Anak-anak kecil mungkin
hanya mengalami demam.
2.6 KOMPLIKASI
Faringitis merupakn komplikasi tonsilitis yang paling banyak
didapat. Demam rematik, nefritis dapat timbul apabila penyebab
tonsilitisnya adalah kuman streptokokus. Komplikasi yang lain dapat
berupa :
a. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses
ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam
sel-sel mastoid ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
d. Laringitis
9
Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk
larynx. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa
karena virus, bakter, lingkungan, maupunmkarena alergi ( Reeves, Roux,
Lockhart, 2001 ).
e. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih
dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan
berisi udara dari dinding yang terdiri dari membran mukosa ( Reeves,
Roux, Lockhart, 2001 ).
f. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan
nasopharynx ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
2.7 PENGOBATAN
Bedah amandel
10
buruk terhadap daya kekebalan tubuh secara keseluruhan. Namun
demikian, operasi ini kini relatif lebih jarang dilakukan dibandingkan dulu
2.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:
a. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut )
selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam
bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika:
1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun .
2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun
waktu 2 tahun.
3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun
waktu 3 tahun.
4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian
antibiotik.
11
2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,
kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat
simptomatik.
3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3 kali negatif
4) Pemberian antipiretik
b. Penatalaksanaan tonsillitis kronik
1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa
atau terapi konservatif tidak berhasil.
Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :
a. Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan,
membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
b. Teknik pembedahan
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan,pasien diposisikan
terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan
ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong
keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah
inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi
quillotine. Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat
tonsil secara lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu
pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah
pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan
mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.
c. Perawatan paska-bedah
1) Berbaring kesamping sampai bangun kemudian posisi mid
fowler.
2) Memantau tanda-tanda perdarahan:
Menelan berulang
12
Muntah darah segar
Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
3) Diet
a) Memberikan cairan bila muntah telah reda.
Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang
besar (lebih nyaman dari adanya kepingan kecil)
Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan
perdarahan)
b) Menawarkan makanan
Es cream, crustard dingin, sup krim, dan jus.
Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat
dinikmati pada pagi hari setelah perdarahaan.
Hindari jus jeruk,minuman panas, makanan kasar atau banyak
bumbu selama 1 minggu
c) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
Memberikan analgesik (hindari aspirin)
Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
Minum 2-3 liter / hari sampai bau mulut hilang.
d) Mengajari pasien mengenal hal berikut
Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi
hidung segera selama 1-2 minggu
Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah
yang tertelan.
Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari
ke-4 dan ke-8 setelah operasi.
3.1 PENGKAJIAN
a. Aktivitas / istirahat
13
Gejala : – kelemahan
– kelelahan (fatigue)
b. Sirkulasi
Tanda : – Takikardia
– Hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas)
c. Integritas Ego
Gejala : – Stress
– Perasaan tidak berdaya
Tanda : – Tanda- tanda ansietas, mual : gelisah, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
d. Eliminasi
Gejala : – Perubahan pola berkemih
Tanda : – Warna urine mungkin pekat
e. Maknan / cairan
Gejala : – Anoreksia
– Masalah menelan
– Penurunan menelan
Tanda : – Membran mukosa kering
– Turgor kulit jelek
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : – Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk
menelan.
– Nyeri tekan pada daerah sub mandibula.
– Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang dimasukkan
melalui oral, obat-obatan.
Tanda : – Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
3.2 Pathways Keperawatan
14
Reaksi antigen dan antibody dalam tubuh
Epitel terkikis
Inflamasi tonsil
Hipertemi
resiko kurang
terputusnya
nutrisi
pembuluh darah
pendarahan
Resiko
pertahanan tidak
tubuh
efektif bersihan
jalan nafas Resiko kekurangan
volume cairan
pemajanan
berhubungan dengan
perdarahan yang
mikroorganisme
berlebihan
resiko infeksi
15
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan respon
inflamasi
c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi
d. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh
e. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi
tonsilektomi.
2. Post operasi
a. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan sekret
b. Resiko kekurangan volume cairan peredaran yang berlebihan
c. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai
dengan luka terbuka. (Edward, 2001 Reeves, Charlene J.Roux,
Gayle dkk. 2001)
16
Intervensi
a. Awasi masukan dan berat badan sesuai indikasi
R : Memberikan informasi sehubungan dengan kebutuhan nutrisi dan
keefektifan terapi
b. Auskultasi bunyi usus
R : Makan hanya dimulai setelah bunyi usus membaik setelah operasi
c. Mulai dengan makan kecil dan tingkatkan sesuai toleransi
R : Kandungan makan dapat mengakibatkan ketidak toleransian,
memerlukan perubahan pada kecepatan/tipe formula
d. Berikan diet nutrisi seimbang (makan cair atau halus) atau makanan
selang yang sesuai indikasi
R:-
(Doenges,2000)
17
e. Catatan indikator non-verbal respon automatic terhadap nyeri evaluasi
efek samping
R : Dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi dalam program
pengobatan
(Doenges,2000)
18
Kriteria hasil : 1. menyatakan pemahaman akan perubahan dan
penerimaan diri pada situasi yang ada 2. Mengidentifikasi persepsi diri
negative
Intervensi
a. Diskusikan situasi atau dorong pernyataan takut atau masalah, jelaskan
hubungan antara gejala dengan asal penyakit
R : Pasien sangat sensitif terhadap perubahan tubuh
b. Dukung dan dorong pasien, berikan perawatan yang positif, perilaku
bersahabat
R : Pemberian perawatan kadang-kadang memungkinkan penilaian
perasaan pasien untuk memuat upaya untuk membantu pasien merasakan
nilai pribadi.
c. Dorong keluarga/orang terdekat untuk menyatakan perasaa, berkunjung
atau berpartisipai pada perawatan
R : Anggota keluarga dapagt merasa bersalah tentang kondisi pasien dan
takut terhadap kematian.
d. Tekankan keberhasilan yang kecil sekalipun baik mengenai
penyembuhan fungsi tubuh ataupun kemandirian pasien
R : Mengkonsolidasikan keberhasilan membantu menurunkan perasaan
marah dan ketidakberdayaan dan menimbulakn perasaan adanya
perkembangan
e. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik
R : Membantu peningkatan rasa harga diri dan kontorl atas salah satu
bagian kehidupan
(Doenges,2000)
19
Intervensi:
a. Kaji sejauh mana kecemasan klien.
R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.
b. Informasikan pasien /orang terdekat tentang peran advokat perawat intra
operasi
R : Mengembangkan rasa percaya diri.
c. Identifikasikan tingkat rasa cemas.
R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.
d. Validasi sumber rasa takut.
R : Mengidentifikasikan rasa takut yang spesifik.
e. Beritahu pasien kemungkinan dilakukan operasi.
R : Mengurangi rasa takut
(Doenges,2000)
2. Post Operasi
A. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secret
Tujuan : jalan nafas sefektif
Kriteria hasil : setelah dilakukan keperawatan resiko ketidakefektifan
bersihan jalan nafas dapat teratasi ditandai dengan tidak adanya sekret
Intervensi
a. Pantau irama atau frekuensi irama pernafasan
R : Pernafasan dapat melambatkan dan frekuensi ekspirasi memanjang di
banding inspirasi
b. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya: mengi,
krekel, ronki
R : Bunyi nafas mengi, krekels, dan ronki terdengar pada inspirasi dan
atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan secret
c. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala
tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
20
R : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan
dengan menggunakan gravitasi namun, pasien dengan distresi berat akan
mencari posisi yang paling
mudah untuk bernafas
d. Dorong pasien untuk mengeluarkan lender secara perlahan
R : Membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi
pernafasan
(Doenges,2000)
21
R : Aktivitas batuk dan bicara meninkakan tekanan intraabdomen dan
dapat mencetuskan perdarahan langit
(Doenges,2000)
Intervensi
a. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk, selidiki
perubahan karakter atau lokasi atau intensitas nyeri
R : Nyeri biasanya ada dalam beberapa derajat, juga dapat menimbulkan
komplikasi
b. Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri dengan:
1. minum air dingin atau air es
2. hindarkan makanan pedas, panas, asam dan keras
3. melakukan teknik relaksasi
R : Tindakan non-analgetik diberikan dengan cara alternative untuk
mengurangi nyeri dan menghilangkan ketidaknyamanan
c. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
R : Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
d. Pantau tanda vital
R : Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien
mengalami nyeri, khususnya bila alas an lain untuk perubahan tanda vital
telah terlihat
(Doenges,2000)
22
D. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan
luka terbuka
Tujuan : menyatakan pemahaman penyebab atau fakto resiko individu
Kriteria hasil : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau
menurunkan resiko infeksi, menunjukkan tehnik atau perubahan pola
hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman
Intervensi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas walaupun menggunakan
sarung tangan steril
R : Mengurangi kontaminasi silang
b. Tetap ada fasilitas control infeksi steril dan prosedur aseptic
R : Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi
c. Siapkan lokasi operasi menurut produsen khusus
R : Meminimalkan jumlah bakteri pada lokasi operasi
3.4 Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah diterapkan, yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping (Nursalam: 2001).
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2001).Adapun evaluasi dari
tiap - tiap masalah di atas adalah:
a. Nyeri berkurang atau teratasi
Kriteria hasil : Reflek menelan baik, tidak ada masalah saat makan, tidak
23
mengalami batuk saat menelan, menelan secara normal, menelan dengan
nyaman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
24
Kesimpulan penulis berdasarakan beberapa pengertian diatas, tonsilitis merupakan
suatu peradangan pada tonsil yang disebabkan karena bakteri atau virus,prosesnya
bisa akut atau kronis. Tonsilektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan
mengambil atau mengangkat tonsil. (Arsyad Soepardi,1995)
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/13132164/tonsilitis
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-itadwsiapri-6741-2-babii.pdfs
25