Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.2.1 Survei Primer ............................................................................................................... 15
3.2.2 Survei Sekunder ........................................................................................................... 16
3.3 Metode Analisa Data .......................................................................................................... 17
3.3.1 MetodeTransportasi ..................................................................................................... 17
3.3.1.1 Level Of Service (LOS) ................................................................................ 17
BAB IV ORGANISASI DAN JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN ...................... 25
4.1 Organisasi Tim ................................................................................................................. 25
4.1.1 Komposisi dan Tupoksi Tenaga Ahli ......................................................................... 25
4.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ............................................................................................ 27
4.2.1 Tahapan Laporan Pendahuluan ................................................................................... 27
4.2.2 Tahapan Laporan Fakta dan Analisa .......................................................................... 28
4.2.3 Tahapan Laporan Rencana .......................................................................................... 29
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 31
DESAIN SURVEI .................................................................................................................... 31
FORM TRAFFIC COUNTING ............................................................................................... 32
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 kondisi jalan wilayah perencanaan ............................................................................ 8
Tabel 2 Rencana Garis Sempadan Antar Bangunan ............................................................. 12
Tabel 3 Sempadan Kanan dan Kiri Bangunan ...................................................................... 12
Tabel 4 Nilai Kapasitor Dasar (Co) ..................................................................................... 18
Tabel 5 Tabel Nilai Faktor Penyesuaian Pemisahan Arah (FCsp) ........................................ 18
Tabel 6 Tabel Nilai Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Lebar Jalan (FCw) ............................ 19
Tabel 7 Nilai Kelas Hambatan Samping (FCsf) ................................................................... 20
Tabel 8 Tingkat Analisis Pelayanan Jalan ............................................................................ 21
Tabel 9 Komposisi Tenaga Ahli .......................................................................................... 26
Tabel 10 Tupoksi Tenaga Ahli ............................................................................................ 26
Tabel 11 Tahapan Laporan Pendahuluan ............................................................................. 27
Tabel 12 Tahapan Laporan Fakta dan Analisa ..................................................................... 28
Tabel 13 Tahapan Laporan Rencana .................................................................................... 30
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah transportasi menjadi salah satu permasalahan yang ada di kota-kota
besar. Permasalahan trasnportasi tidak berdiri sendiri, melainkan terbentuk oleh
beberapa factor seperti ekonomi, sarana dan prasarana, dan faktor-faktor lainnya.
Salah satu permasalahan transportasi di Kota Surabaya khususnya pada Koridor Jalan
Wonokromo dan Jalan Stasiun Wonokromo. Permasalahan yang terjadi di dua
koridor tersebut adalah permasalahan kemacetan.
Kemacetan yang terjadi di Koridor Jalan Raya Wonokromo dan Koridor Jalan
Stasiun Wonokromo disebabkan oleh hambatan/gangguan lalu lintas. Selain itu,
Koridor Jalan Raya Wonokromo dan Jalan Stasiun Wonokromo merupakan koridor
yang cukup padat karena merupakan perpanjangan dari Jalan Ahmad Yani. Hal ini
menjadi wajar karena hierarki jalan yang cukup tinggi menyebabkan tingginya lalu
lalang kendaraan.
Penyebab kemacetan di dua koridor tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh
fungsi jalan tetapi juga, keberadaan pusat perbelanjaan. DTC (Darmo Trade Center)
merupakan pusat perbelanjaan yang menjadi pemisah kedua koridor jalan. Aktivitas
DTC memberikan gangguan atau hambatan kepada kelancaran lalu lintas di dua
koridor jalan tersebut karena akses keluar masuk terhubung ke Koridor Jalan Raya
Wonokromo dan Koridor Jalan Stasiun Wonokromo.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka diperlukan adanya pemecahan masalah
terkait kemacetan yang terjadi di Koridor Jalan Raya Wonokromo dan Jalan Stasiun
Wonokromo. Penelitian ini harapannya dapat memberikan rekomendasi terkait
penyelesaian masalah kemacetan yang diakibatkan aktivitas perbelanjaan, khususnya
DTC (Darmo Trade Center).
1.2. Rumusan Masalah
Salah satu permasalahan transportasi di Kota Surabaya khususnya pada
Koridor Jalan Wonokromo dan Jalan Stasiun Wonokromo. Permasalahan yang
terjadi di dua koridor tersebut adalah permasalahan kemacetan, Kemacetan
disebabkan oleh hambatan/gangguan lalu lintas yang ditimbulkan dari aktivitas pusat
perbelanjaan yaitu DTC (Darmo Trade Center). Oleh karena itu penelitian ini harus
menjawab pertanyaan berikut:
1
Bagaimana presentase pengaruh aktivitas DTC terhadap kinerja Koridor Jalan
Raya Wonokromo dan Jalan Stasiun Wonokromo?
1.3. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah memberikan rekomendasi pemecahan
masalah transportasi yaitu kemacetan dengan penataan sistem transportasi. Sasaran
untuk mencapai tujuan dari laporan ini adalah:
- Mengidentifikasi presentase pengaruh aktivitas pusat perbelanjaan (DTC)
terhadap kinerja Jalan Koridor DTCdan Jalan Stasiun Wonokromo.
- Membandingkan rencana penataan bangunan di sekitar Kawasan studi dengan
kondisi eksisting Kawasan studi.
2
Gambar 2 Toko Pakaian yang berada di dalam Mall DTC
Sumber : Pribadi, 2019
3
Gambar 3 Peta Batas Wilayah Perencanaan
Sumber Peta : Open Sreet Map, 2019
4
- Tinjauan Terhadap Kebijakan Pembangunan.
- Metodologi pendekatan perencanaan dan teknik analisa.
- Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan.
- Struktur organisasi pelaksana pekerjaan
3. KEGIATAN SURVEY
Pokok-pokok pekerjaan pada langkah kegiatan survey beserta produk yang
dihasilkan adalah sebagai berikut:
a. Survey data instansi.
b. Survey lapangan.
4. KEGIATAN PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
A. Pengolahan Data:
Kegiatan pokok pada Pengolahan Data dan Analisa adalah:
a. Mentabulasi dan mensistematiskan data berupa fakta dan
informasi sesuai keperluan, sehingga mudah dibaca dan
dimengerti serta siap untuk dianalisa.
b. Menyusun data dan informasi sesuai dengan pokok bahasannya
Kelengkapan data yang harus diakomodasikan dalam
penyusunan Rencana Transportasi antara lain adalah:
Peta dan data Penggunaan Lahan
Data Transportasi (Pola jaringan jalan, pola pergerakan, data in
out, sirkulasi jalan, parker, kondisi jalan)
B. Analisa Data
Kegiatan analisa merupakan penilaian terhadap berbagai
keadaan yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip, pendekatan dan
metode teknik analisa perencanaan transportasi. Dalam penyusunan
rencana, data-data yang dianalisa dirinci berdasarkan unit
pengembangan kawasan yang secara substansial dibedakan menjadi
dua yaitu secara kualitatif dan kuantitatif.
5. KEGIATAN PERUMUSAN RANCANGAN RENCANA
Kegiatan perumusan rancangan dilakukan dengan merumuskan rancangan
rencana lebih dahulu, kemudian rancangan / draft tersebut didiskusikan
untuk memperoleh berbagai masukan.
6. KEGIATAN DISKUSI
5
Dengan diskusi ini diharapkan:
a. Diperoleh masukan berbagai informasi/data yang belum tercakup
dalam tahapan/proses kegiatan sebelumnya
b. Adanya koreksi guna perbaikan kualitas dan kuantitas data yang telah
didapat sebelumnya, serta usulan rencana
Tahapan diskusi dan seminar yang dilakukan pada kegiatan ini antara lain
terdiri dari:
a. Diskusi Draft Laporan Pendahuluan
b. Diskusi Draft Laporan Fakta dan Analisa
c. Diskusi Draft Laporan Rencana/Akhir
Dalam kegiatan ini, pihak penyusun Laporan Perencanaan Transportasi,
berkewajiban untuk menyampaikan paparan terhadap hasil tugasnya dan
menyiapkan materi diskusi / paparan berupa ringkasan dari isi draft laporan.
7. KEGIATAN PENYUSUNAN RENCANA
Kegiatan penyusunan rencana merupakan tahap akhir dari pekerjaan
penyusunan perencanaan transportasi. Dalam tahap ini pokok pekerjaan yang
dilakukan serta produk yang dihasilkan sebagai berikut:
Menyempurnakan rancangan rencana sesuai saran dan masukan yang
diperoleh pada forum diskusi.
Menyusun rencana program dimana pokok-pokok materinya sesuai
yang dipersyaratkan dalam TOR tugas ini.
6
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
U.P WONOKROMO
Kebijakan
Pemanfatan ruang
di U.P
Wonokromo
meliputi:
Adapun Unit distrik Jagir terdiri dari Kelurahan Jagir dan Kelurahan Ngagelrejo, dengan
pusat kegiatan di Darmo Trade Center - Pasar Wonokromo. Unit Distrik Jagir memiliki
luasan area 324 Ha dengan kepadatan penduduk 559 jiwa/Ha. Fungsi pelayanan di unit distrik
Jagir diperuntukan bagi pelayanan transportasi khsusnya layanan stasiun kereta api,
perdagangan skala regional dan kesehatan.
7
2.2.1 Struktur Wilayah Perencanaan (Jaringan Jalan dan Sistem Pergerakan)
Pola jaringan jalan di UP Wonokromo berbentuk linear mengikuti koridor jalan utama
yang dipengaruhi oleh pergerakan mengarah ke pusat kegiatan di kawasan Wonokromo yang
menyediakan kegiatan perdagangan regional seperti DTC. Dengan semakin meningkatnya
kepadatan moda transportasi pada jalan-jalan utama yang mengarah pada pusat kegiatan
menyebabkan kemacetan terutama di Kecamatan Wonokromo. Salah satu masalah utama
dalam sistem jaringan jalan di Kecamatan Wonokromo adalah bercampurnya jenis kendaraan
(mobil ringan, truk, sepeda motor, becak, dll) serta berbagai macam aktifitas (parkir,
pedagang kaki lima, pedestrian dll) semakin menambah beban di Kecamatan Wonokromo
sehingga jalan utama pada kecamatan ini telah mencapai nilai kapasitasnya.
Kebutuhan pengembangan jalan untuk mengurangi titik kemacetan yang ada di U.P
Wonokromo yaitu diperlukan adanya evaluasi sistem pusat pelayanan didukung dengan
8
pengaturan jalur sirkulasi kendaraan pada jalan-jalan lokal, rencana jalan baru baik itu jalan
inspeksi, jalan tol, fly over, jalur bus way dan monorail serta perbaikan dan pelebaran jalan
lokal yang telah mengalami perubahan dan peningkatan fungsi jalan.
1. Kegiatan Komersial
Perdagangan dan jasa di pusat kota untuk bangunandengan tinggi lebih dari dua
lantai diarahkan pada koridor jalan utama dan tetap memberikan nuansa
harmonisasi dengan lingkungan sekitar.
Penataan koefisien bangunan di koridor utama jalan kota UP. Wonokromo seperti
jalan A.Yani, Wonokromo, Ngagel, Jagir, Pasar Kembang dan Kalibutuh
merupakan koridor jalan dengan intensitas tinggi, maka kegiatan perdagangan yang
cenderung berkembang adalah seperti mall/plaza.
KDB : 80 – 100%
KLB : 0,8 – 4.00
TLB : 1 – 6 lantai
Kegiatan komersial untuk bangunan masif, untuk bangunan baru, seperti ruko-ruko
diarahkan pengembangannya pada koridor Kalibutuh, Pacuan Kuda, Banyu Urip,
Mayjen Sungkono, Bratang Gede, Jagir, Bendul Merisi Arahan penataan
bangunannya adalah:
KDB : 70 – 80%
KLB : 0,7 – 3,20
TLB : 1 – 3 lantai
Untuk jenis perdagangan tradisional, seperti Pasar Pacuan Kuda, Pasar Putat, Pasar
Pakis dan Pasar Bendul Merisi kemungkinan tumbuhnya fasilitas perdagangan
yang sejenis. Arahan penataan bangunannya adalah sebagai Berikut:
KDB : 50 – 60%
KLB : 0,5 – 2,40
9
TLB : 1 – 2 lantai
Sisa lahannya di manfaatkan untuk parkir kendaraan pengunjung, bongkar muat
barang dan juga untuk ruang terbuka hijau.
Untuk perdagangan dan jasa yang berada di pusat lingkungan dan tersebar , yang
termasuk didalamnya seperti toko, warung, bengkel dan lain sebaginya. Arahan
penataan bangunannya adalah:
KDB : 60 – 80%
KLB : 0,5 – 1,60
TLB : 1 Lantai
10
2.2.3.3 Arahan Garis Sempadan
Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah jarak antara as jalan dengan dinding luar
bangunan persil. GSB bermanfaat untuk mengendalikan tata letak bangunan terhadap jalan
sehingga menciptakan keteraturan dan memberikan pandangan yang lebih luas terhadap
pemakai jalan. GSB di wilayah perencanaan ditentukan sebagai berikut:
Sempadan bangunan di Jalan Utama dibedakan atas bangunan untuk fasilitas dan
perumahan, sempadan untuk bangunan fasilitas lebih lebar dari bangunan perumahan.
Rencana tersebut dimaksudkan agar fasilitas mempunyai ruang yang cukup untuk parkir
kendaraan dan sirkulasi pedestrian (pejalan kaki), sehingga tidak mengganggu kelancaran
lalu lintas.
Pengaturan sempadan bangunan di kawasan UP. Wonokromo adalah sebagai berikut:
Untuk keperluan penghitungan tinggi bangunan sempadan (D) diukur dari tembok ke as
jalan. Dalam hal 2 badan jalan yang terpisah median, untuk keperluan perhitungan
koefisien tinggi bangunan, dua jalan tersebut dihitung secara terpisah.
Untuk bangunan di tepi jalan arteri sekunder direncanakan hanya untuk fungsi komersial,
GSB dihitung dari tembok bangunan ke as median jalan 30 m atau 10 m RUMIJA.
Penetapan garis sempadan bangunan adalah sebagai berikut:
Untuk daerah terbangun yang kurang atau tidak teratur dan berkondisi bangunan sedang
atau buruk, maka penerapannya dilaksanakan pada saat diselenggarakan program
peremajaan atau rehabilitasi lingkungan.
Untuk daerah terbangun yang sudah teratur dan berkondisi permanen, namun tidak
memenuhi syarat garis sempadan bangunannya, maka penerapan garis sempadan tersebut
dilakukan pada saat bangunan-bangunan tersebut melakukan perombakan, peremajaan,
rehabilitasi atau renovasi, atau pada keadaan khusus (misalnya dilakukan proyek
pelebaran jalan)
Untuk daerah yang kosong, penerapannya ditetapkan sedini mungkin dengan cara
persyaratan tersebut dicantumkan dalam IMB.
Disamping Garis Sempadan Bangunan, juga diatur jarak antara bangunan dan batas
kapling, untuk jarak samping kiri, kanan dan belakang. Dibawah ini diatur pedoman
penentuan jarak bangunan terhadap batas kapling kiri, kanan dan belakang.
1. Besarnya jarak antar bangunan dalam satu persil untuk semua klasifikasi bangunan yang
tingginya maksimum 5 meter ditetapkan sekurang-kurangnya 3 meter.
2. Jarak antar bangunan suatu persil yang sama tingginya untuk semua klasifikasi bangunan,
kecuali klasifikasi menurut kualitas konstruksi bangunan sementara dimana tinggi
bangunan tersebut minimum 8 meter ditetapkan sekurang-kurangnya:
11
1/2 tinggi bangunan (H) - 1 meter
Bila bangunan yang berdampingan itu tidak sama tingginya, jarak antar bangunan
tersebut ditetapkan sekurang-kurangnya :
12
b. Dikenakan dua sisi samping untuk ukuran lebar kapling minimum 20 meter dan
panjang lebih dari 20 meter.
Semua arahan penataan bangunan tersebut di atas merupakan upaya untuk
pengendalian bentuk dan tata masa bangunan agar tercipta suatu penataan ruang yang serasi
dan optimal. Penggunaan lahan merupakan upaya panataan secara horisontal 2 dimensi,
dengan penataan bangunan secara vertikal maka perencanaan ruang dilakukan dengan tiga
dimensi.
Peraturan zonasi berisi ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh dilaksanakan
pada zona pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan tentang amplop ruang
(koefisien dasar ruang hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan garis
sempadan bangunan), penyediaan sarana dan prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan
untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Ketentuan lain
yang dibutuhkan, antara lain, adalah ketentuan pemanfaatan ruang yang terkait dengan
keselamatan penerbangan, pembangunan pemancar alat komunikasi, dan pembangunan
jaringan listrik tegangan tinggi.
13
BAB III
METODOLOGI
14
3.1.2 Data Tata Guna Lahan
Data tata guna lahan dibutuhkan untuk analisa besaran tarikan dan bangkitan yang
akan ditimbulkan pada daerah perencanaan. Termasuk juga data intensitas pemanfaatan
ruang.
a) Observasi Lapangan
Observasi lapangan adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan
disengaja untuk melihat peristiwa-peristiwa yang sedang di analisa. Dalam pengumpulan
data,observasi lapangan merupakan hal yang penting karena dalam observasi dapat
menemukan informasi yang mungkin tidak bisa didapatkan dalam wawancara ataupun data
sekunder.
Dalam melakukan observasi lapangan ini peneliti akan mendapatkan tiga macam data
transportasi yaitu data sistem pergerakan, data sistem kegiatan dan data sistem jaringan. Data
sistem pergerakan yang dimaksud adalah volume lalu lintas. Data sistem kegiatan yang
dimaksud adalah data tata guna lahan dan data sarana prasarana transportasi, sedangkan data
sistem jaringan yang dimaksud adalah data dimensi jalan.
15
Pencacahan dilakukan pada formulir atau pada smart phone penganalisa, diisi sesuai
dengan klasifikasi kendaraan persataun waktu.
a. Instansi Terkait
Salah satu sumber dalam survey sekunder adalah dengan mengunjungi instansi. Data
yang dibutuhkan dalam survey sekunder khususnya instansi adalah data trayek kendaraan
umum, data tata guna lahan, data sarana prasaran transportasi, dan data fungsi jalan.Instansi
yang dapat memberikan data tersebut yang dapat menunjang dalam perencanaan transportasi
adalah Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga, Badan Pusat Statistik dan lain sebagainya.
Instansi terkait akan memberikan data-data tertulis arsip laporan historis yang dibutuhkan
dalam penelitian.
b. Studi Literatur
16
Studi literatur adalah survey sekunder yang pengumpulan datanya bersumber dari
buku-buku yang memiliki hubungan dengan penelitian yang sedang kita kerjakan. Selain
buku, studi literatur lain yang dapat dijadikan data adalah jurnal-jurnal baik nasional maupun
internasional.
3.3.1 MetodeTransportasi
Untuk mencari arus lalu lintas jalan maka mencari total kendaraan yang dinyatakan dalam
satuan kendaraan atau smp (satuan mobil penumpang). Berikut adalah nilainya :
Analisis ini digunakan untuk mengetahui analisis jalan eksisting dan dibandingkan
dengan kapasitas jalan idealnya. Sehingga dapat diketahui apakah jalan tersebut sudah
layak atau belum untuk digunakan oleh pengguna jalan.. Rumus yang dihitung untuk
mengetahui kapasitas jalan yaitu:
Ket :
17
FCsp = faktor penyesuaian pemisah arah
18
Tabel 6 Tabel Nilai Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Lebar Jalan (FCw)
19
Tabel 7 Nilai Kelas Hambatan Samping (FCsf)
3. Derajat Kejenuhan
DS = Q/C
Ket :
DS = Derajat Kejenuhan
C = Kapasitas (smp/jam)
Analisis ini merupakan analisis pendukung dari analisis kapasitas jalan yang
dijelaskan sebelumnya. Analisis ini digunakan untuk memberikan nilai terhadap
pelayanan jalan bagi pengendara. Analisis ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
20
menghitung volume lalulintas dengan kapasitas jalan agar dapat menghasilkan angka
desimal yang dapat direpresentasikan pada sebuah tingkat pelayanan jalan. Dan cara yang
kedua yaitu observasi kecepatan rata-rata kendaraan bermotor. Dan dari kecepatan rata-
rata tersebut dapat di representasi kan pada sebuah tingkat pelayanan jalan.
5. Kecepatan
V = S/t
21
Ket :
Untuk analisis bangkitan dengan metode trip rate analysis, digunakan pengembangan
dari Tamim, 2000 sebagai dasar penentuan persamaan dalam menentukan trip rate, yaitu:
Ket :
22
Kemudian, untuk menentukan nilai bangkitan atau tarikan lalu lintas pada lokasi studi
adalah sebagai berikut
= x TR
Ket :
= Nilai bangkitan atau tarikan lalu lintas (smp/jam) pada lokasi studi
Untuk melakukan analisis tata guna lahan digunakan analisis intensitas pemanfaatan
ruang. Intensitas pemanfaatan ruang adalah besaran pembangunan yang diperbolehkan
berdasarkan Batasan koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien lantai bangunan (KLB),
koefisien dasar hijau (KDH), dan garis sempadan bangunan (GSB).
KDB = x 100%
23
Rumus untuk menghitung KLB adalah sebagai berikut :
KLB =
24
BAB IV
ORGANISASI DAN JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
● Ahli Kebijakan
● Ahli Transportasi
25
yang merangkap selain sebagai tenaga ahli analisis tertentu, juga sebagai koordinator utama,
berikut ini adalah susunan tenaga ahli:
Iradha 08211640000106
Dalam setiap tim, tentunya masing-masing tenaga ahli memiliki tanggung jawab serta
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pembagian tugas,
wewenang, dan tanggung jawab tersebut perlu dinyatakan secara jelas dan transparan.
Adapun tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari masing-masing unsur-unsur di atas
dijelaskan sebagai berikut:
No Posisi Tupoksi
1 Team Leader Menghubungkan, memimpin, dan menyiapkan tim diskusi
dengan dosen pengampu mata kuliah.
Penanggung jawab teknis survey penyusunan laporan
Rencana Transportasi Koridor Wonokromo
Melakukan koordinasi, arahan, dan bimbingan baik dalam
hal substantif maupun non substantif dalam pelaksanaan
pekerjaan.
26
Bekerja sama dengan seluruh tenaga ahli dalam
menyelesaikan seluruh pekerjaan.
2 Ahli Tata Guna Bertanggungjawab dalam hal pengolahan data berkaitan
Lahan tentang tata guna lahan
Mengidentifikasi potensi dan permasalahan tata guna lahan
pada wilayah perencanaan.
Memberikan solusi yang merupakan output dari hasil
analisis terkait antara tata guna lahan dengan kepentingan
transportasi pada wilayah perencanaan
3 Ahli Kebijakan Bertanggung jawab review kebijakan dan analisisnya
4 Ahli Transportasi Bertanggung jawab dalam survey transportasi dan analisis
transportasi
Melakukan prediksi terhadap jumlah kendaraan pada suatu
zona tertentu di wilayah perencanaan.
Melakukan kajian terhadap pemilihan moda transportasi
pada wilayah perencanaan.
Sumber : Penulis, 2019
27
2. Pembagian Tenaga Ahli
3. Survey Sekunder (Kajian
literature)
4. Persiapan survey (Peta,
kuisioner, dll)
5. Presentasi Desain Survey
6. Survey Primer
(Lapangan)
7. Asistensi dan Revisi
8. Pengumpulan Laporan
Pendahuluan
Sumber: Analisa Penulis,2019
28
Gambaran Umum
Kondisi Sosio Demografi
3. Gambaran Umum
Kondisi Tata Guna
Lahan
4. Gambaran Umum
Kondisi Transportasi
5. Kompilasi Data
6. Analisis Kesesuaian
Hasil Fakta dengan
Arahan Kebijakan
Analisa Level Of
Service(LOS)
Analisa Input-Ouput
Analisa Trip Generation
Rate
Analisa Tata Guna Lahan
Presentasi Laporan Fakta
dan Analisa
7. Asistensi dan Revisi
8. Pengumpulan Laporan
Fakta dan Analisa
Sumber: Analisa Penulis,2019
29
Tabel 13 Tahapan Laporan Rencana
30
LAMPIRAN
DESAIN SURVEI
Aspek Data Tahun Metode Pengumpulan Data Sumber Data Metode Analisa Output
Data Primer Sekunder
Transportasi Fungsi, Hierarki, Terbaru Observasi Studi RTRW Deskriptif Peta fungsi, hierarki
Dimensi Jalan Literatur Surabaya,RDTR dan dimensi jalan
UP Wonokromo
Volume Jalan Traffic counting Analisa Level of Angka kinerja Jalan
Kapasitas jalan Tipe jalan, Service
geometrik jalan,
gangguan
samping
Pola Pergerakan Arah laju Deskriptif Peta pola pergerakan
Lalu Lintas kendaraan
Tarikan dan Luas lahan yang Analisis Trip Nilai tarikan dan
Bangkitan difungsikan generation rate bangkitan
Kapasitas Parkir Observasi Jumlah angka trips
Wawancara kendaraan yang Analisis trips rate rate/hektare
masuk tempat
parkir
Tata Guna Jenis Penggunaan Tahun Observasi RDTRK UP Dinas PU Cipta GIS - Peta Land Use
Lahan Lahan Eksisting terakhir Wonokromo Karya dan Tata
Ruang - Foto
Land Use
Luas Tiap Tahun - RDTRK UP GIS Tabel dan Diagram
Penggunaan terakhir Wonokromo - Luas land use
Lahan
31
Proporsi Jenis Tahun - RDTRK UP GIS Tabel dan Diagram
Penggunaan terakhir Wonokromo proporsi land use
Lahan
32