Anda di halaman 1dari 25

I.

IDENTITAS
Nama Pasien : An Noval No. Reg. : 10448707
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 21bulan 28 hari
Tanggal Lahir : 12 Januari 2005
Alamat : Jl. Jojoran I Perintis 2 Surabaya
Orang Tua
Nama Ayah : Falahudin Nama Ibu : Suci Rahmawati
Umur : 30 tahun Umur : 27 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Ibu RT
Tanggal MRS : 28 Oktober 2006

II. ANAMNESA
1. Keluhan Utama : Muntah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IRD pada tanggal 28 Oktober 2006 dengan keluhan
muntah sejak 3 hari sebelum Masuk Rumah Sakit. Pasien sering muntah
pada waktu malam setelah minum susu (Frekwensi sehari 3 kali,setiap kali
muntah satu sendok makan). Pasien juga mengeluh sesak dan batuk-batuk
selama 4 hari disertai panas selama 4 hari.Nafas grok-grok. Nafsu makan
menurun(Tidak mau makan sejak 1 minggu). Tidak ditemukan diare,
frekwensi buang air kecil normal. Riwayat penyakit, pasien pernah
dirawat di RS lima bulan yang lalu karena penyakit muntaber.

2. Anamnesis Antenatal :
Saat hamil ibu pasien sehat dan tidak mengkonsumsi jamu-jamuan dan
obat.

3. Anamnesis Natal :
Anak lahir dengan berat badan lahir 3 kg 2 ons secara spontan dibidan.
Waktu lahir langsung menangis.

4. Anamnesis Neonatal :
Anak sehat langsung menangis dan tidak ada tanda sianosis. Kuning (-),
terlilit tali pusat.

5. Penyakit Lain :
Riwayat penyakit pernah di diagnosa TBC pada umur 10 bulan. Masuk
Rumah Sakit 5 bulan yang lalu dengan keluhan muntaber.

6. Imunisasi :
BCG (+), BCG scar (+)
DPT I (+), II (+), III (+) TT (+)
Hepatitis B I (+), II (+), III(+)

1
Campak (-)
Polio I (+), II (+)

7. Tumbuh Kembang :
Tumbuh lambat, . Bicara usia 10 bulan. Mengesot usia 20 bulan, Anak
masih belum bisa berjalan.

8. Gizi :
Tidak diberi ASI, Nafsu makan menurun. Gizi buruk.

9. Anamnesis Sosial :
Dalam keluarga, kakek sering batuk-batuk dan mendapat terapi obat dari
puskesmas dalam jangka waktu yang lama ( TBC). Anak pertama dari dua
bersaudara.

10. Anamnesis Kepribadian :


Anak selalu ceria (dulunya)

III. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal 9 Nopember 2006
BB : 8,8 kg
PB : 83 Cm
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 120 x / menit
RR : 41x / menit
Suhu : 37,6 oC
Gizi : Kurang
Kulit : Normal
Turgor Kulit : Normal
Tenggorok, tonsil dan leher : Normal
Kelenjar : Tak teraba
Kepala : Normal, UUB menutup
Mata : Normal
Hidung : Tidak ada kelainan
Telinga : Tidak ada kelainan
Lidah : Tidak ada kelainan
Gigi dan Mulut:Terdapat luka disekitar bibir (1 minggu sebelum
MRS)
Thorax, Inspeksi : Simetris, frekuensi 41x/mnt
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara Subbronkial (-), bronchial (-)
Rhonki basah (-), Rhonki kering (-), Wheezing (-)
Abdomen : Acites (-), Bising Usus Normal
Extremitas : Tidak ada kelainan
Antropometri : BB : 8,8 Kg

2
TB : 83 cm
Lk : 47 cm
Ld : 49 cm
Lla : 14 cm

% IBW = 8,8 kg X 100% = 74,57%


11,8
= gizi kurang

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hasil laboratorium tanggal 28 Oktober 2006
Darah Lengkap :
Hb : 10,4
Leukosit : 4890/mm3
Trombosit : 465x10
Erytrosit : 4,64
WBC : 12,0
Hct : 29,1 %
Kimia klinik : K = 5,1 ( meningkat )
Na =140
Cl = 106
Ca = 10,3 ( meningkat )
Glucosa : 93 mg/dL
AST : 52 IU/L ( meningkat )
ALT : 24 IU/L
Albumin : 3,8 g/dL

Hasil laboratorium tanggal 31 Oktober 2006


Hapusan darah :
Anisositosis (-), poikilositosis (-),
polikromasi (-), hipokromasi (-),
target cell (-)

LED : 41/1jam
Hb : 11,7 g/dL
Diffcount : -/-/3/45/52/-
Leukosit : 8800
Atypic cell :-

Hasil laboratorium tanggal 1 November 2006


Cat Tahan Asam : Pengecatan Zn pada cairan kumbah lambung BTA(-)
Thorax foto : Cor = Besar dan bentuknya normal
Pulmo = Tampak Bronkovaskular pattern meningkat
Sinus Phrenicocostalis kanan kiri tajam
V. PROBLEM LIST
1. Pasien muntah sejak 3 hari sebelum MRS
2. Sesak dan Batuk sejak 4 hari sebelum MRS
3. Panas sejak 4 hari sebelum MRS

3
4. Nafsu makan berkurang
5. Mengesot usia 20 bulan
6. Anak belum bisa berjalan
7. Anak cengeng.
8. % IBW: 74,54%
9. BB / U : < persentil ke-5
10. TB / U : < persentil ke-50
11. BB/TB : < persentil ke-5
12. LK / U : Normal
13. Hb : 11,7
14. Leukosit : 4890/mm3
15. LED : 41
17. AST : 52 IU/L ( meningkat )
18. K = 5,1 meq/l ( meningkat )
19. Ca =10,3 meq/l ( meningkat )

VI. ANALISA MASALAH


1. Sesak dan Batuk sejak 4 hari sebelum MRS
2. Panas sejak 4 hari sebelum MRS BRONCHO
3. LED : 41 PNEUMONI
4. Stridor Inspiratoar
5. % IBW: 74,54%
6. BB / U : < persentil ke-5 GIZI BURUK
7. TB / U : < persentil ke-50
8. BB/TB : < persentil ke-5
9. LK / U : Normal
10. Anorexia
11. Bicara usia 10 bulan
12. Mengesot usia 20 bulan MOTORIK
13. Bicara baru bisa beberapa kata saja TERLAMBAT
14. Denver test ( Motorik terlambat )

VII. ASSESMENT
Broncopneumonia, Suspect TBC Paru, Gizi Buruk dan Motorik terlambat.

VIII. PLANNING
Tanggal 2-11-2006
Dx : Konsul Rehab Medik
Konsul Cardio anak
Konsul Tumbuh Kembang
EKG
GDA
Mantoux test

Tx : Cefotaxim 3 x 275 mg iv stop diganti Cefixim


Cloxacilin 3 x 125 mg iv 2x20 mg per oral

4
Rifampisin 1 x 100 mg
INH 1 x 100 mg
Pyrazinamide 1 x 200 mg
B6 1 x 10 mg
ZnSO4 1 x 1/2 sendok teh
Vitamin A 1 x 5000 IU
Vitamin C 1 x 50 mg
Vitamin E 1 x 10 mg
Parenteral 8 x 125 cc
Diit 1200 kcal + 14,5 g protein
Chest Physiotherapy
Thermoregulasi

IX. EDUKASI
Host : Perbaikan gizi anak
Terapi ke bagian Rehab Medik
Konsul Tumbuh Kembang
Pengobatan TBC secara menyeluruh
Agent : Melakukan pemeriksaan TBC pada anggota keluarga &
tetangga sekitar rumah
Pengobatan TBC pada anggota keluarga yang terjangkit
Environment : Perbaikan hygiene lingkungan

X. FOLLOW UP
Intake dan output, tanda-tanda dehidrasi, Peningkatan jamlah asupan kalori
dan protein, Monitoring Tumbuh Kembang anak.

5
BRONCHOPNEUMONIA

Pendahuluan
Merupakan penyakit paru berupa peradangan pada saluran bronkus yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,virus,jamur atau bahan
kimia/benda asing yang teraspirasi.

Diagnosis
Gejala yang muncul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan ISPA, gejalanya
antara lain demam tinggi terus menerus, batuk, sesak nafas, Kebiruan disekitar mulut,
menggigil, kejang dan nyeri dada. Pada umumnya anak lebih suka berbaring pada sisi
yang sakit. Pada bayi sering menimbulkan gejala non-spesifik misalnya hipotermi,
penurunan kesadaran, kembung, kejang sehingga sulit dibedakan dengan meningitis,
sepsis atau ileus.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan suhu > 39 oC. dispnea : ditandai dengan takipnea,
retraksi nafas, pernafasan cuping hidung dan sianosis. Pada pemeriksaan auskultasi paru
ditemukan suara nafas melemah atau mengeras, Suara nafas tambahan Ronki Basah halus
pada bagian paru yang terkena.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan terjadi leukositosis pada pemerikasaan darah
tepi dengan hitung jenis bergeser ke kiri. Bila dilakukan pemeriksaan analisa gas darah
ditemukan keadaan hipoksemia. Kadar PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat.
Dapat pula terjadi asidosis respiratorik, asidosis metabolic dan gagal nafas. Pada foto
dada terlihat infiltrate alveolar yang terdapat pada seluruh lapang pandang paru.
Gambaran lain yang dapat ditemukan : KOnsolidasi pada satu lobus atau lebih pada
pneumonia lobaris, Penebalan pleura pada pleuritis, Komplikasi pneumonia seperti
atelektasis, efusi pleura, pneumomediastinum, pneumothorax, abses, pneumokel+

Diagnosis Banding
a. Bronkiolitis
b. Payah Jantung
c. Abses Paru
d. Aspirasi benda asing
Khusus pada bayi : Meningitis
Ileus

Komplikasi

6
a. Pleuritis
b. Efusi pleura
c. Pneumothorax
d. Abses Paru
e. Gagal Nafas

Tatalaksana
1. Indikasi MRS :
a. Ada kesukaran nafas, toksis
b. Sianosis
c. Umur kurang 6 bulan
d. Disertai penyakit lain : muntah, dehidrasi, empiema
e. Diduga infeksi Stafilokokus
f. Imunocompromise
2. Pemberian Oksigenasi
3. Pemberian cairan dan kalori yang cukup
4. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat diberikan diet enteral bertahap melalui selang
Nasogastrik
5. Jika sekresi lendir berlebih dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
6. Koreksi asam basa dan kelainan elektrolit yang terjadi
7. Pemilihan Antibiotik yang tepat.

7
TUBERKULOSIS PARU

PENDAHULUAN

Tuberculosis paru merupakan penyebab kematian nomor 3. Ini dapat kita lihat
dalam SKRT 1995 (Depkes) yang menyatakan bahwa TBC penyebab kematian nomor 3
setelah penyakit kardiovaskular dan penyakit saluran pernapasan pada semua kelompok
umur. Pada tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru
TBC dengan kematian sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000
penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TBC paru dengan BTA positif.

Dengan meningkatnya kejadian TBC pada dewasa, maka jumlah anak yang
terinfeksi TBC akan meningkat dan jumlah anak dengan penyakit TBC juga meningkat.
Seorang anak dapat terkena infeksi TBC tanpa menjadi sakit TBC dimana terdapat uji
tuberculin positip tanpa ada kelainan klinis, radiologis, dan laboratoris.

Tuberculosis primer pada anak kurang membahayakan masyarakat karena


kebanyakan tidak menular, tetapi bagi anak itu sendiri cukup berbahaya oleh karena dapat
timbul TBC ekstrapulmonal yang sering kali menjadi sebab kematian atau menimbulkan
cacat misalnya TBC Meningitis dan TBC tulang. Diagnosis yang paling tepat untuk TBC
adalah bila ditemukannya basil TBC dari bahan-bahan seperti sputum, bilasan lambung,
biopsy dan lain-lain, tetapi pada anak sulit didapat. Sehingga sebagian besar diagnosis
TBC anak berdasarkan gambaran klinis, gambaran radiologis dan uji tuberculin.

Penyebab meningkatnya insiden TBC:

Kurang kepatuhan atau non compliance


Diagnosis dan pengobatan : tidak adekuat
Migrasi
HIV (AIDS)
Rawat jalan dan minum obat sendiri tanpa pengawasan.

Penularan TBC:

• M. TBC à alveolus : fagositosis makrofag à mati

• M. TBC virulen + makrofag alveolus lemah

8
à M. TBC berkembang biak

• Monosit dan makrofag dari darah à kemotaksis :


fagosit M. TBC (tidak mati)
à Terbentuk TUBERKEL (TUBERKULOMA)
• Sel-sel epiteloid
• Sel raksasa Langhans
• Limfosit

TUBERKULOMA à Nekrosis, fibrosis – kalsifikasi


Fokus Primer + Limfangitis + Limfadenitis à KOMPLEKS PRIMER

Dari kelenjar limfe à menyebar limfogen / hematogen ke hepar, lien, otak, tulang, ginjal
dan bagian lain dari paru.
• Di organ-organ tersebut :
M. TBC : - Langsung menyebabkan penyakit
- Dorman dalam makrofag jaringan dan aktif kembali beberapa
tahun lagi.

• Tuberkel : - Hilang (resolusi)


- Kalsifikasi
- Nekrosis (pengejuan)
Pengejuan à mencair

• M. TBC berbiak ekstrasel à Pneumonia


• Lesi endobronkial
• Pleuritis
• Lesi organ-organ lain : Milier
Komplikasi TBC Anak: terjadi 5 tahun pertama, terutama 1 tahun pertama
• 3-6 bulan : TBC milier, TBC meningitis, Efusi pleura
• 3 tahun : TBC tulang dan sendi
• 5 tahun : TBC ginjal dan kulit

Lesi TBC paru


• Kelenjar limfe : hilus, paratrakeal, mediastinum
• Parenkim : fokus primer, pneumonia, atelektasis, tuberkuloma, lesi bulosa,
kavitas
• Saluran napas : “air trapping”, penyakit endobronkial, trakeobronkitis, stenosis
bronkus, fistula bronkopleura, bronkiektasis, fistula bronkoesofagus
• Pleura : efusi, empiema, pneumotoraks, hemotorak, fistula bronkopleura
• Pembuluh darah : milier, perdarahan paru

Penyakit TBC paru

9
• TBC paru primer (pembesaran kelenjar hilus dengan atau tanpa kelainan
parenkim)
• TBC paru progressif (pneumonia, TBC endobronkial)
• TBC milier
• Efusi pleura
• TBC kronik : fibrosis, tuberkuloma, kavitas

Diluar paru

• Kelenjar limfe, otak dan selaput otak


• Tulang dan sendi, kulit, mata, telinga & mastoid
• Saluran cerna (usus, peritoneum, hepar, kandung empedu, pankreas)
• Saluran kemih
• Jantung, membran serous (peritoneum, perikardium)
• Kelenjar endokrin (adrenal)
• Saluran napas (tonsil, laring)
• Sebagian besar : hanya tes tuberkulin [+] Rontgen paru / fisik / lab. : normal
• Kemungkinan infeksi TBC à penyakit TBC + komplikasi : tetap ada seumur
hidup
• Infeksi TBC : tanpa terapià resiko > lama sakit TB, juga sumber infeksi kelak
dewasa
• Gejala bersifat umum / non-spesifik :
- Sering permulaan tidak ada gejala atau tanda batuk-batuk
- anoreksia
- penurunan BB
- panas sumer-sumer
• Gejala klinis lain : tergantung organ yang terkena

Gambaran Klinis TBC Anak


• Inkubasi : 2-10 minggu à Tuberkulin [+]
• Anak terkena infeksi TBC à 5-10% sakit
• Manifestasi Klinis tergantung :
- Jumlah basil TBC
- Virulensi
- Umur
- Imunokompeten
- Kerentanan

Diagnosis
Diagnosis kerja à berdasarkan
* Anamnesis
* Pemeriksaan Fisik
* Uji tuberkulin

10
* Gambaran radiologis

Bilasan lambung BTA [+] perlu : 5.000-10.000 basil/ml


Biakan (kultur): 4-6 minggu perlu 50-1000 basil
Berbagai usaha untuk Dx. pasti à belum ada hasil memuaskan
Biakan cepat (Bactec) = medium cair yang mengandung asam lemak
(palmitat) dilabel dengan zat radio aktif Carbon 14 Zat radio aktif 14CO2
dilepaskan à diukur (+) dinyatakan sebagai marker pertumbuhan (growth
index).

Kendala : * mahal
* adanya kontaminasi
* pembuangan sisa radioaktif
Uji serologis (Elisa, Mycodot, PAP): masih kontroversial dan mahal à belum
dapat dianjurkan

PCR (Polymerase Chain Reaction)


Teknik : Amplifikasi DNA sequence
Primer : Oligonucleotide yang spesifik, yang mengikat DNA sequence à deteksi
elektroforesis.
Teori : Dapat menditeksi meski hanya 1 M. TBC à sensitivity dan specificity tinggi
Fakta : Negatif palsu à bahan inhibitor
Positif palsu à kontaminasi
(Perlu “quality control” yang lebih baik)

Sistem nilai diagnosis TBC anak (Stegen, 1969)


Penemuan Nilai
BTA / biakan M. TBC + +3
Granuloma TBC (PA) +3
Uji tuberkulin > 10 mm +3
Gambaran rontgen sugestif TBC +2
Pemeriksaan fisis sugestif TBC +2
Uji tuberkulin 5-9 mm +2
Konversi uji tuberkulin dari - à + +2
Gambaran rontgen tidak spesifik +1
Pemeriksaan fisis sesuai TBC +1
Riwayat kontak dengan TBC +1
Granuloma non spesifik +1
Umur < 2 tahun +1

Kriteria diagnosis TBC (Smith & Marquis, 1981)

1. Uji tuberkulin dengan dosis standard positif


2. Gambaran klinis sesuai TBC
3. Riwayat kontak dengan penderita TBC dewasa

11
4. Rongent paru à pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar mediastinal dengan atau
tanpa lesi di paru
5. Ditemukan basil TBC pada pemeriksaan patologianatomik kelenjar limfe, tulang,
sum-sum tulang, lesi di kulit pada pleura
6. Ditemukan basil TBC pada pemeriksaan bakteriologis
CG dalam 2 tahun terakhir -1

Petunjuk WHO untuk diagnosis TBC anak (1994)


a. Dicurigai tuberkulosis
1. Anak sakit dengan riwayat kontak penderita tuberkulosis dengan diagnosis
pasti.
2. Anak dengan :
- Keadaan klinis tidak membaik setelah campak / batuk rejan
- BB menurun
- Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit

b. Mungkin tuberkulosis
Anak yang dicurigai TBC, ditambah :
- uji tuberkulin + (> 10mm)
- Foto rongent paru sugestif TBC
- Biopsi sugestif TBC
- Respons baik dengan terapi OAT

c. Pasti tuberkulosis (confirmed TBC)


Ditemukan basil TBC pada pemeriksaan lansung atau biakan. Identifikasi M.
TBC pada karakteristik biakan

KRITERIA DIAGNOSIS TBC ANAK (PDT IKA 1994)

1. Bakteri / PA +
2. Bakteri / PA –
- Mt +
- X-foto +
- Sumber +
- Gejala +
- BCG -
3. Bakteri / PA –
- Mt +
- Umur < 6 thn / konversi dalam 1 tahun terakhir
- X-foto -
- Sumber +/-
- Gejala +/-
- BCG –
4. Bakteri / PA –
- Mt +
- Umur > 6 thn

12
- X-foto -
- Sumber +/-
- Gejala +
- BCG -
5. Bakteri / PA –
- Mt [-]
- X-foto milier / kel. Paratrakeal/ hilus membesar
- Sumber +/-
- Gejala +/-
- BCG -

6. BCG + dan Bakteri / PA +


7. BCG +
- Bakteri / PA –
- Mt +
- X foto milier / kel. Paratrakeal / hilus membesar
- Sumber +/-
- Gejala +/-

DIAGNOSIS TBC ANAK (KONSENSUS NASIONAL 2000)


UKK Pulmonologi Anak (PP IDAI)
Jakarta 26 Agustus 2000

• Diagnosis pasti : basil TBC +, dari sputum, bilasan lambung, biopsi à pada anak
sulit dan jarang didapat
• Sebagian besar diagnosis TBC anak berdasar :
- gambaran klinis
- gambaran radiologis
- uji tuberkulin
Pada anak harus dicurigai TBC

1. Kontak erat (serumah) dg penderita TBC dengan sputum BTA +

2. Reaksi kemerahan: setelah BCG 3-7 hari

3. Gejala-gejala umum

GEJALA YANG HARUS DICURIGAI TBC


1. Gejala umum / tidak spesifik
A. BB turun atau malnutrisi tanpa sebab jelas atau BB tidak naik dalam 1
bulan dengan penanganan gizi
B. Anoreksia dan gagal tumbuh
C. Demam lama atau berulang, keringat malam
D. Kel. Limfe superfisial membesar: multipel, tidak sakit, lokasi: leher,
aksila dan inguinal

13
E. Batuk-batuk > 3 minggu, tanda-tanda cairan di dada, nyeri dada
F. Gejala GI: diare lama, benjolan / masa di abdomen, cairan dalam abdomen

2. Gejala spesifik
1. TBC kulit atau skrofuloderma
2. TBC tulang dan sendi (spondilitis, koksitis, gonitis)
3. TBC otak & saraf
4. Mata (konjungtivitis fliktenularis, tuberkel koroid)
5. Lain-lain

3. UJI TUBERKULIN (MANTOUX TEST)

Intrakutan, semprit 1 cc jarum no. 26


PPD RT 23 = 2 Tu
PPD S = 5 Tu
Dibaca 48-72 jam
Positif : BCG Scar - : > 10 mm
BCG Scar + : > 15 mm
Vesikula / bulla

4. Reaksi cepat BCG

Penyuntikan BCG : kemerahan dan indurasi > 5 mm ( dalam 3-7 hari )


à dicurigai terinfeksi M. TBC

5. X Foto paru: tidak khas


- milier
- atelektasis
- infiltrat dan pembesaran KGB hilus / paratrakeal
- konsolidasi lobus
- reaksi pleura dan efusi pleura
- kalsifikasi
- bronkiektasis
- kavitas
- destroyed lung

6. Pemeriksaan mikrobiologi & serologi


- bilasan lambung (pada anak)
- biakan basil TBC : waktu lama
- cara baru deteksi basil TBC
BACTEC atau PCR : secara klinis praktis belum dapat dipakai
Serologi : ELISA, PAP, MYCODOT à perlu penelitian > lanjut untuk
pemakaian klinis praktis

7. Pemeriksaan PA

14
8. Respons dengan OAT: 2 bul (failure to thrive)
Gejala klinis spesifik (pada kelenjar limfe, otak, tulang, dll)

Pengobatan:
Cara pengobatan TBC anak = extrapolasi
penelitian dewasa

Berbeda dengan TBC dewasa :


- Kemungkinan komplikasi lebih luas
- Resiko TBC Ekstrapulmonal lebih besar
- Penularan lebih kecil
- Toleransi anak terhadap dosis obat per KgBB lebih tinggi

Pengobatan TBC anak : prinsip = dewasa à OAT harus diminum teratur dalam
waktu cukup lama
Pengobatan : Tahap intensif
Tahap lanjutan
à diberi setiap hari & harus sesuai BB
Susunan paduan OAT pada anak
Tahap intensif : - INH
- Rifampicine
- Pyrazinamide
Tahap lanjutan : - INH
- Rifampicine
TBC Berat (TBC Milier, Meningitis, TBC Tulang) juga diberikan : Streptomycin
atau Ethambutol
R/ Intensif: 4-5 obat : 2 bulan
Lanjutan: 2 obat : 10 bulan / lebih

Kegagalan atau resistensi obat:


Ganti sesuai uji resistensi
Tambah dan ubah kombinasi OAT

OBAT YANG DIPAKAI DAN DOSISNYA

• INH :5-15/kgBB/hari (maks. 300 mg/hari)


• Rifampicine : 10-15 mg/kgBB/hari (maks. 600 mg/hari)
• Pirazinamide : 25-35 mg/kgBB/hari (maks. 2 gram/hari)
• Streptomicine : 15-30 mg/kgBB/hari (maks. 750-1 Gram/hari)
• Ethambutol : 15-20 mg/kgBB/hari (maks. 2,5 Gram/hari)

JENIS DAN DOSIS OBAT TB ANAK

• INH:5- Rifampicine : 10-15(maks. 600 Pirazinamide


15/kgBB/hari mg/kgBB/hari mg/hari) : 25-35

15
(maks. 300 mg/kgBB/har
mg/hari) i
• Streptomicine :(maks. 750-1 Gram/hari) Ethambutol (maks. 2,5
15-30 : 15-20Gram/hari
mg/kgBB/hari mg/kgBB/h
ari
• INH :5- Rifampicine : 10-15 (maks. 600 Pirazinamide
15/kgBB/hari mg/kgBB/hari mg/hari) : 25-35
(maks. 300 mg/kgBB/har
mg/hari) i
• Streptomicine : (maks. 750- • Ethambutol (maks. 2,5
15-30 1 : 15-20Gram/hari
mg/kgBB/hari Gram/hari) mg/kgBB/h
ari

PEMBERIAN KORTIKOSTEROID

• TBC Milier
• TBC Meningitis
• TBC Endobronkial
• TBC Pleuritis
• TBC Perikarditis
• TBC Peritonitis
Prednison: 1-2 mg/kgBB/hari (1-3 bulan)

PENCEGAHAN: INH 5-10 mg/kgBB/hari :

1. Profilakasis primer : kontak erat dengan TB menular (BTA +), tetapi belum
terinfeksi
2. Profilaksis sekunder : infeksi TB (Tuberkulin +) klinis baik.
Faktor resiko à TB Aktif :
- penyakit infeksi (morbilli, varicella)
- Obat imunosupresif (Sitostatik, Steroid)
- Umur akilbalik
- Infeksi HIV

EVALUASI :

2 BULAN à perbaikan nyata, diagnosis TBC lebih pasti à OAT teruskan


2 BULAN à tidak ada perbaikan / memburuk à evaluasi lebih lanjut :
- kepatuhan kurang
- resistensi obat
- bukan TBC

PENGHENTIAN PENGOBATAN :

16
6 Bulan evaluasi membaik :
- Batuk menghilang
- Klinis membaik, anak menjadi aktif
- BB Meningkat
- X-foto : membaik
- LED menurun
- 6 bulan tidak ada perbaikan :
- kepatuhan penderita yang sudah sembuh, tokoh masyarakat yang sudah dilatih

Kesimpulan
Diagnosa TBC anak sulit à penemuan M. TBC tidak mudah
Cara-cara pemeriksaan bakteriologis atau serologis, dll perlu penelitian lebih
lanjut untuk dapat dipakai secara praktis klinis

• Diagnosis TBC pada anak sebagian besar didasarkan :


- Gambaran klinis
- Gambaran radiologis
- Uji tuberkulin
• Obat anti TBC : yang ada pada umumnya cukup poten
• Masalah pada umumnya : kepatuhan minum obat kurang
• Pelaksanaan DOTS dengan baik à akan bisa menanggulangi masalah tersebut.

GIZI BURUK

PENDAHULUAN

17
Malnutrisi pada anak masih merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan
angka mortalitas dan morbiditas yang tingi di Indonesia maupun di seluruh dunia.
Penyebabnya adalah asupan makanan yang tidak mencukupi kebutuhan dasar, dapat pula
disebabkan penyerapan makanan yang tidak adekuat dimana Angka Kecukupan Gizi
(AKG) sang anak masih belum tercukupi. Kelainan metabolic tertentu dapat pula
menyebabkan malnutrisi, kebutuhan nutrient pokok yang meningkat pada kondisi stress,
sakit atau pemakaian obat antibiotik atau obat-obat katabolic maupun anabolik.
Malnutrisi ini dapat terjadi secara akut maupun kronik, reversible maupun tidak.

Evaluasi status nutrisi yang tepat memang sulit untuk dilakukan. Gejala akan
nampak jelas ketika gangguan berat terjadi pada anak, sedangkan gangguan ringan sering
tidak terdiagnosis walaupun dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium yang teliti.
Diagnosis akan terbantu jika dilakukan anamnesis riwayat diet yang tepat, melalui
pengukuran dan evaluasi anthopometri yaitu berat badan, tinggi badan, lingkar kepala,
kecepatan tumbuh, pengukuran komparatif lingkaran dan ketebalan kulit di tengah-tengah
lengan atas, atau dengan menggunakan uji kimia.

Defisiensi beberapa nutrient dapat ditunjukkan dengan kadar nutrient ataupun


metabolitnya dalam darah yang rendah, dengan mengamati pengaruh biokimia atau
pengaruh pemberian nutrient ataupun produk-produknya secara klinik, atau dengan
memberipenderita sejumlah besar nutrient yang sesuai dan memperhatikan angka yang
diekskresikan.

Di Indonesia masih menghadapi empat masalah gizi utama, yaitu :


1. Kurang energi protein dan obesitas (masalah gizi ganda)
2. Kurang Vitamin A (KVA)
3. Gangguan akibat kurang iodium (GAKI)
4. Anemia zat besi
Kurang energi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi angka kecukupan gizi (AKG).

PENENTUAN STATUS GIZI

18
STATUS GIZI KLINIS ANTROPOMETRI
(BB/TB)

Gizi Buruk sangat kurus dan atau ≤ -3SD


edema pada kaki

Gizi Kurang > -3SD - <-2SD

Gizi Baik -2SD - +2SD


Gizi lebih > +2SD

PEMERIKSAAN BALITA GIZI BURUK

A. Anamnesis
Awal dan Lanjutan

B. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi, Palpasi & Auskultasi

C. Pemeriksaan laboratorium atau Rontgen

Anamnesa Awal

• Mata cekung baru saja muncul


• Lama dan frekuensi muntah/diare
• Saat terakhir kencing
• Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin

Anamnesa Lanjutan

• Kebiasaan makan sebelum sakit ini


• Jumlah makanan dan cairan beberapa hari ini
• Kontak dengan Px campak/TBC
• Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
• Kejadian atau penyebab kematian dari kakak atau adik
• Berat badan lahir
• Proses tumbuh kembang
• Imunisasi

Pemeriksaan Fisik

• Anak tampak kurus/edema/bengkak kedua kaki

19
• Ukur BB,TB/Panjang badan lihat tabel
• Pembesaran hati dan ikterus
• Perut kembung, suara usus
• Pucat berat terutama telapak tangan
• Tanda-tanda renjatan
• Suhu tubuh hipotermia atau demam
• Tanda kekurangan vitamin A
• Tanda infeksi THT, kulit
• Gejala Pnemonia atau gagal jantung

PENANGANAN TANDA BAHAYA

A.Klasifikasi tanda bahaya

B.Hipoglikemia

C.Hipothermia

D.Renjatan

E.Dehidrasi

A.KLASIFIKASI TANDA BAHAYA

Variabel Hasil Pengukuran Klasifikasi


Denyut nadi Bila denyut nadi naik Infeksi atau Gagal jantung
dan Pernafasan ≥25X/mnt disertai
Peningkatan pernafasan
≥5X/mnt
Pernafasan ≥60X/mnt untuk balita usia Pneumonia
<2bln
≥50X/mnt balita usia 2-12
bulan
≥40X/mnt balita usia 12bln-
5thn

Suhu Setiap kenaikan atau Infeksi


penurunan secara tiba-tiba
Suhu aksiler <36,5 0C atau
dingin Hipotermi

Tanda Bahaya Lain

• Anoreksia

20
• Perubahan kondisi mental (jadi letargi)
• Jaundis/ikterus (kuning pada kulit/mata)
• Sianosis (lidah & bibir berwarna biru)
• Sesak nafas
• Perut kembung
• Ada edema baru
• Perubahan BB berlebihan (naik/turun)
• Muntah terus
• Bercak merah pada kulit

HIPOGLIKEMIA

• Kadar glukosa darah sangat rendah


• Gizi buruk dianggap hipoglikemi bila kadar glukosa darah <3mmol/liter atau
<54mg/dl
• Biasanya terjadi bersamaan dengan hipotermia
• Tanda lain letargis,nadi lemah, hilang kesadaran
• Gejala berupa berkeringat dan pucat
• Kematian kadang didahului tanda mengantuk
• Pada pelayanan kesehatan yg belum mampu memeriksa glukosa darah, setiap
Pasien gizi buruk dianggap hipoglikemi

Cara mengatasi hipoglikemia

TANDA CARA MENGATASI


Sadar (tidak letargis) Berikan larutan gula pasir /glukosa 10%
oral/NGT sebanyak 50 ml

Tidak sadar Larutan glukosa 10% iv, 5ml/kgbb


(letargis) Selanjutnya gluk 10%/larutan gula pasir
10% oral/NGT sebanyak 50 ml bolus

Renjatan Larutan glukosa 10% iv, 5ml/kgbb


(Shock) Selanjutnya RL dan glukosa 5%/ dengan
perbandingan 1:1 sebanyak 15
ml/kgbb/1jam

HIPOTERMIA

• Suhu aksiler <36,5 0C

21
• Mengukur suhu aksiler, taruh Termometer 5 menit diketiak
• Hipotermia biasanya terjadi bersama hipoglikemi
• Px gizi buruk dg hipotermia harus diobati hipoglikemi dan infeksi
• Cadangan energi Pasien gizi buruk terbatas
• Pertahankan suhu tubuh Pasien
• Hangatkan tubuh

Cara mempertahankan suhu agar tidak hipotermia

• Tutuplah tubuh sampai kepala


• Hindari hembusan angin diruangan perawatan
• Pertahankan suhu ruang 25-300C
• Balita tetap diselimuti pada malam hari
• Pakai baju saat pemeriksaan maupun penimbangan
• Tangan perawat/pemeriksa harus hangat
• Segera ganti baju saat kena kencing atau keringat
• Sehabis kena air segera dikeringkan
• Jangan menghangati dengan air panas dalam botol

Cara memulihkan suhu saat hipotermia

• Menghangati untuk mengembalikan suhu tubuh


• Pemanasan dengan metode KANGGURU
• Pertahankan suhu ruang 25-300C
• Pemanasan juga bisa menggunakan lampu
• Monitor suhu tubuh tiap 30 menit
• Hentikan pemanasan bila suhu sudah 37 0C

TANDA RENJATAN (SHOCK)

• Ditandai dengan tubuh sangat lemah, letargis, kehilangan kesadaran,


tangan dan kaki dingin serta nadi cepat & lemah
• Penyebab tersering adalah diare, disertai dehidrasi, perdarahan dan sepsis
• Mengukur nadi sulit, gunakan pengukuran capilary refill
• Menekan kuku pada ibu jari tangan 2 detik, hingga warna kuku jadi putih,
lalu dilepaskan hingga warna kuku semula
• Bila perubahan warna putih menjadi merah >3 detik, maka CR dianggap
lambat, ini adalah tanda renjatan

Alur Deteksi Dini dan Rujukan TBC Anak

1. Kontak dengan Px TB yang BTA (+)

22
2. Uji tuberkulin (+) (>10mm)

3. Foto rontgen mendukung TB

4. Reaksi merah cepat (3-7hari) setelah imunisasi BCG

5. Batuk >3minggu

6. Sakit dan demam lama atau berulang tanpa sebab jelas

7. BB turun tanpa sebab jelas/tidak naik dalam 1 bulan (failure to thrive)

8. Gx klinis spesifik (pada kel.limfe,otak,tulang dll)

Kebutuhan Gizi Pada Fase pemberian makan

Zat Gizi Stabilisasi Transisi Rehabilitasi


(minggu I) (minggu II) (minggu III)
Energi 80-100kkal/kgbb/hr 100-150kkal 100-150kkal

Protein 1-1,5 g/kgbb/hr 2-3 g 3-4 g

Cairan 130ml/kgbb/hr atau 150 ml


100ml/kgbb/hr bila
ada edema berat

GROWTH DELAY

23
Kemampuan motorik kasar merupakan salah satu proses tumbuh kembang yang harus
dilalui dalam kehidupan anak. Terjadinya gangguan dini pada proses tersebut akan
menghambat laju pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini biasa disebabkan
karena gangguan nutrisi, genetic maupun hormonal.

Hal-hal yang dapat menyebabkan growth delay antara lain :

 Normal delayed growth


 Gagal Tumbuh: Hal ini biasanya disebabkan karena masalah pemberian makanan
atau nutrisi yang kurang. Malnutrisi merupakan penyebab terbanyak pada
kejadian gagal tumbuh. Gagal tumbuh bisa juga merupakan gejala dari penyakit
lain seperti infeksi, gangguan saluran pencernaan dll.
 Gangguan Hormonal : Gangguan pada kelenjat tiroid pada anak-anak maupun
remaja yang menyebabkan sedikitnya kadar hormon tiroid pada darah( hipotiroid)
dan mengganggu pembentukan tulang. Kerusakakan pada kelenjar pituitary juga
menyebabkan turunnya growth hormon.
 Penyakit Kronis : antara lain asma, congenital heart disorders, chronic kidney
failure, dan diabetes. Anak-anak dengan neuromuscular diseases, cleft palate,
ataupun psychosocial problem..
 Lain-lain: genetic disorders (misalnya, Turner Syndrome), infeksi atau pemakain
obat,alkohol,rokok selama masa kehamilan.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Rudi Irawan, Siti Nurul, Boerhan Hidajat. Bahan kuliah pediatri semester 7 tahun
2005. Divisi Nutrisi dan Metabolik Lab/SMF IKA FK Unair-RSU Dr.Soetomo.
2. Makmuri MS, Landia S., Gunadi Santosa. Bahan kuliah pediatri semester 7 tahun
2005. Divisi Pulmonologi Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Soetomo –
FK Unair.
3. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR/
RSU dr. Soetomo.

25

Anda mungkin juga menyukai