Anda di halaman 1dari 14

Fiqh Pembiayaan Syariah Berbasis Jual Beli

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Nilai Plagiarism Cheker
sebagai syarat kelulusan Pelatihan ICT 2019

Oleh
Faridani Novitanisa
NIM.1179210027

Mahasiswa Prodi Akuntansi Syari’ah


Fakultas Syari’ah Dan Hukum
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
2019
KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurah

limpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah “ FIQH PEMBIAYAAN SYARIAH BERBASIS JUAL BELI” pada

waktunya.

Terimakasih juga kepada pembimbing yang telah memberikan nasihatnya serta

penulis berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam

pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, penulis mengetahui masih banyak kekurangan

dalam segi kata maupun dalam segi susunan kalimat. Penulis membuka hati

sebesar-besarnya untuk menerima segala saran dan kritikan untuk pembuatan

makalah ini, agar penulis dapat memperbaiki makalah ini supaya lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk masyarakat luas


atau pun bagi pembaca.

Bandung, 22 November 2019

Penulis

Faridani Novitanisa

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 1
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
2.1 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
3.1 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
4.1 Manfaat Penulisan ............................................................................................ 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4
1.2 Konsep Jual Beli ................................................................................................ 4
2.2 Pengertian Murabahah..................................................................................... 5
3.2 Konsep Murabahah Dalam Perspektif Fiqh................................................... 8
4.2 Pembiayaan Murabahah .................................................................................. 9
BAB III............................................................................................................................. 10
PENUTUP........................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring adanya perkembangan zaman, di Indonesia kini sedang marak
dengan adanya Bank Syariah yang mana banyak mempromosikan macam-
macam produk keuangan yang sesuai dengan ketentuan syariah.

Produk keuangan dalam bank syariah yang berbasis jual beli


diantaranya ialah salam, murabahah serta istishna. Prinsip jual beli
dilakukan atas dasar adanya perpindahan atas kepemilikan suatu barang atau
benda dan keuntungan bank ditentukan di awal serta menjadi bagian harga
atas barang yang dijual.

Salam yaitu suatu transaksi atau akad jual beli yang mana pembayaran
dan pelunasannya dilakukan di awal pada saat menyepakati akad dan
barangnya diserahkan dikemudian hari. Dalam akad salam harga barang
yang disetujui tidak bisa berubah semasa jangka waktu akad tersebut.

Jika barang yang diserahkan tidak sesuai dengan kriteria yang telah
disepakati atau disetujui di waktu akad, maka pembeli dapat melakukan
khiyar yaitu dengan melanjutkan atau membatalkannya.(Sri Nurhayati -
Wasilah, 2015)

Istishna yaitu transaksi jual beli dengan bentuk pemesanan barang yang
mana persyaratan dan ketentuan barangnya disetujui oleh penjual dan
pemesan. Dalam keadaan ini, pemesan memiliki hak untuk mendapatkan
jaminan dari penjual karena sejumlah uang yang dibayarkannya serta
pemberian barang sesuai dengan kriteria pesanan yang telah disepakati di
waktu akad.(Sri Nurhayati - Wasilah, 2015)

Akad istishna biasanya dipraktikkan di bank syariah dalam proyek


kontruksi, yang mana sangat cocok untuk nasabah yang inginmembangun
suatu kontruksi atau salah satunya membangun rumah.(Sri Nurhayati -
Wasilah, 2015)

1
Murabahah ialah suatu transaksi jual beli yang mana penjual
memberitahukan harga perolehan awal dan laba yang didapatnya kepada
pembeli. (Adiwarman A. Karim, 2017)

Adanya produk murabahah pada perbankan syariah terdorong karena


adanya kepastian laba yang telah ditentukan besarnya pada awal akad atau
perjanjian. Para pekerja di perbankan syariah mengartikan murabahah
sebagai akad jual beli barang dengan memberitahukan harga perolehan dan
keuntungan yang disetujui oleh penjual dan pembeli.(Adiwarman A. Karim,
2017)

Berdasarkan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dalam undang-


undang No.10 tahun 1998 dari perubahan atas UU No.7 tahun 1992
mengenai Perbankan Syariah pada pasal 1 ayat 12 tentang pembiayaan
berasaskan pandangan syariah ialah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
yang memberi pinjaman dengan peminjam atau bank dengan pihak lain,
dengan mewajibkan pihak peminjam untuk mengembalikan uang
pinjamannya setelah jangka waktu yang telah disepakati dengan pemberian
atau bagi hasil. (Tim Penyusun, 2003)

Ada macam – macam produk keuangan yang berbasis jual beli dalam
bank syariah, tetapi dalam makalah “Fiqh Pembiayaan Syariah Berbasis Jual
Beli” penulis hanya akan membahas tentang murabahah.

2.1 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah :
1. Apa yang dimaksud dengan murabahah?
2. Bagaimana konsep jual beli?
3. Bagaimana konsep murabahah dalam perspektif fiqh?
4. Bagaimanan pembiayaan murabahah?

3.1 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian tentang murabahah.

2
2. Untuk mengetahui konsep jual beli.
3. Untuk mengetahui konsep murabahah dalam perspektif fiqh.
4. Untuk mengetahui pembiayaan murabahah.

4.1 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang
pembiayaan murabahah.

3
BAB II

PEMBAHASAN
1.2 Konsep Jual Beli
Menurut kesepakatan para ulama jual beli yang dilakukan oleh orang
mukallaf dengan tidak ada paksaan, hukumnya sah. Tetapi apabila jual beli
dilakukan oleh orang yang belum mukallaf, menurut imam Malik dan Imam
Syafi’i hal ini tidak sah karena tidak sesuai dengan Al-Quran dan As-
Sunnah. Pendapat menurut Imam Ahmad dan Imam Hanafi menyatakan sah
apabila anak tersebut sudah pintar dan dengan seizin orang tua atau
walinya.(Apipudin, 2016)
Hukum jual beli menurut Abdu al-Rahman dalam karyanya bisa bersifat
kondisional yang dimana bisa bersifat al-ibahah atau boleh, wajib, haram,
dan mandub (sunnah). Jual beli dalam hukumnya netral karena dapat
berujung ke makruh, sunah, wajib, dan haram tergantung situasinya.
Rukun jual beli menurut Abdu al-Rahman dalam karyanya
mengungkapan ada 6 yaitu :
a. Sighat, ialah berupa Ijab dan Qabul.
b. Akid, yaitu orang yang berakad atau penjual dan pembeli.
c. Makud alaih, yaitu barang yang diperjualbelikan ( memberi dan
menerima).(Apipudin, 2016)
Menurut fiqh islam jual beli memiliki berbagai macam jenisnya. Dilihat
dari sisi ojek yang diperjualbelikan dibagi menjadi 3 macam yaitu:
1) Jual Beli Mutlaqoh
Jual beli seperti ini yaitu adanya pertukarang barang atau jasa oleh
sejumlah uang.
2) Jual Beli Sarf
Yaitu jual beli antara satu mata uang dengn mata uang yang lainnya.
3) Jual Beli Muqayyad
Yaitu jual beli yang terjadi karena adanya tukar menukar barang dengan
barang lainnya atau disebut juga barter.(Rianto & Arif, n.d.)

4
Jual beli jika dilihat dari cara menetapkan harga terbagi 4 macam:
1) Jual Beli Musawwamah ( Tukar Menukar )
Jual beli ini yang mana penjual tidak menyampaikan harga
perolehan dan laba yang didapatnya kepada pembeli.
2) Jual beli Amanah
Yaitu jual beli yang mana penjual memberitahukan harga pokok
barangnya kepada pembeli. Dalam jual beli ini ada 3 macam yaitu :
a. Jual Beli Murabahah, dalam hal ini penjual memberitahukan harga
perolehan barang serta keuntungan yang didapatnya kepada
pembeli.
b. Jual Beli Muwadda’ah, yaitu jual beli dengan harga dibawah modal
serta jumlah kerugian yang diketahui oleh pembeli untuk penjualan
barang atau nilai buku yang sudah sangat rendah.
c. Jual Beli Tauliyah, yaitu jual beli dengan harga jual sesuai dengan
modal tanpa adanya penambahan laba serta tanpa adanya kerugian.
3) Jual beli dengan harga tangguh

Yaitu jual beli dengan ketetapan harga yang akan dibayar


kemudian atau dengan cara cicilan, dalam penetapan harganya boleh
lebih tinggi daripada harga tunai.(Rianto & Arif, n.d.)

4) Jual beli Muzayadah ( Lelang )

Yaitu jual beli yang ditawarkan oleh penjual yang kemudian para
pembeli menawarnya dengan harga yang lebih tinggi di mana penawar
tertinggi yang akan terpilih sebagai pembeli.(Rianto & Arif, n.d.)

2.2 Pengertian Murabahah


Murabahah ialah adanya kesepakatan transaksi jual beli suatu barang
dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan dari harga perolehan suatu
barang yang akan dibayar lebih oleh pembeli.
Murabahah ( Ba’i al-amanah ) terlaksana apabila penjual dan pembeli
berdasarkan harga asli dari suatu barang yang dibeli oleh penjual, yang

5
kemudian diketahui oleh pembeli dan laba yang diambil oleh penjual juga
disampaikan kepada pembeli, sedangkan musawwamah (tawar-menawar)
yaitu transaksi yang terjadi apabila penjual dan pembeli dalam menjual
suatu barang, pembeli tidak mengetahui harga asli suatu barang
tersebut.(Wiroso, 2005)
Ada beberapa istilah dalam akuntansi murabahah dalam PSAK 102
diantaranya :
Murabahah ialah jual beli dengan menjual harga perolehan atau harga
beli si penjual ditambah keuntungan yang disetujui kedua belah pihak, yang
mana penjual harus memberitahukan kepada pembeli harga perolehan
dengan keuntungan yang kan diperoleh oleh pembeli.
Biaya perolehan ialah jumlah kas/setara kas yang dibayarkarkan untuk
memperoleh suatu asset sampai asset tersebut pada kondisi dan tempat yang
siap untuk dijual dan digunakan.
Asset murabahah ialah harta yang diperoleh dengan tujuan untuk dijual
kembali dengan menggunakan akad murabahah.
Uang muka yaitu jumlah yang dibayarkan oleh pembeli kepada penjual
sebagai komitmen untuk membeli barang dari penjual.
Diskon murabahah ialah pengurangan harga/penerimaan dalam bentuk
apapun yang diperoleh lembaga keuangan syariah sebagai pihak pembeli
dari pemasok.
Potongan murabahah ialah pengurangan kewajiban pembeli akhir yang
diberikan oleh lembaga keuangan suariah sebagai pihak penjual.(Wiroso,
2005)
Adapun rukun murabahah yaitu :
1). Adanya Penjual,
2). Adanya Pembeli,
3). Adanya barang yang akan diperjual belikan,
4). Harga,
5). Adanya ijab qabul

6
Adapun syarat murabahah yaitu :
1). Penjual memberitahu biaya barang kepada pembeli.
2). Kontrak pertama harus ssah sesuai rukun yang ditetapkan.
3). Kontrak harus terbebas dari riba.
4). Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
5). Penjual harus memberitahu semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
Kemudian timbul persoalan berkaitan dengan harga perolehan atau
harag pada saat si penjual membeli barang tersebut, apakah hanya sebesar
harga beli atau boleh ditambahkan dengan biaya yang lainnya. Secara
umum, keempat ulama mazhab membolehkan penambahan biaya langsung
yang harus dibayarkan kepada pihak ketiga. Mereka tidak memperbolehkan
penambahan biaya langsung yang berkenaan dengan pekerjaan yang
memang seharusnya dilakukan oleh penjual, demikian juga dengan biaya
yang tidak memberi nilai tambah pada barang.(Sri Nurhayati - Wasilah,
2015)
Penjualan dapat dilakukan secara tunai atau cicilan ( pembayaran
tangguh ). Penjual dapat meminta uang muka pembelian kepada pembeli
sebagai bukti keseriusan pembeli untuk membeli barang tersebut. Uang
muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah apabila akad
murabahah disepakati. Apabila akad penjualan dilakukan secara tangguh
dan pembeli dapat melunasi secara tepat waktu, bahkan apabila dapat
melakukan pelunasan lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan, maka
penjualan boleh memberikan potongan. (Sri Nurhayati - Wasilah, 2015)
Akan tetapi apabila pembeli tidak dapat melunasinya tepat waktu
karena mengalami kendala keuangan, maka penjual hendaknya memberikan
keringanan. Keringanan dapat berupa penghapusan sisa tagihan, membantu
menjualkan barang murabahah pada pihak lain atau dengan melakukan
perpanjangan waktu piutang.(Sri Nurhayati - Wasilah, 2015)

7
Terdapat dua jenis dalam murabahah, yaitu :
1) Murabahah dengan pesanan
Murabahah dengan pesanan yaitu penjual melakukan pembelian
barang setelah ada pemesanan dari pembeli, murabahah dengan
pesanan bisa bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk
membeli barang yang dipesannya. Apabila sifatnya mengikat artinya
pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan pesanannya tidak
dapat dibatalkan.(Sri Nurhayati - Wasilah, 2015)
2) Murabahah tanpa pesanan
Murabahah tanpa pesanan yaitu jual beli tanpa adanya pesanan dari
pembeli, sehingga penjualan melakukan penyediaan barang sendiri.(Sri
Nurhayati - Wasilah, 2015)

3.2 Konsep Murabahah Dalam Perspektif Fiqh


Murabahah dalam perspektif fiqh tidak terlepas pada sistem jual beli
yang mana dalam fiqh disebut dengan al-bai yang artinya jual beli atau dapat
berupa tukar menukar barang dengan yang lainnya.
Salah satu aspek fiqh yang paling populer digunakan oleh perbankan
syariah adalah aspek jual-beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazin
dilakukan oleh Rasulullah Saw, dan para sahabatnya. Secara sederhana,
murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah
keuntungan yang disepakati. Misalnya, seseorang membeli barang
kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu. Berapa besar
keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu dalam
bentuk persentase dari harga pembeliannya, misalnya 15% atau 25%.(Sri
Nurhayati - Wasilah, 2015)
Murabahah secara bahasa artinya keuntungan,laba, atau penambahan
harga. Secara istilah murabahah yaitu jual beli dengan harga perolehan
penjual ditambahkan keuntungan. (Afrida, 1999)
Murabahah yaitu jua beli berdasarkan saling ridho, sebagaimana firman
Allah SWT, yang artinya “...Padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba...”.(Afrida, 1999)

8
4.2 Pembiayaan Murabahah
Murabahah mulanya tidak ada kaitannya dengan pembiayaan karena
murabahah dalam wacana islam klasik yaitu jual beli yang mana penjual
menawarkan barangnya kepada pembeli dengan menyampaikan harga
perolehan atau harga beli si penjual serta keuntungan yang didapat oleh
penjual. Murabahah muncul sebagai alternatif pembiayaan bukan riba
dalam jual beli.
Murabahah yang dipraktikkan oleh bank syariah termasuk istimewa
karena merupakan bentuk transaksi murabahah berdasarkan permintaan
pembeli, yang dimaksud ialah murabahah yang dilakukan karena adanya
pengajuan dari nasabah kepada bank untuk mengadakan suatu barang
dengan spesifikasi tertentu dan menjualnya kepada nasabah dengan
keuntungan yang disepakati bersama.(Pembiayaan & Syariah, 2013)
Pembiayaan Murabahah pada bank syariah diterapkan dalam
pembiayaan moda kerja, pengadaan barang, serta pembangunan rumah, dan
sebagainya.

Contoh penerapan pembiayaan murabahah pada bank syariah yaitu


modal kerja berupa barang, pembiayaan untuk modal kerja dapa dilakukan
dengan prinsip jual beli murabahah. Tetapi, pada transaksi ini hanya berlaku
untuk sekali, tidak bisa satu akad dengan pembelian berulang.

Penyediaan barang pembiayaan oleh bank syariah dengan prinsip jual


beli murabahah bertujuan untuk penyediaan barang berupa pembelian
kendaraan ( sepeda motor, mobil,dll). Jika nasabah ingin memiliki sebuah
kendaraan , nasabah dapat datang ke bank syariah kemudian mengajukan
permohonan agar bank membelikan barang yang diinginkan.(Pembiayaan
& Syariah, 2013)

Kemudian, setelah bank menganggap bahwa nasabah tersebut layak


untuk mendapatkan pembiayaan pengadaan kendaraan. Bank membeli
kendaraan yang dimaksud untuk diserahkan kepada pihak nasabah, dengan
harga yang sudah ditambahkan keuntungan untuk bank syariah.(Ulza, 2018)

9
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam hukum syariah ada beberapa macam jual beli diantaranya
murabahah, istishna dan salam. Jual beli didasarkan karena adanya
perpindahan kepemilikan barang.
Murabahah ialah akad jual beli yang terjadi apabila si penjual
memberitahukan harga perolehan serta keuntungan yang di dapat kepada si
pembeli. Terdapat 2 macam murabahah, ada murabahah dengan pesanan
dan ada murabahah tanpa pesanan.
Murabahah dalam konsep fiqh yaitu adanya saling ridha antara penjual
dan pembeli dalam mencapai kesepakatan akad tersebut.
Pembiayaan murabahah pada bank syariah yaitu apabila pembeli
mengajukan permintaan suatu barang kepada bank syariah yang mana
nantinya akan dijua kepada pembeli dengan harga jual yang sudah
ditambahkan dengan keuntungan untuk bank sebagai penjual.

3.2 Saran
Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, masih
banyak yang harus diperbaiki agar makalah ini bisa lebih baik. Oleh karena
itu, penulis meminta kritik dan sarannya untuk makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. Karim. (2017). Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Afrida, Y. (1999). Analisis pembiayaan.
Apipudin. (2016). Konsep Jual Beli Dalam Islam. ISLAMICNOMIC, V.
Pembiayaan, P., & Syariah, B. (2013). Iqtishadia.
Rianto, M. N., & Arif, A. (n.d.). Penjualan on-line berbasis media sosial dalam perspektif
ekonomi Islam. 33–48.
Sri Nurhayati - Wasilah. (2015). Akuntansi Syariah Di Indonesia (4th ed.; E. S. Suharsi,
ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Ulza, E. (Universitas M. P. D. H. (2018). Strategi Pemberdayaan Pembangunan Sosial
Melalui Gerakan Filantropi Islam. Al-Urban, 2(1), 32–42.
https://doi.org/10.22236/alurban
Wiroso. (2005). Akuntansi Transaksi Syariah. yogyakarta: UII Press.

11

Anda mungkin juga menyukai