Anda di halaman 1dari 10

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif karena penelitian ini didasarkan pada masalah yang diajukan dalam

penelitian ini, yaitu tentang pendeskripsian bentuk dan referen disfemisme dalam

berita kriminal pada koran Jateng Pos edisi September-Desember 2015. Hal ini

didasarkan oleh pendapat Sutopo yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif

kualitatif mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret

kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya

(2002: 111). Penelitian ini dideskripsikan secara menyeluruh, dalam hal ini adalah

bentuk dan referen disfemisme. Bentuk yang akan dideskripsikan pada penelitian ini

meliputi kata dan frasa, sedangkan referen yang akan disedkripsikan adalah referen

binatang, benda mati, dan lain-lain.

B. Data dan Objek Penelitian

Data dan objek merupakan sesuatu yang berbeda. Hal tersebut dapat diketahui

dari contoh Sudaryanto mengenai data dan objek yaitu pada morfem (ber-) dalam

bahasa Indonesia, maka jelaslah bahwa objek penelitian atau Gegenstand-nya adalah

afiks ber- itu. Namun, dalam penelitian itu, afiks ber- tidak pernah menjadi data.

Datanya adalah kata-kata yang mengandung afiks

40
41

ber-, misalnya berjuang, belajar, bekerja, berdamai, berpakaian, berkeinginan,

bersepeda, dan bertani (1990: 3). Data dapat diidentifikasikan atau dijatikan sebagai

objek penelitian sebagai bahan penelitian, dan bukannya sebagai objek penelitian

(Sudaryanto,1990: 3). Data merupakan wadah objek penelitian. Maksudnya, di dalam

datalah objek penelitian terdapat (Sudaryanto, 1990: 14). Ditambahkan kembali oleh

Sudaryanto yang menyatakan bahwa:

Data selalu bersifat linear karena data merupakan wujud konkret


bahasa yang merupakan eksponen bahasa. Sifat linear itu
mengimplikasikan potensi untuk terpotong-potong karena
keterbatasan artikulasi. Dari paparan tersebut, maka data juga
bersifat segmental. Sehubungan dengan pernyataan tersebut,
dapat dirumuskan bahwa data adalah objek plus segmen atau plus
potongan atau unsur sisanya. Unsur sisa atau potongan sisa yang
segmental itu disebut konteks (1990: 14).

Dengan demikian, Sudaryanto merumuskan bahwa data (D) sebenarnya

adalah objek penelitian (Op) plus konteksnya (K). D= Op + K (1990: 14).

Dari paparan di atas, maka data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah kalimat yang mengandung disfemisme, sedangkan objek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah disfemisme dalam tataran kata dan frasa yang terdapat

pada kalimat yang mengandung disfemisme. Hal ini dapat diilustrasikan pada contoh

data 11/12 hal 5,

(5) Tersangka kita jerat pasal 363 KUHP dengan ancaman hukuman
maksimal 7 tahun.
42

Pada contoh data di atas, data penelitiannya adalah kalimat Tersangka kita jerat

pasal 363 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 7 tahun, sedangkan objek

penelitiannya adalah kata jerat.

C. Sumber Data

Sumber data merupakan tempat di mana data yang akan diteliti ditemukan.

Pandangan tersebut sepaham dengan Sutopo yang menyatakan bahwa,

Pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan bagian


yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan
menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan
kekayaan data atau informasi yang diperoleh. Data tidak akan bisa
diperoleh tanpa adanya sumber data. Betapapun menariknya suatu
permasalahan atau topik penelitian, bila sumber datanya tidak tersedia,
maka ia tidak akan mempunyai arti karena tidak akan bisa diteliti dan
dipahami (2002:49)
Penelitian ini menggunakan sumber data tertulis, yaitu Koran Jateng Pos

edisi September - Desember 2015. Koran Jateng Pos edisi September - Desember

2015 dipilih sebegai sumber data karena dalam koran tersebut tersedia berita kriminal

yang di dalamnya terdapat kalimat yang mengandung disfemisme.

D. Metode dan Teknik Penyediaan Data

Penyediaan data bertujuan untuk menyediakan data yang siap untuk diteliti.

Hal tersebut sependapat dengan Sudaryanto yang menyatakan bahwa makna dari

“penyediaan data” adalah penyediaan data yang benar-benar data, penyediaan data

yang terjamin sepenuhnya akan kesahihannya (1993: 131). Dengan demikian, maka

penelitian ini diperlukan metode dan teknik untuk menyediakan data.


43

1. Metode Simak

Metode simak merupakan metode untuk menyediakan data dengan

menyimak penggunaan bahasa. Hal ini sependapat dengan Sudaryanto yang

menyatakan bahwa disebut “metode simak” atau “penyimakan” karena

memang berupa penyimakan yang dilakukan dengan menyimak, yaitu

menyimak penggunaan bahasa (1993: 133).

Dari paparan di atas, metode yang digunakan untuk menyediakan data

dalam penelitian ini adalah metode simak. Penulis menyimak penggunaan

bahasa yang mengandung disfemisme yang terdapat pada koran Jateng Pos

edisi September - Desember 2015.

2. Teknik Catat

Teknik catat merupakan teknik untuk menyediakan data dengan

mencatat objek sasaran yang digunakan dalam penelitian. Hal ini sependapat

dengan pendapat Sudaryanto yang menyatakan bahwa:

“Pencatatan itu dapat dilakukan langsung ketika teknik


pertama atau ke dua selesai digunakan atau sesudah perekaman
dilakukan, dan dengan menggunakan alat tulis tertentu. Dengan
adanya kemajuan teknologi, pencatatan itu dapat memanfaatkan
disket computer. Dalam pada itu, transkripnya pun dapat dipilih satu
dari antara tiga yang ada berikut, bergantung kepada jenis objek
sasarannya, yaitu trasnkrip ortografis, fonemis, atau fonetis” (1993:
135).

Dari paparan di atas, teknik yang digunakan untuk menyediakan data

dalam penelitian ini adalah teknik catat. Penulis mencatat data berupa

kalimat yang mengadung disfemisme pada koran Jateng Pos edisi

September - Desember 2015.


44

E. Klasifikasi Data

Data yang akan diteliti perlu dikelompokkan atau diklasifikasikan

dengan tujuan untuk memudahkan dalam penganalisisan. Hal ini sependapat

dengan pendapat Subroto yang menyatakan bahwa:

“Pemberian arah atau tuntunan itu juga sekaligus memberikan


isyarat-isyarat tahapan apa yang akan dikerjakan berikutnya dan
bagaimana tahapan berikutnya itu dilakukan/dikerjakan.
Demikianlah, masalah pengaturan data menurut asas-asas
tertentu (sering pula disebut pengklasifikasian data) mempunyai
kepentingan yang cukup strategis di dalam penelitian. Dalam hal
ini, yang menjadi masalah ialah penelitian mengenai segi-segi
tertentu dari bahasa mempunyai asas-asas pengaturan relatif
berbeda dari penelitian terhadap segi-segi tertentu lainnya”
(Subroto, 2007: 51).

Dari paparan di atas, pengklasifikasian data dalam penelitian ini

didasarkan pada bentuk disfemisme yaitu, kata dan frasa. Pengklasifikasian kata

dipecah berdasarkan kata dasar, kata berafiks, kata ulang, dan kelas katanya.

Pengklasifikasian frasa dipecah berdasarkan kelas kata dan distribusinya, yaitu

frasa endosentrik dan frasa eksosentrik dan kelas kata. Referen juga digunakan

dalam pengklasifikasian data dalam penelitin ini berdasarkan acuan.

F. Metode dan Teknik Analisis Data

Menganalisis berarti menguraikan masalah yang terdapat pada data penelitian.

Pendapat tersebut sependapat dengan Sudaryanto yang menyatakan bahwa sesuai

dengan namanya, “analisis”, tahap ini merupakan upaya peneliti menangani langsung

masalah yang terkandaung pada data. Penanganan itu tampak dari adanya tindakan
45

mengamati yang segera diikuti dengan “membedah” atau mengurangi dan

memburaikan masalah yang bersangkutan dengan cara-cara khas tertentu (1993: 6).

1. Metode

Penelitian ini terdapat dua rumusan masalah, yaitu (1) bagaimana

bentuk disfemisme dan (2) bagaimana referen disfemisme. Untuk

memecahkan dua rumusan masalah tersebut, diperlukan dua metode, yaitu

metode agih dan metode padan. Metode agih merupakan metode yang alat

penentunya bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Hal ini sepadan

dengan pendapat Sudaryanto yang menyatakan bahwa metode agih itu alat

penentunya justru bagian dari bahasa yang bersangkutan sendiri (1993: 15).

Metode padan merupakan metode yang alat penentunya di luar bahasa. Hal

ini sependapat dengan pendapat Sudaryanto yang menyatakan bahwa metode

padan, alat penentunya di luar bahasa, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari

bahasa (langue) yang bersangkutan (1993: 13).

Dari paparan di atas, maka metode agih digunakan untuk memecahkan

rumusan masalah yang ke satu, yaitu bentuk disfemisme. Metode padan

digunakan untuk memecahkan rumusan masalah yang ke dua, yaitu referen

disfemisme.

2. Teknik

Seperti yang telah diuraikan pada poin (a) metode peneltian di atas,

penelitian ini memiliki dua rumusan masalah, yaitu (1) bagaimana bentuk

disfemisme dan (2) bagaimana referen disfemisme. Selain menggunakan


46

metode, diperlukan teknik untuk menganalisis data. Hal tersebut, diperlukan

empat teknik untuk menganalisis data dalam penelitian ini.

Teknik pertama adalah teknik bagi unsur langsung. Cara kerja teknik

ini yaitu dengan membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian

unsur yang dipandang sebagai bagian membentuk satuan lingual yang

dimaksud. Hal ini didasarkan pada pedapat Sudaryanto yang menyatakan

bahwa teknik bagi unsur langsung merupakan teknik dengan cara membagi

satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur, dan unsur-unsur

yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk

satuan lingual yang dimaksud (1993: 31).

Dari pengertian di atas, maka teknik bagi unsur langsung digunakan

untuk menentukan afiks pada data disfemisme berbentuk kata dalam

penelitian ini.

Teknik ke dua adalah teknik perluas. Teknik perluas merupakan

teknik dengan cara menambahkan unsur satuan lingual yang diletakkan di

depan atau di belakang data lingual. Hal ini didasarkan oleh pendapat

Sudaryanto yang menyatakan bahwa teknik berupa perluasan unsur satuan

lingual data itu akan menghasilan tuturan berbentuk EABCD atau ABCDE

bila tuturan data semula berbentuk ABCD (1993: 55). Teknik perluas

digunakan untuk menentukan segi kemaknaan. Hal tersebut sependapat

dengan pedapat Sudaryanto yang menyatakan bahwa teknik perluas itu


47

adalah untuk menentukan segi-segi kemaknaan (satuan semantis) satuan

lingual tertentu (1993: 55).

Dari paparan mengenai teknik perluas di atas, maka teknik perluas

dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan kelas kata dengan

menambahkan satuan lingual di depannya yang berupa kata.

Teknik ke tiga adalah teknik lesap. Teknik lesap merupakan teknik

dengan cara menghilangkan unsur satuan lingual. Hal ini sepadan dengan

pendapat Sudaryanto yang menyatakan bahwa teknik lesap merupakan

teknik analisis yang berupa penghilangan atau pelesapan unsur satuan

lingual data itu akan menghasilkan tuturan berbentuk ABC, ABD, atau BCD

bila tuturan data semula adalah berbentuk ABCD (1993: 41).

Dari paparan di atas, maka teknik lesap digunakan untuk

menganalisis penentuan jenis frasa menurut distribusi dan kelas katanya.

Penentuan jenis frasa tersebut dengan cara menghilangkan unsur satuan

lingual berupa kata yang menyusun satuan lingual frasa.

Teknik ke empat adalah teknik pilah unsur penentu. Teknik pilah

unsur penentu merupakan teknik dengan mencari referen atau acuan yang

digunakan dalam kata. hal tersebut sependapat dengan pendapat Sudaryanto

yang menyatakan bahwa

Untuk membagi satuan lingual kata menjadi berbagai jenis,


misalnya, maka perbedaan referen atau sosok teracu yang
ditunjuk oleh kata itu harus diketahui lebih dahulu; dan untuk
48

mengetahui perbedaan referen itu, daya pilah yang bersifat


mental yang dimiliki oleh setiap peneliti haruslah digunakan.
Daya pilah itu lalu dapat dipandang sebagai alat, sedangkan
penggunaan alat yeng bersangkutan dapat dipandang sebagai
tekniknya; yang dalam hal ini, lalu disebut teknik pilah
unsur penentu atau teknik PUP itu (1993: 22).

Dari paparan di atas, maka teknik pilah unsur penentu digunakan

untuk menganalisis referen pada disfemisme dalam penelitian ini.

Teknik ke lima adalah teknik ganti. Teknik ganti merupakan teknik

dengan cara kerja penggantian unsur lingual tertentu. Pandangan tersebut

diperkuat oleh pendapat Sudaryanto yang mnyatakan bahwa teknik analisis

yang berupa pengantian unsure satuan lingual data itu akan menghasilkan

tuturan berbentuk ABCS, ABSD, atau SBCD, bila tuturan data semula

berbentuk ABCD. Hal itu sepenuhnya tergantung pada unsure mana yang

akan digantikan (1993:48). Teknik ganti berguna untuk mengetahui kadar

kesamaan kelas kategori. Hal ini sepadan dengan pendapat Sudaryanto yang

menyatakan bahwa kegunaan teknik ganti adalah untuk mengetahui kadar

kesamaan kelas atau kategori unsure terganti atau unsur ginanti dengan unsur

pengganti, khususnya bila tataran pengganti sama dengan tataran terganti atau

tataran ginanti (1993: 48)

Dari paparan di atas, tenik ganti digunakan untuk menganalisis makna

disfemisme dengan cara mengantikan satuan pada data penelitian dengan

satuan lingual lain yang memiliki makna yang sama, tetapi kadar yang

berbeda.
49

G. Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode penyajian informal. Penyajian hasil analisis data secara

informal adalah penyajian dengan menggunakan kata-kata biasa. Hal tersebut

sependapat dengan pendapat Sudaryanto yang menyatakan bahwa metode

penyajian informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan

kata-kata biasa (1993:145).

Anda mungkin juga menyukai