Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

PERCOBAAN 5

PENETAPAN KENORMALAN ASAM KLORIDA (0,1N) DENGAN


BAHAN BAKU SODA KERING

TUGAS PENDAHULUAN

DISUSUN OLEH :

BEY NIDA’ UL HASANAH

F 121 18 010

PALU

2019
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu
yang akan di analisis. Contoh yang akan dianalisis dirujuk sebagai (tak diketahui). Prosedur
analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut
analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang
saksama, volume-volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan (Keenan,
1998). Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan
sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna
menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 1999).
Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam
air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif.
Sedangkan basa secara paling sederhana dapat didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan
dalam air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya
ion negatif (Vogel, 1985).
Titrasi asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam yang digunakan
untuk menentukan basa, asam-asam yang biasa dipergunakan asam klorida pekat,aquadest, metil
orange, dan natrium karbonat. Di dalam titrasi ada yang disebut dengan larutan standar baku.
Larutan standar/larutan baku adalah suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan pasti
dan teliti. Dimana, proses penambahan larutan standar ke dalam larutan analit sampai terjadi reaksi
sempurna disebut proses titrasi. Dalam proses titrasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu :
1. Indikator titrasi, yaitu zat kimia lain, analit atau titran yang sengaja ditambahkan pada
proses titrasi untuk mengetahui titik ekivalen. Indikator yang digunakan pada asidimetri
adalah phenolftalein (pp). Hal tersebut dilakukan karena jika menggunakan indikator
yang lain, trayek pH-nya sangat jauh dari titik ekivalen.
2. Titik Ekivalen/titik akhir teoritis, yaitu saat dimana reaksi tepat berlangsung sempurna.
3. Titik Akhir titrasi, yaitu suatu peristiwa dimana indikator telah menunjukkan warna dan
titrasi harus dihentikan.
Langkah standarisasi :
1. Keringkan natrium karbonat dalam oven selama 30 menit dengan suhu 250°C. Kemudian
dinginkan dalam desikator selama 15 menit
2. Timbang natrium karbonat 0,1 gram kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer dan
larutkan dengan aquades 25 ml.
3. Tambahkan 2 tetes indikator metil orange warna kuning, selanjutnya titrasi dengan HCL
0,1 N, hingga warnanya berubah. Erlenmeyer ditutup dengan corong kemudian didihkan
selama 3 menit, dinginkan di bawah air keran, dan setelah dingin (warnanya berubah
kembali) larutkan terus dititrasi dengan HCl hingga warnanya merah muda menunjukkan
titik akhir tercapai(biasanya hanya dibutuhkan beberapa tetes). Catat volume HCl
Macam-macam Bentang Alam Pantai
1. Atol
Koral pembuat karang hanya dapat hidup di samudera dan laut berair hangat tropis dan
subtropis, dan sebelumnya atol hanya dapat ditemukan di wilayah tropis dan subtropis.
Tak ada atol yang terletak langsung di Khatulistiwa, atol terdekat dengan Khatulistiwa
adalah Aranuka di Kiribati, dengan ujung selatannya 12 km di Utara Khatulistiwa.
Bagian dari atol Pasifik yang memperlihatkan dua pulau di karang penghalang yang
dipisahkan oleh perairan dalam antara samudera dan laguna. Dalam beberapa hal, luas
daratan sebuah atol sangat kecil bila dibandingkan dengan luas totalnya. Menurut, Lifou
(luas daratan 1146 km²) adalah atol koral permukaan terbesar di dunia, diikuti oleh Pulau
Rennell (660 km²). Banyak sumber menyebutkan atol terbesar di dunia menurut luas
daratan adalah Kiritimati, yang juga merupakan atol koral permukaan (luas daratan
321.37 km²; menurut sumebr lainnya 575 km²), laguna utama 160 km², laguna lainnya
168 km² (menurut sumber lain ukuran laguna seluruhnya 319 km²). Sisa atol kuno
sebagai sebuah bukit di daerah batu kapur disebut knoll karang. Atol kedua terebsar
menurut luas daratan kering adalah Aldabra dengan 155 km².

2. Teluk
Teluk adalah tubuh perairan yang menjorok ke daratan dan dibatasi oleh daratan pada
ketiga sisinya. Oleh karena letaknya yang strategis, teluk banyak dimanfaatkan sebagai
pelabuhan.[1] Teluk adalah kebalikan dari tanjung, dan biasanya keduanya dapat
ditemukan pada suatu garis pantai yang sama. Beberapa teluk besar di Indonesia adalah
Teluk Cenderawasih di Irian, Teluk Tomini di Sulawesi, dan Teluk Bone, juga di
Sulawesi.

3. Tanjung
Tanjung adalah daratan yang menjorok ke laut, atau daratan yang dikelilingi oleh laut di
ketiga sisinya. Tanjung yang luas disebut semenanjung. Tanjung adalah kebalikan dari
teluk, dan biasanya keduanya dapat ditemukan pada suatu garis pantai yang sama.

4. Semananjung
Semenanjung atau jazirah (semenanjung yang besar) adalah formasi geografis yang
terdiri atas pemanjangan daratan dari badan daratan yang lebih besar (misalnya pulau
atau benua) yang dikelilingi oleh air pada 3 sisinya. Secara umum, semenanjung adalah
tanjung yang (sangat) luas sedangkan jazirah lebih besar dari semenanjung.
Semenanjung dapat pula memiliki daratan sempit yang diapit oleh dua badan air yang
berdekatan. Daratan sempit ini disebut sebagai tanah genting.

5. Selat
Selat adalah sebuah wilayah perairan yang relatif sempit yang menghubungkan dua
bagian perairan yang lebih besar, dan karenanya pula biasanya terletak di antara dua
permukaan daratan. Selat buatan disebut terusan atau kanal. Selat disebut juga Laut
Sempit di antara dua daratan.

Definisi Bentuk Lahan Asal Denudasional


Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi berarti
proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional dapat didefinisikan
sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa
batuan (mass wasting) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi
(Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan
permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi.
Ciri-ciri dari bentuk lahan asal denudasioanal, yaitu:
1. Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
2. Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
3. Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain
4. Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci satuan
bentuk lahan.
5. Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi
terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.

Anda mungkin juga menyukai