Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Sistem Endokrin” tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas kuliah, selain itu untuk
memahami Sistem Endokrin Manusia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
butuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara umum sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk
memproduksi hormon yang mengatur aktivitas tubuh. Terjadi atas kelenjar tiroid,
kelenjar hipofisa, kelenjar paratiroid, kelenjar supranelis, kelenjar pienalis,
kelenjar pankreas, dan kelenjar kelamin. Beberapa dari organ endokrin ada yang
menghasilkan satu macam hormon (hormon tunggal) disamping itu juga ada yang
menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda misalnya
kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang lain.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila sistem endokrin
umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah.
Kelenjar endokrin ini termasuk hepar, pancreas (kelenjar eksokrin dan endokrin),
payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, Kelenjar eksokrin
melepaskan sekresinya kedalam duktus pada permukaan tubuh, sepertikulit, atau
organ internal, seperti lapisan traktusintestinal.
1.2. Tujuan
1. Memahami sistem endokrin dan hormon-hormon di dalamnya
2. Mengenal dan memahami kelenjar Hipofise
3. Mengenal dan memahami kelenjar Tiroid
4. Mengenal dan memahami kelenjar Paratiroid
5. Mengenal dan memahami kelenjar Timus
6. Mengenal dan memahami kelenjar Suprarenalis
7. Mengenal dan memahami kelenjar Pienalis
8. Mengenal dan memahami kelenjar Pankreas
9. Mengenal dan memahami kelenjar Kelamin
BAB II
ISI
2.1. SISTEM ENDOKRIN DAN HORMON
Sistem endokrin adalah sistem yang bekerja dengan perantaraan zat-zat kimia
(hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan
kelenjar buntu (sekresi interna) yang mengirim hasil sekresinya langsung masuk
ke dalam darah dan cairan limfe, beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati
duktus (saluran). Permukaan sel kelenjar menempel pada dinding stenoid/kapiler
darah. Hasil sekresinya disebut hormon. Hormon merupakan bahan yang
dihasilkan tubuh oleh organ yang memiliki efek regulatorik spesifik terhadap
aktivitas organ tertentu, yang disekresi oleh kelenjar endokrin, diangkut oleh
darah ke jaringan sasaran untuk memengaruhi/mengubah kegiatan alat/jaringan
sasaran. Hormon yang dihasilkan ada yang satu macam hormon (hormon tunggal)
disamping itu ada yang lebih dari satu (hormon ganda). Sistem endokrin terdiri
dari kelenjar-kelenjar endokrin dan bekerja sama dengan sistem saraf, mempunyai
peranan penting dalam pengendalian kegiatan organ-organ tubuh. Kelenjar
endokrin mengeluarkan suatu zat yang disebut hormon.
Hormon yaitu penghantar (transmiter) kimiawi yang dilepas dari sel-sel
khusus ke dalam aliran darah dan selanjutnya dibawa sel-sel tanggap (responsive
cells) tempat terjadinya khasiat itu (menurut Starling). Kekhususan yang dikaitkan
dengan hormon adalah bahwa hormon adalah zat kimia organik yang mempunyai
aktivitas tinggi meskipun hanya diberikan dalam jumlah yang sangat sedikit.
Hormon yang dihasilkan langsung disekresikan ke dalam pembuluh darah, dan
disalurkan langsung ke tempat yang membutuhkan. Setibanya di tempat organ
tujuan, hormon melakukan kegiatan spesifik mengatur proses metabolisme dari
organ tujuan.
Struktur kimiawi hormon dapat digolongkan menjadi:
1. Derivat asam amino, dikeluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal dari
jaringan nervus medula supraren dan neurohipofisis. Termasuk hormon ini
adalah epinefrin dan norepinefrin hasil modifikasi dari asam amino tirosin.
2. Peptida/derivat peptida, dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal dari
jaringan alat pencernaan, hipofise bagian depan (adenohipofisis), tiroid,
paratiroid, dan pankreas. Peptida bersirkulasi bebas dalam plasma lebih
kurang 5 sampai 10 menit.
3. Steroid. Hormon steroid mempunyai inti siklo-pentanoperhidrofenantren
dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal dari mesotelium (testis, ovarium,
dan korteks supraren), bersirkulasi dalam plasma dan terikat pada transpor
protein kira-kira 60-100 menit.
4. Asam lemak. Hormon prostaglandin satu-satunya hormon yang masuk
kategori ini yang merupakan biosintesis dari dua asam lemak yaitu asam
lemak arakidonat dan di-homo-gama-linolenik.
5. Hormon perkembangan. Hormon yang memegang peranan dalam
perkembangan dan pertumbuhan serta biologi reproduksi, mulai dari
kandungan sampai usia remaja. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar
gonad.
6. Hormon metabolisme. Proses homeostasis gula (glukosa) dalam tubuh
diatur oleh bermacam-macam hormon diantaranya glukokortikoid,
glukagon, dan katekolamin.
7. Hormon trofik. Hormon yang dihasilkan struktur khusus dalam pengaturan
fungsi kelenjar endokrin yaitu kelenjar hipofise yang dikategorikan
sebagai hormon perangsang pertumbuhan folicle stimulating hormone
(FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis hormon penguning
(luteinizing hormone, LH).
8. Hormon pengatur. Metabolisme air dan mineral. Kalsitonin dihasilkan oleh
kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.
Meningkatnya produksi kalsitonin menyebabkan menurunnya kalsium dan
fosfor dalam darah, meningkatnya ekskresi kalsium, fosfor, natrium,
kalium, dan magnesium melalui ginjal.
9. Hormon pengatur sistem kardiovaskular. Epinefrin dihasilkan oleh
kelenjar adrenal bagian medula. Efek hormon ini bergantung pada reseptor
setiap organ tujuan, pada jantung mengakibatkan peningkatan konduksi
dan kontraksi jantung.
Pekerjaan hormon adalah interaksi hormon dengan makromolekul spesifik
yang disebut reseptor hormon dalam sel jaringan. Reseptor hormon berada di
permukaan sel (cell surface receptor) dan dalam sitoplasma sel (intercelular
receptor). Reseptor tersebut membentuk suatu kompleks hormon reseptor yang
akan memengaruhi sel.
Fungsi dari reseptor adalah:
1. Mengenal hormon yang diperlukan oleh sel.
2. Reseptor dan hormon membentuk suatu kompleks hormon reseptor.
3. Kompleks hormon mengaktifkan sel yang bersangkutan untuk aksi
bikemis di dalam sel.
Pada taraf akhir dari kerja hormon adalah interogator di dalam metabolisme
dalam organ tujuan. Jika respon yang diberikan oleh target organ, maka akibat
pemberian dari satu hormon respon yang diperoleh makin jelas terlihat pada setiap
tahap berikutnya. Dalam melaksanakan kerjanya, hormon-hormon saling bekerja
sama bergantung pada intensitas kerja masing-masing hormon.
Dalam keadaan fisiologis, hormon di dalam peredaran darah mempunyai
mekanisme pengaturan sendiri sehingga kadarnya selalu dalam keadaan optimum
dalam menjaga keseimbangan dalam organ tujuan yang berada di bawah
pengaruhnya. Mekanisme pengaturan ini disebut sistem umpan balik negatif.
Misalnya, hipofise terhadap hormon seks yang dihasilkan oleh gonad hipofise
pars anterior menghasilkan gonadotripin, merangsang kelenjar gonad untuk
menghasilkan hormon seks. Bila hormon seks dalam peredaran darah mencapai
keadaan yang melebihi sehingga produksi hormon lebih tinggi, hormon seks akan
menghambat hipofise untuk mengurangi produksi hormon gonadotropin sehingga
hormon seks menurun mencapai kadar optimum.
Mekanisme kerja hormon pada tingkat sel.
1. Hormon yang bermolekul besar (polipeptida dan protein). Tidak dapat
menembus sel dan bekerja pada permukaan sel dengan cara mengikat pada
suatu reseptor khas di sebelah luar membran sel tersebut, merangsang
enzim adenilatsiklase dalam sel sehingga terbentuk AMP (adenosin
monofosfat) siklik. Ada pengecualian yaitu pada insulin, prolaktin, dan
growth hormone (GH), mekanisme kerjanya tidak mengikuti pola di atas.
Selanjut AMP siklik dapat mengaktifkan kinase-kinase protein tertentu di
dalam sel untuk menginduksi serangkaian reaksi metabolik di dalam sel
sasaran.
2. Hormon yang molekulnya kecil (hormon steroid dan hormon tiroid).
Hormon ini mempunyai pengaruh terhadap spektum jenis sel-sel sasaran
yang lebih luas. Hormon steroid menembus membran sel, berkaitan
dengan reseptor protein khas sitoplasma. Ikatan kompleks steroid reseptor
masuk ke dalam inti sel berkaitan dengan kromatin yang memengaruhi
ekskresi gen, sehingga terjadi perubahan pada kegiatan polimerasi RNA
(ribonucleic acid) yang bergantung pada DNA (deoxyribonucleic acid).
Akibatnya terjadi kenaikan/penurunan kecepatan produksi RNA,
selanjutnya memengaruhi produksi protein yang khas.
1. Hiposekresi (hipotiroidisma)
Bila kelenjar tiroid kurang mengeluarkan sekret pada waktu bayi maka
mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal sebagai kretinisme, berupa hambatan
pertumbuhan mental dan fisik. Pada orang dewasa, kekurangan sekresi
mengakibatkan miksudema; proses metabolik mundur dan terdapat
kecenderungan untuk bertambah berat, gerakannya lambat, kulit menjadi tebal dan
kering, serta rambut rontok dan menjadi jarang. Suhu badannya dibawah normal
dan denyut nadi perlahan.
2. Hipersekresi
Pada perbesaran kelenjar dan penambahan sekresi yang disebut
hipertiroidisma, semua simtomnya kebalikan dari miksudema. Kecepatan
metabolisme naik dan suhu tubuh dapat lebih tinggi dari normal. Pasien turun
beratnya, gelisah dan mudah marah, kecepatan denyut nadi naik, “cardiac output”
bertambah, dan simtom kardiovaskuler mencakup fibrilasi atrium dan kegagalan
jantung.
Pada keadaan yang disebut sebagai penyakit grave atau gondok eksoftalmus,
tampak mata menonjol ke luar. Efek ini disebabkan terlampau aktifnya hormon
tiroid. Adakalanya tidak hilang dengan pengobatan.
1. Kelenjar suprenalis
Kelenjar Adrenal atau Kelenjar Suprarenalis terletak di atas kutub sebelah atas
setiap ginjal. Kelenjar suprarenalis jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas
dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram.
Kelenjar adrenal terdiri atas bagian luar yang berwarna kekuning-kuningan yang
disebut kortex dan yang menghasilkan kortisol (hidrokortison), dengan rumus
yang mendekati kortison, dan atas bagian medula di sebelah dalam yang
menghasilkan adrenalin (epifrin) dan noradrenalin (norepifrin).
Zat-zat tadi tadi disekresikan dibawah pengendalian sistema persarafan
simpatis. Sekresinya bertambah dalam keadaan emosi, seperti marah dan takut,
serta dalam keadaan asfiksia( kondisi kekurangan oksigen pada pernapasan yang
bersifat mengancam diri )dan kelaparan. Pengeluaran yang bertambah itu
menaikkan tekanan darah guna melawan shok yang disebabkan kepentingan ini.
Noradrenalin menaikkan tekanan darah dengan jalan merangsang serabut otot
di dalam dinding pembuluh darah untuk berkontraksi. Adrenalin membantu
metabolisme karbohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati.
Beberapa hormon terpenting yang disekresikan korteks adrenal adalah
hidrkortison, aldosteron, dan kortikosteron, yang semuanya bertalian erat dengan
metabolisme pertumbuhan pertumbuhan, fungsi ginjal, dan tonus otot. Semua
fungsi menentukan jalan hidup.
Pada insufisiensi adrenal (penyakit Addison), pasien menjadi kurus dan
tampak sakitdan makin lemah, terutama karena tidak adanya hormon ini,
sedangkan ginjal gagal menyimpan natrium, karena mengeluarkan natrium dalam
jumlah terlampau besar. Penyakit ini diobati dengan kortison.
Fungsi kelenjar suprarenalis terdiri dari :
1. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam.
2. Mengatur/mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein.
3. Mempengaruhi aktifitas jaringan limfosid.
Insulin merupakan protein kecil terdiri dari dua rantai asam amino, satu dengan
yang lain dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sebelum dapat berfungsi harus
berikatan dengan protein reseptor yang besar dalam membran sel. Sekresi insulin
dikendalikan oleh kadar glukosa darah. Jika kadar ini berlebihan maka akan
merangsang insulin dan bila kadar glukosa normal atau pun rendah maka sekresi
insulin akan berkurang.
Mekanisme kerja insulin:
Insulin berperan dalam pengaturan kadar glukosa yang berlawanan dengan
glukagon. Insulin akan menurunkan kadar glukosa darah, sedangkan glukagon
berperan dalam meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Kadar glukosa dalam
darah berkisar antara 90mg dalam 100mL darah (90mg/100mL), jika jumlahnya
berlebih ataupun berkurang maka kedua hormon ini akan mengatur agar
jumlahnya kembali normal.
Insulin dilepas kedalam pembuluh darah dan akan terbawa oleh aliran
pembuluh darah sampai ke hati. Ketika glukosa ini masuk di dalam hati, akan
disesuaikan dengan kadar glukosa di dalam darah. Jika kadar glukosa di dalam
darah dalam kondisi yang tidak seimbang (dideteksi oleh hipotalamus) maka
pembebasan insulin akan semakin banyak kedalam hati untuk mengubah glukosa (
karbohidrat sederhana) menjadi glikogen (polimer glukosa, karbohidrat kompleks)
yang akan disimpan di dalam hati atau sel – sel otot menjadi cadangan glukosa,
atau dapat juga insulin merangsang sel–sel tubuh mengambil lebih banyak
glukosa. Dengan demikian, kadar glukosa darah menurun, kembali ke keadaan
yang seimbang. Setelah keadaan seimbang maka pankreas akan dirangsang untuk
mengurangi sekresi insulin. Cadangan glukosa yang tersimpan (glikogen)
sewaktu –waktu akan dirombak kembali menjadi glukosa ketika tubuh mengalami
kekurangan asupan glukosa yang mana dapat metabolisme ini dirangsang oleh
hormon glukagon.
Kekurangan insulin dapat menyebabkan kelainan yang dikenal dengan
diabetes mellitus, yang mengakibatkan glukosa tertahan di luar sel (cairan
ekstraseluler), mengakibatkan sel jaringan mengalami kekurangan glukosa/energy
dan akan merangsang glikogenolisis di sel hati dan sel jaringan.
2.7. KELENJAR PIENALIS
Kelenjar ini terdapat di dalam ventrikel otak tepatnya di dekat korpus kalosum
berbentuk kecil seperti sebuah cemara dengan ukuran 5-8 mm dan berwarna
merah. Kelenjarnya menonjol dari mesensefalon keatas dan kebelakang kolikus
superior.
Fungsi belum diketahui dengan jelas, kelenjar ini menghasilkan sekresi interna
dalam membantu pancreas dan kelenjar kelamin, berperan penting dalam aktifitas
seksual dan reproduksi manusia, Glandulapienalis diatur oleh isyarat syaraf yang
ditimbulkan oleh cahaya yang terlihat oleh mata, menyekresi melatonin ,dan zat
lain yang serupa melewati aliran darah atau cairan ventrikel III ke glandulahi
posife anterior menghambat sekresi hormon gonadotropin, dan gonad menjadi
terhambat lalu berinvolusi.
2.8. KELENJAR KELAMIN
Kelenjar Gonad adalah testis pada pria dan ovarium pada wanita,
mempunyai fungsi endokrin dan reproduksi. Sebagai kelenjar endokrin, testis
menghasilkan hormon seks yaitu androgen dan sperma. Sedangkan ovarium
menghasilkan estrogen dan progesteron serta memproduksi sel telur.
Gonad dan kelenjar-kelenjar aksesori pada waktu lahir mempunyai ukuran
yang lebih kecil dan tidak berfungsi. Pada masa pubertas kelenjar gonad menjadi
aktif dan sifat kelamin sekunder mulai nampak, terjadi peningkatan sekresi
gonadrotropin (FSH dan LH) yang merangsang perkembangan dan produksi
kelenjar gonad. Peningkatan sekresi FSH dan LH disebabkan kepekaan
hipotalamus terhadap inhibasi (hambatan) steroid menurun.
Fungsi reproduksi pria dapat dibagi menjadi 3 golongan :
1. Spermatogenesis untuk perkembangan sperma.
2. Pelaksanaan kerja seksual
3. Pengaturan fungsi seksual pria oleh berbagai hormon (fungsi endokrin)
yang berhubungan dengan fungsi reproduksi, efek hormon seks pria pada
organ seks tambahan, mebolisme sel dan fungsi tubuh lain.
Testis menghasilkan beberapa hormon seks pria yang bersama-sama
dinamakan androgen. Salah satu diantaranya testosteron lebih banyak dan lebih
kuat dari yang lain, serta bertanggung jawab pada efek hormon pria. Testosteron
dibentuk oleh sel interstisial legding yang terletak pada interstisial antara tubulus
seminalis. Sekresi androgen (hormon seks pria), misal kelenjar adrenal
menyekresi androgen dalam keadaan tidak menyebabkan sifat maskulinisasi yang
bermakna.
Fungsi endokrin testis:
1. Testis janin dapat menurun hingga trimester ketiga kehamilan,
mensinistrasis androgen pada minggu ke-6 sampai 8 (maksimum minggu
11) menghasilkan testosteron.
2. Pada janin testosteron diperlukan untuk diferensiasi genetalia interna-
eksterna laki-laki.
3. Pada pria dewasa untuk perkembangan dan mempertahankan seks
sekunder pria serta spermatogenesis.
Setelah lahir, sel Leyding mengalami masa istirahat dan mulai aktif kembali
menjelang masa remaja (pubertas). Pengaruh gonodotropin adenohipofisis adalah
menyempurnakan maturasi sistem reproduksi. Pengatura fungsi endokrin testis :
1. LH/ICTH adenohipofisis, merangsang sekresi testosteron oleh sel
Leyding. Sedangkan pelepasan LH diatur oleh GnRH hipotalamus.
2. Sebaliknya testosteron melalui feed back negatif mengendalikan pelepasan
LH.
Pengaturan spermatogenesis :
1. Folikel perangsang hormon, merangsang spermatogenesis.
2. Hormon lutein, merangsang sekresi testosteron dan mempertahankan
spermatogenesis. Kerja FSH dan testosteron merangsang sel untuk
membentuk senyawa yang diperlukan untuk maturasi sperma. Sekresi FSH
diatur melalui mekanisme feed back negatif yaitu peningkatan sekresi dari
sel sertolli.
Fungsi testosteron :
1. Distribusi rambut tubuh
Testosteron menyebabkan tumbuhnya rambut pubis, pola rambut dari
pubis ke atas sampai pusat (umbilikus), rambut di wajah, dada dan bagian
lain tubuh seperti punggung (jarang). Testosteron juga menyebabkan
rambut yang tumbuh di berbagai bagian tubuh menjadi lebih tebal
(prolific).
2. Kebotakan Pria
Testosteron menghambat pertumbuhan rambut pada puncak kepala. Kadar
testosteron yang tinggi menyebabkan kebotakan khas pria (androgenetic
alopecia). Mengapa tidak semua pria botak? Hal ini disebabkan terjadinya
kebotakan khas pria dipengaruhi oleh adanya 2 faktor utama yaitu faktor
genetik kebotakan dan tingginya kadar testosteron.
3. Perubahan suara
Ketika usia pubertas, terjadi hipertrofi mukosa laring dan penebalan laring.
Suara pada awalnya akan terdengar "pecah" karena transisi dari anak-anak,
namun kemudian akan berubah stabil menjadi suara pria dewasa.
4. Penebalan kulit dan timbulnya jerawat
Testosteron menyebabkan penebalan kulit dan peningkatan sekresi
kelenjar lemak yang berkontribusi terhadap munculnya jerawat. Hal ini
terutama terjadi di awal usia puber. Setelah beberapa tahun terpapar
tingginya testosteron, kulit akan beradaptasi sehingga tidak lagi banyak
jerawat pada usia dewasa.
5. Peningkatan pembentukan protein tubuh dan pembentukan otot
Testosteron akan meningkatkan pembentukan protein struktural tubuh di
berbagai bagian tubuh pria termasuk laring dan jaringan otot. Penambahan
massa otot ini sangat signifikan sehingga pada laki-laki mengandung 50%
lebih banyak otot tubuh dibanding wanita. Efek peningkatan sintesis otot
ini membuat testosteron banyak disalahgunakan oleh atlet untuk
meningkatkan kekuatan dan penampilan otot. Efek jangka panjanglah
yang seringkali berdampak negatif.
6. Peningkatan matriks tulang dan retensi kalsium
Tetosteron dengan efek anaboliknya meningkatkan deposisi kalsium di
tulang dan meningkatkan ukuran matriks tulang. Hal ini menyebabkan
peningkatan massa dan ukuran tulang termasuk tulang vertevra dan
tungkai. Sesuatu yang dapat dilihat dengan mudah yaitu pertambahan
tinggi tubuh dan pembentukan panggul khas pria. Walaupun begitu
testosteron juga meningkatkan kecepatan penutupan epifisis tulang. Hal ini
akan membatasi pertumbuhan memanjang dari tulang. Jadi ada 2 hal
penting efek testosteron terhadap tinggi badan yaitu percepatan dan juga
pembatasan memanjangnya tulang.
7. Peningkatan Metabolisme Basal
Usia puber dan dewasa muda, testosteron yang diproduksi testis membuat
metabolisme basal tubuh lebih tinggi sampai 5-10% daripada bila testis
tidak aktif. Peningkatan ini berari aktivitas sel yang lebih tinggi yang lebih
banyak membutuhkan energi.
8. Peningkatan sel darah merah hemoglobin
Testosteron berefek menstimulasi pembentukan sel darah merah yang
mengandung hemoglobin sehingga pada pria kadar hemoglobin akan lebih
tinggi dari wanita. Hal ini diduga cenderung secara tidak langsung via
peningkatan kecepatan metabolisme tubuh daripada efek langsung
testosteron di sumsum tulang. Peningkatan sel darah merah hemoglobin
9. Peningkatan volume cairan tubuh
Pada usia pubertas terjadi peningkatan komposisi cairan darah dan
ekstraseluler sampai 5-10% dibanding sebelumnya. Testosteron
mempunyai efek retensi natrium dan air di tubulus ginjal, walaupun secara
penelitian efeknya hanya kecil.
Fungsi seksual dan reproduksi wanita dibagi dalam dua fase yaitu persiapan
tubuh untuk konsepsi dan kehamilan dalam periode kehamilan. Sistem hormon
wanita :
1. FSH (Follicle Stimulating Hormone), yaitu hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis. Hormon FSH ini berfungsi dalam proses pembentukan
dan pematangan spermatozoa yang dikenal sebagai spermatogenesis dan
ovum yang dikenal sebagai oogenesis. Di samping itu, FSH juga
merangsang produksi hormon testoseron pada pria dan estrogen pada
wanita.
2. LH (Luteinizing Hormone). Hormon ini juga dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis. Hormon ini dapat merangsang proses pembentukan badan
kuning atau korpus luteum di dalam ovarium, setelah terjadi poses ovulasi
(pelepasan sel telur).
3. Estrogen. Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka internal
folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga
diproduksi di kelenjar adrenal mrlalui konfersi hormone androgen. Pada
pria diproduksi juga sebagian di testis. Selama kehamilan, diproduksi juga
oleh plasenta. Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
(proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita. Estrogen berfungsi
untuk merangsang sekresi hormon LH. Pada uterus: menyebabkan
proliferasi endometrium. Pada serviks:menyebabkan pelunakan serviks
dan pengentalan lendir serviks pada vagina : menyebabkan proliferasi
epitel vagina. Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara, juga
mengatur distribusi lemak tubuh. Pada tulang, estrogen juga menstimulasi
osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / generasi tulang. Pada wanita
pascamenopouse, untuk pencegahan tulang kropos/ osteoporosis, dapat
diberikan terapi hormone estrogen (sintetik) pengganti. Hormon estrogen
berfungsi mengendalikan perkembangan ciri seksual & sistem reproduksi
wanita, saat pembentukan kelamin sekunder wanita, seperti bahu mulai
berisi, tumbuhnya payudara, pinggul menjadi lebar, dan rambut mulai
tumbuh di ketiak dan kemaluan. Di samping itu, hormon enstrogen juga
membantu dalam pembentukan lapisan endometrium.
4. Progesteron. Hormon ini dihasilkan oleh badan kuning atau korpus luteum
di dalam ovarium. Berperan dalam proses pembentukan lapisan
endometrium pada dinding rahim untuk menerima ovum yang telah
dibuahi. Pada saat terjadi kehamilan, progesteron bersama-sama dengan
hormon estrogen menjaga agar endometrium tetap mengalami
pertumbuhan, membentuk plasenta, menahan agar otot uterus tidak
berkontraksi, dan merangsang kelenjar susu memproduksi ASI.
5. Oksitosin. Hormon ini dihasilkan oleh hipofisis. Peranannya, yaitu pada
proses kelahiran, untuk merangsang kontraksi awal dari otot uterus.
6. Relaksin. Hormon ini dihasilkan oleh plasenta, berperan untuk
merangsang relaksasi ligamen pelvis pada proses kelahiran.
7. Laktogen, dihasilkan oleh kelenjar hipofisis yang bersama-sama dengan
progesteron merangsang pembentukan air susu.
Ovarium merupakan organ otonom, kemampuan fungsionalnya dipengaruhi
oleh banyak rangsangan dari luar yang disalurkan ke sistem saraf pusat. Endokrin
memiliki pengaruh modulasi terhadap produksi gamet dan hormon gonadropin
hipofisis yaitu FSH dan LH.
Pengaruh estrogen adalah menggiatkan jaringan seks asesori, dengan
merangsang pembelahan sel dalam lapisan yang lebih dalam, menyebabkan
penggantian lapisan luar secara lebih cepat. Pembelahan sel yang cepat akan
berlangsung terus menerus merupakan suatu fakor predisposisi jaringan untuk
menjadi kanker.
BAB IV
KESIMPULAN
Sistem endokrin adalah sistem yang bekerja dengan perantaraan zat-zat kimia
(hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan
kelenjar buntu (sekresi interna) yang mengirim hasil sekresinya langsung masuk ke
dalam darah dan cairan limfe, beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus
(saluran). Hormon yang dihasilkan langsung disekresikan ke dalam pembuluh darah,
dan disalurkan langsung ke tempat yang membutuhkan. Kelenjar hipofise adalah
suatu kelenjar endokrin yang terletak di dasar tengkorak (sela tursika) fossa pituitaria
os sfenoid. Besarnya kira-kira 10 × 13 × 6 mm dan beratnya sekitar 0,5 gram.
Kelenjar ini memegang peranan penting dalam menyekresi hormon dari semua organ
endokrin (sebagai pengatur), kegiatan hormon yang lain, dan memengaruhi pekerjaan
kelenjar yang lain. Kelenjar hipofise mempunyai tiga lobus, yaitu lobus anterior,
lobus intermedia, dan lobus posterior.
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di dalam leher bagian
bawah, melekat pada tulang laring, sebelah kanan depan trakea, dan melekat pada
dinding laring. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin. Fungsi kelenjar toroid
sangat erat bertalian dengan kegiatan metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia
dalam jaringan, bekerja sebagai perangsang proses oksidasi, mengatur penggunaan
oksigen, dan dengan sendirinya mengatur pengeluaran karbon dioksida Kelenjar
paratiroid terletak di atas selaput yang membungkus kelenjar tiroid. Terdapat dua
pasang terletak di belakang tiap lobus dari kelenjar tiroid, yang menghasilkan
hormon paratiroksin.
Kelenjar timus terletak di dalam torax, kira-kira pada ketinggian bifuskasi
trakhea. Ukuran timus pada bayi baru lahir sangat kecil, dan ukurannya bertambah
saat masa remaja. . Kelenjar Suprarenalis jumlahnya 2, terdapat pada bagian atas dari
ginjal kiri dan kanan. Fungsi kelenjar arenal adalah mengatur keseimbangan air,
elektrolit dan garam-garam, mengatur/mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat
arang dan protein, mempengaruhi aktifitas jaringan limfosid.
Kelenjar Gonad adalah testis pada pria dan ovarium pada wanita, mempunyai
fungsi endokrin dan reproduksi. Pada pria ditemukan hormon testosteron yang
berfungsi sebagai distribusi rambut tubuh, kebotakan pria, perubahan suara,
penebalan kulit dan timbulnya jerawat, peningkatan pembentukan protein tubuh dan
pembentukan otot, peningkatan matriks tulang dan retensi kalsium, peningkatan
metabolisme basal, peningkatan sel darah merah hemoglobin. peningkatan volume
cairan tubuh. Sedangkan pada wanita terdapat hormon FSH, LH, estrogen,
progesteron, oksitosin, relaksin, dan laktogen.
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin. anatomi fisiologi. jakarta: penerbit buku kedokteran egc(2011:258-
265)
Pearce,evelyn. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. gramedia pustaka utama:
jakarta(2013:283-285)
Pearce, Evelyn C.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta.PT Gramedia
Pustaka Utama(hal.286)