Makalah Interaksi Obat Makanan Kel 6
Makalah Interaksi Obat Makanan Kel 6
PENDAHULUAN
Interaksi obat dianggap penting karena dapat menguntungkan dan merugikan. Salah
satu dari interaksi obat adalah interaksi obat itu sendiri dengan makanan. Interaksi antara obat
dan makanan dapat terjadi ketika makanan yang kita makan mempengaruhi obat yang sedang
kita gunakan, sehingga mempengaruhi efek obat tersebut. Interaksi anatara obat dan makanan
dapat terjadi baik untuk obat dan makanan dapat terjadi baik untuk resep dokter maupun obat
yang dibeli bebas, seperti obat antasida, vitamin, dll.
Kadang-kadang apabila kita minum obat bersamaan dengan makanan, maka dapat
mempengaruhi efektivitas obat dibandingkan apabila diminum dalam keadaan perut kosong,
selain itu konsumsi secara bersamaan antara vitamin atau sumplemen herbal dengan obat juga
dapat menyebabkan terjadinya efeksamping. Contoh reaksi yang dapat timbul apabila terjadi
interaksi antara obat dan makanan, diantaranya : Makanan dapat mempercepat atau
memperlambat efek dari obat, beberapa obat tertentu dapat menyebabkan vitamin dan
mineral tidak bekerja secara tepat ditubuh, menyebabkan hilangnya atau bertambahnya nafsu
makan, obat dapat mempengaruhi nutrisi tubuh, Obat herbal dapat berinteraki dengan obat
modern.
Selain itu, besar kecilnya efek interaksi obat dengan makanan antara tiap orang dapat
berbeda, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu seperti : Besarnya dosis obat
yang diminum, usia, kondisi tubuh dan kondisi kesehatan pasien, waktu konsumsi makan dan
waktu konsumsi obat. Untuk menghindari terjadinya interaksi obat dan makanan, bukan
berarti menghindari untuk mengkonsumsi obat atau makanan tersebut. Yang sebaiknya
dilakukan adalah pengaturan waktu antara obat dan makanan untuk dikonsumsi dalam waktu
yang berbeda. Dengan mempunyai informasi yang cukup mengenai obat yang digunakan
serta kapan waktu yang tepat untuk mengkonsumsinya, maka kita dapat menghindari
terjadinya interaksi antara obat dengan makanan.
I.2 Permasalahan
I.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah disini adalah untuk mengetahui mekanisme dari
interaksi obat dengan makanan tersebut didalam tubuh, serta mengetahui efek-efek yang
merugikankan serta menguntungkan dari kedua interaksi obat dan makanan. Dan
memberikan sebagian kecil contoh obat-obat yang dapat berinteraksi dengan makanan. Dan
menjelaskan seperti apa cara penanggulangannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Interaksi obat adalah modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang diberikan pada
awalnya atau diberikan bersamaan sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih
berubah. Interaksi obat didefinisikan oleh Committee for Proprietary Medicine Product
(CPMP) sebagai suatu keadaan bilamana suatu obat dipengaruhi oleh penambahan obat lain
dan menimbulkan pengaruh klinis. Efek-efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi
efektifitas atau menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Tetapi interaksi bisa
saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan
obat injeksi dengan kandungan infus.
Prevalensi interaksi obat secara keseluruhan adalah 50% hingga 60%. Obat-obatan
yang mempengaruhi farmakodinamika atau farmakokinetika menunjukkan prevalensi sekitar
5% hingga 9%. Sekitar 7% efek samping pemberian obat di rumah sakit disebabkan oleh
interaksi obat.
Sedangkan object drug, biasanya merupakan obat yang mempunyai kurva dose
response yang curam. Obat-obat ini menimbulkan perubahan reaksi terapeutik yang besar
dengan perubahan dosis kecil. Kelainan yang ditimbulkan bisa memperbesar efek terapinya.
Juga bila dosis toksik suatu object drug, dekat dengan dosis terapinya, maka mudah
keracunan obat bila terjadi suatu interaksi.
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas
dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi, terutama bila menyangkut obat
dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi rendah) seperti glikosida jantung,
antikoagulan dan obat-obat sitostatika.
Dengan kemajuan teknologi dan pengalaman pemakaian obat-obatan, maka interaksi
obat makin banyak diketahui. Secara farmakologis, obat yang bertindak sebagai precipitant
drug mempunyai sifat sebagai berikut :
a. Obat yang terikat banyak oleh protein plasma akan menggeser obat lain (object drug)
dari ikatan proteinnya. Contoh : aspirin, fenilbutazon dan golongan sulfa
b. Obat yang menghambat atau merangsang metabolisme obat lain. Contohnya :
Perangsang metabolisme : fenitoin, karbamazepan, rifampisin, antipirin, dan
griseofulvin.
Penghambat metabolisme : alopurinol, simetidin, siklosporin, luminal,
ketokonazol, eritromisin, klaritromisin, dan siprofloksasin.
c. Obat yang mempengaruhi renal clearance object drug. Contohnya : furosemid
(diuretik) dapat menghambat ekskresi gentamisin sehingga menimbulkan toksik.
Interaksi obat menurut jenis mekanisme kerja dibagi menjadi 2 yaitu interaksi
farmakodinamika dan interaksi farmakokinetika.
a. Interaksi farmakodinamika
Interaksi farmakodinamika hanya diharapkan jika zat berkhasiat yang saling
mempengaruhi bekerja sinergis atau antagonis pada suatu reseptor, pada suatu organ
sasaran atau pada suatu rangkaian pengaturan.
b. Interaksi farmakokinetika
Interaksi farmakokinetika dapat terjadi selama fasa farmakokinetika obat secara
menyeluruh juga pada absorpsi, distribusi, biotransformasi dan eliminasi.
1. Faktor Usia
Distribusi obat-obatan yang larut dalam lipid (obat-obatan yang larut dalam
lemak) mengalami perubahan yang jelas, di mana wanita usia lanjut memiliki
jaringan lemak 33% lebih banyak dibandingkan wanita yang lebih muda, sehingga
terjadi akumulasi obat. Usia juga mempengaruhi metabolisme dan klirens obat
akibat perubahan yang terjadi pada hati dan ginjal. Saat tubuh semakin tua aliran
darah melalui hati berkurang dan klirens beberapa obat dapat terhambat sekitar
30-40%. Selain itu enzim-enzim hati yang menjalankan metabolisme obat mudah
melimpah sehingga memperlambat metabolisme akibatnya terjadi peningkatan
konsentrasi obat-obatan tertentu.
Berdasarkan WHO kelompok usia lanjut dibagi menjadi 3 golongan besar
yaitu usia 60-74 tahun (young old), 75-84 tahun (old old) dan > 85 tahun (oldest
old). Perubahan fisiologis yang terjadi pada orang usia lanjut adalah penurunan
massa otot, cairan tubuha, laju filtrasi glomerulus, aliran darah ke hati serta
peningkatan lemak tubuh.
2. Faktor Polifarmasi
Tujuan dari Polifarmasi ini tidak lain adalah untuk mencapai efek terapi yang
optimum mengurangi efek samping, menghambat timbulnya resistansi, mencegah
kemungkinan adanya efek toksik yang disebabkan oleh substansi zat aktif.
Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien, lebih
dari yang dibutuhkan secara logis-rasional dihubungkan dengan diagnosis yang
diperkirakan.
Banyak obat yang tidak ada hubungannya dengan penyakit pasien diberikan
pada pasien yang tentu saja merupakan pemborosan dan meningkatkan insiden
penyakit karena obat.
3. Faktor Penyakit
Diabetes, hipotensi atau hipertensi, tukak, glaucoma, pelebaran prostat,
kontrol kandung kemih yang buruk, dan insomnia adalah beberapa kondisi yang
perlu diperhatikan karena penderita penyakit seperti ini berpeluang lebih tinggi
mengalami interaksi obat-penyakit.
4. Faktor Genetik
Karena faktor genetik sebagian orang memproses (metabolisme) obat secara
lambat akibatnya suatu obat bisa berakumulasi di dalam tubuh sehingga
menyebabkan toksisitas.
PEMBAHASAN
Hubungan dan interaksi antara makanan, zat gizi yang terkandung dalam makanan,
dan obat sangat menarik perhatian masyarakat. Makanan dan zat gizi yang terkandung dalam
makanan jika dikonsumsi secara bersamaan dengan obat-obat tertentu dapat mempengaruhi
bioavailabilitas, farmakokinetika, farmakodinamika dan efek terapi suatu obat secara
keseluruhan. Nutrien tertentu di dalam saluran pencernaan dan/ atau di dalam sistem fisiologi
tubuh seperti di dalam darah dapat meningkatkan atau mengganggu kecepatan absorpsi dan
metabolisme obat. Interaksi obat dengn makanan bisa terjadi karena obat resep atau obat
bebas dan obat bebas terbatas seperti antasida, vitamin dan zat besi. Makanan yang
mengandung zat-zat aktif yang berinteraksi dengan obat-obat tertentu dapat menimbulkan
efek buruk yang tidak diharapkan. Zat-zat gizi termasuk makanan, minuman dan suplemen
makanan bisa mengubah efek obat yang digunakan pasien.
Seperti halnya makanan obat-obatan yang diminum harus diserap melalui mukosa
lambung atau usus kecil. Akibatnya adanya makanan di dalam sistem pencernaan dapat
menurunkan absorpsi suatu obat. Biasanya interaksi semacam ini dapat dihindari dengan
meminum obat satu jam atau dua jam setelah makan. Serat makanan juga mempengaruhi
absorpsi obat.
Karakteristik fisik dan kimia suatu obat adalah faktor yang sangat menentukan potensi
interaksinya dengan makanan. Obat yang berbeda di dalam kelompok obat yang sama atau
formulasi obat-obatan identik yang berbeda bisa menunjukkan karakteristik kimia yang
berbeda sehingga menghasilkan interaksi obat dengan makanan yang benar-benar berbeda.
Terjadinya interaksi makanan dengan obat tergantung pada ukuran dan komposisi
makanan serta waktu pemberian obat dalam kaitannya dengan makan. Misalnya
bioavailabilitas obat-obatan lipofilik biasanya meningkat dengan kandungan lemak yang
tinggi atau karena peningkatan daya larut obat (misalnya albendazol dan isotretinoin) atau
perangsangan sekresi asam lambung (misalnya griseofulvin dan halofantrin). Atau kandungan
serat yang tinggi dapat menurunkan bioavailabilitas obat-obatan tertentu (misalnya digoksin
dan lovastatin) karena pengikatan terhadap serat.
Bioavailabilitas dan efek sebagian besar obat saling berkaitan sehingga perubahan
bioavailabilitas merupakan suatu parameter efek interaksi obat dengan makanan yang sangat
penting. Interaksi farmakokinetik obat dengan makanan yang paling penting disebabkan oleh
perubahan absorpsi suatu obat karena reaksi kimia yang terjadi antara obat dengan makanan
atau respons fisiologi terhadap makanan ; perubahan keasaman lambung, sekresi asam
empedu , atau motilitas saluran percernaan. Interaksi makanan dengan obat yang hanya
mempengaruhi tingkat absorpsi obat sering terjadi secara klinis namun jarang signifikan.
Namun untuk beberapa obat, ansorpsi cepat yang menghasilkan konsentrasi tertinggi obat
mungkin tidak dianjurkan karena terjadinya efek negatif yang terkandung konsentrasi
(misalnya kapsul misoprostol dan nifedipin).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat interaksi antara makanan dan obat dimana
dampak interaksi makanan dengan obat tergantung pada sejumlah faktor seperti dosis obat,
usia subjek, ukuran dan kondisi kesehatan. Terlepas dari faktor-faktor ini, waktu konsumsi
makanan dan obat juga memperlihatkan peran penting. Pencegahan interaksi obat bukan
berarti menghindari obat atau mekanan. Dalam kasus tetrasiklin dan produk susu, keduanya
mesti dikonsumsi pada waktu yang berbeda tidak harus menghilangkan salah satunya.
Informasi yang memadai tentang obat-obatan dan waktu minum obat bisa membantu
mencegah masalah interaksi obat.
Tidak semua obat dipengaruhi makanan, namun banyak obat yang dapat dipengaruhi
oleh makanan dan waktu makan. Misalnya, minum obat bersamaan dengan waktu makanan
dapat mempengaruhi absorpsi obat. Makanan dapat memperlambat dan menurunkan absorpsi
obat. Itulah sebabnya obat-obatan ini mesti diminum saat perut dalam keadaan kosong. Disisi
lain, beberapa obat lebih mudah ditoleransi ketika diminum pada waktu makan.sebaiknya
ditanyakan ke dokter atau apoteker apakah obat bisa digunakan bersamaan dengan snack atau
makanan utama, atau apakah obat mesti digunakan ketika perut dalam keadaan kosong.
Makanan dapat mempengaruhi absorpsi obat didalam traktus gastrointestinalis dengan
mengubah pH lambung, sekresi, dan motilitas saluran pencernaan, serta waktu transit. Hal ini
menyebabkan perubahan kecepatan absorpsi atau tingkat absorpsi obat.
a. Absorpsi obat yang meningkat karena adanya makanan
Obat Mekanisme Perhatian
Eritromisin Tidak diketahui Gunakan bersama makanan
Griseofulvin Obat larut dalam lipid, absorpsi Gunakan bersama makanan
lebih tinggi dengan makanan dengan kadar lemak tinggi
kaya lemak.
Karbamazepin Peningkatan produksi -
empedu,pelarutan dan
penyerapan lebih tinggi.
Hudralazin, Makanan dapat menurunkan Minum saat makan dengan
Labetalol, dan ekstraksi dan metabolisme makanan yang kaya lemak.
Metaprolol pertama.
Nitrofurantoin, Perlambatan pengosongan Minum saat waktu makan
Fenitoin, dan gastrik meningkatkan pelarutan
Propoksifen dan penyerapan.
KESIMPULAN