PUTARAN KRITIS
Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan pada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat, kesehatan, serta karunia yang tidak terhingga pada penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Shalawat beriring salam kita
sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW karena berkat beliau kita dapat
hidup di dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.
Penulis mengucapkan terimakasih pada orangtua yang selalu mendukung
dari segi ekonomi, transportasi serta memberikan motivasi untuk menyemangati
dalam setiap kegiatan terutama pembuatan laporan ini. Penyusun juga berterima
kasih kepada bapak Feblil Huda, ST., MT.,Ph.D. selaku dosen pengampu dan para
asisten laboratorium Konstruksi Mesin yang membantu mengarahkan penyusun
dalam proses penyusunan laporan putaran kritis ini.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan laporan
ini, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
melengkapi segala kekurangan guna untuk dunia pendidikan dan penulis sendiri.
Pekanbaru,September 2019
Penyusun
i
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTARGAMBAR.............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR NOTASI..................................................................................................1
BAB I Pendahuluan
BABIITinjauanPustaka
BAB VI Pembahasan
ii
4.2.2 Perhitungan Menggunakan 2 Beban .....................................................15
BAB V Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1
DAFTAR GAMBAR
1
DAFTAR TABEL
1
DAFTAR NOTASI
1
BAB I
Pendahuluan
1.2 Tujuan
1. Mengetahui karakteristik poros dan mengetahui hubungan antara defleksi
yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan.
2. Mengamati fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada
tegangan yang ditentukan.
3. Menentukan putaran kritis yang terjadi dengan berputarnya poros pada
variasi tegangan.
1.3 Manfaat
Dapat adanya oraktikum putaran kritis ini kita dapat melihat dan mengatahui
fenomena yang terjadi pada putaran yang diberikan defleksi paling besar dan
mengatahui besarmya sehingga bisa dihindati dalam operasi suatu system.
1
3
BAB II
Tinjauan Pustaka
3
4
𝑚𝑥g
𝑘=
𝛿
60 𝑘
𝑁𝑐 = √
2𝜋 𝑚
Dimana:
m = Massa beban (kg)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/𝑠 2 )
𝛿 = Defleksi (mm)
k = Konstanta kekakuan poros (N/m)
Nc = Putaran kritis poros (rpm)
Bila terdapat beberapa benda berputar pada satu poros, maka dihitung lebih
dahulu putara kritis 𝑁𝑐1 , 𝑁𝑐2 , 𝑁𝑐3, ...... dari masing-masing benda tersebut yang
seolah-olah bera da sendiri pada poros, maka putaran kriti keseluruhan dari 𝑁𝑐0
dapat ditentukan oleh:
4
5
1 1 1 1
= + + ……
2 2 2 2
𝑁𝑐0 𝑁𝑐1 𝑁𝑐2 𝑁𝑐3
Diagran bebnda bebas struktur/poros yang dikenal beban, F dapat dilihat pada
gambar berikut:
5
6
𝑃𝑎
𝑌𝑚𝑎𝑥 = (3𝐿2 − 4𝑎2 )
24𝐸𝐼
𝜋𝑑 4
𝐼=
64
Dimana:
E = Modulus elasrisitas poros (𝑚𝑚4 )
I = Momen inersia poros (N/𝑚𝑚2 )
6
7
7
8
8
9
9
10
BAB III
Metodologi
2. Tachometer
Tachometer berguna untuk menghitug kecepatan sudut dari massa yang berada
pada poros yang akan diuji.
Gambar 3. 8 Tachometer
10
11
3. Mistar
Mistar berguna untuk mengukur jarak untuk memvariasikan jarak atau posisi
rotor pada poros.
Gambar 3. 9 Mistar
4. Kunci L
Kunci L berguna untuk membuka baut yang berada pada kopling dan bering
yang berga untuk melepas poros pada saat menambahkan rotor.
Gambar 3. 10 Kunci L
5. Slide Regulator
Slide regulator berguna untuk memvariasikan putaran pada motor
11
12
12
13
BAB VI
Pembahasan
60 𝑘
𝑁𝑐 = √
2𝜋 𝑚
60 1,41𝑥105 𝑁/𝑚
𝑁𝑐 = √ = 4170.4 rpm
2 . 3.14 1,625 𝑘𝑔
a. Perhitungan Inersia
𝜋𝑑4
𝐼=
64
3.14 𝑥 (0.02 𝑚)4
𝐼= = 7,85x10−9 𝑚4
64
31,88 N . 0,23 m
𝛿= −9
(3(0,64𝑚)2 − 4(0,23𝑚)2 )
24 . 0,19𝑥1012 𝑝𝑎 . 7,85x10 𝑚4
= 22.53x10−5
60 𝑘
𝑁𝑐 = √
2𝜋 𝑚
60 1,41𝑥105 𝑁/𝑚
𝑁𝑐 = √ = 1987.22 rpm
2 . 3.14 3,25 𝑘𝑔
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat setelah melakukan praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Defleksi yang terjadi pada saat rotor pada posisi terjauh dari motor.
2. Fenomena yang terjadi dengan berputarnya poros pada kecepatan tertentu
adalah getaran besar.
3. Putaran kritis tejadi apabila poros mencapai batas maksimum untuk menahan
gerataran yang tinggi pada saat diberikan putaran.
5.2 Saran
Adapun saran setelah melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Amati hasil yang ditunjukkan oleh tachometer dengan teliti agar hasil yang
diperoleh akurat.
2. Berikan pelumas pada poros agar poros tidak mengalami kerat (berkarat).
3. Pada saat menempelkan laser pada poros harus tegak lurus dengan poros agar
hasil yang ditunjukkan oleh tachometer sesuai atau akurat.
17
DAFTAR PUSTAKA
2. Kopling Otomatis
Sesuai namaya, kopling otomatis adalah sebuah komponen yang berfungsi
memutuskan dan menghubungkan putaran mesin secara otomatis. Jenis ini biasa
disebut dengan Torque Converter, anda akan menemukan torque converter pada
mobil bertransmisi otomatis. Konstruksi pada torque converter berbeda dengan
kopling gesek. Jenis ini tidak lagi menggunakan gesekan antar material, namun
menggunakan tekanan hidrolik. Prinsip kerja torque converter mirip dua buah
kipas yang saling berdekatan. Jika salah satu kipas berputar, maka akan ada aliran
udara yang bersirkulasi mengenai kipas yang diam. Sehingga kipas yang diam
ikut berputar Pada sistem kopling otomatis, kipas tersebut digantikan dengan dua
buah turbine yang masing-masing terhubung dengan mesin dan transmisi.
Sementara media untuk sirkulasi adalah cairan hidrolik, karena benda ini tidak
memiliki sifat kompresi. Sehingga efisien bila digunakan untuk melakukan skema
ini
3. Kopling Magnet
Untuk jenis ketiga, masuk dalam semi otomatis. Karena pengguna tidak secara
langsung terlibat dalam cara kerja jenis ini. Kopling magnet memanfaatkan gaya
tarik magnet untuk melakukan pemutusan dan penghubungan arus. Prinsip kerja
kopling magnet adalah saat ada arus listrik mengalir ke field coil, maka akan
menimbulkan kemagnetan. Kemagnetan itu akan menarik pelat untuk menempel
pada pulley utama. Sehingga saat pulley berputar, pelat itu juga ikut berputar. Jika
arus listrik dihentikan maka hubungan antara pelat dan pulley akan renggang.
Umumnya, sistem ini tidak dipakai untuk untuk transfer energi mesin ke
transmisi. Tapi lebih ke sistem yang lebih sederhana. Contohnya pada sistem AC,
anda akan menemui magnetic clutch pada kompressor AC