Anda di halaman 1dari 9

TEORI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN WILAYAH

(TEORI PENTAHAPAN)

MATA KULIAH: PERENCANAAN WILAYAH

DOSEN PENGAJAR: NANA NOVITA PRATIWI, ST. M, Eng

NAMA KELOMPOK:

1. SYARIF MUHAMMAD RIZAL (D1091181005)


2. AYU YULIANTI (D1091181006)
3. TANIA PUTRI ZAMZANI (D1091181034)
4. GUSTIJAN AMINULLAH (D1091181037)

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2019
1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
2. LANDASAN TEORI
3. PEMBAHASAN
a. Tokoh Teori Pentahapan
Pandangan teori tersebut menekankan bahwa suatu wilayah/negara akan
mengalami pertumbuhan secara linier. Teori pentahapan ini dikembangkan
oleh:
1) Rostow
Yang mengatakan bahwa: Pentingnya Investasi dan Inovasi.
Menyatakan bahwa suatu wilayah / negara tumbuh dan berkembang
melalui tahapan/fase yang sama, yaitu tradisional – prakondisi tinggal
landas – tinggal landas – menuju kematangan – sampai dengan tingkat
konsumsi masa tinggi. Misalnya: dari pertanian di kembangkan industri
yang memerlukan investasi dan modal untuk dikembangkan lagi menjadi
perdagangan dan jasa. Dimana faktor investasinya adalah keterampilan
sedangkan modal adalah teknologi dan infrastruktur.
Teori pembangunan ekonomi ini muncul pada awalnya merupakan
artikel yang dimuat dalam Economic Journal (1956), selanjutnya
dikembangkan dalam buku yang berjudul The Stages of Economics,
(1960). Teori pembangunan Rostow ini termasuk dalam teori linier
tahapan pertumbuhan ekonomi, yang memandang proses pembangunan
sebagai suatu tahap-tahap yang harus dialami oleh seluruh negara. Proses
pembangunan sebagai suatu urutan tahap-tahap yang harus dilalui oleh
seluruh negara. Industrialisasi merupakan salah satu kunci dari
perkembangan
Menurut Walt W. Rostow, pembangunan ekonomi atau
transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi suatu masyarakat
modern merupakan proses yang multidimensi. Pembangunan ekonomi
bukan saja pada perubahan dalam struktur ekonomi, tetapi juga dalam hal
proses yang menyebabkan:
a) Perubahan reorientasi organisai ekonomi
b) Perubahan masyarakat
c) Perubahan penanaman modal, dari penanam modal tidak produktif ke
penanam modal yang lebih produktif
d) Perubahan cara masyarakat dalam membentuk kedudukan
sesependuduk dalam sistem kekeluargaan menjadi ditentukan oleh
kesanggupan melakukan pekerjaan
e) Perubahan pandangan masyarakat yang pada mulanya berkeyakinan
bahwa kehidupan manusia ditentukan oleh alam

Dalam dimensi ekonominya menurut Rostow, semua masyarakat


dikelompokkan ke dalam salah satu dari lima tahap pertumbuhan, yakni:

a) Masyarakat tradisional (the traditional society)


b) Prasyarat pra-lepas landas (precondition for take-off)
c) Lepas landas (take-off)
d) Tahap menuju kematangan (the drive to maturity)
e) Masyarakat berkonsumsi tinggi (the age of high mass consumption)

Konsep dasar Teori Tahapan Pertumbuhan Rostow:

1. Ada pentahapan pembangunan yang harus dilalui oleh seluruh negara:


a) Masyarakat tradisional (the traditional society) /fungsi produksi
yang terbatas, didasarkan pada teknologi dan ilmu pengetahuan
yang sederhana dan sikap masyarakat primitif, serta berpikir
irasional /meliputi masyarakat yang sedang dalam proses
peralihan, yaitu suatu periode yang sudah mempunyai prasyarat-
prasyarat untuk lepas landas.
b) Prasyarat untuk take-off (Preconditions for take-off/tinggal
landas)
c) Take off /dimotori oleh teknologi industri dan pertanian,
pembagunan prasarana serta tumbuhnya kekuatan politik yang
sangat peduli akan modernisasi dan pertumbuhan ekonomi
d) Tahap menuju kematangan (drive to maturity) /didasari oleh
pertumbuhan industri yang beraneka ragam dan telah terkait
dengan pasar internasional.
e) Komsumsi Masal (High Mass Consumption) /pendapatan per
kapita yang tinggi dan persoalaan telah beralih dari pertumbuhan
industri ke kesejahteraan sosial yang lebih tinggi (Walfare State).
2. Perlu peranan pemerintah pada proses tersebut (perencanaan
Rostow membagi sektor-sektor ekonomi dalam tiga sektor
pertumbuhan:
a. Sektor primer /sektor pertanian
b. Sektor Supplemen /sektor yang tumbuh sebagai pertumbuhan
sektor primer seperti pertambangan dan pengakutan.
c. Sektor tarikan (derived sector)/industri dan perumahan.
2) Douglass North
Menyatakan bahwa suatu wilayah / negara tumbuh dan berkembang
mengikuti pola definitif (tahapan yang jelas, yaitu : subsistansi ekonomi
– perdagangan dan spesialisasi lokal – perdagangan antar wilayah –
industrilisasi – spesialisasi pada industri tersier (jasa).
3) Gunnar Myrdal
Pada pertengahan tahun 1950-an, Gunnar Myrdal (1957)
melontarkan thesis tentang keterbelakangan yang terjadi di negara-
negara berkembang. Menurut Myrdal adanya hubungan ekonomi antara
negara maju dengan negara belum maju yang telah menimbulkan
ketimpangan internasional dalam pendapatan per kapita dan kemiskinan
di negara yang belum maju.
Adapun faktor utama yang menyebabkan ketimpangan ini adalah
adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, adanya pasar yang
luas dan konsentrasi modal keuangan di negara maju.
Kemakmuran kumulatif timbul di negara maju dan kemiskinan
kumulatif dialami rakyat di negara miskin. Dengan perkataan lainnya,
hubungan ekonomi antara negara maju dengan negara miskin
menimbulkan efek balik (backwash effect) yang cenderung membesar
terhadap negara miskin. Myrdal (1957) mengemukakan pemikirannya
mengenai prakondisi struktural yang harus dimiliki oleh negara sedang
berkembang dalam melaksanakan proses pembangunan, antara lain
adalah sebagai berikut:
i. Sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang berada dalam
situasi kekurangan gizi yang parah dan berada dalam kondisi yang
menyedihkan baik dalam tingkat kesehatan, fasilitas pendidikan,
perumahan dan sanitasi
ii. Sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang berada dalam
situasi kekurangan gizi yang parah dan berada dalam kondisi yang
menyedihkan baik dalam tingkat kesehatan,fasilitas pendidikan,
perumahan dan sanitasi.
iii. Adanya struktur sosial yang sangat timpang sehingga alokasi sumber-
sumber ekonomi yang produktif sangat banyak untuk keperluan
memproduksi barang-barang mewah (conspicuous consumption).

Menurut Myrdal, upaya untuk memberantas kemiskinan di negara yang


belum maju harus dilakukan dengan campur tangan pemerintah
terutama dalam mempengaruhi kekuatan pasar bebas. Kemudian
tentang teori keunggulan komparatif yang digunakan oleh ahli ekonomi
neoklasik tidak dapat dijadikan petunjuk untuk proses alokasi sumber-
sumber ekonomi. Harus ada perlindungan atas industri-industri rakyat
yang belum berkembang dari persaingan dengan luar negeri.

i. Sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang berada dalam


situasi kekurangan gizi yang parah dan berada dalam kondisi yang
menyedihkan baik dalam tingkat kesehatan, fasilitas pendidikan,
perumahan dan sanitasi
ii. Sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang berada dalam
situasi kekurangan gizi yang parah dan berada dalam kondisi yang
menyedihkan baik dalam tingkat kesehatan,fasilitas pendidikan,
perumahan dan sanitasi.
iii. Adanya struktur sosial yang sangat timpang sehingga alokasi
sumber-sumber ekonomi yang produktif sangat banyak untuk
keperluan memproduksi barang-barang mewah (conspicuous
consumption).
Menurut Myrdal, upaya untuk memberantas kemiskinan di negara
yang belum maju harus dilakukan dengan campur tangan pemerintah
terutama dalam mempengaruhi kekuatan pasar bebas. Kemudian
tentang teori keunggulan komparatif yang digunakan oleh ahli
ekonomi neoklasik tidak dapat dijadikan petunjuk untuk proses alokasi
sumber-sumber ekonomi. Harus ada perlindungan atas industri-
industri rakyat yang belum berkembang dari persaingan dengan luar
negeri.

b. Teori Pentahapan
c. Contoh Teori Pentahapan
d. Teori Pentahapan dalam Wilayah
Teori tahapan perkembangan dikemukakan oleh para pakar seperti Rostow,
Fisher, Hoover, Thompson dan lain-lain. Teori ini dianggap lebih
mengadopsi unsur spasial dan sekaligus menjembatani kelemahanan teori
sektor. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah dapat digambarkan
melalui lima tahapan.
1) Wilayah dicirikan oleh adanya industri yang dominan. Pertumbuhan
wilayah sangat bergantung pada produk yang dihasilkan oleh industri
tersebut, antara lain minyak, hasil perkebunan dan pertanian, dan produk-
produk primer lainnya. Industri demikian dimiliki oleh banyak negara
dalam awal pertumbuhannya.
2) Tahapan ekspor kompleks. Tahapan ini menggambarkan bahwa wilayah
telah mampu mengekpsor selain komoditas dominan juga komoditas
kaitannya. Misalnya, komoditas dominan yang diekspor sebelumnya
adalah minyak bumi mentah, maka dalam tahapan kedua wilayah juga
mengekspor industri (metode) teknologi penambangan (kaitan ke
belakang) dan produk-produk turunan dari minyak bumi (kaitan ke
depan) misalnya premium, solar dan bahan baku plastik.
3) Tahapan kematangan ekonomi. Tahapan ketiga ini menunjukkan bahwa
aktivitas ekonomi wilayah telah terdiversifikasi dengan munculnya
industri substitusi impor, yakni industri yang memproduksi barang dan
jasa yang sebelumnya harus diimpor dari luar wilayah. Tahapan ketiga
ini juga memberikan tanda kemandirian wilayah dibandingkan wilayah
lainnya.
4) Tahapan pembentukan metropolis (regional metropolis). Tahapan ini
memperlihatkan bahwa wilayah telah menjadi pusat kegiatan ekonomi
untuk mempengaruhi dan melayani kebutuhan barang dan jasa wilayah
pinggiran. Dalam tahapan ini pengertian wilayah fungsional dapat
diartikan bahwa aktivitas ekonomi wilayah lokal berfungsi sebagai
pengikat dan pengendali kota-kota lain. Selain itu, volume aktivitas
ekonomi ekspor sangat besar yang diiringi dengan kenaikan impor yang
sangat signifikan.
5) Tahapan kemajuan teknis dan profesional (technical professional
virtuosity). Tahapan ini memperlihatkan bahwa wilayah telah
memberikan peran yang sangat nyata terhadap perekonomian nasional.
Dalam wilayah berkembang produk dan proses-proses produksi yang
relatif canggih, baru, efisien dan terspesialisasi. Aktivitas ekonomi telah
mengandalkan inovasi, modifikasi, dan imitasi yang mengarah kepada
pemenuhan kepuasan individual dibanding kepentingan masyarakat.
Sistemekonomi wilayah menjadi kompleks (economic reciproating
system), mengaitkan satu aktivitas dengan aktivitas ekonomi lainnya
(Nugroho dan Dahuri, 2004).

Dalam kerangka pengembangan wilayah, perlu dibatasi pengertian


“wilayah” yakni ruang permukaan bumi dimana manusia dan makhluk
lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24
Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, wilayah diartikan sebagai kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Dalam kerangka
pembangunan nasional, perencanaan pengembangan wilayah dimaksudkan
untuk memperkecil perbedaan pertumbuhan kemakmuran antar wilayah atau
antar daerah. Di samping itu, diusahakan untuk memperkecil perbedaan
kemakmuran antara perkotaan dan pedesaan (Jayadinata, 1999).

4. PENUTUP
a. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unila.ac.id/2564/17/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai