KAMMI DAERAH LUWU RAYA KAMMI adalah waddah dalam melangkah menuju visi gerakan dengan melalui mekanisme kaderisasi yang mapan. Karena, KAMMI memandang matra (dimensi) ini berada langsung dibawah kepemimpinan yang direpresentasikan oleh ketua. Sehingga merupakan tugas gerakan yang sangat penting ketimbang yang lain. Karena kaderisasilah yang menyiapkan prakondisi yaitu kader dan ide bagi gerakan untuk menopang aksi-aksinya. Misalnya, tidak mungkin sebuah aksi demonstrasi akan berjalan baik tanpa adanya koordinator lapangan (korlap) dan massa aksi yang mensyaratkan aksi itu berjalan. Nah, kordinator lapangan disini adalah ketua yang memastikan agenda aksi berjalan sesuai rencana, sedangkan demonstrasi itu sendiri adalah gerakan dan massa aksi adalah kuantitas kader. Tidak cukup dengan itu, semua massa aksi sebelum menunaikan tugas-tugas itu, tentunya harus terlebih dahulu mengetahui dengan jelas, dengan penuh kesadaran untuk menjawab mengapa mereka harus mengikuti aksi, manfaatnya dan tujuannya bagi mereka. Begitupun ketika kader nantinya mengartikulasikan keberadaan mereka di KAMMI. Gerkan tersebut dapat kita capai dengan menunaikan tujuan gerakan karena memiliki sarana kaderisasi yang produktif untuk membentuk kader yang ideal. Maksudnya bhawa didalam struktur kaderisasi tersimpan instrumen ampu di manhaj yang menunjang keberhasilan kaderisasi. Sistem pengoperasiannya dengan adanya kelompk-kelompok kecil di dalam gerakan. Kelompok-kelompok ini langsung berada dibawah pengawasan kaderisasi. Sistem inilah yang bertugas mengideologisasi gerakan. Mendidik para kader dengan kurikulum yang terpadu agar sadar dengan keberadaan dan fungsi mereka. Instrumen semacam ini dikenal dengan nama Tarbiyah meskipun bukan definisi yang baku. Tarbiyah sudah dilakukan sejak Rasulullah memulai dakwahnya di Mekkah. Tarbiyah dilakukan dengan mengumpulkan semua para sahabat yang sudah atau baru masuk Islam untuk belajar bersama tentang Islam. Proses belajar mengajar ini langsung disampaikan oleh Rasulullah. Dalam gerakan ini kita membagi kader kedalam beberapa kelompok yang berjumlah maksimal 13 orang yang dibina oleh satu orang pemandu yang dipercayakan kaderisasi. Di KAMMI, sistem ini lebih dikembangkan dengan sebuah instrumen. Instrumen tersebut dinamakan Madrasah KAMMI (MK). Madrasah KAMMI adalah sarana kaderisasi bagi seluruh kader yang telah mengikuti Daurah Marhalah (DM), yang dilakukan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas kader sesuai dengan IJDK KAMMI. MK diselesaikan minimal selama 8 bulan dalam kepengurusan. Madrasah KAMMI adalah wadah kader kammi yang dapat dijadikan forum belajar dan diskusi bagi seluruh kader AB 1 KAMMI untuk meningkatkan tsaqofah serta pemahaman mereka mengenai gerakan. Di dalam MK secara umum mengakaji materi-materi keislaman yang mampu menjadi dasar pondasi kader agar mampu tertanam dalam ruhiyah kader sehingga mampu menjadi penggerak yang ideal. Mengapa demikian? Hal tersebut diberlakukan untuk membentuk karakter kader yang islami (syaksiyah islamiyah) pada masing- masing pribadi kader untuk senantiasa menata kekuataan untuk senantiasa bergerak dalam pergerakan. Materi-materi yang dibaahs seperti persoalan aqidah, ibadah, akhlaq, sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW, fikrul islam, keakhwatan dan al-quran. Madrasah KAMMI mendapatkan posisi yang sangat penting dalam kaderisasi. Sampai-sampai madrasah kammi menjadi tolak ukur keberhasilan kaderisasi dalam pengelolaan kelompok MK berjalan dengan baik atau tidak sampai selesai. Dalam kaderisasi kammi madrasah kammi memiliki tujuan sebagai sarana ideologisasi gerakan, memperkaya tsaqofah dan kapasitas keilmuwan kader serta membentuk pribadi kader yang ideal serta membangun ukhuwah antar kader dan sebagai wadah dalam melahirkan modal sosial bagi gerakan. Ruh gerakan dalam pergerkan KAMMI itu sendiri adalah tak lain dan tak bukan adalah madrasah kammi sedangkan struktur yang ada sebagai jasad gerakan yang tersusun sistematis. Jika sebuah struktur yakni komisariat yang didalam komisariat itu Madrasah KAMMInya berjalan baik dan lancar maka dengan pemenuhan itu kepada kader akan membuat kader-kader yang dididik mengisi dan memperkuat dinamika gerakan dalm berKAMMI. Dengan adanya kesadaran ysng mengikat kader maka mereka akan bergerak sesuai dengan amanh yang diberikan dan mampu menjadi kader ideal penggerak dalam komisariat. Namun sebaliknya jik amadrasah kammi dalam suatu komisariat berjalan tertatih-tatih dan parahnya stagnan, maka akan memunculkan akibat yang fatal bagi kader yang ada didalam komisariat tersebut karena perlahan- lahan mereka jenuh dengan agenda gerakan yang terkesan begitu-begitu saja. Sehingga menimbulkan ide kader untuk melepaskan diri karena tidak adanya alasan kuat untuk bertahan terus di KAMMI. Dari penjelasan di awal diketahui bahwa madrasah kammi letaknya begitu urgent yang selama ini dialah yang mengorganisir KAMMI pada sisi internalnya, maka dengan waktu yang lama itu pula gerakan akan selalu berada digarda paling depan garis perjuangan. Sehingga diMK inilah kunci gerakan sesungguhnya berada. Selama proses MK dikomisariat saya pribadi selalu mengamati akan pelaksanaan mk tersebut. Dan memang mk memberikan kemudahan bagi gerakan dalam hal mobilisasi, baik itu dalam rana mengekusi agenda maupun membentuk tradisi kader ideal seperti diskusi, membaca dan bergaul. Namun dalam sebuah sistem tentunya memiliki kekurangan begitupun dengan MK yang menyimpan beberapa persoalan dalam implentasiannya di komisariat yang tentunya mempengaruhi pemandu dan peserta mk. Beberapa diantarannya yakni Bahwasanya kader kehilangan minat dan niat dalam kesadarn belajar karena tertimbun oleh priorita agenda lain. Cenderung kader belum memprioritaskan MK ini sehingga kadang-kadang MK yang sebenarnya sangat penting dan wajib bagi kader ab dikalahkan prioritasnya dengan urusan tidak penting dan mendesak oleh kader. Selain itu bahwa dalam sub materi yang ternagkum dalam manhaj kammi itu sendiri dalam implementasinya dalam mk belum dipahami kader karena faktor pemandu yang kaffah dalam pemahaman materi ataukah karena pemandu yang monoton dalam menjelaskan sehingga tidak ada feedback bagi peserta. Sehingga mengkubur rasa penasaran kader dengan rasa kebosonan dan jenuh hingga akibatnya tidak ada bertanya mengenai materi dan seolah-olah memahami semua materi padahal sebaliknya. Permasalahn diatas sebenarnya dapat denga mudah kita tangani dengan menyesuaikan MK ini dengan perkembangan zaman tekhnologi. Dimana sema kader kammi itu adalah generasi milenial yang terkadang membuat kader terlena dan jatuh di dalam budaya populer (smartphone, chatting, fashion, games, dll). Namun sasarannya juga bukan hanya kader AB 1 saja karena tak dipungkiri banyak kader AB 2 dan pengurus yang merasakan hal yang sama. Maka yang bisa pemadu lakukan adalah dengan mengkreasikan materi dan cara pembawaannya secara kreatif dan efisien, seperti menggunakan LCD dalam pembawa materi yang diselingi video atau visual berkaitan dengan sub materi ataukah dengan metode-metode belajar yang tren dipergunakan oleh dosen- dosen IAIN Palopo yaitu dengan membagi kelompok peserta untuk membuat poster bergambar yang sesuai dengan materi lalu menampilkannya diatas melalui presentasi kelompok. Metode sangatlah relevan dengan tekhnik belajar saat ini. sehingga MK itu tidak monton hanya dengan duduk menjelaskan, berbicara, bertanya dan menjawab tetapi ada sensasi baru yang menarik dan kreatif yang irasakan kader sehingga output dari penjelasan yang mereka tangkap dan jelaskan bisa terimplementasikan dengan baik karena mereka faham. Dengan keseruan dan keasyikan seperti itu bisa membuat kader ketagihan untuk mengikuti MK karena penyajiannya yang beragam dalam memberikan materi, sehingga setiap pemandu dituntut untuk reatif dalam merumuskan metode pembawaan materi agar tidak monoton dan membosankan. Selama ini, dikomisariat hasan al banna iain palopo juga selalu mengadakan madrasah kammi indoor didalam ruangan. Sehingga membuat kader tambah jenuh karena kuliah dikelas lalu kajian dikelas, mereka butuh lokasi madrasah kammi yang lebih fresh dan menyatu dengan alam. Sehingga untuk stategi menarik kader boleh madrasah kammi ini diselenggarakan dengan konsep outdoor di kawasan wisata yang bisa dibungkus dengan acara makan-makan atau semacamnya namun dengan tetap memperhatikan kondisi dan situasi yang efisien untuk pembawaan materi oleh pemandu, dengan kreativitas seperti ini mampu menarik kader untuk terus menerus mendatangi mk karena penasaran akan penyajian materinya. Nah dengan mk yang menarik seperti itu dan dengan pemandu yang ahli, mampu menjadi tolak ukur keberhasilan dalam mebentuk kader yang ideal. selain itu bisa membangun sedikit demi sedikit kesadaran kader sehingga lambat laun merasakan bahwa mk adalah hal yang penting dalam pergerakan dan tak terasa akan mengikatkan ruh nya dengan MK atau bisa dikatakan kecanduan dengan MK sehingga akan merasakan rugi dan berdosa jika tidak menghadiri MK yang diselenggarakan sebulan sekali ini. sehingga akan memperkuat fikroh perjuangan kader dan memperkuat landasan atau pondasi kader bergerak dalam pergerkan KAMMI.