Anda di halaman 1dari 9

Istilah Teknik Bor

1. Cutting, potongan kecil / serpihan batuan yg berasal dr hasil pengikisan (pengeboran)


oleh bit
2. Stabilizer, bagian dr BHA yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan bit dan drill
collar di dalam lubang bor selama operasi pemboran.
3. Centralizer, alat yg terdiri dr susunan plat2 yg bertumpu pd dua cincin, berfungsi
untuk menempatkan casing di tengah2 lubang bor sehingga diperoleh jarak yg sama
antara casing & dinding lubang bor.
4. Scratcher, alat yg digunakan utk membersihkan/melepaskan mud cake dari formasi
agar semen dapat melekat langsung ke formasi.
5. Gel strength, ukuran gaya tarik-menarik yang static dari fluida pemboran
6. Yield point, bagian dari resistensi untuk mengalir oleh gaya tarik-menarik antar
partikel. Atau ukuran gaya tarik-menarik yang dinamik.
7. Plastic viscosity, bagian dari resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi
mekanik
8. Bentonite, lempung yg komponen utamanya mineral montmorilonite yang jika
terkena air akan mengembang; digunakan terutama untuk Lumpur pengeboran.
Umum digunakan untuk membuat koloid inorganic untuk mengurangi filter loss & tebal
mud cake. Dpt menaikkan viskositas & gel.
9. Barite, mineral (barium sulfat, BaSO4) yang biasanya digunakan sebagai bahan
pemberat Lumpur pengeboran; tidak berwarna, berbintik-bintik, atau bergaris putih,
tidak keras serta sukar bereaksi.
10. Contaminant removal, suatu peralatan yg berfungsi utk membersihkan fluida
pemboran yg keluar dr lubang sumur setelah disirkulasikan.
11. Shale shaker, berfungsi utk memisahkan cutting berukuran besar dr fluida pemboran
12. Degasser, berfungsi utk memisahkan gas dr fluida pemboran secara terus-menerus
13. Desander, berfungsi utk memisahkan pasir dr fluida pemboran.
14. Desilter, berfungsi utk memisahkan partikel yg ukurannya lebih kecil dr pasir.
15. Lumpur, fluida yg berupa suspensi clay dan material lainnya dlm air yg digunakan
sebagai flida pemboran.
16. Mud cake, lapisan partikel2 besar fluida pemboran yg tertahan di permukaan batuan.
17. Slip velocity, perbedaan kecepatan antara light weight phase dgn heavy weight
phase
18. Bingham Plastic, model rheology fluda non-newtonian dmn sebelum terjadi aliran
harus ada minimum shear stress, yg melebihi suatu harga minimum yg disebut yield
point. Note : setelah melewati yield point maka penembahan shear stress akan
membuat penambahan shear rate yg sebanding dgn µ, yg disebut plastic viscosity.
19. Hidrolika, (konsep hidrolika pd bit), mengoptimasikan aliran Lumpur pada bit
sedemikian rupa sehingga dapat membantu laju penembusan (penetration rate)
20. Laminar flow, pola aliran fluida dimana gerak aliran partikel2 fluida yang bergerak
pada rate yang lambat gerakannya teratur & sejajar dengan aliran
21. Turbulent flow, pola aliran fluida dimana fluida bergerak dengan kecepatan yang
lebih besar dan partikel2 fluida bergerak pada garis2 yang tidak teratur sehingga
terdapat aliran berputar (Eddie current) dan shear yang terjadi tidak teratur. NRe :
laminar (2000) < transisi < turbulent (3000).
22. Fann VG viscometer, alat untuk menentukan parameter2 rheology Lumpur (Apparent
viscosity, Plastic viscosity, yield point, gel strength) yang menggambarkan kelakuan
fluida non-newtonian. Prinsip kerja : dgn mengaduk / memutar lumpur dgn rotor pd
RPM tertentu lalu simpangannya dicatat.
23. Marsh funnel, alat untuk memonitor perubahan viskositas Lumpur secara
singkat. Prinsip : dengan mencatat waktu yg diperlukan sample Lumpur utk mengalir
keluar dari marsh funnel sebanyak 1 quartz (946 ml).
24. Filtration press, HPHT; alat yang digunakan untuk mempelajari sifat filtration / water
loss Lumpur pemboran pada tekanan & temperature tinggi. Prinsip : memanaskan
Lumpur pd sel dgn temperature dan tekanan tinggi, setelah selesai (bleed off) ukur
volume filtrate dan ketebalan mudcakenya.
25. BHHP (Bit Hydraulic Horse Power), prinsip dari metode ini menganggap bahwa
semakin besar daya yangg disampaikan fluida terhadap batuan maka semakin besar
pula efek pembersihannya. Metode ini berusaha utk mengoptimumkan HP yang
dipakai bit dari HP pompa di permukaan.
26. BHI (Bit hydraulic impact), semakin besar impact (tumbukan sesaat) yang diterima
batuan formasi dari Lumpur yang dipancarkan oleh bit, maka semakin besar pula efek
pembersihannya. Metode ini berusaha utk mengoptimumkan impact pd bit
27. JV (jet velocity), semakin besar rate yang terjadi di bit maka semakin besar
efektivitas pembersihan dasar lubang. Metode ini berusaha untuk mengoptimumkan
rate pompa supaya rate di bit maksimum.
28. Well kick, peristiwa masuknya fluida formasi kedalam sumur sehingga menyebabkan
kenaikan tekanan secara mendadak pada kolom Lumpur pemboran yang
disirkulasikan karena adanya tekanan dari formasi yang lebih besar.
29. Pressure control, metode pengendalian tekanan ketika terjadi kick.
30. SIDPP, (Shut In Drill Pipe Pressure); besarnya pressure pada DP ketika sumur
ditutup; bisa dibaca langsung pada alat pengukur tekanan di stand pipe.
31. SICP, (Shut in Casing Pressure); besarnya pressure pada casing ketika sumur ditutup;
bs dibaca langsung pd alat pengukur tekanan di permukaan casing.
32. Abnormal formation, formasi yang memiliki tekanan lebih besar dari yang
diperhitungkan pada gradient hidrostatik.
33. Fulcrum, prinsip fulcrum menunjukkan penempatan stabilizer di dekat bit akan
memperkecil jarak tangential dari bit; ketika ada pembebanan stabilizer akan menjadi
titik tumpu peralatan & memberikan efek menggeser pada bit sehingga memperbesar
sudut kemiringan.
34. Pendulum, prinsip pendulum memperlihatkan bila jarak titik tangential diperbesar
dengan menempatkan sstabilizer lebih jauh dari bit, maka gaya gravitasi cenderung
menarik bit ke arah sumbu vertical lubang; efek ini menyebabkan sudut kemiringan
mengecil.
35. Downhole motor, motor yang digunakan untuk menggerakkan bit; penggerak
utamanya adalah aliran fluida lumpur pemboran yang dipompakan dari permukaan
menuju motor melalui drill string.
36. Shallow deviation type, KOP terletak di kedalamn yg tidak begitu jauh dr permukaan
tanah.
37. Deep deviation type, KOP terletak jauh di dalam permukaan tanah
38. Return to vertical type, mula2 belok ditempat dangkal lalu kembali ke vertikal
39. MWD, (Measurement While Drilling);
40. LWD, (Logging While Drilling);
41. Knuckle joint, suatu rangkaian drill string yg diperpanjang dengan sendi peluru, yg
memungkinkan perputaran bersudut antara drill string dgn bit.
42. Steerable system, system pemboran yg dapat dikontrol arah pemborannya secara
langsung ketika melakukan pemboran; ada 2 jenis yaitu sliding mode (dengan DHDM),
dan rotary motor (DHDM & rotary table)
43. Geosteering system, Inklinasi, besarnya sudut yg terbrentuk antara bagian BHA yg
miring, dgn garis vertical pd titik awal interval.
44. Azimuth, sudut yg menunjukkan kmn arah pemboran berlangsung (arah mata angin).
45. Dog leg, belokan pd pipa yg disebabkan oleh kemiringan / sudut yg tajam.
46. PDM, (Positive Displacement Motor) digerakkan oleh pompa Moineau dgn rotor
berbentuk helicoidal yg berperan sbg rotor tersekat did lm stator.
47. End Of Curve, Drag, beban yg arahnya berlawanan dgn arah drill string akibat
adanya gaya gesek antara drill string dgn lubang bor; semakin besar sudut kemiringan
semakin besar beban drag.
48. Critical buckling force, gaya minimum yg menyebabkan pipa melengkung / tertekuk.
49. BHA, serangkaian kombinasi perlatan bawah permukaan yg dipasang pd rangkaian
drill stringshg diperoleh suatu performansi yg baik dlm bentuk kemiringan atau arah dr
lintasan lubang bor.
50. Build up rate, besarnya laju pertambahan sudut setiap pertambahan kedalaman (o /
100 ft)
51. Gravity platform, fixed platform dmn struktur tiang pancangnya terbuat dr beton
bertulang yg berongga, dan terdapat tangki2 pemberat yg melekat pd ujung bawah
tiang pancang.
52. Fixed platform, jenis platform yg konstruksinya tetap, tidak bias dipindah2kan.
53. Jackup platform, unit pemboran yg dapat mengngkat dirinya sendiri, dpt berpindah dr
satu lokasi ke lokasi lain dgn bantuan kapal penarik; ada 2 type, independent leg &
mat supported.
54. Submersible platform, unit pemboran dgn kolom penstabil; setelah mencapai lokasi
maka bagian kolomnya ditenggelamkan sampai menyentuh dasar laut.
55. Semi-submersible platform, sama seperti submersible, tetapi di lokasi pemboran
kolom dtenggelamkan sebagian, utk menjaga kestabilan digunakan mooring system;
ada 2 jenis yaitu pontoon dan twin hull.
56. Guyed tower, jenis fixed platform yg berupa struktur baja yg bertumpu di atas
landasan baja. Utk menjaga posisi tegak struktur penyangga terikat dgn puluhan kabel
baja yg dipancangkan ke dasar laut.
57. Hoisting system, berfungsi untuk menyediakan fasilitas untuk mengangkat, menahan
dan menurunkan drillstring, casing string dan perlengkapan bawah permukaan lainnya
dari dalam sumur atau ke luar sumur. Komponen utamanya ialah derrick dan
substructure, block dan tackle, drawwork.
58. Rotating system, adalah semua peralatan yang digunakan untuk mentransmisikan
putaran meja ke bit yang terdiri atas swivel, Kelly, rotary drive, rotary table dan drill
string.
59. Circulating system, berfungsi untuk mengangkat serpihan cutting dari dasar sumur
ke permukaan.
60. Blow out preventer, adalah peralatan yang diletakan tepat diatas permukaan sumur
untuk menyediakan tenaga untuk menutup sumur bila terjadi kenaikan tekanan dasar
sumur yang tiba-tiba dan berbahaya selama operasi pemboran.
61. Power system, merupakan sistem penyedia daya bagi keseluruhan alat dalam
operasi pemboran. Biasanya berasal dari diesel-engine berdaya 1000 – 3000 HP.
62. Rat hole, lubang berselubung disamping derrick atau mast di rig floor untuk
meletakkan Kelly pada saat tripping in ataupun tripping out.
63. Mouse hole, lubang berselubung disamping rotary table di lantai rig untuk meletakkan
drill pipe, untuk disambungkan ke Kelly dan drill stem.
64. Rotary table, peralatan yang berfungsi untuk memutar dan dipakai
untuk menggantung drill string yang memutar bit di dasar sumur.
65. Drawwork, alat yang digunakan dalam mekanisme hoisting system pada rotary drilling
rig. Fungsi dari drawwork:
 merupakan rumah dari gulungan drilling line
 meneruskan daya dari prime mover ke drill string ke rotary drive sprocket, ke
catheads
 Kelly, adalah rangkaian pipa yang pertama dibawah swivel. Bentuknya segi enam
untuk putaran pada rotary table.
 Drill pipe, adalah pipa baja yang digantung dibawah Kelly. DP dipasang pada
bagian atas dan tengah drill stem
 Drill collar, adalah pipa baja penyambung berdinding tebal yang terletak dibagian
bawah drill stem, diatas bit. Fungsi utamanya untuk menambah beban yang
terpusat pada bit.
 Drill stem,
 Drill string, keseluruhan rangkaian pipa pemboran meliputi DP, DC dan drill stem
 Bit (diamond, tricone, PDC), merupakan ujung dari drill string yang menyentuh
formasi, diputar dan diberi beban untuk menghancurkan serta menembus
formasi. Diamond bit : bit yang dipasangi butir-butir intan sebagai penggeruk pada
matriks besi. digunakan untuk formasi yang keras dan round trip-nya lebih sedikit
1. WOB, weight on bit, yaitu beban yang harus diberikan kepada bit, biasanya 2/3
dari keseluruhan berat drill string
2. RPM, besarnya daya putaran pada rotary table untuk memutar drill string
3. Rate of penetration, kemampuan bit untuk menghancurkan batuan
4. Swivel, alat yang berfungsi sebagai penahan beban drillstring dan bagian
statis yang memberikan drillstring berputar.
5. Driller method, menggunakan prinsip tekanan DP dibuat konstan dengan
mengatur valve pada casing. Lumpur belum diganti ketika proses pengeluaran
kick terjadi.
6. Batch method, lumpur sudah langsung diganti ketika proses pengeluaran kick
berlangsung
7. Concurrent method,
8. Burst, suatu kondisi dimana tekanan didalam pipa lebih besar daripada
tekanan di annulus
9. Collapse, adalah tekanan eksternal yang diperlukan untuk menyebabkan
yielding pada DP atau casing
10. Cement, material yang digunakan untuk melekatkan casing pada dinding
lubang sumur, melindungi casing dari masalah mekanis dan fluida formasi
yang bersifat korosi.
11. Casing, selubung pipa baja yang digunakan untuk mengisolasi wellbore dari
zona-zona diluar sumur
12. Plug, merupakan karet yang pejal untuk mendorong semen oleh cairan
pendorong (lumpur)
13. Float collar, komponen yang berguna untuk menghalangi plug turun dan
memiliki check valve sehingga pompa dapat dilepaskan sebelum semen
mengeras
14. Casing shoe,
15. Thickening time, adalah waktu yang diperlukan suspensi semen untuk
mencapai konsistensi sebesar 100 UC yang merupakan batasan bagi suspensi
semen masih dapat dipompa lagi.
16. Compressive strength, adalah kekuatan semen dalam menahan tekanan-
tekanan yang berasal dari formasi maupun dari casing.

Shear strength adalah kekuatan semen dalam menahan berat casing.

1. Waiting on cement, adalah waktu menunggu pengerasan suspensi semen melalui


waktu saat wiper plug diturunkan sampai kemudian plug di bor kembali untuk operasi
selanjutnya.
2. Water cement ratio, adalah perbandingan air yang dicampur terhadap bubuk semen
sewaktu suspensi semen dibuat.
3. Squeeze cementing, cementing yang dilakukan setelah proses primary cementing
selesai; berguna untuk menutup formasi yang tidak produktif, menutup zona lost
circulation, memperbaiki kebocoran di casing
4. Multistage cementing,
5. Accelerator, adalah aditif yang dapat mempercepat proses pengerasan suspensi
semen
6. Retarder, adalah aditif yang dapat memperlambat proses pengerasan suspensi
semen, sehingga suspensi semen mempunyai waktu yang cukup untuk mencapai
kedalaman target yang diinginkan
7. Slurry,
8. CBL, cement bond logging, metode yang dapat digunakan untuk mengetahui
compressive strength dari suatu cement.
9. VDL, variable density logging.
10. Proses yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kerusakan pada primary
cementing.
11. Extender, adalah aditif yang berfungsi untuk menaikkan volume suspensi semen,
yang berhubungan dengan mengurangi densitas suspensi semen

1. Directional drilling, adalah suatu seni membelokkan lubang sumur untuk kemudian
diarahkan ke suatu sasaran tertentu di dalam formasi yang tidak terletak vertikal
dibawah mulut sumur
2. Metode tangensial, suatu metode pemboran berarah dimana interval-interval belokan
dianggap sebagai garis-garis patah
3. Kick of point, adalah suatu lokasi dimana suatu pemboran berarah dimulai

1. Hoisting system : Sistem yang berfungsi menyediakan fasilitas untuk mengangkat,


menahan, dan menurunkan seluruh rangkaian drillstring ke dalam atau ke luar sumur.

Komponen Hoisting system : (1) Derrick & substructure (2) Block & Tackle (crown,
traveling, line,hook,elevator) (3) Drawworks (cathead, drum,brake,transmisi)

2. Rotating system : semua peralatan yang digunakan untuk mentransmisikan putaran


meja putar ke bit.

Komponen rotating system : Swivel, Kelly, Rotary drive, rotary table, drill string, bit

1. Circulating system : Peralatan yang digunakan untuk mengangkat serpihan cutting


dari dasar sumur ke permukaan. Komponen circulating system : pumps, mud pits,
mixing equipment, containment removal
2. Blow out preventer : peralatan yang diletakkan tepat di atas permukaan sumur
yang berfungsi menyediakan tenaga untuk neutup sumur bila terjadi kick. Komponen
BOP :

* Anular BOP :
– Annular & Ram BOP (pipe,variable bore, blind, shear)
– Drilling spools : kill & choke line yang digabung
– Casing head ( tempat menggantung casing)
– Diverter bags (Alat untuk mengurangi tekanan kerja)
– Choke & kill lines

* Drillpipe BOP : Kelly cock, automatic valve, manual valve.

1. Power system : Peralatan yang menyediakan daya bagi seluruh sistem operasi
pengeboran.
2. Rat hole : Lubang di rig floor untuk meletakkan Kelly pada saat trip
3. Mouse hole : Lubang disamping rotary table pada rig floor untuk meletakkan drillpipe
untuk disambungkan ke Kelly dan drill string.
4. Rotary table : Peralatan yang berfungsi untuk memutar dan menggantung drillstring
yang memutar bit di dasar sumur.
5. Drawwork : Mekanisme hoisting system pada rotary drilling rig
6. Kelly : rangkaian pipa pertama di bawah swivel yang berbentuk segi 6 atau segi 4
7. Drillpipe : Pipa baja yang digantung di bawah Kelly. Drillpipe dipasang pada bagian
atas dan tengah rangkaian drill string.
8. Drill collar: Pipa baja berdinding tebal yang terletak di bagian bawah drill string di atas
bit. Berfungsi menambah beban yang berpusat pada bit.
9. Drill Stem : Rangkaian pipa pengeboran yang terdiri dari DP, DC, dan HWDP yang
berfungsi meneruskan putaran ke bit.
10. Drill string : Pipa baja yang digunakan pada proses pengeboran, yaitu DP, DC, HWDP.
11. Bit : ujung dari drill string yang menyentuh formasi dan berfungsi menghancurkan
formasi. (diamond, tricone, PDC)
12. WOB : Beban yang ditanggung formasi pada saat proses pengeboran. WOB=DSW–HL.
13. Torsi : Momen putar yang dialami oleh sebuah benda yang berputar pada sumbunya.,
14. Hook Load : Beban yang ditanggung hook pada saat proses pengeboran.
15. RPM : Satuan jumlah putaran dalam satu menit
16. Rate of Penetration : Laju penembusan formasi pada proses pengeboran
17. Swivel : Penahan beban drillstring yang dapat berputar 360o dan titik penghubung
circulating system dengan rotating system.
18. Mud hose : pipa karet yang berfungsi mengalirkan lumpur.
19. Stand pipe : pipa yang berfungsi mengalirkan Lumpur dari pompa ke atas Kelly
20. Round trip : Proses mencabut dan memasukkan kembali rangkaian drillstring untuk
mengganti bit.
21. Top drive drilling : Proses pengeboran yang menggunakan top drive untuk memutar
Kelly.
22. Weight indicator : gauge yang memberikan informasi berat rangkaian pipa dan WOB
23. Cutting : Serpihan formasi yang hancur akibat penggerusan oleh bit
24. Stabilizer : alat yang digunakan pada BHA untuk menjaga keseimbangan bit dan DC di
dalam lubang bor selama proses pengeboran.

Fungsi :
– menaikkan panetrasi
– memperkecil kelelahan pada sambungan drill collar
– menjaga DC tidak menempel ke dinding
– memperkaku rangkaian DC sehingga mempertinggi kelurusan lubang sumur

25. Centralizer : Alat untuk menjaga rangkaian drill string tetap berada di tengah lubang bor
26. Scratcher : Alat untuk membersihkan dinding bor dari mud cake sebelum proses
penyemenan.
27. Gel Strength : resistensi mengalir pada kondisi statik akibat gaya tarik menarik partikel
28. Yield point : resistensi mengalir pada kondisi dinamik akibat gaya tarik menarik partikel
29. Plastic viscosity : Resistensi mengalir yang disebabkan friksi mekanik
30. Bentonite : Mineral clay reaktif yang merupakan bahan dasar Lumpur pengeboran.
Lempeng clay dapat terhidrasi jika dicampur air secara agregasi (face 2 face), flokasi
(jelek karena menggumpal), diflokasi(ditambahkan thinner), disperse (mineral clay
tersebar).
31. Barite : Bahan pemberat inert yang digunakan untuk meningkatkan densitas Lumpur
pengeboran
32. Shale shaker : Alat membersihkan Lumpur dari cutting berukuran besar

Desander : Alat membersihkan Lumpur dari partikel padatan kecil

Desilter : Alat membersihkan Lumpur dari partikel padatan ukuran sangat kecil

Degasser : Alat membersihkan Lumpur dari gas yang masuk.

1. Lumpur : Fluida yang disirkulasikan dalam operasi pengeboran dengan fungsi :

– Mengimbangi tekanan formasi


– Mengangkat cutting ke permukaan

– Membawa cutting ke permukaan

– Bouyancy effect

– Media logging

1. Mud Cake : Lapisan padatan yang terbentuk di sekitar lubang bor akibat tertahannya
padatan Lumpur pemboran saat filtrat menginvasi formasi.
2. Slip Velocity : perbedaan kecepatan alir antara 2 fluida yang mengalir dalam 1
media dengan kecepatan yang berbeda
3. Bingham plastic : Fluida yang membutuhkan shear stress tertentu untuk bisa
mengalir dan kemudian laju alirnya bertambah seiring dengan bertambahnya shear
stress.
4. Hidrolika : Proses perhitungan kehilangan tekanan dalam sirkulasi fluida
pengeboran sehingga dapat ditentukan kapasitas pompa yagn dibutuhkan.
5. Laminer flow : Pola aliran dimana fluida mengalir dalam bentuk lapisan – lapisan
yang pararel dengan tidak ada gangguan antara lapisan.

Turbulent flow : Pola aliran dimana fluida mengalir membentuk turbulensi.

1. Fann VG viscometer : Alat yang digunakan untuk mengukur dial reading untuk RPM
motor tertentu sehingga dapat dihitung nilai shear rate dan shear stress.
2. Marsh funnel : Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas dengan mengukur
waktu alir fluida sebanyak 1 quart dari corong marsh funnel.
3. Filtration press : Alat yang digunakan untuk mengetahui proses filtrasi lumpur
pengeboran
4. BHHP
5. Well kick : Keadaan dimana fluida dari formasi masuk ke dalam sumur sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan annulus di permukaan
6. Pressure control : Proses kontrol tekanan pada saat terjadi kick sehingga kick
dapat dikeluarkan dan pengeboran dapat dilanjutkan dengan aman.
7. SIDPP : Tekanan dipermukaan yang diukur pada drillpipe pada saat penutupan
sumur akibat kick.

SICP : Tekanan di permukaan yang diukur pada casing saat penutupan sumur akibat kick.

1. Abnormal Formation : Formasi dengan tekanan fluida diatas atau di bawah tekanan
normal yang mengikuti gradient tekanan fluida formasi.
2. Driller method : pompa kick => pompa lumpur baru hingga tuntas
3. Batch method : Pompa kick dengan lumpur baru hingga tuntas
4. Concurent method : Pompa kick dengan lumpur transisi => pompa lumpur baru
hingga tuntas
5. Burst : Keadaan dimana pipa pecah dari dalam ke luar

Collapse : Keadaan dimana pipa pecah dari luar ke dalam

1. Trip margin : densitas tambahan pada Lumpur pengeboran untuk mencegah


terjadinya kick akibat penurunan tinggi kolom Lumpur pada saat trip
2. EMW : Densitas Lumpur yang digunakan dalam proses pengeboran (calculated mw
+ trip margin)
3. Bouyancy force : Gaya mengapung yang bekerja berlawanan terhadap gaya berat
sehingga berat
4. Cement : Bahan kimia yang berfungsi merekatkan casing dengan dinding sumur
5. Casing : Pipa yang digunakan sebagai selubung sumur agar tidak terjadi kontak
antara batuan formasi dengan sumur
6. Plug : Sumbat yang digunakan pada proses penyemenan untuk mencegah
tercampurnya semen dengan lumpur pengeboran
7. Float collar : Alat yang berfungsi mencegah backflow slurry semen.
8. Casing shoe : Bagian paling dasar dari casing dan berfungsi untuk menggantung
rangkaian casing atau liner di bawahnya.
9. Thickening time : Waktu yang dibutuhkan semen untuk mengeras
10. Compressive strength : kekuatan semen untuk menahan tekanan dari segala arah
sebelum pecah
11. Waiting on cement : Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan seluruh
pekerjaan penyemenan.
12. Water cement ratio : Perbandingan antara berat air dengan berat semen yang
digunakan.
13. Squeeze cementing : Proses penyemenan zona tertentu dengan mendesakkan
semen ke zona yang dinginkan.
14. Multistage cementing : Proses penyemenan 2 tahap, dimana tahap pertama untuk
bagian bawah, setelah itu dilubangi casing di atas hasil penyemenan tahap pertama
untuk dilakukan penyemanan tahap ke-2
15. Accelerator : Bahan kimia yang berfungsi mempersingkat thickening time (CaCl2)

Retarder : Bahan kimia yang berfungsi menambah thickening time (Lignosulfat)

1. Slurry : Adonan semen dengan tambahan aditif jika diperlukan yang siap untuk
dipompakan ke dalam sumur
2. CBL & VDL : Logging yang berfungsi untuk mengetahui kualitas hasil penyemenan
3. Extender : Aditif yang berfungsi mengurangi densitas semen (Bentonite, pozzolan)
4. Directional drilling : Suatu metode pengeboran dimana lubang bor dibengkokkan
dan diarahkan ke suatu sasaran tertentu di dalam formasi yang tidak terletak vertical
di bawah sumur.
5. Metode tangensial : Metode perencanaan pengeboran berarah dimana interval-
interval lubang dianggap sebagai garis lurus
6. Kick of point : Titik dimana trajektori sumur mulai dideviasikan dari keadaan vertical
7. Fulcrum : Alat untuk membelokkan trajektori ke atas

Pendulum : Alat untuk membelokkan trajektori ke bawah

1. Downhole motor : Motor yang terletak di rangkaian BHA dengan fungsi memutar bit
2. Tipe pengeboran berarah : Belok tempat dangkal, belok tempat dalam, kembali ke
vertical
3. MWD : Pengukuran azimuth dan inklinasi secara real-time pada saat pengeboran.
4. LWD : Logging yang dilakukan bersamaan dengan proses pengeboran
5. Knuckle joint : Alat untuk membelokkan trajektori pengeboran
6. Jar : Alat untuk mengambil pipa yang terjepit
7. Steerable system : Sistem yang memungkinkan perubahan arah pengeboran
secara realtime oleh operator.
8. Geosteering system : Sistem yang memungkinkan perubahan arah pengeboran
mengikuti kondisi formasi yang diinginkan.
9. Inklinasi : Sudut kemiringan pengeboran berarah
10. Azimuth : Koordinat x dan y untuk menentukan lokasi
11. Dog leg : Trajektori pengeboran yang berubah secara drastic baik disengaja maupun
tidak.
12. PDM : Motor pengeboran yang dapat memutar bit dengan menggunakan tenaga
aliran lumpur.
13. End of curve : Titik dimana trajektori pengeboran berhenti menambah inklinasi dan
mulai melakukan pengeboran secara tangensial.
14. Drag : Gaya yang memiliki arah berlawanan dengan arah gerakan benda.
15. Critical buckling force : Gaya yagn dibutuhkan untuk membuat pipa menjadi
terpuntir
16. BHA : Rangkaian peralatan yang diletakkan di antara drill collar dan bit.
17. Build up rate : Laju pertambahan sudut inklinasi per satuan jarak.
18. Clearence :
19. Gravity platform : Anjungan lepas pantai terbuat dari beton dengan rongga-rongga
yang dapat digunakan sebagai tempat penyimpanan minyak.
20. Fixed platform : Anjungan lepas pantai yang tidak dapat dipindahkan lokasi
operasinya dan terdiri dari gravity, steel jacket, guyed tower, hybrid.
21. Jack up platform : Anjungan lepas pantai dengan kaki-kaki yang dapat dinaikkan
maupun diturunkan sehingga anjungan dapat mengapung untuk ditransportasikan
atau berada di atas air saat beroperasi.
22. Submersible : Anjungan lepas pantai yang ditenggelamkan hingga menjejak dasar
laut pada saat beroperasi.
23. Semi-Submersible : Anjungan lepas pantai dengan kolom stabilisasi yang dapat
dibalast dengan air saat beroperasi untuk menambah keseimbangan.

Guyed tower : Anjungan lepas pantai yang tidak dapat dipindahkan dengan bentuk struktur
baja yang dipancangkan ke dasar laut. Untuk menjaga kestabilan makan dipasang.

Anda mungkin juga menyukai