net/publication/306379777
CITATIONS READS
0 6,258
1 author:
Suhartono Nurdin
Universiti Kebangsaan Malaysia
9 PUBLICATIONS 37 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Suhartono Nurdin on 23 August 2016.
Oleh :
H. SUHARTONO N.
Latar Belakang
sumberdaya laut yang sangat besar dan prospek yang baik sehingga dapat diolah dan
dikembangkan lebih lanjut. Potensi sumberdaya laut meliputi perikanan laut yang
kaya akan ragam ikan-ikan bernilai ekonomis tinggi dengan pangsa pasar yang besar
cukup besar untuk meningkatkan ekspor hasil perikanannya, untuk itu diperlukan
metode dan teknik penangkapan yang tepat, maupun usaha-usaha yang dapat
Perairan indonesia bagian timur merupakan salah satu alur migrasi ikan,
sehingga potensial sebagai penghasil ikan yang cukup banyak. Salah satu daerah
Daerah ini merupakan salah satu sentra pengembangan perikanan yang mempunyai
prospek yang cerah dalam pemaanfaatan sumberdaya ikan laut khususnya ikan-ikan
pelagis.
Pole and Line atau Huhate sangat sederhana desainnya, hanya terdiri dari
joran, tali dan mata pancing yang tidak berkait balik. Namun, dalam
merangsang kebiasaan menyambar mangsa pada ikan target. Ikan yang menjadi
tujuan penangkapan Pole and Line adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis).
Salah satu perusahaan penangkapan yang menggunakan alat tangkap Pole and
Line untuk usaha eksploitasi ikan cakalang adalah PT. Perikanan Perken Utama,
penangkapan ikan cakalang dengan menggunakan alat tangkap Pole and Line, maka
Tujuan dari Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah untuk mengetahui secara
langsung tentang metode penangkapan ikan dengan alat tangkap Pole and Line
Kegunaan dari Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah untuk menambah
2004 pada perusahaan PT. Perikanan Perken Utama Kendari Sulawesi Tenggara.
Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini
penangkapan ikan di armada kapal Pole and Line PT. Perikanan Perken Utama,
Kendari, Sulawesi Tenggara. Metode yang lain adalah wawancara dengan staf
perusahaan dan Nakhoda/ABK kapal Pole and Line PT. Perikanan Perken Utama,
Materi Kegiatan
Kapal Pole and Line yang dioperasikan oleh PT. Perikanan Perken Utama
Kendari, terbuat dari kayu besi dengan tempat pemancingan dihaluan kapal. Haluan
kapal Pole and Line tersebut di disain khusus, dimana terdapat flying deck yang
agak tinggi sehingga ikan yang tertangkap dapat meluncur turun ke bagian tengah
hasil tangkapan.
Ukuran utama kapal Pole and Line adalah Panjang (L) 16,9 m; Lebar (B) 4,2
m dan Tinggi (D) 1,72 m. Kapasitas muat kapal 23 GT, dengan mesin utama merk
Mistsubishi 6D15 berkekuatan 120 PK. Dilengkapi dengan mesin penyemprot air
merk Kubota RD55 berkekuatan 5,5 PK dan mesin generator listrik merk Kubota
untuk memaksimalkan jangkauan semburan air. Pipa ini terletak di haluan kapal
dibawah flyin deck atau tempat duduk pemancing. Jumlahnya 8 buah, masing-
masing 2 buah di samping kiri dan kanan haluan kapal dan 4 buah di haluan.
Bak umpan (live bait tank) terletak pada lambung kapal. Jumlahnya 2 buah
dengan ukuran yang sama yaitu panjang 1,5 m; lebar 1 m dan tinggi 1,5 m, serta
memiliki kapasitas umpan maksimal 20 ember atau ± 400 liter. Bak umpan
merupakan ciri khas kapal Pole and Line. Bak umpan dilengkapi dengan lubang
pemasukan dan pengeluaran air yang berfungsi sebagai sistem sirkulai air. Untuk
memperlancar sirkulasi dalam tiap bak umpan maka terdapat satu lubang pemasukan
yang dipasangi belahan bambu yang menghadap ke haluan kapal, sehingga air akan
masuk bila kapal bergerak maju dan terdapat tujuh lubang lainnya yang dilapisi
dengan saringan sebagai tempat keluarnya air. Untuk mengeringkan bak umpan
kapal, dengan demikian air akan mengalir keluar dengan sendirinya. Selain bak
umpan, juga terdapat 1 buah pot umpan sebagai tempat umpan guna memperlancar
Kapal Pole and Line ini juga dilengkapi dengan palka penyimpanan hasil
tangkapan 1 buah, dengan ukuran panjang 1 m; lebar 1 m dan tinggi 1,2 m, dengan
kapasitas 2 ton dan 2 buah palka es berukuran panjang 1 m; lebar 1 m dan tinggi 1,2
tangkapan jika palka penampung tidak mampu memuat hasil tangkapan. Bagian-
bagian kapal lainnya adalah ruang kemudi, ruang mesin, tangki bahan bakar yang
berkapasitas 1.000 liter, ruang istirahat ABK, bak air bersih, dapur dan WC.
Alat tangkap Pole and Line yang digunakan pada kapal penangkap milik PT.
1. Joran (Galah)
Joran atau galah yang digunakan terbuat dari bambu yang cukup tua dengan
tingkat elastisitas yang cukup baik. Panjang joran yaitu 2,5 – 3 meter,
2. Tali Pancing
berdiameter 0,2 cm. Tali pancing ini terdiri atas 3 bagian yaitu :
a. Tali Kepala (Head Line) yaitu tali yang berhubungan langsung dengan
b. Tali Utama (Main Line) yaitu tali yang terpanjang, dimana kedua
pancing. Panjangnya 10 – 15 cm
3. Tasi atau Kawat Baja (Wire Leader)
Pada kapal Pole and Line tersebut, alat tangkapnya menggunakan tasi
pemancing. Tasi atau kawat baja tersebut diikatkan langsung pada mata
pancing, fungsinya untuk mencegah putusnya tali pancing akibat gaya tarik
Mata pancing yang digunakan tidak berkait balik. Mata pancing tersebut
bernomor 2,5 - 2,8. Pada bagian atas mata pancing terdapat timah berbentuk
dibungkus dengan nikel sehingga lebih mengkilap dan menarik perhatian ikan
target, sedangkan pada sisi luarnya terdapat cincin sebagai tempat mengikat
tasi atau kawat baja. Pada bagian mata pancing dilapisi guntingan tali rapia
Pole and Line tidak mempunyai kait balik seperti mata pancing yang lain
pada umumnya (Gambar 2). Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan terlepasnya
ikan pada saat disentakkan. Pole and Line juga tidak menggunakan umpan dimata
pancingnya, tetapi digantikan oleh umpan tiruan berupa guntingan tali rapia dan bulu
ayam. Hal ini bertujuan untuk efisiensi dan efektifitas alat tangkap karena cakalang
termasuk pemangsa yang rakus. Hal ini sesuai dengan pendapat Ayodhyoa (1981)
bahwa jika ikan makin banyak dan makin bernafsu memakan umpan, maka dipakai
pancing tanpa umpan dan mata pancing ini tidak berinsang (tidak berkait).
Gambar 2. Alat Tangkap Pole and Line
Keterangan :
Rumpon
1000 meter. Rumpon tersebut di disain dengan konstruksi yang sederhana terdiri
dari rakit, pemberat, attraktor (pemikat) dan tali temali. Hal ini sesuai dengan
pendapat Tampubolon (1983) bahwa rumpon terdiri dari rakit apung yang dipasang
permanen dengan jangkar yang mencapai kedalaman sampai 2.000 meter dan
sepanjang tali jangkar dipasang daun-daun kelapa atau daun lainnya yang rimbun dan
1. Rakit
Rakit yang digunakan terbuat dari bambu yang disusun berlapis-lapis, yaitu
meter. Fungsi dari rakit ini adalah sebagai pengapung dan tempat bergantung
attraktor.
2. Attraktor (Pemikat)
Attraktor atau pemikat yang biasanya digunakan adalah daun kelapa, karena
daun kelapa tahan lama dalam air laut. Daun kelapa diikatkan pada rakit dan
pada bagian ujung bawah tali pengikatnya diberi pemberat. Disekitar atraktor
mencari makan.
3. Tali
Jenis tali yang digunakan oleh nelayan pada rumpon adalah Polyethilene.
Tali attrktor yaitu tali yang digunakan untuk mengikat daun kelapa
Gambar 3. Rumpon Yang Digunakan Sebagai Alat Bantu Penangkapan Ikan Oleh
Nelayan Pole and Line.
Keterangan :
mengumpulkan ikan-ikan kecil dengan maksud supaya ikan-ikan yang lebih besar
juga akan datang mendekati dan berada disekitarnya. Adanya ikan-ikan besar seperti
tuna dan cakalang yang terkumpul di bawah rumpon tersebut dapat ditangkap dengan
A. Persiapan Teknis
Persiapan teknis yang dilakukan adalah memuat bahan bakar (solar) dan es
balok. Untuk satu kali operasi penangkapan dibutuhkan 800 – 1.000 liter solar dan
20 – 40 balok es, sesuai dengan modal yang tersedia. Persiapan yang lain yaitu
pemeriksaan alat-alat penangkapan (Joran, tali dan mata pancing), serok pengambil
diambil di dekat fishing ground yaitu ± 7 jam atau ± 63 mil perjalanan dari fishing
base.
B. Persiapan Non Teknis
ground meliputi penyediaan bahan logistik (ransum) seperti beras, ikan kering, mie
Jenis-jenis umpan hidup yang digunakan adalah jenis ikan teri putih
tersebut, umpan yang paling banyak digunakan adalah ikan teri hitam (Stolephorus
zollingeri) karena jenis ini tahan lama diantara jenis umpan yang lain.
penentuan umpan baik jenis maupun sifatnya harus tepat. Jenis umpan yang baik
berenang cepat menuju permukaan, berwarna perak atau lainnya yang menimbulkan
refleksi yang baik di air, segera mendekat kembali ke kapal apabila sudah dilempar
Pengambilan umpan dilakukan saat tengah malam sekitar pukul 24.00 – 02.00,
nelayan bagang dua perahu dengan menggunakan alat bantu cahaya. Umpan
biasanya susah didapatkan pada saat bulan purnama. Oleh karena itu alat tangkap
Pole and Line biasanya jarang beroperasi pada saat bulan purnama, mengingat
dilakukan oleh ABK dengan menggunakan takaran ember ukuran 20 liter, dengan
harga tiap embernya Rp. 20.000,-. Tiap kali melakukan operasi penangkapan,
biasanya kapal memuat 15 – 20 ember sesuai dengan kapasitas bak dan modal yang
tersedia.
Penanganan umpan hidup perlu dilakukan agar umpan dapat tetap bertahan
hidup dalam jangka waktu yang lama dan sampai ke fishing ground. Penanganan
umpan mulai setelah umpan dipindahkan dari kurungan bagang sampai ke bak
umpan di atas kapal. Untuk menjaga agar umpan tetap hidup maka dilakukan
sangat hati-hati.
Pengaturan sirkulasi air, sehingga kualitas air di dalam bak umpan relatif
Pengeluaran umpan yang mati dari dalam bak dengan menggunakan sibu-
sibu. Hal ini ditujukan agar umpan yang mati tidak turun ke dasar bak
Keterangan :
alat tangkap Pole and Line adalah jenis tuna yang dapat ditemukan sepanjang tahun
Ditambahkan oleh Gunarso (1985) bahwa kelompok ikan yang padat sering dijumpai
Jaya.
Armada penangkapan Pole and Line milik PT. Perken Utama biasanya
beroperasi di Perairan Sulawesi Tengah sekitar Teluk Tolo dengan koordinat 020.00’
Tabel 1. Koordinat Daerah Penangkapan Ikan Pole and Line Milik PT. Perikanan
Perken Utama Kendari Sulawesi Tenggara.
A. Tenaga Kerja
Tiap unit armada penangkapan Pole and Line PT. Perikanan Perken Utama
meiliki 15 – 20 orang tenaga kerja dengan pembagian tugas dan tanggung jawab
tentang kondisi perairan, keadaan angin dan pengetahuan tentang sifat ikan
cakalang.
3. Bagian mesin (Bass), bertanggung jawab atas kerja mesin kapal, baik mesin
kesabaran. Pada kapal Pole and Line, pemancing dibagi menjadi 3 yaitu
pemancing kelas I yang sudah berpengalaman pada sudut kiri dan kanan
flying deck; pemancing kelas II pada bagian depan haluan dan pemancing
crew kapal.
Dalam pembagian tugas ini, crew kapal tidak mutlak harus pada posisi tugas
kapten. Pengintaian dilakukan di tempat yang paling tinggi yaitu di anjugan kapal
Cara untuk mengetahui ada tidaknya gerombolan ikan pada suatu perairan
terlihat adalah burung laut kecil maka di tempat tersebut terdapat gerombolan ikan
cakalang, jika yang terlihat adalah burung laut yang besar maka di tempat tersebut
terdapat gerombolan ikan tuna dan jika yang terlihat adalah burung besar dan kecil
maka di tempat tersebut terdapat gerombolan tuna dan cakalang. Tanda lainnya yaitu
adanya gerombolan lumba-lumba yang di atasnya ada burung yang terbang dan
menjadi salah satu tanda adanya gerombolan ikan. Adanya riak dan percikan air juga
mejadi tanda adanya gerombolan ikan pada suatu perairan. Hal ini sesuai dengan
ikan yang melompat di atas permukaan atau ikut beruaya bersama kayu-kayu yang
hanyut, adanya ikan paus atau ikan hiu dan lain sebagainya.
sekunder yang sudah ada mata pancingnya ke tali utama (main line). Setelah Boy-
boy menemukan gerombolan ikan, maka Boy-boy segera memberi tahu Kapten dan
dari sisi kiri atau kanan kapal, sementara itu air sudah mulai disemprotkan.
Selanjutnya setelah diperkirakan ikan telah berada pada jarak jangkauan lemparan,
maka Boy-boy mulai melakukan pelemparan umpan hidup dari sebelah kiri lambung
kapal untuk menarik ikan mendekati kapal untuk selanjutnya diarahkan ke haluan
kapal (Gambar 8). Posisi kapal memotong arah renang ikan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sultan (1986) bahwa diusahakan agar pendekatan schooling dari lambung
kiri kapal dan penebaran umpan tidak berlawanan arah angin agar umpan tersebut
Pada operasi penangkapan di sekitar rumpon, ikan dapat di dekati dari arah
mana saja tanpa memperhatikan arah renang ikan. Pemancingan di daerah rumpon di
lakukan pada jarak 10 – 20 meter dari rumpon, karena ikan cakalang berada pada
area tersebut.
hidup yang dilemparkan ke laut. Pelemparan ini akan diarahkan ke haluan kapal
gerombolan ikan telah berada di haluan kapal maka pelemparan umpan dikurangi
dalam batas tertentu agar ikan tetap berada di haluan. Gerombolan ikan harus tetap
umpan berikutnya. Pelemparan umpan hidup akan semakin dipercepat dan tidak
terputus-putus apabila ikan sudah aktif dan mulai rakus memakan umpan.
E. Pemancingan
Pada saat gerombolan ikan cakalang sudah berada di sekitar haluan kapal
(area pemancingan), kapal berhenti (diam) namun mesin tetap dihidupkan untuk
dimaksudkan untuk memberi refleksi atas pancing dan umpan tiruan terhadap
kapal.
Ikan yang menyambar mata pancing segera di tarik atau disentakkan ke atas,
ke arah belakang, kemudian ikan akan terlepas dengan sendirinya dan jatuh di atas
geladak kapal (Gambar 9). Pada saat penarikan ikan diusahakan ikan tersebut tidak
jatuh kembali kelaut (terlepas) karena dapat membuat ikan-ikan lainnya takut dan
segera menghilang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudirman dan Mallawa (1999)
bahwa kadang-kadang gerombolan ikan tiba-tiba menghilang terutama jika ada ikan
yang berdarah atau ada ikan yang lepas dari mata pancing dan jumlah umpan yang
sangat terbatas.
Dalam proses pemancingan ada dua cara dalam menjatuhkan ikan di atas
geladak kapal. Pertama yaitu menjatuhkan ikan lewat belakang kepala pemancing
atau pancing banting. Cara yang ke dua yaitu menjatuhkan ikan lewat bawah lengan.
Umumnya nelayan menggunakan cara yang ke pertama yaitu pancing banting.
Pemancingan dengan cara ke dua biasanya dilakukan saat ikan malas makan.
lain juga mengenal 3 musim penangkapan, yaitu: musim puncak pada bulan
September sampai Nopember, pada musim ini rata-rata nelayan dapat memperoleh
hasil antara 5 – 15 ton/trip; musim biasa pada bulan Desember sampai April, dengan
hasil tangkapan rata-rata 2 – 5 ton/trip; dan musimpaceklik pada bulan Mei sampai
nelayan jarang yang turun melaut, karena angin terlalu kencang. Oleh karena itu,
pada saat musim paceklik biasanya kapal diistirahatkan dan diperbaiki (dok) bila ada
kerusakan-kerusakan. Dalam satu bulan operasi, nelayan melakukan operasi
kapal segera dilakukan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan, sehingga tetap
segar sampai di darat. Hal ini sesuai dengan pendapat Afrianto dan Liviawaty (1989)
bahwa setelah operasi penangkapan berhasil, maka hasil tangkapan harus segera
dengan air laut agar darah, kotoran dan lendir yang melekat pada tubuh ikan dapat
luka-luka, perutnya pecah atau sudah tidak utuh lagi, dipisahkan dari ikan yang
masih bagus. Bila dimasukkan kedalam palka, Ikan-ikan besar (size A dan B)
ditempatkan dalam palka yang berbeda dengan ikan-ikan kecil (size C dan D).
Namun ikan tuna sirip kuning atau yellow fin tuna (Thunnus albacares) yang juga
kadang-kadang tertangkap, tetap di campur dengan ikan cakalang yang besar dan di
Pengelompokan ukuran dan harga ikan yang tertangkap dapat dilihat pada
tabel 2.
palka disiapkan terlebih dahulu, yaitu dengan cara memberi es curai pada dasar palka
telah terisi, kemudian diberi lagi es curai kira-kira setebal ± 10 cm, lalu kemudian
diisi lagi dengan ikan sampai palka hampir penuh, lalu di bagian paling atas diberi
lagi es curai kira-kira setebal 10 -15 cm. Setelah itu, ditambahkan air laut sekitar 1/4
ukuran bak sehingga penyebaran suhu lebih merata dan himpitan serta tekanan akibat
adanya pecahan es yang dapat merusak kulit ikan dapat dikurangi. Setelah itu, Palka
kemudian ditutup rapat. Hal ini sesuai dengan pendapat Afrianto dan Liviawaty
(1989) bahwa pada lapisan ikan paling atas ditutupi dengan hancuran es setebal 10
cm lalu wadah ditutup agar tidak terjadi kontak dengan udara sekitarnya.
Gambar 12. Pemberian Es Curai Pada Ikan Hasil Tangkapan di Palka Penyimpanan
Es.
Setelah proses penanganan di atas kapal selesai dan hasil tangkapan juga di
nilai sudah cukup, maka kapal akan segera menuju ke fishing base. Namun bila hasil
tangkapan masih kurang maka kapal akan kembali ke tempat pengambilan umpan
menunggu umpan untuk operasi berikutnya. Jika demikian biasanya dilakukan 3 - 5
kali pemeriksaan dan penambahan es ke dalam palka hasil, agar kondisi dalam palka
tetap stabil dan mutu ikan dapat tetap dipertahankan sampai di darat.
hasilnya di catat dalam bentuk nota. Nota tersebut kemudian dikumpulkan dan
setelah sampai satu turo (20 – 25 hari) baru kemudian dibayar oleh perusahaan
(diuangkan). Setelah uang diterima oleh pemilik kapal, maka pemilik kapal akan
menghitung biaya operasional selama satu turo tersebut, lalu hasil penjualan tersebut
untuk Pemancing dan Koki mendapatkan 14 % yang dibagi sesuai dengan penilaian
pemilik kapal (rajin tidaknya ABK). Sedangkan 50 % sisanya adalah bagian pemilik
kapal.
Tabel 2. Size/Ukuran dan Harga Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Yang Berlaku
Di PT. Perikanan Perken Utama Kendari Sulawesi Tenggara.
Ikan Cakalang
Gambar 13. Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Ikan Tuna Sirip Kuning
(Thunnus albacares) Yang Berhasil ditangkap Dengan Alat Tangkap
Pole and Line.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
kesimpulan :
pemancingan.
2. Umpan hidup yang digunakan adalah Ikan Teri (Stolephorus spp) yang
didapatkan dari nelayan bagang dua perahu disekitar perairan Bungku Selatan,
Sulawesi Tengah.
1240.00’ BT.
Saran
Berdasarkan hasil kegiatan PKL maka disarankan agar kapal Pole and Line
dilengkapi dengan peralatan navigasi seperti : radio panggil, radar, GPS, serta Sonar
banting, maka geladak kapal sebaiknya dilapisi dengan pelapis yang elastis misalnya
gabus atau karet, sehingga benturan ikan dengan geladak dapat diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan Liviawaty. 1989. Pengawetan dan pengolahan Ikan. Penerbit kanisus.
Yogyakarta.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubugannya Dengan Alat , Metode
dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemafaatan Sumder Daya Perikanan
Fakultas Perikanan IPB. Bogor.