Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN

PUTARAN KRITIS

Oleh :

Nama : YONAR MEILANA A.P


NIM : 1707121780
Kelompok : B8

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan pada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat, kesehatan, serta karunia yang tidak terhingga pada penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Shalawat beriring salam kita
sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW karena berkat beliau kita dapat
hidup di dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.
Penulis mengucapkan terimakasih pada orangtua yang selalu mendukung
dari segi ekonomi, transportasi serta memberikan motivasi untuk menyemangati
dalam setiap kegiatan terutama pembuatan laporan ini. Penyusun juga berterima
kasih kepada bapak Feblil Huda, ST., MT.,Ph.D. selaku dosen pengampu dan para
asisten laboratorium Konstruksi Mesin yang membantu mengarahkan penyusun
dalam proses penyusunan laporan putaran kritis ini.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan laporan
ini, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
melengkapi segala kekurangan guna untuk dunia pendidikan dan penulis sendiri.

Pekanbaru,September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

halaman

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

DAFTARGAMBAR.............................................................................................. iv

DAFTAR TABEL....................................................................................................v

DAFTAR NOTASI..................................................................................................1

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar belakang ................................................................................................2

1.2 Tujuan ............................................................................................................2

1.3 Manfaat ..........................................................................................................2

BABIITinjauanPustaka

2.1 Teori Dasar .....................................................................................................3

2.1.1 Massa Bergarak Disuatu BIdang Horizontal...........................................7

2.1.2 Massa Begerak Disuatu Bidang Vertical ................................................7

2.1.3 Efek Gesekan Terhadap Putra Kritis .......................................................8

2.2 Teori Dasar Alat Ukur ....................................................................................8

BAB III Metodologi

3.1 Alat dan Bahan .............................................................................................10

3.2 Prosedur Praktikum .....................................................................................12

BAB VI Pembahasan

4.1 Data pengujian .............................................................................................13

4.2 Pengolahan Data...........................................................................................14

4.2.1 Perhitungan Menggunakan 1 Beban .....................................................14

ii
4.2.2 Perhitungan Menggunakan 2 Beban .....................................................15

4.3 Analisa Data .................................................................................................16

BAB V Kesimpulan

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................17

5.2 Saran .............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

1
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Model Fisik Poros Dengan Beban di Tengah..................................... 2


Gambar 2. 2 Model Fisik Poros Dengan Beban Sembarang ................................... 3
Gambar 2. 3 Diagram Benda Bebas Putaran Kritis................................................. 4
Gambar 2. 4 Struktur Yang Dikenai 1 Beban ......................................................... 4
Gambar 2. 5 Struktur Yang Dikenai 2 Beban ......................................................... 4
Gambar 2. 6 Struktur Yang Dikenai 2 Beban ......................................................... 4
Gambar 2. 7 Massa Bergerak Disuatu Bidang Horizontal ...................................... 5
Gambar 2. 8 Massa Bergerak Disuatu Bidang Vertikal .......................................... 6
Gambar 2. 9 Grafik Getaran Kritis .......................................................................... 6
Gambar 3.1 Kunci Pas............................................................................................. 8
Gambar 3. 2 Tachometer ......................................................................................... 8
Gambar 3. 3 Mistar ................................................................................................. 9
Gambar 3. 4 Kunci L............................................................................................... 9
Gambar 3. 5 Slide legulator .................................................................................... 9
Gambar 3. 6 Alat Uji Putaran Kritis...................................................................... 10

1
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Pengamatan Dengan 1 Pembebanan ............................................. 13


Tabel 2 Hasil Pengamatan Dengan 1 Pembebanan ............................................. 13

1
DAFTAR NOTASI

m = massa beban (kg)


g = gravitasi bumi (m/𝑠 2 )
δ = defleksi (mm)
k = konstanta kekakuan poros (N/m)
Nc = putaran kritis poros (rpm)
E = modulus elastisitas poros (mm2 )
I = momen inersia poros (N/mm2 )
L = panjang poros (mm)
P = tekanan (N)
d = diameter (m)

1
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar belakang


Dalam bidang kontruksi sifat material yang dapat terdefleksi meruoakan suatu
hal yang sangat dihindari karena bila hal tersbut terjadi maka struktur yang
dibangun akan roboh atau mengalami kegagalan. Hal tersunut tentu saja akan
membahayakan jika itu merupakan alat transportasi yang memuat banyak orang.
Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang matang untuk membangun suatu
struktur tertentu. Begitu juga dengan poros, seperti poros turbin pada benbangkit
daya pada saat operasi dengan putaran tertentu poros akan terdefleksi akibat rotor
ataupun berat dari poros itu sendiri. Defleksi yang paing besar terjadi pada
putaran operasi itulah yang disebut putaran kritis, yang dapat membuat struktur
poros itu tidak daat bekerja dengan maksimal atau mengalami kegagalan.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui karakteristik poros dan mengetahui hubungan antara defleksi
yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan.
2. Mengamati fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada
tegangan yang ditentukan.
3. Menentukan putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada
variasi tegangan.

1.3 Manfaat
Dapat adanya oraktikum putaran kritis ini kita dapat melihat dan mengatahui
fenomena yang terjadi pada putaran yang diberikan defleksi paling besar dan
mengatahui besarmya sehingga bisa dihindati dalam operasi suatu system.

1
3

BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Teori Dasar


Getaran (vibration) akan muncul jika putaran mesin dinaikkan. Batas
antara putaran mesin yang mempunyai jumlah ptaran normal dengan putaran yang
menimbulkan getaran yag tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada
turbin, motor bakar, motor listrik, dll. Selai itu, timbulnya getaran yang tinggi
dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian yang lainnya. Jadi dalam
perancangan poros perlu mempertimbangkan putaran dari poros agar lebih rendah
dari putaran kritisnya.
Fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada kecepatan tertentu
adalah getaran yang sangat besar, meskipun poros dapat berputar denga sangat
mulus pada kecepatan lainnya. pada kecepatan semacam ini dimaa getaran
menjadi sangat besar, dpat terjadi kegagalan pada diporos atau pada bantalan.
Getran dapat mengakibatkan kegagalan karena tidak dapat bekarja sesuai dengan
fungsinya, seperti yang terdapat pada sebuah turbin uao dimana ruang bebas
antara rotor dan rumah sangat kecil. Getarann semacam ini dpat mengakibatkan
apa yang disebut dengan olakan poros atau mungkin mengakibatkan suatu osilasi
puntir pada suatu poros, atau kombinasi keduanya.
Respon amplitudoo menunjukkan besaran tanpa dimensi (dimensionless
ratio) dari perbandingan amplitudo output dan input. Setiap redaman, ditunjukkan
dengan perbandingan redaman, akan mengurangi rasio amplitudo resonansi.
Frekuensi pribadi desebut juga dengan frekuensi kritis atau kecepatan kritis.

3
4

Gambar 2. 10 Model Fisik Poros Dengan Beban di Tengah

Gambar 2. 11 Model Fisik Poros Dengan Beban Sembarang

𝑚𝑥g
𝑘=
𝛿

60 𝑘
𝑁𝑐 = √
2𝜋 𝑚

Dimana:
m = Massa beban (kg)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/𝑠 2 )
𝛿 = Defleksi (mm)
k = Konstanta kekakuan poros (N/m)
Nc = Putaran kritis poros (rpm)

Bila terdapat beberapa benda berputar pada satu poros, maka dihitung lebih
dahulu putara kritis 𝑁𝑐1 , 𝑁𝑐2 , 𝑁𝑐3, ...... dari masing-masing benda tersebut yang
seolah-olah bera da sendiri pada poros, maka putaran kriti keseluruhan dari 𝑁𝑐0
dapat ditentukan oleh:

4
5

1 1 1 1
= + + ……
2 2 2 2
𝑁𝑐0 𝑁𝑐1 𝑁𝑐2 𝑁𝑐3

Sumbu suatu poros akan terdefleksi (melentur) dari kedudukannya semula


bila dikenai beban. Poros harus harus kuat untuk menahan defleksi yang
berlabihan, sehingga mencegah ketidak sebarisan dan mempertahankan ketelitian
dimensional terhadap pengaruh beban. Persaman –persamaan diferensial untuk
menentukan defleksi poros sidari dengan asumsi defleksi kwcil dibandingkan
dengan panjangnya poros.

Gambar 2. 12 Diagram Benda Bebas Putaran Kritis

Diagran bebnda bebas struktur/poros yang dikenal beban, F dapat dilihat pada
gambar berikut:

Gambar 2. 13 Struktur Yang Dikenai 1 Beban

5
6

Gambar 2. 14 Struktur Yang Dikenai 2 Beban

Gambar 2. 15 Struktur Yang Dikenai 2 Beban

Defleksi maksimum pada poros yang dikenai 1 beban dapat dihitung


menggunakan persamaan berikut:
𝑃. 𝑎. 𝑏 2
𝛿= (𝐿 − 𝑎2 − 𝑏 2 )
6. 𝐸. 𝐼. 𝐿

Defleksi maksimum pada poros yang dikenai 2 beban da 3 beban ditentukan


dengan metode superposisi.

𝑃𝑎
𝑌𝑚𝑎𝑥 = (3𝐿2 − 4𝑎2 )
24𝐸𝐼

𝜋𝑑 4
𝐼=
64

Dimana:
E = Modulus elasrisitas poros (𝑚𝑚4 )
I = Momen inersia poros (N/𝑚𝑚2 )

6
7

2.1.1 Massa Bergarak Disuatu BIdang Horizontal


Gambar di bawah memperlihatkan suatu massa engan berat W pound ang
diam atas suatu permukan licin tanpa gesekan dan diikatkan ke rangka stationer
melalui sebuah pegas. Massa dipindahkan sejauh x dari posisi keseimbangannya,
dan emudian dilepaskan. Ingin ditentukan tipe dari gerakan mana dapat
menggunakan persamaan-persamaan Newton dengan persamaan energi.

Gambar 2. 16 Massa Bergerak Disuatu Bidang Horizontal

2.1.2 Massa Begerak Disuatu Bidang Vertical


Gambar dibawah memperkihatkan massa yang yang digantung denga sebuah
pegas vertical. Bobot menyababkan pegas melendut sejauh 𝑥0 . Bayangkan massa
ditarik kebawah suatu jarak 𝑥0 dari posisi keseimbangannya dan kemudian
dilepaskan dan ingin dan diketahui geraknya sebagai efek gravitasi.

Gambar 2. 17 Massa Bergerak Disuatu Bidang Vertikal

7
8

2.1.3 Efek Gesekan Terhadap Putra Kritis


Meskipun persamaan teoritik yang diturunkan sebelumnya menurunkan suatu
outran dengan jari-jari yang besarnya tak hingga pada kecepatan kritis, namun
kondisi semacam ini secara praktek tidak mungkin. Menurut hasil yang diperoleh
dari persamaan teoritik, poros yang berputar kritis tentu saja akan patah atau
terdistorsi. Tetapi, kitatahu bahwa poros yang bejalan pada kecepatan kritis tidak
perlupatah, dan mungkin berjalan dengan sangat kasar tetapi tanpa
distorsipermanent.

Gambar 2. 18 Grafik Getaran Kritis

2.2 Teori Dasar Alat Ukur


Alat ukur yang digunakan pada praktikum ini adalah:
a. Tachometer
Alat ini diguakan ntuk menghitug kecepatan sudut dari massa yang berada
pada poros yang akan diuji.
b. Mistar

8
9

Digunakan untuk mengukur jarak untuk memvariasikan jarak atau posisi


rotor pada poros.

9
10

BAB III
Metodologi

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan yang diggnakan pada praktikum ini adalah:
1. Kunci pas
Kunci pas digunakan untuk membuka kopling pada alat uji yag berguna untuk
untuk membuka poros.

Gambar 3.7 Kunci Pas

2. Tachometer
Tachometer berguna untuk menghitug kecepatan sudut dari massa yang berada
pada poros yang akan diuji.

Gambar 3. 8 Tachometer

10
11

3. Mistar
Mistar berguna untuk mengukur jarak untuk memvariasikan jarak atau posisi
rotor pada poros.

Gambar 3. 9 Mistar

4. Kunci L
Kunci L berguna untuk membuka baut yang berada pada kopling dan bering
yang berga untuk melepas poros pada saat menambahkan rotor.

Gambar 3. 10 Kunci L

5. Slide Regulator
Slide regulator berguna untuk memvariasikan putaran pada motor

11
12

Gambar 3. 11 Slide legulator

6. Ala Uji Putaran Kritis


Untuk menguji putaran kritis pada poros yang diberikan beban berupa rotor.

Gambar 3. 12 Alat Uji Putaran Kritis

3.2 Prosedur Praktikum


Adapun prosedur praktikum pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Pasanglah alat uji sesuai dengan petunjuk (dibantu asisten).
2. Pasang semua peralatan seperti pengatur putaran rotor, motor, bantalan,
dan peralatan yang lain dengan baik.
3. Pasang 1 buah rotor dan posisikan letaknya.
4. Hidukan motor dan atur tegangannya menggunakan slide regilator.
5. Hitung putran rotor.
6. Ulangi percobaan diatas untuk tegangan regulator yang berbeda.
7. Tambahkan pembebanandengan menambahkan 1 buah rotor.
8. Lakukan kembali prosedur 3-6 hingga semua data diperoleh.
9. Catatlah data pengujian pada tabel.

12
13

BAB VI
Pembahasan

4.1 Data pengujian


1. diameter poros (d) = 0.02 m
2. modulus elastisitas (E) = 0.19x1012 pa
3. panjang poros (L) = 0.64 m
4. gravitasi (g) = 9,81 m/𝑠 2

Tabel 1 Hasil Pengamatan Dengan 1 Pembebanan


L a b Nc m P I δ K
v Nc_T
(m) (m) (m) (rpm) (kg) (N) (𝑚4 ) (m) (N/m)
100 1474
0.64 125 0.22 0.42 1486 4.74x10-5 3.36x105 4341.83
150 1491
100 1469
0.64 125 0.23 0.41 1480 1.625 15.94 7.85x10-9 4.73x10-5 3.37x105 4348.13
150 1490
100 1477
0.64 125 0.24 0.40 1483 5.135x10-5 3.10x105 4170.4
150 1488

Tabel 2 Hasil Pengamatan Dengan 1 Pembebanan


L a B Nc m P I δ K
v Nc_T
(m) (m) (m) (rpm) (kg) (N) (𝑚4 ) (m) (N/m)
100 1481
0.64 125 0.23 1486 20.83x10-5 1.53x105 2072.35
150 1491
100 1465
0.64 125 0.25 1483 3.25 31.88 7.85x10-9 21.79x10-5 1.46x105 2023.6
150 1486
100 1479
0.64 125 0.27 1485 22.53x10-5 1.41x105 1987.22
150 1493
14

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Perhitungan Menggunakan 1 Beban
Berikut adalah Perhitungan untuk poros yang diberi 1 beban:Perhitungan
Inersia
𝜋𝑑4
𝐼=
64
3.14 𝑥 (0.02 𝑚)4
𝐼= = 7.85x10−9 𝑚4
64

a. Perhitungan gaya pada poros


P=mּg
P = 1.625 kg ּ 9.81 m/s2 = 15.94 N

 Perhitungan untuk a = 0.24 m dan b = 0.40 m


b. Perhitungan defleksi
𝑃. 𝑎. 𝑏 2
𝛿= (𝐿 − 𝑎2 − 𝑏 2 )
6. 𝐸. 𝐼. 𝐿

15,94 N . 0,24 m . 0,40 m


𝛿= 12 −9 4
(0,642 − 0,242
6 . 0,19𝑥10 𝑝𝑎 . 7,85𝑥10 𝑚 . 0,64 𝑚
− 0,402 )
𝛿 = 5.135x10−5 m

c. Perhitungan konstanta kekakuan poros


𝑚𝑥g
𝑘=
𝛿

1,625 𝑘𝑔 . 9.81 m/𝑠 2


𝑘= −5
= 1.41x105 𝑁/𝑚
5.135x10

d. Perhitungan putaran kritis


15

60 𝑘
𝑁𝑐 = √
2𝜋 𝑚

60 1,41𝑥105 𝑁/𝑚
𝑁𝑐 = √ = 4170.4 rpm
2 . 3.14 1,625 𝑘𝑔

4.2.2 Perhitungan Menggunakan 2 Beban


Berikut adalah perhitungan untuk poros yang diberi 2 beban:

a. Perhitungan Inersia
𝜋𝑑4
𝐼=
64
3.14 𝑥 (0.02 𝑚)4
𝐼= = 7,85x10−9 𝑚4
64

b. Perhitungan gaya pada poros


P=mּg
P = 3,25 kg . 9,81 m/s2 = 31.88 N

 Perhitungan untuk a = 0.24 m dan b = 0.40 m


c. Perhitungan defleksi
𝑃. 𝑎
𝛿= (3𝐿2 − 4𝑎2 )
24 . 𝐸 . 𝐼

31,88 N . 0,23 m
𝛿= −9
(3(0,64𝑚)2 − 4(0,23𝑚)2 )
24 . 0,19𝑥1012 𝑝𝑎 . 7,85x10 𝑚4
= 22.53x10−5

d. Perhitungan konstanta kekakuan poros


𝑚𝑥g
𝑘=
𝛿
16

3,25 𝑘𝑔 . 9,81 m/𝑠 2


𝑘= = 1,41x105 𝑁/𝑚
22,53x10−5

e. Perhitungan putaran kritis

60 𝑘
𝑁𝑐 = √
2𝜋 𝑚

60 1,41𝑥105 𝑁/𝑚
𝑁𝑐 = √ = 1987.22 rpm
2 . 3.14 3,25 𝑘𝑔

4.3 Analisa Data


Adapun analisa yang didapat setelah melakakukan percobaan ini adalah
sebagai berikut:
Dari praktikum putaran kritis yang telah dilakukan, dapat dilihat fenomena-
fenomena yang terjadi saat poros dengan diameter d=20 mm dan panjang 64 cm
yang telah diberi beban rotor dengan m=1.625 kg diputar pada kecepatan tertentu.
Pada tegangan mula- mula poros berputar dengan stabil dan mengeluarkan suara
yang kecil dan menimbulkan getaran. Kemudian tegangan terus dinaikkan secara
perlahan mulai dari 100 v, 125 v, hingga tegangan mencapai 150v dan poros
berputar semakin kencang, setelah poros berputar pada kecepatan tertentu setelah
mencapai tegangan yang ditentukan maka poros menunjukkan fenomena yang
terjadi dengan berputarnya poros, poros berputar dengan tidak stabil dan
menghasilkan getaran yang kuat dan menghasilkan suara yang cukup keras maka
inilah yang dinamakan putaran kritis.
Selain dipengaruhi oleh jumlah putaran, putaran kritis juga dipengaruhi oleh
posisi bebean rotor. Seperti yang terlihat pada tabel pengolahan data, dimana
semakin ketepi posisi beban rotor pada poros, maka semakin besar putaran kritis
yang terjadi, sebaliknya, semakin ketengah posisi beban rotor pada poros, maka
semakin kecil putaran kritis yang terjadi. Hal ini berlaku pada poros yang dikenai
satu beban dan dua beban.
BAB V
Kesimpulan

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat setelah melakukan praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Defleksi yang terjadi pada saat rotor pada posisi terjauh dari motor.
2. Fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada kecepatan tertentu
adalah getaran besar.
3. Putaran kritis tejadi apabila poros mencapai batas maksimum untuk menahan
gerataran yang tinggi pada saat diberikan putaran.

5.2 Saran
Adapun saran setelah melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Amati hasil yang ditunjukkan oleh tachometer dengan teliti agar hasil yang
diperoleh akurat.
2. Berikan pelumas pada poros agar poros tidak mengalami kerat (berkarat).
3. Pada saat menempelkan laser pada poros harus tegak lurus dengan poros agar
hasil yang ditunjukkan oleh tachometer sesuai atau akurat.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Nazaruddin., Huda, Feblil., Badri, Muftil., Akbar, Musthafa. 2019.


Panduan Praktikum Fenomena Dasar. Pekanbaru.
2. https://renhard06.files.wordpress.com/2015/10/laporan-fenomena-dasar-
putaran
LAMPIRAN
TUGAS SESUDAH PRAKTIKUM

Jenis-Jenis Kopling Berdasarakan cara kerjanya


1. Kopling Gesek
Kopling gesek adalah jenis kopling yang paling mudah ditemui pada
kendaraan. Karena mobil atau motor yang mengusung manual transmission
umumnya menggunakan jenis kopling gesek. Sesuai dengan namanya, sistem ini
bekerja memanfaatkan material yang bergesekan. Gesekan ini diperoleh dari tiga
komponen, yaitu fly wheel, clutch disc (kampas kopling) dan pressure plate.
Clutch disc akan menerima gaya gesek dari dua komponen lain.
Kopling gesek juga biasa disebut kopling manual, karena dikendalikan secara
manual. Jenis kopling gesek juga memiliki beberapa tipe lagi antara lain ;
Kopling plat tunggal :Kopling ini hanya memiliki satu clutch disc sebagai
media gesek. Banyak diaplikasikan pada mobil.
Kopling multi plate :Kopling jenis multi plate memiliki susunan plate yang
lebih banyak. Tipe ini banyak digunakan pada sepeda motor.

2. Kopling Otomatis
Sesuai namaya, kopling otomatis adalah sebuah komponen yang berfungsi
memutuskan dan menghubungkan putaran mesin secara otomatis. Jenis ini biasa
disebut dengan Torque Converter, anda akan menemukan torque converter pada
mobil bertransmisi otomatis. Konstruksi pada torque converter berbeda dengan
kopling gesek. Jenis ini tidak lagi menggunakan gesekan antar material, namun
menggunakan tekanan hidrolik. Prinsip kerja torque converter mirip dua buah
kipas yang saling berdekatan. Jika salah satu kipas berputar, maka akan ada aliran
udara yang bersirkulasi mengenai kipas yang diam. Sehingga kipas yang diam
ikut berputar Pada sistem kopling otomatis, kipas tersebut digantikan dengan dua
buah turbine yang masing-masing terhubung dengan mesin dan transmisi.
Sementara media untuk sirkulasi adalah cairan hidrolik, karena benda ini tidak
memiliki sifat kompresi. Sehingga efisien bila digunakan untuk melakukan skema
ini

3. Kopling Magnet
Untuk jenis ketiga, masuk dalam semi otomatis. Karena pengguna tidak secara
langsung terlibat dalam cara kerja jenis ini. Kopling magnet memanfaatkan gaya
tarik magnet untuk melakukan pemutusan dan penghubungan arus. Prinsip kerja
kopling magnet adalah saat ada arus listrik mengalir ke field coil, maka akan
menimbulkan kemagnetan. Kemagnetan itu akan menarik pelat untuk menempel
pada pulley utama. Sehingga saat pulley berputar, pelat itu juga ikut berputar. Jika
arus listrik dihentikan maka hubungan antara pelat dan pulley akan renggang.
Umumnya, sistem ini tidak dipakai untuk untuk transfer energi mesin ke
transmisi. Tapi lebih ke sistem yang lebih sederhana. Contohnya pada sistem AC,
anda akan menemui magnetic clutch pada kompressor AC

Jenis kopling berdasarkan pengendalian


1. Kopling Mekanis
Jenis kopling mekanis masih banyak digunakan pada sepeda motor. Cirinya,
sistem mekanis menggunakan kabel kawat untuk menghubungkan pedal menuju
kopling. Keuntungan dari sistem mekanis ini adalah tidak perlu memikirkan
kebocoran fluida atau masuk angin. Namun kekurangan sistem ini, kawat
merupakan jenis logam yang bisa memuai. Sehingga perlu dilakukan penyetelan
agar pengoeprasian berlangsung lebih nyaman.
2. Kopling Hidrolis
Jenis kedua, sudah menggunakan sistem hidrolik atau hidrolis seperti pada
sistem rem. Cara kerjanya pun mirip cara kerja sistem rem hidrolik. Kelebihan
dari sistem ini adalah lebih efektif dan responsif karena tidak perlu
mengkhawatirkan pemuaian seperti kawat. Namun sistem hidrolis lebih sensitif
khusunya saat ada udara didalam sistem. Sehingga perawatan juga tidak boleh
ketinggalan.
3. Kopling Sentrifugal
Kopling sentrifugal tidak dioperasikan lewat pedal atau tuas kopling. Namun
tipe ini dikendalikan melalui RPM mesin. Cara kerjanya, semakin tinggi RPM
mesin, semakin erat pula hubungan kopling ini. Tipe kopling sentrifugal
menggunakan gaya sentrifugal untuk menghubungkan input dari mesin ke output
yang terhubung dengan transmisi. Jenis ini bisa kita lihat pada sistem power train
sepeda motor bebek.
Jenis Kopling berdasarkan kondisi pelumas:
1. Kopling kering
Sesuai namanya, jenis ini tidak menggunakan pelumas dalam bagian
komponenya. Malah, jika ada pelumas pada jenis ini berpotensi menyebabkan
selip pada kopling. Jenis kopling basah akan kita temui pada kopling manual
mobil dimana jenis ini memiliki potensi selip yang kecil. Karena tidak terendam
oli mesin, maka kinerja kopling kering bersifat independent atau tidak terikat
kualitas oli mesin.
2. Kopling basah
Sementara untuk tipe basah, bisa kita temui pada kopling sepeda motor pada
umumnya. Kopling ini disebut tipe basah karena terendam dalam oli mesin.
Kelebihanya, karena terendam pelumas maka kampas kopling akan lebih awet
dibandingkan tipe kering. Apakah tipe ini tidak mengalami selip ? Keunikan
lainya juga walau terendam oli mesin jenis kopling mengalami selip ketika
digunakan. Hal ini karena pada tipe kopling basah menggunakan pelat ganda.
Sehingga daya rekat bisa lebih kuat. Namun, kinerja kopling ini dipengaruhi
kualitas oli mesin yang digunakan

Anda mungkin juga menyukai