Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN POST NATAL CARE

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS

Koordinator Mata Ajar : Fenti Hasnani S.Kep., MA.Kes

Dosen Pembimbing : Dinny Atin Amanah. S.kep., Ners

Disusun oleh :

Rini Cahyani (P17120016032)

Tingkat III A

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA I

12 November 2018
A. Definisi
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-
kira 6 minggu (Saifuddin, 2009:122)
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pascapersalinan harus terselenggara
pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya
pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi,
serta pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi
bagi ibu (Prawirohardjo, 2009:356).
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak,2010).

B. Tujuan Pengawasan Post Partum


a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologis
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sakit.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.(Saifudin, 2009:122).

A. Tahapan Post Partum


Tahapan postpartum (masa nifas) terbagi manjadi 3 tahapan, yaitu sebagai berikut :
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karna atonia uteri. Oleh karna itu,
bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lokia, tekanan darah, dan suhu.

b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)


Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konsling KB. (Saleha, 2009)
B. Adaptasi Fisiologis Post Partum
a. Sistem Kardiovaskular
Pada dasarnya tekanan darah itu stabil tapi biasanya terjadi penurunan tekanan
darah sistolik 20 mmHg jika ada perubahan dari posisi tidur ke posisi duduk. Hal ini
disebut hipotensi orthostatik yang merupakan kompensasi cardiovaskuler terhadap
penurunan resitensi didaerah panggul. Segera setelah persalinan ibu kadang
menggigil disebabkan oleh instabilitas vasmotor secara klinis, hal ini tidak berarti
jika tidak disertai demam.
1) Volume Darah
- Terjadi penurunan jumlah (volume darah) pada 72 jam pertama post partum
- 3 s/d 7 hari kemudia terjadi penurunan plasma, pengembalian volume darah
jumlah normal karena adanya hemokosentrasi akibat diuresis.
2) Cardiac Output
Tetap tinggi selama 48 jam psot partum karena peningkatan volume sekuncup
(normal 70 ml/ denyut) bertambahnya arus balik vena akibat penurunan denyut
jantung.
3) Tanda-tanda vital
a) Suhu
Selama 24 jam pertama, mungkin meningkat 38 0 C sebagai suatu akibat
dari dehidrasi persalinan 24 jam wanita tidak boleh demam. Selama 2 hari
berturut-turut dalam sepuluh hari pertama post partum perlu dicurigai
adanya sepsis endometritis, mastitis, purpunalis risk, atau infeksi lainnya.
b) Nadi
Bradikardi umumnya ditemukan pada 6 – 8 jam pertama setelah persalinan.
Brandikardi merupakan suatu konsekuensi peningkatan cardiac out put dan
stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan cardia output dan stroke
volume. Nadi kembali seperti keadaan sebelum hamil 3 bulan setelah
persalinan. Nadi antara 50 sampai 70 x/m dianggap normal.
c) Respirasi
Respirasi akan menurun sampai pada keadaan normal seperti sebelum hamil
d) Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama sekali. Hipotensi
yang diindikasikan dengan perasaan pusing atau pening setelah berdiri
dapat berkembang dalam 48 jam pertama sebagai suatu akibat gangguan
pada daerah persarafan yang mungkin terjadi setelah persalinan.
b. Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali
setelah 3 minggu post partum
c. Sistem Reproduksi
1) Uterus
Secara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras,
karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri ± 3 jari dibawah pusat.
Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari
ini uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 tidak teraba dari luar.
Setelah 6 minggu tercapainya lagi ukurannya yang normal. Epitelerasi siap dalam 10
hari, kecuali pada tempat plasenta dimana epitelisasi memakan waktu tiga minggu.
2) Cervix
Setelah persalinan, kembali memendek 18 jam post partum s/d 2 minggu bentuk
serviks seperti warna merah kehitaman karena dengan pembuluh darah bentuk
serviks agak mengganggu seperti corong. Konsistensinya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk
rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat
dilalui 1 jari.
3) Tuba fallopi dan ligamen
Ligament diafragma pelvis dan fascian yang merenjang pada saat hamil dan bersalin
akan berangsur – angsur normal kembali ke bentuk semula. Ligament rotumdum
menjadi kendor sehingga uterus jatuh ke belakang. 2 hari PP dilakukan fisioterapi
untuk memulihkan kondisi jaringan penunjang karena mencegah status darah yang
dapat menyebabkan trombus.
4) Pelviks
Perlu 6 minggu mengembalikan pelviks/ kekuatan alat pelviks. Untuk melatih
kekuatan otot pelviks dilakukan kegel exercise dengan cara
- Kontraksikan otot –otot dasar pinggul dan latih selama 10 detik
- Relaksasikan selama 10 detik ulangi 8 – 10 X
- Ulangi latihan sampai 10 X setiap hari
5) Vagina dan cairan perinium
Dinding vagina mengalami kongesti beberapa hari. Mukosa vagina menitip
penurunan estrogen X peningkatan Progeskeron. Penurunan Progeskeron
menyebabkan lubrikasi vagina berkurang. Rugae tidak ada dan kembali dalam 3
minggu bentuk yang tidak sama dengan semula. Labia minora dan mayora tampak
tegang dan tidak licin.
Pengeluaran lochea, lochea merupakan usaha uterus untuk membersihkan diri
sebelum melahirkan. Terdiri dari darah sel – sel tua dan bakteri. Jumlah keseluruhan
400 – 1200 ml. Normal lochea mempunyai bau apek, bau amis, bau busuk,
mengindikasikan infeksi. Macam – macam lochia :
o Lochia rubra
Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, cairan yang keluar berwarna
merah dan berlangsung selama 2 hari pasca persalinan
o Lochia sanguinolenta
Berisi darah dan lendir, cairan yang keluar berwarna merah agak kekuningan
dan berlangsung pada hari ke 3 – 7 pasca persalinan
o Lochia serosa
Berisi darah berwarna kuning, berlangsung dari hari ke 7 – 14 hari pasca
persalinan
o Lochia alba
Cairan putih terjadi setelah 2 minggu pasca persalinan. (Siswosudarmo, 2008).
d. Sistem Pencernaan
Pemulihan defekasi lambat, terjadi secara normal dalam waktu satu minggu hal ini
disebabkan karena penurunan motilitas usus gangguan kenyamanan pada perinem.
Pemberian huknah pada kala 1 dan pe ↓ kekenyalan otot abdomen juga merupakan
predisposisi terjadinya konstipasi. Frekuensi BAB menaikan dengan ambulasi, nutrisi
tinggi serat serta minum yang cukup.

e. Sistem Endokrin
1) Fisiologi Laktasi
Kadar Prolaktin pada klien menyusul akan mengalami peningkatan karena
rangsangan dari bayi saat produksi ASI dimulai sekitar hari ke tiga PP dan akan terus
diproduksi sampai lebih 1 tahun jika menyusul. > enam kali sehari. Produksi ASI
dibuat oleh sel arsilin pada alveoli atas pengaruh prolaktin keluarnya susu ke duktus
laktivens disebabkan oleh kontraksi sel myocpithelium dan tergantung oleh sekresi
oksitosin dan rangsang dari isapan bayi
2) Hormone Plasenta
a) Keadaan Plasma Hormone plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan
dan mencapai keadaan tidak dapat dideteksi dalam 24 jam
b) Estrogen dalam plasma menurun sampai 10 % dimulai ketika hamil dalam
waktu 3 jam setelah persalinan. Tungkai terendah terjadi pada hari ± hari ke 7
keadaan plasma estrogen tidak meningkat pada keadaan polikilain hingga 27
hari PP hal ini mempengaruhi siklus haid
c) Keadaan progesterone dalam plasma dibawah nilai luteal pada hari ke 3 PP tidak
dapat dideteksi pada serum setelah minggu pertama post partum, produksi
progesterone dimulai pada ovulasi pertama
3) Perubahan Hormon lainnya
Terjadi penurunan kadar HPL (Human Plasental Lactogen), estrogen dan kortisol
serta plasenta enzyme insulinase sehingga kadar gula darah menurun pada masa
puerperium. Kadar estrogen dan progesteron menurun setelah plasenta keluar. Kadar
terendahnya dicapai kira-kira 1 minggu post partum. Penurunana ini berkaitan
dengan pembengkakan dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi
selama hamil. Pada wanita yang tidak menyusui estrogen meningkat pada minggu
kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada post
partum hari ke- 17.
f. Sistem Urinaria
1) Fungsi Ginjal
Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam. Fungsi kembali normal dalam
4 minggu.
2) Uretra dan Kandung Kemih
Selama proses persalinan, kandung kemih mendapat trauma yang dapat
mengakibatkan edema X kehilangan sensitivitas pada cairan. Perubahan ini dapat
menyebabkan tekanan yang berlebih dan pengosongan yang tidak sempurna dari
kadung kemih.
a. Kandung kemih biasanya cepat terisi karena kehamilan terjadi peningkatan
cairan ekstraseluler 50 %
b. Penimbunan dalam jaringan selama kehamilan
c. Hematuria pada early PP menandakan adanya trauma pada kandung kemih
waktu persalinan – bias terjadi infeksi pada saluran kemih
d. Asetonusia dapat terjadi karena setelah dehidrasi setelah persalinan lama
e. Biasanya klien mengalami ketidakmampuan BAK dalam 2 hari pertama PP dan
aliran darah keginjal. GFR diuretra dalam waktu 1 bulan secara bertahap akan
kembali seperti sebelum hamil atau melahirkan.
g. Sistem Muskuloskeletal
1) Tonus abdomen
Otot – otot adnomen teregang secara bertahap secara perlahan
Dinding otot akan kembali normal ± 6 mg PP dan akan lebih cepat kembali ke
keadaan semula dengan senam nifas
2) Tonus uterus
Otot uterus mengalami pembesaran dan peregangan
3) Otot ekstremitas
Stabilitas sendi sempurna terjadi pada enam sampai 8 minggu PP, akan tetapi seluruh
persendian yang lain kembali normal, bagian kaki wanita tidak (ada pet menetap).
h. Sistem Neurosensori
Disebabkan oleh karena adanya ibu terhadap kehamilan dan trauma selama
kehamilan dan persalinan. Diuresis yang mengikuti persalinan dapat mengurangi
Sindrom Turner Carlal karena adanya penekanan syaraf median.
Kekuatan di pembengkakan periodic jari-jari dan menghilang setelah melahirkan, sakit
kepala PP mungkin disebabkan oleh berbagai perubahan kondisi.
i. Sistem Sensori Persepsi/Pengindraan
j. Sistem Integumen
Cloasma gravidrum biasanya tidak akan terlihat pada akhir kehamilan,
hyperpigmenntasi pada areola mammae dan linea nigra, mungkin belum menghilang
sempurna setelah melahirkan. Hiperpigmentasi perlahan berkurang.

k. Sistemimun dan hematologi


Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin. Ht meningkat, leukosit
meningkat, neutrophil meningkat.

C. Pathway Post Partum Normal

D. Adaptasi Psikologis Postpartum


Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu
sebagai berikut :
a. Periode Taking In
1) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
2) Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi yang
baik.
3) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala sesuatru
kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
4) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
5) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara
berulang-ulang
6) Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk
memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
7) Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan kurangnya
nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan
b. Periode Taking Hold
1) Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
2) Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat bayi
3) Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu
membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat
4) Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai penyuluhan
dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa
percaya dirinya.
5) Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan
buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah posisi seperti
duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya
c. Periode Letting Go
1) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
2) Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
3) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya
4) Keinginan untuk merawat bayi meningkat
5) Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya,
keadaan ini disebut baby blues. ( Herawati Mansur, 2009 : 154-155)

E. Adaptasi Keluarga
a. Peran transisi menjadi orang tua
1) Fase Antisipasi
Fase antisipasi orang tua, membuat keputusan dan harapan, membagi pekerjaan
dalam keluarga.
2) Fase Honeymoon
“Honeymoon” adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara
ibu, ayah, anak. Kala ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang
memerlukan hal-hal romantis masing-masing saling memperhatikan anaknya dan
menciptakan hubungan yang baru.
b. Konsep menjadi orang tua
Sejak periode PP – orang tua punya tugas dan tanggung jawab baru kebiasaan lama
harus dimodifikasi. Struktur dan fungsi keluarga berubah sehingga memerlukan
pemeliharaan hubungan dan negosiasi peran (suami, istri, orang tua, bayi)
c. Penerimaan peran menjadi orang tua
1) Adaptasi ayah
Respon ayah pada masa sesudah kelahiran tergantung keterlibatannya selama
proses persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah, ingin selalu dekat dengan
isteri dan anaknya. Merupakan bagian anggota terbesar (sebelum bayi lahir).
Aktivitasnya menjadi tidak terkendali, tidur terganggu dan mengalami gangguan
hubungan intim.
2) Adaptasi ibu
Kemampuan mengatasi peran, baru tergantung pada kesehatan fisik, sikap yang
diperhatikan pada kehidupan dan pekerjaan. Kehamilan dan persalinan akan
mempersiapkan ibu menjalankan peran baru mengatur rumah dan merawat
bayinya tidak akan menyusahkan. Kehamilan dan penyakit dalam persalinan akan
menyebabkan ibu tidak dipersiapkan untuk merawat anak, sehingga perlu
dukungan/ bantuan anggota keluarga.
3) Adaptasi sibling
Kedatangan adik baru dapat mengganggu anak toddler. Anak toddler menjaga
jarak atau merasa diacuhkan oleh orang tuanya. Anak merasa dinomorduakan.
Anak merasa tidak berguna/ cemburu terhadap adik baru. Anak akan kembali/
bertingkah laku tidak sesuai dengan usia perkembangannya.
4) Adaptasi kakek nenek
Nenek adalah role model atau sumber informasi dan pemberian support.
Kehadiran cucu mengurangi kesepian dan rasa bosan. Konflik mengurus dan
mengasuh anak.
d. Ciri-ciri family centre maternity care di ruang postpartum
1) Berfokus pada pemenuhan kebutuhan wanita usia subur (WUS) berkaitan dengan
system reproduksi tanpa adanya kehamilan wanita masa persalinan, wanita pada
nifas s/d perminggu bayi lahir s/d 28 hari beserta keluarganya mengadakan
adaptasi terhadap adanya perubahan fisik dan fsikologis, fsikososial dengan
tujuan kesehatan.
2) Pendekatan kepala keluarga sebagai suatu kesatuan (ayah, ibu, dan anak)
3) Kerjasama tim (klien, keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat)
Melakukan kegiatan seperti :
- Pendidikan WUS dan masa reproduksi
- Menghadapi kehamilan dan persalinan
- Konsultasi pada perawatan ibu dan BBL
- Supervisi
4) Perawatan berinteraksi dengan klien
5) Mengkaji masalah dan sumber pendukung dimasyarakat, keluarga dan klien
6) Merencanakan dan melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalah klien
menunjuk pada anggota tim kesehatan lain u/ penanganan tindakan lanjut
e. Discharge planning
Pada persiapan pulang klien diberi pengarahan melalui (menyusul) Control, bonding,
subling, vulva hygiene.
f. Home care
Pada supervisi/ pelaksanaan home care klien dikai pengetahuan tentang perilaku
hubungan sex post partum – persiapan mental ibu post partum.

F. Asuhan keperawatan klien post partum normal yang berhubungan dengan masalah
keperawatan:
a. Pengkajian
Pengkajian Fisik
1) Riwayat kesehatan sebelumnya
2) Tanda-tanda Vital
3) Mamae: gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara, management
engorgement, kondisi putting, pengeluaran ASI.
4) Abdomen: palpasi RDA, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, striae.
5) Perineum: lochea, tanda-tanda REEDA.
6) Ekstremitas: varices, tanda-tanda Homan.
7) Rektum: hemoroid, dll.
8) Aktivitas sehari-hari.

Pengkajian Psikologis
1) Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan.
2) Spesifik: depresi postpartum.
3) Seksualitas: siklus menstruasi,pengeluaran ASI dan penurunan libido.
b. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
2) Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses
menyusui.
3) Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan.
4) Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
5) Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan aktivitas.
6) Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi tentang
penanganan postpartum.
c. Intervensi keperawatan
1) Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir, episiotomi).
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu berkurang
denga kriteria hasil : skala nyeri 0-1, ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai
hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi , tanda vital dalam batas normal . S =
37 C . N = 80 x/menit , TD = 120/80 mmHG , R = 18 – 20 x / menit
Intervensi :
1. Kaji ulang skala nyeri
R/ mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
2. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri R/
untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
3. Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi
R/ memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan mengurangi
nyeri secara bertahap.
4. Berikan kompres hangat
R/ meningkatkan sirkulasi pada perinium
5. Delegasi pemberian analgetik
R/ melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang
2) Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu, terhentinya proses
menyusui.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai
kepuasan menyusui dengan kriteria hasil : ibu mengungkapkan proses situasi
menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervesi :
1. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui
sebelumnya.
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan
intervensi yang tepat.
2. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
R/ posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat
merusak dan mengganggu.
3. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
R/ agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.
3) Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan.
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi dengan
kriteria hasil : dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi,
tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
1. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan
episiotomi.
R/ untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan
tepat.
2. Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
R/ pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi
tempat berkembangbiaknya kuman.
3. Pantau tanda-tanda vital.
R/ peningkatan suhu > 38C menandakan infeksi.
4. Lakukan rendam bokong.
R/ untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.
5. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
R/ membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.
4) Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan: Kebutuhan ADL-nya dapat terpenuhi dengan kriteria hasil Klien dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa bantuan orang lain, keadaan umum baik,
kekuatan otot baik
Intervensi:
1. Kaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
R/ mengetahui kemampuan klien dan dapat memenuhi kebutuhannya
2. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
R/ bantu dan latihan yang teratur membiasakan klien melakukan aktivitas
sehari-hari.
3. Anjurkan keluarga untuk kooperatif dalam perawatan
R/ keluarga dapat membantu dan bekerja sama memenuhi kebutuhan klien dan
mempercepat proses penyembuhan.
5) Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan penurunan
peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan aktivitas.
Tujuan : Gangguan eliminasi teratasi dengan kritenia hasil klien secara verbal
mengatakan mampu BAB normal tanpa keluhan sesuai pola.
Intervensi :
1. Kaji bising usus, diastasis recti.
R/ mengevaluasi fungsi usus. Diastasis recti berat menurunkan tonus otot
abdomen yang diperlukan untuk mengejan selama pengosongan.
2. Kaji adanya Hemoroid.
R/ hemoroid akan menyebabkan gangguan eliminasi.
3. Anjurkan diet makanan tinggi serat, peningkatan cairan.
R/ makanan tinggi serta dan peningkatan cairan merangsang eliminasi.
4. Anjurkan peningkatan aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi.
R/ membantu peningkatan peristaltik gastrointestinal.
5. Kolaborasi pemberian laksantif, supositona atau enema.
R/ meningkatkan untuk kembali ke kebiasaan defekasi normal dan mencegah
mengejan atau stress perianal selama pengosongan
6) Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya informasi tentang
penanganan postpartum.
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan pengetahuan ibu tentang perawatan
dini dan bayi bertambah dengan kriteria hasil : mengungkapkan
kebutuhan ibu pada masa post partum dan dapat melakukan aktivitas yang perlu
dilakukan dan alasannya seperti perawatan bayi, menyusui, perawatan perinium.
Intervensi :
1. Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan perineal) perubahan
fisiologi, lochea, perubahan peran, istirahat, KB.
R/ membantu mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan berperan
pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
2. Berikan informasi tentang perawatan bayi (perawatan tali pusat, ari,
memandikan dan imunisasi).
R/ menambah pengetahuan ibu tentang perawatan bayi sehingga bayi tumbuh
dengan baik.
3. Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari.
R/ memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang sudah dipelajari

Daftar Pustaka

Bobak, 2010, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
Doenges, Merillyn E. Rencana Perawatan Maternal/bayi, Pedoman untuk Perencanaan
dan Dokumentasi Perawatan Klien, edidi 2, jakarta, EGC, 2001.
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Mansur, herawati. 2009. Psikologi Ibu & Anak untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009 . Ilmu Kebidanan .Jakarta . PT.Bina Pustaka
Saifuddin AB. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
EGC. 2009
Siswosudarmo, R., 2008. Obstetri Fisiologi Yogyakarta: Pustaka Cendekia

Anda mungkin juga menyukai