Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PEDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan keadaan kesejahteraan fisik, mental,


sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi-fungsi
danproses reproduksi (Irianto, 2015).Sistem reproduksi pada manusia dapat
mengalami gangguan, yang dapatdi sebabkan oleh adanya penyakit dan juga
kelainan. Gangguan pada sistem reproduksi tentu saja bisa menyerang siapa
saja, baik itu wanita maupun pria. Salah satu penyakit yang menyerang sistem
reproduksi manusia adalah kanker.

Pada diri seorang wanita di masa reproduksi biasanya mengalamibeberapa


gejala psikologik yang negatif atau gejala fisik. Sifat gejalanyabervariasi dan
cenderung memburuk ketika saat-saat menjelang dan selama terjadinya proses
perdarahan haid pada tubuhnya, Keadaan initidak selalu terjadi pada setiap
siklus haidnya dan intensitasnya pun tidak sama. Beberapa wanita ada juga
yang mengalami gejala alam perasaan danfisik yang berat, salah satunya
adalah menyebabkan terjadinya keputihan.Keluhan keputihan dari seorang
wanita menjelang terjadinya haid secarastatistik cenderung dapat
menyebabkan keadaan daerah kemaluan(terutamavagina, uterus, danvulva)
menjadi mudah terjangkit suatupenyakit dan menularkannya ke tubuhnya
sendiri atau ketubuh orang lainyang melakukan persetubuhan dengannya
(Hendrik, 2006,p.114).Vaginadilindungi terhadap infeksi oleh PH-nya yang
normalnya rendah.

1
Menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)(2007,p45)
secara keseluruhan 51 persen wanita usia reproduktif (15-49),di Indonesia
pernah mendengar tentang Infeksi Menular Seksual (IMS),persentase yang
pernah mendengar tentang IMS lebih tinggi diperkotaan ,dan meningkat sesuai
dengan meningkatnya pendidikan dan statuskekayaandan persentase mereka
yang tidak mengetahui gejala IMSmakin rendah pada pendidikan yang
semakin tinggi(2007,2002).Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009, kasus
IMS diobati sebesar77,80%, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
cakupan tahun2008 sebesar 98,14%. Ini berarti belum seluruh kasus IMS
yangditemukan diobati atau belum mencapai target 100% (Profil
KesehatanProvinsi Jawa Tengah, 2009,p.33).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui kesehatan reproduksi pada remaja.
2. Untuk mengetahui definisi kesehatan reproduksi.
3. Untuk mengetahui anatomi fisiologi alat reproduksi.
4. Untuk mengetahui konsep kesehatan reproduksi.
5. Untuk memgetahui tujuan kesehatan reproduksi.
6. Untuk mengetahui sasaran kesehatan reproduksi.
7. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi reproduksi
kesehatan reproduksi.
8. Untuk mengetahui ruang lingkup kesehatan reproduksi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA

Promosi kesehatan reproduksi pada remaja sering dikonotasikan


sebagai pedidikan seks dimana sebagia besar masyarakat di Indonesia masih
mentabukan hal ini. Bahkan ada lembaga pendidikan formal setingkat sekolah
menengah yang masih ragu untuk melaksankan penyuluhan kesehatan
reproduksi bagi siswanya.

Sementara itu, masa remaja adalah fase pertumbuhan dan


perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 th. Dalam rentang waktu ini
terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan
dari fungsi organ reproduksi. Sering dengan pertumbuhan fisik,remaja juga
mengalami perubahan jiwa. Remaja menjadi individu yang sensitif, mudah
menangis, mudah cemah, frustasi, tetapi juga mudah tertawa. Perubahan emosi
menjadikan remaja sebagai individu yang agresif dan mudah bereaksi terhadap
rangsangan. Remaja mulai mampu berpikir abstrak, senang mengkritik, dan
ingin mengetahui hal yang baru.

Bila tidak didasari dengan pengetahuan yang cukup, mencoba hal baru
yang berhubungan dengan kesehatan reprodiksi bisda memberikan dampak
yang menghancurkan masa depan remaja dan keluarga.

B. Definisi Resehatan Reproduksi

Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosisal yang utuh,
bukan hanyan bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (WHO, 1992).

3
Pada konprensi international tentang kependudukan dan pembangunan
(Interrnational Conference On population and development, ICPD) tahun 1994
di Kairo, Mesir. Telah disepakati definisi kesehatan reproduksi yang mengacu
pada definisi sehat menurut WHO tersebut yaitu:

‘’Keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental dan sosial,
dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau gangguan di segala hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu
sendiri. Dengan demikian kesehatan reproduksi menyiratkan bahwa setiap
orang menikmati kehidupan seks yang aman dan menyenangkan, dan mereka
memiliki kemampuan untuk bereproduksi, serta memiliki kebebasan untuk
menetapkan kapan dan seberapa sering mereka ingin bereproduksi. Selain itu
memperoleh penjelasan lengkap tentang cara-cara kontrasepsi sehingga dapat
memilih cara yang tepat dan disukai, hak untuk mendapatkan pelayanan
antenatal, persalinan, nifas dan pelayanan bagi bayi baru lahir, kesehatan
remaja dan lain-lain perlu di jamin’’

Hal penting lain yang dalam konferensi tersebut adalah telah di sepakati
perubahan paradigma dalam pengenlolaan masalah kependudukan dan
pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertelitas
menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi dan hak
reproduksi, termasuk isu kesehatan jender, martabat dan pembedayaan
perempuan serta tanggung jawab laki-laki dalam kaitannyadengan kesehatan
reproduksi.

4
C. ANATOMI FISIOLOGI ALAT REPRODUKSI
terdiri dari:
1. Mons veneris adalah bagian yang menonjol di atas simfisis. Pada
perempuan dewasa di tutup oleh rambut kemaluan
2. Labia mayora (bibir bibir besar) terdiri dari bagian kanan dan kiri,
lonjong mengecil ke bawah. Di sebelah bawah dan belakang keduan
labia mayora bertemu dan membentuk komisura posterior
3. Labia minora (bibir bibir kecil) adalah suatu lipatan tipis dari kulit
sebelahbibirdalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu dan
membentuk preputium klitoridis diatas klitoris dan frenulum klitoridis
dibawah klitoris.
4. Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan eriktel terletak
tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaaan tidak terangsang, bagian
yang terlihat kira kira sebesar kacang hijau, terdiri dari glans dan
korpus klitoridis.
a. Vulpa berbentuk lonjong, memanjang dari muka ke belakang.
Dimuka dibatasi oleh klitoris, dikanan dan dikiri dibatasi oleh kedua
bibir kecil dan dibelakang Anatomi Alat Reproduksi bagian luar.
b. Organ reproduksi bagian luar

Bagian reproduksi bagian luar oleh perineum.Bulbus vestibuli kiri


dan kanan terletak dibawah selaput lender vulpa, mengandung
banyak pembuluh darah. Pada waktu persalinan biasanya kedau
bulbus tertarik ke atas,kebawah arkus pubis, akan tetapi bagian
bawahnya yang melingkari vagina sering mengalami cidera,
kadang-kadang timbul hematoma vulva atau pendarahan.

Bulbus vestibuli kiri dan kanan terletak dibawah selaput lender


vulpa, mengandung banyak pembuluh darah. Pada waktu persalinan
biasanya kedau bulbus tertarik ke atas,kebawah arkus pubis, akan
tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering mengalami
cidera, kadang-kadang timbul hematoma vulva atau pendarahan.

5
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda
pada setiap individu. Pada wanita, introitus dan dilindungi oleh
labia minora, baru dapat dilihat jika bibir kecil dibuka , ditutupi oleh
hymen atau selaput dara.

Perineum, terletak antara vulva dan anus , ditutupi kulit. Panjangnya


kira-kira 4cm.

c. Organ reproduksi bagian dalam

organ reproduksi bagian dalam terdiri dari:

1. vagina( liang kemaluan) ditemukan setelah melewati introitus


vagina yang menghubungkan introitus dan uterus, terletak di depan
rectum dan di belangkang kandung kemih dan uretra.
2. uterus :adalah organ berdinding tebal, muscular dan pipih, tampak
seperti buah peer terbalik. Dalam keadaaan filosofis, posisi uterus
adalah anteversiofleksio( seviks kedepan dan membentuk sudut
dengan vagina , begitu juga dengan korpus uteri kedepan
membentuk sudut dengan serviks uteri). Uterus terletak di panggul
kecil diantara rectum dan didepannnya terletak kandung kemih.
3. Tuba fallopi: sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uteri,
memanjang kearah lateral , bukan merupakan saluran lurus tetapi
mempunyai bagian yang lebar. Panjangnya 12 cm , dibedakan atas
empat bagian yaitu; infundibulum adalah bagian ujung tuba ,
muaranya berbentuk seperti trompet dan dikelilingi oleh fimbria.
Fimbria menjadi bengkak dan hampir erektil saat ovulasi yang
penting artinya untuk menangkap telur dan kemudian
menyalurkannnya ke dalam tuba. Fimbria menarik ovum ke dalam
tuba dengan gerakan- gerakan seperti gelombang.
4. Ovarium ( indung telur): Wanita umumnya mempunyai 2
ovarium, terletak dikiri dan dikanan antara uterus dan Panggul .
digantung ke uterus oleh ligamentum infundibulum pelvikum.
Besarnya kurang Lebih sebesar ibu jari tangan.

6
D. KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
Beberapa konsep kesehatan reproduksi yaitu:
1. ‘’From womb to womb’’ yang berarti dari janin sampai liang kubur. Ini
Menyiratkan bahwa: Kesehatan reproduksi mema-kai pendekatan
siklus kehidupan manusia (life-cycle approach).
2. Pendekatan secara sosial penting untuk mengatasi masalah kesehatan
reproduksi.
3. Pendekatan “supply-demand”(segi penyedia pelayanan kebutuhan
masyarakat ).

E. TUJUAN KESEHATAN REPRODUKSI


a. Tujuan utama kesehatan reproduksi adalah :
Memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang konprehensif kepada
perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi
perempuan sehingga dapat meningkatkan kemandirian perempuan dalam
mengatur fungsi dan proses reproduksinya yang pada akhirnya dapat
membawa pada peningkatan kualitas kehidupannya.
b. Tujuan khusus kesehatan reproduksi adalah:
 Meningkatkan kemandirian perempuan,kususnya dalam peranan
dan fungsi reproduksinya.
 Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial perempuan dalam
konteks:kapan ingin hamil,berapa jumlah anak yang di inginkan
dan jarak antara kehamilan
 Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial laki-laki
 Menciptakan dukungan laki-laki dalam membuat
keputusan,mencari informasi dan pelayan yang memenuhi
kebutuhan kesehatan reproduksi

7
F. SASARAN KESEHATAN REPRODUKSI

Sasaran utama kesehatan reproduksi adalah:

 Laki-laki dan perempuan usia subur,remaja putra dan putri belum


meningkah.
 Kelompok resiko:pekerja seks,masyarakat yang termasuk keluarga
prasejahtera.

G. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP


KESEHATAN REPRODUKSI
Faktor-faktor yang menpengaruhi besaran masalah kesehatan reproduksi
meliputi faktor demografis / sosial ekonomi, faktor budaya dan
lingkunga,psikologis dan bialogis.
1. Faktor demografis dapat di nilia dari data:usia pertama melakukan
hubungan seksual,usia pertama menikah,usia perta hamil sedangkan
faktor sosial ekonomi dapat di nilai dari tingkat pendidikan, akses
terhadap pelayan kesehatan, status pekerjaan ,tingkat kemiskinan,rasio
melek huruf, rasio remaja tidak sekolah dan atau melek huruf.
2. Faktor budaya dan lingkungan mencakup pandangan agama, status
perempuan, ketidaksataraan jender, lingkungan tempat tinggal dan
bersosialisasi, persepsi masyarakat tentang fungsi hak dan tanggung
jawab reproduksi individu, serta dukungan atau komitmen politik.
3. Faktor psikologi antara lain rasa rendah diri, tekanan teman sebaya,
tindak kekerasan di rumah/lingkungan, dan ketidak harmonisan orang
tua.

8
4. Faktor biologis mengikuti: gizi buruk kronis, kondisi anemia, kelainan
bawaan organ reproduksi, kelainan akibat radang panggul. Infeksi lain
atau keganasan.

Berdasarkan masalah yang terjadi pada setiap fase kehidupan maka


upaya-upaya penanganan masalah kesehatan reproduksi tersebut
adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2001)

1. Fase konsepsi: terkait dengan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
 Pelakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan
 Pelayanan antenatal,persalinan aman dan nifas serta
pelayanan bayi baru lahir
2. Bayi dan anak: terkait dengan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
 ASI ekslusif dan penyapihan yangTumbuh kembang anak,
pemberian makanan dengan gizi seimbang.
 Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi
seimbang
 Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
 Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
 Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki
dan perempuan
3. Fase Remaja: terkait dengan kesehatan reproduksi remaja
 Gizi seimbang
 Informasi tentang kesehatan reproduksi
 Pencegah kekerasa, termasuk seksual
 Pencegahan terhadap tergantungan NAPZA

 Perkawin pada usia wajar


 Pendidikan, peningkatan keterampilan
 Peningkatan penghargaan diri
 Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancama

9
4. Fase Usia Subur : terutama terkait dengan keluarga berencana
 Kehamilan dan persalinan yang aman
 Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada
ibu dan bayi
 Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan
penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB)
 Pencegahan terhadap PMS / AIDS
 Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
 Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara
rasional
 Deteksi dini kangker payudara dan rahim
 Pencegahan dan manajemen infertilitas
5. Fase Usia Tua : Terkait dengan kesehatan reproduksi remaja.
 Perhatian pada problem meno / andropause.
 Perhatian pada penyakit utama degeneratif termasuk rabun,
gangguan mobilitas dan osteoporosia.
 Deteksi dini kanker rahim dan kangker prostat.

H. RUANG LINGKUP KESEHATAN REPRODUKSI

Masalah kesehatan reproduksi sangat luas (Mohamad, Kartono, 1998)


yaitu:

a. Masalah reproduksi
1. Kesehatan, morbiditas atau gangguan kesehatan dan kematian
perempuan berkaitan dengan kehamilan, termasuk dalamnya
masalah gizi dan anemia di kalangan perempuan, penyebab serta
komplikasi dari kehamilan, masalah mandulan dan ketidak
suburban.

10
2. Perana atau kendali sosial budaya terhadap reproduksi. Maksudnya
bagaimana pandangan masyarakat terhadap kesuburan dan
kemandulan, nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap
perempuan hamil.
3. Intervensi pemerintah atau Negara terhadap masalah reproduksi.
Misalnya antara lain program keluarga berencana undang-undang
yang berkaitan dengan masalah genetik, dan lain sebagainya.
4. Tersedianya pelayana kesehatan reproduksi dan dan keluarga
berencana, serta terjangkaun secara ekonomi oleh kelompok
perempuan dan anak-anak.
5. Kesehatan bayi dan anak-anak terutama anak di bawah usia lima
tahun.
6. Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan
lingkungan terhadap kesehatan reproduksi.

b. Masalah jender dan seksualitas


1. Pengaturan Negara terhadap masalah seksualitas ; maksudnya
adalah peraturan dan kebijakan Negara mengenai masalah
pornografi, pelacuran, pendidikan seksualitas.
2. Pengendalian sosial budaya terhadap masalah seksualitas,
bagaimana norma- norma sosial yang berlaku tentang perilaku seks,
homoseks, poligami dan perceraian
3. Seksuallitas di kalangan remaja
4. Status dan peranan perempuan
5. Pelindungan terhadap perempuan pekerja

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosisal yang utuh,
bukan hanyan bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya
(WHO, 1992).

’Keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental dan sosial,
dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau gangguan di segala hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi
itu sendiri.

Promosi kesehatan reproduksi pada remaja sering dikonotasikan sebagai


pedidikan seks dimana sebagia besar masyarakat di Indonesia masih
mentabukan hal ini.

B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat, apabila ada kesalahan baik dalm
penulisan ataupun pembahasan serta penjelasan kurang jelas, kami mohon
maaf. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua tentunya.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto,2010. Kesehatan remaja problem dan solusinya. Jakarta.

Departemen Kesehatan, RI. (1996). Kesehatan reproduksi di Indonesia.


Jakarta. Dirjen pembinaan kesehatan masyarakat.

14

Anda mungkin juga menyukai