Dalam 3 bab ini di muka telah dibahas berbgai hal yang mengyangkut
lingkungan auditing. Mulai bab ini pembahasan akan difokuskan pada proses auditing
atas laporan keuangan yang merupakan topik utama buku ini. Pada bab 4 ini akan
dibahas empat hal fundamental dalam auditing, yaitu : (1) tujuan audit, (2) buku
audit, (3) prosedur audit, dan (4) pendokumentasian bukti audit dalam kertas kerja.
TUJUAN PENGAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu untuk :
1. Menyebutkan lima kategoti asersi manajemen dalam laporan keuangan
2. Menetapkan tujuan audit khusus dari kelima kategori asersi manajemen
tersebut
3. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecukupan dan kompetensi
bukti audit
4. Menyebutkan jenis-jenis informasi penguat yang tersedia bagi auditor
5. Menyebutkan dan menjelaskan jenis-jenis prosedur audit yang bisa digunakan
dalam suatu audit
6. Menjelaskan arti dan tujuan kertas kerja audit
7. Menerapkan tehnik-tehnik penting dalam penyusunan suatu kertas kerja yang
baik
TUJUAN AUDIT
seperti telah disinggung pada Bab 2, tujuan umum suatu audit atas laporan
keuangan adalah memberikan suatu pernyataan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai
dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam
audit biasanya dirumuskan tujuan khusus audit untuk setiap rekening yang dilaporkan
dalam laporan keuangan. Tujuan khusus ini berasal dari asersi-asersi yang dibuat
manajemen dalam laporan keuangan.
Asersi-Asersi Manajemen Dalam Laporan Keuangan
Laporan keuangan berisi asersi-asersi manajemen yang eksplisit dan implisit.
Sebagai contoh perhatikanlah komponen neraca berikut ini:
Aktiva Lancar:
Kas .................................................................................... Rp. 100.000.000,00
Dalam pe1aporan pos ini dineraca, manajemen membuat dua asersi eksplisit
yaitu: (1) kas benar-benar ada, dan (2) jumlah kas yang benar adalah
Rp100.000.000,00. Selain itu manajemen juga rnembuat tiga asersi implisit, yaitu: (1)
semua kas yang harus dilaporkan telah dimasukkan, (2) semua kas yang dilaporkan
merupakan milik satuan usaha, dan (3) tidak terdapat pembatasan dalam penggunaan
kas. Asersi terakhir ini mengikuti persyaratan penyajian kas dalam aktiva lancer
sebagaimana diatur oleh Standar Akuntansi Keuangan. Apabila salah satu dari asersi-
asersi tersebur di atas tidak benar, maka laporan keuangan bisa menjadi salah saji
material
Asersi-asersi yang sama melandasi semua aktiva, kewajiban, pendapatan,dan
biaya komponen-komponen laporan keuangan. Dalam PSA No 07, Bukti Audit (SA
326.03), disebutkan lima golongan besar asersi-asersi laporan keuangan:
Keberadaan atau keterjadian (existence occurrence)
KeIegkapan (Completeness)
Hak dan kewajiban (Right and Obligation)
Penilaian (valuation) atau pengalokasian (allocation)
Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
Dalam uraian di bawah ini akan dibahas pengertian masing-masing asersi
Sebagaimana tercantum dalam SA 326 disertai dengan contohnya. Selanjumva akan
ditunjukan seperangkat tujuan khusus audit untuk kas pada berbagai kelompok asersi.
Kelengkapan
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi
atau semua rekening (account) yang seharusnya disajikan dalam laporan
keuangan tetah dicantumkan di dalamnya.
JUntuk setiap rekening yarg dilaporkan dalam laporan keuangan, manajemen
secara implisit menyatakan bahwa semua transaksi dan kejadian yang berhubingan
telah dimasukkan. Sebagai contoh, manajemen menyatakan bahwa saldo kas sebesar
Rp. 100.000.000,00, telah mencakup pengaruh semua transaksi kas dan semua
elemen kas yang disebutkan di atas. Kesalahan penyataan asersi kelengkapan untuk
kas bisa terjadi jika pengaruh beberapa transaksi penerimaan kas dihilangkan.
Pada asersi kategori ini, auditor terutama mengkhawakan terjadinya pelaporan
komponen-komponen laporan keuangan lebih sedikit dari yang seharusnya
(understatement) dengan cara menghilangkan sesuatu yang sesungguhnya ada, atau
dengan menghilangkan transaksi atau kejadian yang sesungguhnya terjadi.
BUKTI AUDIT
Bukti audit merupakan konsep fundamental dalam auditing. SA.326.14
mentakan bahwa bukti audit terdiri dari data akuntansi dan semua informasi
penguat yang tersedia bagi auditor. Contoh bukti audit dari masing-masing kategori
tersebut adalah:
Data Akuntansi:
Buku jurnal
Buku besar dan buku besar pembantu
Buku pedoman akuntansi
Memorandum dan catatan tak resmi, seperti kertas kerja, perhitungan-
perhitungan dan rekonsiliasi
Informasi Pengual:
Doktimen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat:
Konfirmasi dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui.
Informasi yang diperoleh melalui pengajuan pertanyaan.
Informasi lain yang dikembangkan atau tersedia bagi auditor.
Dalam sistem pengolahan data elektronik (electronic data processing) data
akuntansi dan informasi penguat bisa berbentuk media elektronik seperti pita
magnetik dan disk, tapi bisa juga dalam bentuk hard copy atau dalam bentuk cetakan.
Kedua kategori bukti audit diperlukan dalam melakukan suatu audit sesuai
dengan standar auditing. Kiranya tidak diragukan bahwa bukti yang berupa data
akuntansi pasti harus dikumpulkan auditor, karena data akuntansi merupakan sumber
atau dasar pembuatan laporan keuangan. Namun demikian, catatan-catatan ini bisa
tidak dapat dipercaya. Oleh karena itu sangatlah perlu bagi auditor untuk
mendapatkan bukti penguat mengenai keandalan catatan-catatan keuangan tersebut.
Bukti-bukti ini kebanyakan terdapat dalam organisasi klien, tetapi mencari bukti dan
sumber-sumber di luar klien juga sangat penting.
Proses pengidentifikasian sumber-sumber bukti untuk memenuhi tujuan audit
untuk setiap saldo rekening akan dibahas secara mendalam pada sejumlah bab dalam
buku ini. Bab ini akan membahas kerangka umum untuk mengidentifikasi jenis-jenis
bukti dan kaitannya dengan asersi laporan keuangan.
mengidentifikasi 1enis-;enis bukti dan kaitannya dengan asersi laporan
keuangan.
Pengetahuan Tidak
Pengetahuan Langsung
Langsung
Contoh
PROSEDUR-PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit adalah tindakan-tindakan yang dilakukan atau metoda dan
tehnik yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti
audit. Prosedur audit bisa diterapkan pada data akuntansi ataupun pada proses untuk
mendapatkan dan mengevaluasi informasi penguat.
JENIS-JENIS PROSEDUR AUDIT
Di bawah ini akan diuraikan sepuluh macam prosedur Audit yang biasa
dilakukan auditor, yakni:
Prosedur analitis (analytical procedures)
Menginspeksi (inspecting)
Mengkonfirmasi (confirming)
Mengajukan pertanyaan (inquiring)
Menghitung (counting)
Menelusur (tracing)
Mencocokkan ke dokumen (voucbing)
Mengamati (observing)
Melakukan ulang (reperforming)
Tehnik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)
pemilihan prosedur yang akan digunakan untuk mengaudit rekening atau
asersi dilakukan dalm tahap perencanaan audit. Dalam pemilihan prosedur yang akan
digunakan, auditor harus mempertimbangkan baik keefektifan prosedur dalam
memenuhi tujuan audit spesifik, maupun biaya untuk melaksanakan prosedur
tersebut.
Prosedur Analitis
Prosedur Analitis terdiri dan kegiatan mempelajari dan
membandingkan data yang memiliki hubungan. Prosedur ini mencakup
perhitungan dan penggunaan ratio-ratio sederhana, analisis vertikal atau
laporan perbandingan, perbandingan, antara jumlah sesungguhnya dengan
data historis atau anggaran, dan penggunaan model-model matematika dan
statistika seperti analisa regresi. Dalarn prosedur ini selain digunakan data
finansial, bias juga digunakan data non-finansial. Prosedur analitis
menghasilkan bukti analitis.
Menginspeksi
Menginspeksi meliputi kegiatan pemeriksaan secara teliti atau
pemeriksaan secara mendalam atas dokumen, catatan, dan pemeriksaan fisik
atas sumber-sumber berujud. Prosedur ini diunakan sangat luas dalam
auditing.
Menginspeksi dukemen adalah untuk mengevaluasi dokumen. Dengan
cara ini auditor akan dapat menentukan keaslian suatu dokumen, atau
mungkin juga mendeteksi adanya pengubahan atau adanya hal-hal yang
mengundang pertanyaan. Menginpeksi dokumen juga memungkinkan
dilakukannya penentuan ketepatan termin faktun, kontrak, dan sebagainya.
Istilah lain seperti mereview, membaca, atau memeniksa dokumen adalah
sinonim dengan menginspeksi dokumen dan catatan.
Menginspeksi sumber-sumber berujud dapat memberi pengetahuan
langsung kepada auditor mengenai keberadaan dan koidisi fisik. Dengan
demikian, inspeksi juga merupakan untuk mengevaluasi bukti fisik.
Mengkonfirmasi
Mengkonfirmasi adalah bentuk pengajuan pertanyaan yang informasi
langsung dari sumber independen di luar organisasi klien. Pada umumnya
klien membuat permintaan kepada pihak luar secara tertulis, tetapi auditor
harus mengawasi pengirimannya. Permintaan tersebut berisi pula instruksi
agar jawaban atas pertanyaan yang diajukan dikirimkan langsung kepada
auditor. Prosedur auditing ini menghasilkan bukti konfirmasi yang digunakan
secara luas dalam auditing.
Mengajukan Pertanyaan
Mengajukan pertanyaan bisa dilakukan secara lisan atau tertulis.
Pengajuan pertanyaan bisa dilakukan kepada sumber-sumber intern dalam
perusahaan klien, seperti manajemen atau karyawan, misalnya dalam hal
mencari informasi tentang keusangan persediaan atau kolektibilitas piutang,
ataupun diajukan kepada pihak lain, misalnya untuk mencari informasi dari
penasehat hukum klien tentang kemungkinan adanya tuntutan terhadap klien.
Pengajuan pertanyaan menghasilkan bukti lisan maupun bukti yang berbentuk
pernyataan tertulis.
Menghitung
Penerapan prosedur menghitung yang paling umum dilakukan adalah
(1) melakukan perhitungan fisik atas barang-barang berujud seperti
melakukan perhitungan kas atau persediaan yang ada di perusahaan, dan (2)
menghitung dokumen-dokumen bernomor tercetak. Tindakan pertama
dimaksudkan sebagai cara untuk mengevaluasi bukti fisik dari jumlah yang
ada di tangan, sedangkan tindakan kedua merupakan cara untuk mengevaluasi
bukti dokumen khususnya yang berkaitan dengan kelengkapan catatan
akuntansi.
Menelusur
Dalam tindakan menelusur (kadang-kadang disebut pula menelusur
kembali) auditor (1) memilih dokumen-dokumen yang dibuat pada saat
transaksi terjadi, dan (2) menentukan bahwa informasi dalam dokumen
tersebut telah dicatat dengan tepat dalam catatan akuntansi(jurnal dan buku
besar). Arah pengujian dari dokumen ke catatan akuntansi, atau dengan lain
perkataan mengikuti arah aliran data dalam sistem akuntansi. Karena prosedur
ini bisa membenikan keyakinan bahwa data-data dokumen pada akhirnya
telah dimasukkan ke dalam rekening, mengingat berguna untuk mendeteksi
terjadinya pencatatan di bawah semestinya (understatment) pada catatan
akuntans. Prosedur ini sangat penting untuk mendapatkan bukti tentang asersi
kelengkapan Prosedur ini akan lebih efektif apabila klien menggunakan
dokumen dengan nomor urut tercetak. Penelusuran terutama berhubungan
dengan bukti dokmurnen
Mencocokkan ke Dokumen
Tindakan Mencocokkan ke dokumen (Vouching) meliputi kegiatan
(1) memilih ayat-ayat jurnal tertentu dalam catatan akuntansi, dan (2)
mendapatkan dan menginspeksi dokumen yang menjadi dasar pembuatan ayat
jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan ketelitian transaksi yang
dicatat. Dalam prosedur ini, arah pengujian berlawanan dengan penelusuran
yang diterangkan di atas. Pencocokan ke dokumen banyak dilakukan untuk
menditeksi terjadinya pencatatan di atas semestinya (overstatement) dalam
catatan akuntansi. Prosedur ini sangat penting untuk mendapatkan bukti yang
berhubungan dengan asersi keberadaan atau keterjadian. Pencocokkan ke
dokumen berhubungan erat dengan bukti dokumen. Gambar 4.4 melukiskan
perbedaan pokok antara pencocokan ke dokumen (vouching) dengan
penelusuran.
ARAH PENGUJIAN ASERSI
KEBERADAAN
PENCOCOKAN KE DOKUMEN (VOUHING)
ATAU
(Untuk menguji penyajian terlalu tinggi)
KETERJADIAN
] ]
DOKUMEN BUKU
SUMBER JURNAL BESAR
PENELUSURAN (TRACING)
(Untuk menguji penyajian terlalu rendah) KELENGKAPAN
Mengamati
Mengamati atau mengobservasi meliputi tindakan melihat atau
menyaksikan pelaksanaan sejumlah kegiatan atau proses. Aktivitasnya bisa
merupakan proses rutin dari suatu tipe transaksi seperti misalnya penerimaan
kas, untuk melihat bahwa karyawan telah melakukan kegiatan tersebut sesuai
dengan kebijakan prosedur yang ditetapkan perusahaan Bisa juga auditor
mengamati kecermatan yang dilakukan oleh karyawan perusaham klien dalam
melakukan perhitungan fisik persediaan tahunan. Dalam tindakan terakhir ini
nampak perbedaan antara mengamati dengan menginspeksi. Di satu sisi
auditor mengatnati proses karyawan klien dalam melakukan perhitungan fisik
persediaan, di lain sisi auditor Juga menginspeksi atau memeriksa persediaan
tertentu untuk dapat mengetahui kondisi persediaan. Jadi, subyek pengamatan
adalah orang, prosedur, atau proses. Dari observasi ini, auditor mendapatkan
pengetahuan langsung mengenai aktivitas dalam bentuk bukti fisik.
Melakukan Ulang
Bagian terbesar dari prosedur ini adalah melakukan ulang atau
mengerjakan ulang perhitungan dan rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh
klien. Sebagai contoh misalnya menghitung ulang total rupiah dalam jumal,
biaya depresiasi, utang bunga, dan jumlah unit dikalikan harga per unit dalam
ikhtisar persediaan, dan jumlah-jumlah rupiah dalam daftar-daftar pendukung,
serta rekonsiliasi. Prosedur ini menghasilkan bukti perhitungan. Auditor juga
bisa melakukan ulang beberapa aspek dalam memproses transaksi tertentu,
untuk memastikan bahwa poses yang telah dilakukan klien sesuai dengan
prosedur dan kebijakan pengendalian yang telah ditetapkan. Sebagai contoh,
auditor melakukan ulang prosedur pengecekan untuk pemberian persetujuan
penjualan kredit kepada calon pembeli tertentu (untuk memastikan bahwa
pembeli tersebut layak dilayani permohonan pembelian kreditnya) pada saat
transaksi diproses
Tehnik Audit Berbantuan Komputer
Apabila catatan akuntansi klien diselenggarakan pada media
elektronik, maka auditor harus menggunakan tehnik audit berbantuan
komputer untuk membantu dalam melakukan prosedur-prosedur yang telah
diterangkan di atas. Sebagai contoh, auditor bisa menggunakan perangkat
lunak komputer untuk melakukan perhitungan dan membandingkan dalam
prosedur analitis melakukan pemilihan sampel piutang dagang Untuk
konfirmasi, membandingkan elemen-elemen data dalam file yang berbeda
untuk memeriksa kecocokan (misalnya harga yang tercantum dalam faktur
penjualan dengan harga dalam daftar harga yang telah dlisetujui), dan
melakukan ulang berbagai perhitungan seperti menjumlah saldo-saldo
rekening dalam buku besar pembantu piutang dagang atau arsip persediaan.
Tehnik audit berbantuan komputer akan diterangkan lebih mendalam pada bab
12.
HUBUNGAN ANTARA PROSEDUR AUDIT,
JENIS BUKTI, DAN ASERSI
Untuk memenuhi berbagai tujuan khusus audit yang bersumber pada asensi-
aseri manajemen dalam laporan keuangan, selama audit berlangsung auditor akan
menggunakan banyak (atau bahkan semua) prosedur audit dari berbagai jenis seperti
telah diterangkan di atas. Gambaran tentang hubungan antara prosedur audit, jenis
bukti, dan asersi dapat dilihat pada Gambar 4-5.
.
CONTOH PENERAPAN
PROSEDUR AUDIT BUKTI AUDIT
ASERSI
(1a)
ANALISTIS ANALISTIS
(1b)
PENELUSURAN
PENCOCOKAN (3a)
DOKUMEN
KE DOKUMEN (3b) (4a)
INSPEKSI
(6a)
PERHITUNGAN FISIK
(6b)
(8b) (9a)
PENGAJUAN PERTANYAAN LISAN
(9a)
(10a)
KONFIRMASI KONFIRMASI
(10b)
(11a)
PENGELUARAN ULANG MATEMATIS
(11b)
(12a)
TEKNIK AUDIT ELEKTRONIK
(12b)
Keterangan gambar
PROSEDUR ASERSI-ASERSI
(1a) membandingkan penjualan sesungguhnya dengan budget (1b) Keberadaan, kelengkapan dan penilaian penjualan
penjualan
(2a) Menelusur faktur penjualan ke buku pembantu piutang (2b) Kelengkapan dan penilaian piutang dagang
dagang
(3a) Mencocokan data dalam buku pembantu piutang dengan (3b) Keberadaan dan penilaian piutang dagang
faktur penjualan
(4a) Menginspeksi laporan bank (4b) Keberadaan, hak dan penilaian kas
(5a) Menginspeksi gudang baru (5b) keberadaan gudang
(6a) Menghitung kas yang ada dalam tempat penyimpangan (6b) Penilaian kas
kas
(7a) Mengamati/observasi perhitungan persediaan yang (7b) Keberadaan, kelengkapan, dan penilaian persediaan
dilakukan klien
(8a) Mengajukan pertanyaan kepada penasehat hukum klien (8b) Semua asersi yang bersangkutan dengan utang bersyarat
tentang perkara pengadilan yang menyangkut klien (contingent liabilities)
(9a) Mengajukan pertanyaan kepada manajemen tentang (9b) Penilaian persediaan
persediaan yang usang aau rusak
(10a) Mengkonfirmasi saldo rekening kas di Bank ke Bank (10b) Keberadaan, hak dan penilaian kas
yang bersangkutan
(11a) Melakukan perhitungan ulang bunga piutang (11b) Penilaian utang bunga
(12a)membandingkan harga dalam asrsip faktur dengan daftar (12b) Penilaian Penjualan
harga
Dari gambar tersebut nampak bahwa tiga prosedur, yaitu menelusur,
mencocokan ke dokumen, dan menginspeksi, semuanya menggunakan bukti
dokumen. Selain itu prosedur menginspeksi bisa juga menggunakan bukti fisik,
seperti yang dilakukan oleh prosedur menghitung dan mengamati. Hal yang sama
terjadi pada prosedur mengajukan pertanyaan yang bisa menghasilkan bukti
pernytaan tertulis tertulis atau bukti lisan, tergantung pada sifat pengajuan pertanyaan
dan jawabannya.
Dalam gambar tersebut keterangan yang tercantum di atas garis menunjukan
hubungan antara kotak prosedur dengan kotak jenis bukti, sedangkan keterangan di
bawah garis menunukkan asersi-asersi yang berhubungan dengan berbagai prosedur
dan jenis bukti. Gambar tersebut hanyalah sekedar suatu contoh. Dalam situasi yang
sesungguhnya, cara bagaimana prosedur-prosedur dilakukan bisa mempengaruhi
sejumlah asersi, tergantung pada bukti yang diperolehnya. Sebagai contoh, inspeksi
sepintas atas suatu aktiva berujud bisa dilakukan hanya untuk mendapatkan bukti
tentang keberadaan aktiva tersebut. Akan tetapi auditor bisa juga melakukan inspeksi
yang lebih mendalam yang bisa, menunjukan adanya kerusakan atau barang usang,
dan hal ini bisa menjadi bukti untuk asersi penilaian.
PENGGOLONGAN PROSEDUR AUDlT
Prosedur-prosedur audit biasanya diklasikasikan berdasarkan tujuannya
menjadi beberapa kategori berikut: (1) prosedur-prosedur untuk mendapatkan
pemahaman mengenai struktur pengendalian intern, (2) pengujian pengendalian, ,dan
(3) pengujian substantif..
Prosedur-prosedut untuk mendapatkan pemahaman
Nilai dari pekerjaan lapangan kedua menghruskan auditor untuk
mendapatkan pemahaman tentang struktur pengendalian intern pada
perusahaan klien yang memadai untuk merencanakan audit. Untuk memenuhi
standar ini, auditor mengajukan berbagai pertanyaan kepada manajemen
tentang kebijakan dan prosedur pengendalian intern dan menginspeksi
pedoman akuntansi serta bagan alur (flowchart) sistem akuntansi. Selain itu,
auditor juga bisa memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian
intern dengan cara mengamati aktivitas dan operasi perusahaan. Dalam
melaksanakan prosedur-prosedur tersebut, auditor terutama memusatkan
perhatian pada rancangan (design) struktur pengendailan intern klien, yakni
bagaimana sistem tersebut diharapkan akan bekerja. Prosedur-prosedur untuk
mendapatkan pemahaman mengenai struktur pengendalian intern diperlukan
dalam setiap audit atas laporan keuangan
Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian dilakukan untuk mendapatkan bukti tentang
keefektifan rancangan dan pengoperasian kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian intern. Sebagai contoh, misalkan prosedu pengendalian
menetapkan dilakukannya penyetoran kas ke bank setiap hari. Auditor bisa
menguji keefektifan pengendalian ini dengan cara melakukan pengamatan
atas penyetoran-penyetoran yang sesungguhnya dilakukan atau dengan
memeriksa arsip slip setoran. Pengujian pengendalian juga mencakup
pengajuan pertanyaan kepada para karyawan tentang prosedur pengendalian
yang mereka kerjakan dan auditor melakukan ulang prosedur-prosedur
tersebut. Pengujian pengendalian ini bukan merupakan keharusan dalam suatu
audit atas laporan keuangan, namun demikian hal ini sangat sering dilakukan
para auditor dalam kebanyakan audit.
Pengujian Substantif
Pengujian substantif terdiri dari (1) prosedur analitis, (2) pengujian
detil transaksi, dan (3) pengujian detil saldo-saldo. Penggolongan prosedur
auditing ini dimaksudkan untuk mendapatkan bukti tentang kewajaran asersi-
asersi manajernen dalam laporan keuangan. Seperti telah dijelaskan di atas,
prosedur analitis menyangkut penggunaan perbandingan-perbandingan untuk
menilai kewajaran, misalnya dengan cara menbandingkan saldo pada tahun
berjalan dengan saldo tahun yang lalu atau saldo menurut anggaran. Pengujian
detil atas transaksi menyangkut pemeriksaan atas pendukung untuk setiap
pendebetan dan pengkreditan yang diposting ke dalam suatu rekening.
Sebagai contoh, auditor melakukan pencocokan atas setiap pendebetan pada
piutang dagang ke jurnal penjualan dan ke faktur penjualan yang
bersangkutan. Auditor juga melaukan penulusuran dari dokumen pendukung
ke jurnal dan ke rekening-rekening buku besar yang terkait. Pengujian detil
atas saldo-saldo menyangkut pemerikasaan atas pendukung saldo akhir suatu
rekening secara langsung, sebagai contoh misalnya dengan melakukan
konfirmasi saldo akhir piutang dagang ke debitur. Ketiga jenis pengujian
substantif di atas bersifat saling melengkapi. Jenis pengujian mana yang akan
banyak digunakan untuk suatu rekening tertentu, tergantung pada berbagai
suatu rekening dan biayanya.
Pada umumnya auditor melakukan pengujian detil transaksi untuk
memastikan dua hal berikut : (1) semua kebijakan dan prosedur pengendalin
yang bisa diterapkan telah diikuti dalam memproses transaksi (pengujian
pengendalian) dan (2) transaksi-transaksi telah dijurnal dan diposting ke buku
besar dengan benar. Apabila kedua tujuan itu dilakukan dengan test yang
sama atau bersamaan maka ha itu disebut pengujian bertujuan ganda (Dual-
purpose test).
Mendapatkan Bukti
Melalui Prosedur Audit
Evaluasi kecukupan
dan Kompetensi
Aktiva lancer
A Kas 392.000 427.000 (1) 50.000 477.000 477.000
B 150 Surat Berharga 52.200 62.200 62.200 62.200
C Piutang (Neto) 1.601.400 1.715.000 (1) (50.000) 1.665.000 (A) 10.000 1.675.000
D 170 Persediaan 2.542.500 2.810.200 (2) 133.000 2.943.200 2.943.200
E Biaya Dibayar Di Muka 24.900 19.500 19.500 19.500
Jumlah Aktiva Lancar 4.613.000 5.033.900 133.000 5.166.900 10.000 5.176.900
F 240 Investasi Jangka Panjang 190.000 190.000 190.000
G Aktiva Tetap(Neto) 3.146.500 3.310.900 3.310.900 3.310.900
Jumlah Aktiva 7.759.500 8.534.800 133.000 8.667.800 10.000 8.677.800
Kewajiban dan Modal
Kewajiban Lancar
M 400 Utang Wesel 750.000 825.000 825.000 825.000
N 210 Utang Dagang 2.150.400 2.340.300 (2) (133.000) 2.473.300 (A) (10.000) 2.483.300
O 420 Utang Biaya 210.600 189.000 189.000 189.000
P 430 Utang Pajak 150000 170.000 170.000 170.000
Jumlah Kewajiban Lanar 3.261.000 3.524.300 (133.000) 3.657.300 (10.000) 3.687.300
R 500 Utang Obligasi 1.000.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
S 600 Modal Saham 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
T 700 Laba Ditahan 1.098.500 1.410.500 1.410.500 1.410.500
Jumlah Kewajiban dan 7.759.500 8.534.800 (133.000) 8.667.800 (10.000) 8.677.800
Modal
Daftar atau analisis individual seringkali menunjukkan komposisi dari suatu
saldo rekening pada suatu tauggal tertentu seperti nampak pada kertas kerja A-1
dalam Gambar 4.8. Contoh lain, apabila auditor melakukan audit atas piutang dagang,
maka ia akan membuat daftar utama untuk piutang dagang yang berisi daftar saldo
piutang pada setiap debitor. Atau dalam hal auditor melakukan audit atas surat
berharga, maka ia akan membuat daftar semua investasi beserta jumlah rupiah
investasi masing-masing yang totalnya sama dengan saldo rekening surat surat
berharga dibuku besar. Kertas kerja daftar saldo bisa juga menunjukkan perubahan
yang terjadi pada satu atau lebih saldo yang berhubungan selama periode yang iliput
lapaoran keuangan seperti terlihat Gambar 4 -9. Dalam keadaan tertentu, auditor
menyusun daftar dari suatu rekening tertentu yang diberi index “DOK” yang berarti
“Diusun oleh Klien”. Auditor selanjutnya melakukan pemeriksaan atas daftar tersebut
dengan mencantumkan tickmark (tanda prosesdur yang dikerjakan) beserta penjelasan
dalam kertas kerja seperti nampak juga dalam Gambar 4-9.
AE-1
PT ABC
USULAN JURNAL PENYESUAIAN
No No Rekening Debet Kredit
KK JP
AE-1
PT ABC
Perhitungan Kas – N/R – Kas Kecil
Uang logam 125
Uang kertas 875
Jumlah 1.000 Ke A
A
PT ABC
DAFTAR UTAMA KAS
K/K No So. Akhir Bk. Besar Penye- So. Akhir
No Rek Rekening 31/12/98 31/12/99 suaian 31/12/99
392.000 477.000
No. K/K:
Dibuat oleh: Tanggal:
PT ABC Diperiksa oleh: Tanggal:
Piutang Wesel dan Bunga
3 1 Desember 1999
Ke C Ke C
Memo Audit dan Informasi Penguat
Memo Audit adalah data tetulis yang dibuat auditor dalam bentuk uraian.
Memo bisa berupa komentar atas pelaksanaan prosedur audit dan kesimpulan yang
dicaipai. Dokumentasi informasi penguat terdiri dari: (1) ringkasan atau intisari
notulen rapat dewan komisaris, (2) jawaban konfirmasi, (3) representasi tertulis dari
manajemen dan ahli dari luar, dan (4) salinan kontrak-kontrak penting.
Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Reklasifikasi
Perlu dibedakan antara jurnal penyesuaian dengan jurnal reklasifikasi. Jurnal
penyesuaian audit adalah koreksi atau kekeliruan, penghilangan, atau kesalahan
penerapan prinsip akuntansi yang dilakukan oleh klien. Jurnal penyesuaian ini
dilakukan atas sesuatu yang berdampak material, baik secara individual atau secara
keseluruhan, yang seharusnya telah dilakukan oleh kilen. Jurnal reklasifikasi
berkaitan dengan penyajian saldo-saldo yang benar dalam laporan keuangan secara
baik. Sebagai contoh, misalkan klien melaporkan saldo piutang dagang yang di
nilainya termasuk piutang dagang bersaldo kredit sebagai akibat adanya pembayaran
di muka dari seorang pelanggan. Meskipun klien tidak perlu membuat jurnal
reklasifikasi atas hal tersebut dalam pembukuannya, namun untuk tujuan pelaporan
perlu dibuat jurnal dalam daftar saldo pemeriksaan dengan cara mendebet piutang
dagang dan mengkredit rekening pendapatan diterima di muka (sebuah rekening
kewajiban). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4-7 dan hasil reklasifikasi nampak
pada laporan keuangan. Seperti halnya jurnal penyesuaian, jurnal reklasifikasi juga
hanya dilakukan untuk hal-hal yang mempunyai dampak material.
Dalam kertas kerja, setiap usulan jurnal akan nampak dalam (1) kertas kerja
daftar atau analisis dari setiap rekening yang terpengaruh, (2) setiap kertas kerja
daftar utama yang terpengaruh, (3) ikhtisar terpisah yang berisi usulan jurnal
penyesuaian dari jurnal reklasifikasi dan (4) daftar saldo pemeriksaan. Hal ini
nampak dalam Gambar 4 -8 yaitu pada kertas kerja A-2, A, AE-1, dan AA-1 .
lkhtisar jurnal penyesuaian dan jurnal reklasifikasi pada awalnya disebut
sebagai jurnal “usulan” karena keputusan akhir auditor untuk melakukan penyeuaian
atau reklasifikasi belum bisa dipastikan sampai berakhirnya audit, karena hal itu baru
bisa dilakukan setelah klien memberi persetujuan. Keptusan tentang disetujui
tidaknya usulan jurnal peayesuaian atau reklasifikasi harus nampak dalam kertas
kerja. Apabila klien menolak untuk melaksanakan usulan jumal penyesuaian dan
reklasifikasi yang dipandang perlu oleh auditor, maka hal itu akan berpengaruh
terhadap pendapat yang akan diberikan oleh auditor dalam laporannya.
PEMBUATAN KERTAS KERJA
Dalarn pembuatan kertas kerja, terdapat sejumlah tehnik dan mekanisme yang
lazim digunakan oleh para auditor berikut ini adalah beberapa tehnik penting yang
harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja:
Judul. Setiap kertas kerja harus berisi nama klien, judul yang jelas
menunjukkan isi kertas kerja yang bersangkutan, misalnya Rekonsiliasi Bank-
Bank BNI, dan tanggal neraca atau periode yang dicakup oleh audit.
Nomor Index. Setiap kertas kerja harus diberi index atau nomor referensi,
misalnya A-I, B-2, dan sebagainya, untuk keperluan pemberi identifikasi dan
pengarsipan
Referensi-silang. Data dalam suatu kertas kerja yang diambil dari kertas kerja
lain atau dipindahkan atau dibawa ke kertas kerja lain, harus diberi referensi
silang dengan nomor index dari kertas-kertas kerja tersebut seperti terlihat
dalam Gambar 4-8.
Tanda Pengerjaan (tick marks). Tanda pengerjaan atau tick mark adalah
simbol, seperti tanda silang, centang, atau simbol lainnya, yang digunakan
pada kertas kerjaa untuk menunjukan bahwa auditor telah melakukan prosedur
audit tertentu pada bagian yang diberi tanda pengerjaan, atau bahwa tambahan
informai tentang satu hal terdapat pada kertas kerja lain yang ditunukan oleh
tanda pengerjaan yang bersangkutan
Tanda tangan dan Tanggal. Segera setelah menyelesaikan tugasnya, baik
pembuat maupun orang yang mereview kertas kerja harus menandatangani
dan mencantumkan pada kertas kerja yang bersangkutan. Hal ini diperlukan
agar jelas siapa penanggungjawab dalam permbuatan kertas kerja maupun
mereview kertas kerja.
Perlu diperhatikan bahwa contoh kertas kerja seperti nampak pada Gambar 4-
8 tidak menggambarkan semua hal penting di atas. Hal ini disebabkan karena dalam
contoh inii tidak semua hal perlu dilakukan dan hanya menekankan pada pemberian
index pada kertas kerja dan index silang antar kertas kerja. Namun dalam Gambar4 -9
semua hal penting sebagaimana diuraikan di atas tergambarkan dengan jelas.
REVIEW ATAS KERTAS KERJA
Review atas kerta kerja dalam suatu kantor akuntan publik dilakuknaan pada
berbagai tingkatan. Pada tahap pertama review dilakukam oleh pengawas langsung
(supevisor) dan si pembuat kertas kerja, misalnya auditor senior atau manager.
Review ini dilakukan apabila pekerjaan atas suatu bagian audit tertentu telah selesai
dikerjakan. Review terutama ditekankan pada pekerjaan apa yang dilakukan, bukti
yang diperoleh, dari kesimpulan yang dicapai oleh pembuat kertas kerja.
Review berikutnya dilakukan atas kertas kerja apabila seluruh pekerjaan
lapangan telah selesai dikerjakan. Review tahap ini akan dijelaskan pada Buku II di
bawah judul “Evaluasi atas Temuan”.
PENGARSIPAN KERTAS KERJA
Kertas kerja biasanya diarsipkan berdasarkan dua kategori berikut; (1) arsip
permanen dan (2) arsip tahun berjalan. Arsip permanen berisi data yang
diperkirakan akan berguna bagi auditor pada banyak penugasan di masa datang untuk
klien yang bersangkutan. Arsip tahun berjalan berisi informasi penguat yang
berhubungan dengan pelaksanaan program audit pada tahun berjalan.
Hal-hal yang biasanya dimasukkan ke dalam arsip permanen adalah:
Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan.
Kode rekening dan buku pedoman prosedur.
Bagan organisasi.
Tata letak pabrik, proses produksi dan produk-produk utama.
Ketentuan-ketentuan penerbitan saham dan obligasi
Salinan kontrak-kontrak jangka panjang, seperti sewa-guna. program pensiun,
kesepakaran bagi-hasil dan pemberian bonus.
Daftar rencana depresiasi aktiva tetap dan amortisasi utang jangka panjang.
Ringkasan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh klien.
PEMILIK DAN PENYIMPAN KERTAS KERJA
Kertas kerja adalah milik auditor. Namun demikian hak pemilikan auditor atas
kertas kerja ini membuat kendala dari organisasi profesi auditor sendiri. Dalam Kode
Etik Ikatan Akuntan Indonesia dinyatakan bahwa akuntan publik tidak boleh
mengungkapkan informasi rahasia yang diperolehnya selamajj ia melakukan tugas
profesionalnya, tanpa persetujuan dari klienya, kecuali untuk hal-hal tertentu yang
dinyatakan dalam aturan tersebut.
Kertas kerja disimpan oleh auditor, ia bertanggung jawab untuk menjaga
keamanan dan kerahasiaannya. Kertas kerja yang termasuk dalam ketegori kertas
kerja permanen, disimpan untuk waktu tak terbatas, sedangkan kertas kerja tahun
berjalan disimpan oleh auditor sepanjang diperlukan oleh auditor untuk melayani atau
untuk memenuhi ketentuan undang-undang.
RINGKASAN
Tujuan umum auditor untuk memberikan suatu pendapat mengenai. laporan
keuangan dicapai dengan cara mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang berkaitan
dengan berbagai tujuan khusus audit. Tujuan-tujuan tersebut diambil dari asersi-asersi
manajemen yang tertuang dalam komponen-komponen laporan keuangan. Asersi-
asersi manajemen tersebut dikelornpokkan menjadi lima kategori, yaitu: keberadaan
atau keterjadian. kelengkapan. hak dan kewajiban, penilaian atau pengalokasian, dan
penyajian dan pengungkapan.
Dalam melaksanakan audit, auditor harus mempertimbangkan secara
profesional pemilihan prosedur yang akan digunakan dan jenis bukti yang harus
dikumpulkan untuk memenuhi berbagai tujuan khusus. Pertimbangan profesional
juga dilakukan pada pengambilan kesimpulan dalam mengevaluasi apakah bukti
kompeten yang cukup telah diperoleh sebagai dasar untuk menentukan pendapat
tentang laporan keuangan secara keseluruhan. Prosedur yang dilakukan, bukti yang
telah diperoleh, dan kesimpulan auditor harus didokumentasikan dalam kertas kerja
yang akan menjadi pendukung laporan auditor dan bukti tentang kesesuaian auditor
dengan standar auditing.