Anda di halaman 1dari 8

JURNAL P ENYULUHAN

ISSN: 1858-2664 September 2006 ,Vol. 2, No. 2

KAJIAN ANALITIK
PERUBAHAN SOSIAL

Jelamu Ardu Marius

Pendahuluan beradaptasi dengan lingkungannya dalam


koridor pemenuhan kebutuhan naluriahnya.
Jika kita menganalisis proses perpindahan
Dinamika peradaban manusia dalam penduduk dari desa ke kota yang dalam
sejarahnya selalu tumbuh dan berkembang terminologi sosiologis sering disebut
secara dinamis sejalan dengan perubahan- “urbanisasi”, maka perpindahan itu tidak bisa
perubahan yang terjadi dalam setiap sejarah dilepaskan dengan naluri kemanusiaan yang
kehidupan manusia itu sendiri. Sebagai selalu mencari sesuatu yang lain, yang baru,
makhluk yang terus mencari dan yang bernilai, yang dalam takaran manusia
menyempurnakan dirinya, manusia senantiasa sendiri sesuatu itu dapat memenuhi segala
berusaha dan berjuang memenuhi kebutuhan kebutuhan kemanusiaannya.
hidupnya untuk tetap eksis dan “survive” di Richard Meeier (dalam Pasaribu dan
tengah kebersamaannya di tengah manusia Simanjuntak, 1986) menyebut urbanisasi
lainnya. sebagai istilah lain dari civilization yakni
Perjuangan memenuhi kebutuhan perkembangan sosial dari peradaban manusia
hidup ini telah memotivasi manusia untuk atau dengan kata lain urbanisasi itu adalah
menggunakan akal budinya secara maksimal gejala dinamika populasi, gejala di mana
di manapun manusia itu berada. Karena manusia selalu bertumbuh, berkembang dan
tuntutan pemenuhan kebutuhan naluri bergerak kemanapun manusia itu
kehidupannya, maka manusia sebagai makluk menghendakinya.
yang berakal budi (rational animal) selalu Proses perpindahan penduduk dari
berpikir untuk bagaimana ia menghadapi satu tempat ke tempat lain, termasuk
tuntutan-tuntutan naluriah itu. perpindahan penduduk dari desa ke kota, telah
Dorongan naluriah itu “memaksa” berkembang berabad-abad lamanya, terutama
manusia untuk mencari segala sesuatu untuk sejak lahirnya Revolusi Industri di Eropa.
dapat memenuhi keinginannya tanpa dibatasi Sejalan dengan kemajuan industri
oleh ruang dan waktu. Ruang hidup manusia yang dibangun di daerah-daerah perkotaan,
tidak saja terbatas di mana ia dilahirkan dan orang-orang pinggiran kota atau desa-desa
dibesarkan, tetapi juga di tempat dan waktu pedalaman mulai mengganti pekerjaannya
lain, di mana menurut dia segala
dari sebelumnya bertani menjadi pekerja-
kebutuhannya bisa terpenuhi (Jelamu,1988). pekerja di pabrik-pabrik, industri-industri,
Proses perpindahan sekelompok perusahaan-perusahaan konveksi, jasa,
manusia dari satu tempat ke tempat lain perdagangan, lalu lintas, komunikasi dan lain-
adalah sebuah proses alamiah. Perpindahan itu lain, yang biasanya terpusat di sentra-sentra
adalah dinamika manusia untuk dapat pertumbuhan di wilayah-wilayah perkotaan.
Jelamu Ardu Marius/ Kajian Analitik/ 126
Jurnal Penyuluhan September 2006, Vol. 2, No. 2

Gejala perpindahan penduduk ini semakin memberikan pengertian tertentu tentang


intens di negara-negara berkembang termasuk perubahan-perubahan sosial itu. Dia
di Indonesia. Di Indonesia, khususnya di mengemukakan bahwa ruang lingkup
Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Pulau perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-
Jawa, migrasi penduduk terutama dari desa- unsur kebudayaan baik yang material maupun
desa (atau daerah-daerah) diikuti dengan yang non-material. Yang ditekankannya
berbagai perubahan-perubahan sosial, baik adalah pengaruh besar unsur-unsur
yang ada di tempat tujuan yakni daerah kebudayaan material terhadap unsur-unsur
perkotaan, maupun di tempat asal yakni di non-material (Soekanto, 1990).
desa-desa (daerah-daerah). Dengan pengertian ini sebenarnya
Ogburn mau mengatakan bahwa perubahan-
Kemajuan komunikasi, transportasi,
perubahan sosial terkait dengan unsur-unsur
keterbukaan wilayah, kelancaran arus
fisik dan rohaniah manusia akibat
informasi dan sebagainya berhasil
pertautannya dengan dinamika manusia
“mendekatkan” kota-desa dalam segala aspek
sebagai suatu totalitas.
perubahannya.
Perubahan pola pikir, pola sikap dan
Kemajuan-kemajuan peradaban yang pola tingkah laku manusia (yang bersifat
merupakan sebagian dari elemen-elemen rohaniah) lebih besar dipengaruhi oleh
modernisasi ini mendorong orang-orang luar perubahan-perubahan kebudayaan yang
Jawa, orang-orang desa, beramai-ramai masuk bersifat material.
ke Jawa terutama ke kota-kota besar untuk Misalnya kondisi-kondisi ekonomis,
mengais kehidupan, tanpa mempedulikan geografis, atau biologis (unsur-unsur
kerasnya persaingan dan agresivitas. kebudayaan material) menyebabkan
Kota Jakarta atau kota-kota terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-
metropolitan lainnya menjadi “kota gula” aspek kehidupan sosial lainnya (pola pikir,
yang dikerubungi “jutaan semut” yang saling pola sikap, dan pola tingkah laku).
memperebutkan dan menghisap sumber- Pengertian tentang perubahan sosial
sumber daya yang tidak ditemukan di daerah- juga dikemukakan oleh Gillin dan Gillin.
daerah atau desa-desa. Kedua ahli ini mengatakan bahwa perubahan-
perubahan sosial sebagai suatu variasi dari
Ketidakadilan pembangunan antara cara-cara hidup yang telah diterima, baik
kota dengan desa menyebabkan orang karena perubahan kondisi geografis,
desa/daerah menjadi frustrasi dan kemudian kebudayaan material, komposisi penduduk,
mendorongnya untuk berpindah ke kota yang ideologi maupun karena adanya difusi
menyediakan berbagai sumber daya ataupun penemuan-penemuan baru dalam
(resource). masyarakat (Soekanto, 1990).
Pengertian yang dikemukakan oleh
1. Perubahan Sosial dan Urbanisasi Gillin dan Gillin ini menunjuk pada dinamika
masyarakat dan reaksinya terhadap
Teori perubahan sosial dikemukakan lingkungan sosialnya baik menyangkut
oleh para ahli dengan aksentuasi yang tentang cara ia hidup, kondisi alam, cara ia
berbeda-beda, sesuai dengan sudut berkebudayaan, dinamika kependudukan
pandangnya masing-masing. Terlepas dari maupun filsafat hidup yang dianutnya setelah
perbedaan pandangannya, yang jelas, para ahli ia menemukan hal-hal baru dalam
sepakat bahwa perubahan sosial terkait kehidupannya.
dengan masyarakat dan kebudayaan serta
dinamika dari keduanya. Pendapat Gillin dan Gillin ini tidak
berbeda jauh dengan pendapat Koenig yang
Ogburn tidak memberi definisi tentang mengatakan bahwa perubahan sosial
perubahan-perubahan sosial, melainkan
127 Jelamu Ardu Marius/ Kajian Analitik/
Jurnal Penyuluhan September 2006, Vol. 2, No. 2

menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang menjadi rajin, cekatan dan gesit dalam bekerja
terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. sesuai dengan kondisi hidup kota) atau meniru
gaya hidup kota yang bersifat negatif.
Urbanisasi adalah bagian dari
kompleksitas perubahan-perubahan sosial Seorang warga desa yang di desanya
seperti yang dikemukakan oleh Ogburn, Gillin rajin shalat, sopan dan ramah bisa berubah
dan Gillin di atas. Kondisi-kondisi ekonomis, menjadi penjahat dan orang yang tidak
geografis, komposisi penduduk, ideologis, bertakwa tatkala ia berpindah ke kota.
biologis, temuan-temuan baru dan lain-lain Desakan sosial, ekonomi dan pergaulan kota
mendorong orang untuk berpindah dari satu yang serba keras bisa menjerumuskan
tempat ke tempat yang lain. manusia yang sebelumnya “baik” itu menjadi
Tekanan ekonomi di daerah perdesaan “jahat”.
yang dirasakan oleh penduduk, tidak Di lain pihak, sosiolog Indonesia, Selo
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer Soemardjan lebih melihat perubahan sosial itu
seperti sandang pangan papan, “ideologi” kota dari kaca mata perubahan lembaga-lembaga
dan variasi gaya hidupnya yang modern serta kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat.
menjanjikan memiliki daya tarik bagi Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan
masyarakat desa untuk berpindah ke kota. itu mempengaruhi sistem sosialnya termasuk
Perubahan sosial yang didefinisikan di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola
oleh Koenig sebagai modifikasi yang terjadi perilaku di antara kelompok-kelompok dalam
dalam pola-pola kehidupan manusia, termasuk masyarakat.
dalam terminologi urbanisasi atau
perpindahan penduduk dari desa ke kota. Pengertian perubahan sosial menurut
Adanya perubahan pola kehidupan Soemardjan ini tidak berbeda jauh dengan
kota mempengaruhi pola kehidupan desa. Kingsley Davis yang mengartikan perubahan
Dengan kata lain dalam hubungan timbal sosial sebagai perubahan-perubahan yang
balik, penetrasi budaya kota-desa atau terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat
sebaliknya sebagai akibat dari kemajuan (Soekanto, 1990).
komunikasi, transportasi dan ilmu Ketika struktur masyarakat berubah,
pengetahuan serta teknologi, pola kehidupan maka fungsi dan peran, pola pikir dan pola
masyarakat desa dan kota mengalami sikap masyarakat pun berubah. Pengertian
modifikasi yang sangat signifikan. perubahan sosial menurut Soemardjan dan
Peralihan pekerjaan dari sebelumnya Davis ini erat sekali kaitannya dengan
petani menjadi pekerja industri atau karyawan pandangan klasik Durkheim (Kamanto, 2000)
pabrik mengubah cara orang desa yang tentang perkembangan masyarakat dari sistem
berpindah ke kota itu bersikap dan bertingkah yang berkarakteristik mekanik (yang penuh
laku. Di kota ia mengenal berbagai kemajuan kekeluargaan, keintiman, masing-masing
yang sebelumnya tidak pernah diketahuinya orang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
sewaktu berada di desa. tanpa memerlukan bantuan orang, belum
adanya spesialisasi pekerjaan, adanya
Di sana ia beradaptasi, mengalami dan kesadaran kolektif bersama) ke sistem
mempelajari semua cara hidup dan gaya hidup masyarakat yang berkarakteristik organik.
kota dan akhirnya semua ”ideologi kota” itu
terinternalisasi dalam dirinya melalui suatu Masyarakat organik ini sudah maju di
proses yang oleh Tarde dinamakan “imitation mana setiap orang bekerja sesuai dengan
process” (proses peniruan). keahliannya dan saling bergantung satu sama
lain, adanya norma hukum yang telah
Dalam proses peniruan ini, mereka disepakati, terbentuknya ikatan-ikatan atas
bisa terjebak dalam kedua ekstrim ini, meniru dasar profesi atau pekerjaan, hubungan antara
hal-hal yang positif dan kemudian bisa manusia berdasarkan kepentingan, dsb.
mempengaruhi sikap hidupnya (misalnya dari
sebelumnya ia bersikap lamban dan malas
Jelamu Ardu Marius/ Kajian Analitik/ 128
Jurnal Penyuluhan September 2006, Vol. 2, No. 2

Hubungan sosial pada masyarakat informasi yang masuk ke wilayah perdesaan


mekanik sangat erat dan intim, sebaliknya mampu mengubah struktur kelembagaan dan
pada masyarakat organik hubungan sosial sistem sosial desa. Sistem sosial desa yang
sudah sangat longgar dan terbentuk atas dasar mungkin sebelumnya sangat eksklusif dan
kepentingan dan interest. tertutup oleh karena pengaruh budaya dan
adat istiadat nenek moyang lambat laun
Pandangan Durkheim ini tidak berbeda
berubah dan menyesuaikan diri dengan
jauh dengan pandangan Ferdinand Tonnies
perkembangan zaman dan pengaruh-pengaruh
tentang bentuk masyarakat Gemeinschaft dan
asing dari luar.
Gesselschaft di mana yang pertama dicirikan
oleh adanya keintiman, persaudaraan sosial Lembaga-lembaga adat desa yang
yang erat, adanya ikatan emosional yang kuat, selama ini menjadi sumber otoritas bagi
sedangkan yang kedua lebih dicirikan oleh masyarakat desa dan mengatur seluruh
adanya kepentingan, tidak adanya ikatan kehidupan waga desa tidak lagi menjadi
emosional, segala sesuatu berdasarkan atas rujukan dan pegangan hidup masyarakatnya.
rasio, hubungan sosial menjadi longgar dan Perubahan sosial sebagai modifikasi
sebagainya. pola-pola kehidupan manusia seperti yang
Masyarakat Gemeinschaft lebih dikatakan oleh Koenig di atas terjadi pada
ditujukan kepada masyarakat tradisional yang struktur kelembagaan dan sistem sosial desa.
belum maju, sedangkan masyarakat Kehidupan manusia desa tidak lagi statis,
Gessellschaft lebih untuk masyarakat melainkan dinamis, bertumbuh, dan
perkotaan yang sudah maju dan terbuka. berkembang sebagai sebuah organisme sosial.
Perubahan struktur kemasyarakatan Pola kehidupan masyarakat Desa
dari yang sebelumnya mekanik atau berubah dari sebelumnya eksklusif menjadi
Gemeinschaft dan kemudian menjadi organik terbuka. Urbanisasi mengubah struktur yang
atau Gessellschaft akan mempengaruhi tertutup itu menjadi struktur yang terbuka,
perubahan pola pikir, pola sikap dan pola sistem sosial desa menjadi longgar, elemen-
tingkah laku orang. elemennya tidak lagi bersatu seperti
Perubahan struktur kemasyarakatan itu sebelumnya, tetapi sudah terlepas dan
akan mempengaruhi perubahan fungsi dan bergabung dan beradapatasi dengan sistem
peran-peran masyarakat. Perubahan- sosial lain (sistem sosial kota).
perubahan yang terjadi dalam pergeseran Tatkala struktur dan sistem sosial
sistemik itu adalah satu kesatuan yang masyarakat Desa yang berpindah ke kota
mempengaruhi perubahan-perubahan sosial
(urbanisasi) berubah dari sebelumnya
yang sangat kompleks. mekanik menjadi organik, atau dari
Perubahan sosial yang oleh Gemeinschaft menjadi Gessellschaft, pada
Soemardjan dan Davis lebih menekankan saat yang sama terjadi perubahan pola pikir,
pada perubahan struktur kelembagaan dalam perubahan norma dan tata nilai, perubahan
masyarakat yang mempengaruhi sistem cara pandang dan sebagainya.
sosialnya (perubahan nilai-nilai, norma, sikap, Orang desa yang berpindah ke kota
dan tingkah laku) dan juga perubahan sistem dan menetap di kota sudah tercabut dari akar
kemasyarakatan dari pola mekanik menjadi sosial dan akar kebudayaan desanya. Mereka
organiknya Emile Durkheim atau perubahan mengalami proses peleburan (melting pot)
dari Gemeinschaft menjadi Gesselschaftnya dengan budaya dan gaya hidup kota,
Ferdinand Tonnies adalah juga gejala mengalami adaptasi dan asimilasi dengan
perubahan sosial pada perpindahan penduduk nilai-nilai kota (Jelamu, 1999).
dari desa ke kota. Keintiman dan persaudaraan dalam
Kemajuan komunikasi, ilmu hubungan sosial seperti di desa menjadi sirna
pengetahuan dan teknologi, serta berbagai bahkan hilang. Mereka tidak lagi diikat oleh
129 Jelamu Ardu Marius/ Kajian Analitik/
Jurnal Penyuluhan September 2006, Vol. 2, No. 2

kesadaran bersama (collective consciousness) Ketidaksiapan mental dalam


sebagaimana halnya ketika mereka berada di menghadapi “budaya hidup kota” yang serba
desa, soliditas dan solidaritas menjadi cepat, penuh persaingan dan kompetisi
longgar, norma-norma kehidupan desa melahirkan konflik-konflik bathin yang
perlahan-lahan berubah bahkan hilang. menyebabkan stress bahkan gila.
Mereka masuk ke dunia baru, dunia Rendahnya “bargaining position”
kota dengan segala atributnya. Mereka beralih warga desa yang sudah menjadi warga kota
dari pola sikap dan cara hidup yang dengan warga kota yang lain dan tuntutan
sebelumnya mekanik dan Gemeinschaft hidup kota karena terbatasnya pendidikan,
menjadi organik dan Gesselschaft. pengalaman, keterampilan, menjadikan warga
desa itu sebagai kelompok masyarakat yang
Dalam proses perubahan struktur ini,
bernasib sial.
terjadi proses peniruan (imitation process).
Sebagian masyarakat desa yang beruntung Akibatnya mereka menjadi golongon
dan memiliki akses untuk mengambil bagian terbawah dari warga kota, kaum yang
dalam kepemilikan berbagai sumber daya terpinggirkan. Mereka menjadi kaum
yang tersedia di kota secara perlahan pengangguran yang semakin miskin dan
menyesuaikan diri dengan style kota seperti menambah jumlah pengangguran yang
cara berpakaian, cara berbahasa, cara bergaul, sebelumnya sudah ada di kota.
pola mengkonsumsi makanan dan sebagainya. Segregasi penduduk desa itu pada
Mereka berjuang untuk menyamai umumnya mendiami wilayah-wilayah kumuh
gaya hidup warga kota lainnya (membeli di daerah –daerah perkotaan yang jumlahnya
rumah, motor, mobil, masuk ke tempat sangat banyak dan menjadi pemicu dalam
rekreasi secara teratur, nonton film dan masalah-masalah sosial perkotaan.
sebagainya). Segregasi penduduk kota berdasarkan
Perubahan struktur, sistem sosial, stratifikasinya semakin kental sejalan dengan
nilai, sikap dari bergaya lama (gaya desa) dinamika dan kepadatannya. Penduduk kota
menjadi gaya baru (gaya kota) ini merupakan yang mempunyai kemampuan ekonomi tinggi
elemen-elemen perubahan sosial menempati wilayah-wilayah kota yang
kemasyarakatan baik yang dianut secara strategis dan mahal dengan berbagai fasilitas.
individual maupun secara bersama-sama Mereka mengelompokkan diri sebagai
dalam suatu sistem sosial. warga kota “yang lain dari pada yang lain”.
Di pihak lain, tidak semua warga desa Mereka menikmati fasilitas-fasilitas kota yang
yang berpindah ke kota mengalami nasib mahal dan tak terjangkau oleh warga kota
untung. Bahkan sebagian besar masyarakat kebanyakan. Mereka tinggal di rumah-rumah
Desa yang pindah ke kota justru menjadi lebih mewah seperti di Jakarta terdapat di Pondok
sengsara bila dibandingkan ketika ia tinggal di Indah, Menteng, Muara Karang, dan lain-lain.
desanya. Segregasi ini tidak saja berdasarkan
kemampuan ekonomi, tetapi juga karena
Bagi warga desa yang tidak memiliki
kesamaan etnik.
kualitas sumber daya manusia yang cukup
sebagaimana yang dituntut dalam kehidupan Kepadatan penduduk (density) yang
perkotaan, proses perubahan dari mekanik mendiami wilayah kota, keberagaman
menjadi organik, gemeinschaft menjadi (heterogenitas) akibat laju urbanisasi yang
gessellscaft menciptakan “culture schok” atau hampir tidak bisa dibendung membuat
gegar budaya yang tidak kecil, yang manusia warga kota tidak saling mengenal,
membawa efek-efek psikologis yang juga sebuah masyarakat anonim, hubungan sosial
tidak kecil. di antara warga bersifat dingin dan dangkal,
tidak ada kehangatan persaudaraan yang
manusiawi, yang satu mencurigai yang lain
Jelamu Ardu Marius/ Kajian Analitik/ 130
Jurnal Penyuluhan September 2006, Vol. 2, No. 2

dan lain-lain. Struktur dan sistem sosial masalah di desa yang ditinggalkan dan
daerah perkotaan menjadikan penduduknya masalah di kota, tempat mereka berpindah.
tidak bersahabat satu sama lain, adanya gejala Pertama. Masalah di desa yang
dehumanisasi, nilai-nilai kemanusiaan ditinggalkan. Sebagaimana yang telah
menjadi pudar dan sebagainya. dijelaskan di atas, peralihan matapencaharian
Dinamika masyarakat Gessellschaft dari kebiasaan bertani menjadi pekerja di
yang agresif ini menjadikan hubungan antara industri-industri berarti perubahan
manusia lebih didasarkan pada kepentingan kebudayaan pertanian menjadi kebudayaan
dan keuntungan pribadi. Pada tingkatnya yang perindustrian. Perubahan kebudayaan ini
lain, persaingan dan kompetisi kota yang membuat warga desa tercabut dari akar sosial
keras dan kejam menyebabkan manusia budaya desa dan masuk budaya baru yakni
seperti yang dikatakan oleh Hobbes budaya kota dengan segala tuntutannya.
terperangkap dalam adagium “homo homini Tercabutnya akar sosial warga desa ini
lupus”, manusia menjadi serigala bagi mempengaruhi tata nilai dan norma yang
sesamanya. mereka anut.
Kedua. Masalah di kota, tempat yang
2. Upaya memecahkan mereka tuju. Dari segi ketersediaan ruang dan
Permasalahan urbanisasi daya tampung kota, penambahan penduduk
akibat urbanisasi menambah kepadatan
Tidak meratanya pembangunan di (density), dan heterogenitas. Ketidak-
Indonesia menyebabkan meledaknya seimbangan antara jumlah penduduk dengan
urbanisasi terutama sejak tahun 1970an. daya tampung kota ini menyebabkan kota
Pembangunan yang lebih berpusat di menjadi sesak, padat, dan melebihi kapasitas.
Indonesia Barat terutama Jawa mendorong Di pihak lain, warga desa yang
penduduk Indonesia yang bermukim di berbondong-bondong berpindah ke kota-kota
daerah-daerah dan desa-desa berlomba-lomba besar membutuhkan waktu yang sangat lama
datang ke Jawa khususnya kota-kota besar untuk beradaptasi dengan cara hidup kota
yang menjadi sentra pertumbuhan ekonomi. dengan segala tuntutannya. Bagi warga desa
Pembangunan industri-industri baik yang mampu bersaing dengan kerasnya
yang berskala nasional maupun multinasional, kehidupan kota (biasanya jumlahnya sedikit),
pabrik-pabrik menengah dan besar yang proses adaptasi sosial bisa dilakukan dengan
hanya ada di kota-kota besar di Jawa cepat.
mendorong orang daerah/desa rela Sebaliknya sebagian besar warga desa
meninggalkan daerah atau desanya untuk dengan minim pendidikan, pengalaman, dan
mengais rejeki di kota-kota besar. keterampilan membutuhkan waktu yang
Kota-kota besar yang selama ini sangat lama bahkan tidak pernah mampu
menjadi pusat perdagangan dan bisnis dengan beradaptasi dengan gaya hidup kota.
didukung oleh berbagai macam infrasruktur Ketidakmampuan untuk memasuki
menjadi tujuan migrasi penduduk dari budaya kota ini berakibat pada terciptanya
berbagai desa dan daerah. tindakan-tindakan kriminal dan
Urbanisasi besar-besaran ke kota-kota penyimpangan-penyimpangan sosial di
besar di Jawa telah menyebabkan ratusan ribu wilayah-wilayah perkotaan.
bahkan jutaan penduduk daerah/desa Berdasarkan fenomena sosiologis di atas,
meninggalkan daerah/desanya yang berakibat maka pertama-tama urbanisasi harus bisa
pada terlantarnya tanah-tanah pertanian di ditekan dengan :
wilayah-wilayah perdesaan. Dengan
berpindahnya penduduk desa ke kota ada dua 1. Pemerataan pembangunan sentra-sentra
masalah besar yang menjadi akibatnya yaitu ekonomi di wilayah-wilayah desa dan
daerah luar Jawa. Investasi pembangunan
131 Jelamu Ardu Marius/ Kajian Analitik/
Jurnal Penyuluhan September 2006, Vol. 2, No. 2

(baik asing maupun domestik) sudah terkebelakang dan dililit oleh kemiskinan
waktunya ditanamkan di daerah-daerah serta ekspektasi yang tinggi terhadap kota
luar Jawa atau desa-desa sehingga sebagai penyedia semua sumber daya
penduduk-penduduk daerah/desa memiliki ekonomi dan sosial menyebabkan orang desa
akses terhadap berbagai sumber daya itu berpindah ke kota untuk mengais rejeki.
sebagaimana yang ada di kota-kota besar. Perpindahan ini menyebabkan mereka
melepaskan matapencahariannya sebagai
2. Pembangunan berbagai infrastruktur yang
petani dan kemudian beralih sebagai pekerja
mendukung kelancaran investasi harus
industri atau pabrik-pabrik di kota-kota.
dibangun di daerah-daerah atau desa-desa.
Mereka meninggalkan desanya, menjual
Pembangunan prasarana transportasi,
hartanya, lalu pergi ke kota.
komunikasi, berbagai fasilitas pendukung
perlu dibangun seiring dengan perluasan Ketimpangan pembangunan antara
investasi itu. Jawa dengan luar Jawa, kota dengan desa
harus segera diatasi. Harus ada pemerataan
3. Undang-Undang Otonomi daerah yang
pembangunan di daerah-daerah atau desa-desa
saat ini sedang dijalankan di berbagai
guna menekan perpindahan penduduk desa ke
daerah di seluruh Indonesia harus menjadi
kota sekaligus menekan segala macam konflik
payung hukum yang efektif untuk
yang disebabkan oleh urbanisasi ini.
menggerakkan partisipasi masyarakat
daerah di dalam pembangunan daerahnya. Urbanisasi akan menyebabkan dua hal
Setiap pemerintah daerah harus didorong yakni permasalahan di desa asal dan juga
bahkan diwajibkan untuk berusaha permasalahan di kota sebagai daerah tujuan.
menghidupkan perekonomian daerahnya Ada banyak masalah sosial budaya akibat dari
agar menjadi sentra-sentra pembangunan perpindahan penduduk ini yang terjadi di dua
dan pertumbuhan ekonomi yang lokus itu (desa dan kota).
memungkinkan rakyatnya memiliki akses Tidak ada jalan lain untuk menekan
terhadap berbagai sumber daya ekonomi laju pertambahan penduduk melalui urbanisasi
dan sosial. ini kecuali melalui pemerataan pembangunan
dan pemberdayaan daerah atau desa melalui
Undang-Undang Otonomi daerah yang
Kesimpulan sekarang sedang dijalankan.
Perubahan sosial adalah proses Tidaklah dipungkiri bahwa
alamiah dan bersifat pasti seperti yang penyuluhan memiliki peranan besar dan
dikatakan oleh Heraklitus bahwa tidak ada utama dalam suatu proses perubahan sosial.
yang pasti kecuali perubahan itu sendiri. Penyuluhan memegang peranan penting
Perubahan sosial adalah sesuatu yang niscaya dalam mengatur, menstabilkan perubahan
yang selalu dihadapi oleh manusia dalam sosial yang dialami oleh seluruh manusia
sejarah kehidupannya. termasuk warga desa yang berpindah ke kota.
Urbanisasi adalah bagian dari Ada beberapa peranan strategis yang
perubahan sosial itu; ia menjadi sekaligus dimainkan oleh penyuluhan antara lain
sebab dan akibat dari sebuah perubahan sosial sebagai instrumen pemberdayaan, alat yang
itu. Ketidakadilan dan ketidakmerataan memotivasi, instrumen tumbuhnya toleransi
pembangunan telah menyebabkan terjadinya terhadap perubahan, instrumen penyadaran
gelombang urbanisasi ke kota-kota besar di dan sebagainya.
Indonesia.
Pembangunan yang berorientasi pada Penyuluhan berperan sebagai obor
pertumbuhan ekonomi menyebabkan industri- atau suluh yang memberikan penerangan,
industri besar dibangun di daerah perkotaan, pencerahan, pencerdasan kepada masyarakat
bukan di desa. Kehidupan desa yang serba untuk bagaimana menyikapi sebuah
Jelamu Ardu Marius/ Kajian Analitik/ 132
Jurnal Penyuluhan September 2006, Vol. 2, No. 2

perubahan (termasuk menyikapi dampak- Salkind, N. 1985. Theories of Human


dampak positif dan negatif dari urbanisasi). Development. New York: John Wiley and
Sons.
Rujukan Schramm, W. 1973. Men, Message and
Media. New York: Harper & Row.
Marius, J. A. 1989. ”Peranan Pers Soekanto, S. 2002. Sosiologi Suatu
Pancasila dalam Pembangunan.” Pengantar. Edisi terbaru. Jakarta: Raja
Skripsi Sarjana Teologia, Sekolah Tinggi Grafindo.
Filsafat Katolik Ledalero, Maumere.
Sumardjo. 2004. Bahan Kuliah
_____1999. ”Problematika Pembauran Komunikasi dan Perubahan Sosial. Sekolah
Golongan Minoritas Cina: Sebuah Studi
Pascasrjana IPB.
Kasus di Kupang.” Thesis Magister Sains,
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Program Sunarto, K. 2000. Pengantar Sosiologi,
Pascasarjana, Universitas Indonesia. edisi kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Deddy, M. dan Jalaluddin, R. 1996.
Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Remaja Stewart, T. dan Sylvia, M. 1996. Human
Rosdakarya. Communication. Diterjemahan dan editor
Deddy Mulyana. Bandung: Remaja
Pasaribu dan Simanjuntak. 1986. Rosdakarya.
Sosiologi Pembangunan. Edisi II. Bandung:
Penerbit Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai