PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)(2007,p45)
secara keseluruhan 51 persen wanita usia reproduktif (15-49),di Indonesia
pernah mendengar tentang Infeksi Menular Seksual (IMS),persentase yang
pernah mendengar tentang IMS lebih tinggi diperkotaan ,dan meningkat sesuai
dengan meningkatnya pendidikan dan statuskekayaandan persentase mereka
yang tidak mengetahui gejala IMSmakin rendah pada pendidikan yang
semakin tinggi(2007,2002).Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009, kasus
IMS diobati sebesar77,80%, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
cakupan tahun2008 sebesar 98,14%. Ini berarti belum seluruh kasus IMS
yangditemukan diobati atau belum mencapai target 100% (Profil
KesehatanProvinsi Jawa Tengah, 2009,p.33).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui kesehatan reproduksi pada remaja.
2. Untuk mengetahui definisi kesehatan reproduksi.
3. Untuk mengetahui anatomi fisiologi alat reproduksi.
4. Untuk mengetahui konsep kesehatan reproduksi.
5. Untuk memgetahui tujuan kesehatan reproduksi.
6. Untuk mengetahui sasaran kesehatan reproduksi.
7. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi reproduksi
kesehatan reproduksi.
8. Untuk mengetahui ruang lingkup kesehatan reproduksi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bila tidak didasari dengan pengetahuan yang cukup, mencoba hal baru
yang berhubungan dengan kesehatan reprodiksi bisda memberikan dampak
yang menghancurkan masa depan remaja dan keluarga.
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosisal yang utuh,
bukan hanyan bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (WHO, 1992).
3
Pada konprensi international tentang kependudukan dan pembangunan
(Interrnational Conference On population and development, ICPD) tahun 1994
di Kairo, Mesir. Telah disepakati definisi kesehatan reproduksi yang mengacu
pada definisi sehat menurut WHO tersebut yaitu:
‘’Keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental dan sosial,
dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau gangguan di segala hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu
sendiri. Dengan demikian kesehatan reproduksi menyiratkan bahwa setiap
orang menikmati kehidupan seks yang aman dan menyenangkan, dan mereka
memiliki kemampuan untuk bereproduksi, serta memiliki kebebasan untuk
menetapkan kapan dan seberapa sering mereka ingin bereproduksi. Selain itu
memperoleh penjelasan lengkap tentang cara-cara kontrasepsi sehingga dapat
memilih cara yang tepat dan disukai, hak untuk mendapatkan pelayanan
antenatal, persalinan, nifas dan pelayanan bagi bayi baru lahir, kesehatan
remaja dan lain-lain perlu di jamin’’
Hal penting lain yang dalam konferensi tersebut adalah telah di sepakati
perubahan paradigma dalam pengenlolaan masalah kependudukan dan
pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertelitas
menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi dan hak
reproduksi, termasuk isu kesehatan jender, martabat dan pembedayaan
perempuan serta tanggung jawab laki-laki dalam kaitannyadengan kesehatan
reproduksi.
4
C. ANATOMI FISIOLOGI ALAT REPRODUKSI
terdiri dari:
1. Mons veneris adalah bagian yang menonjol di atas simfisis. Pada
perempuan dewasa di tutup oleh rambut kemaluan
2. Labia mayora (bibir bibir besar) terdiri dari bagian kanan dan kiri,
lonjong mengecil ke bawah. Di sebelah bawah dan belakang keduan
labia mayora bertemu dan membentuk komisura posterior
3. Labia minora (bibir bibir kecil) adalah suatu lipatan tipis dari kulit
sebelahbibirdalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu dan
membentuk preputium klitoridis diatas klitoris dan frenulum klitoridis
dibawah klitoris.
4. Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan eriktel terletak
tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaaan tidak terangsang, bagian
yang terlihat kira kira sebesar kacang hijau, terdiri dari glans dan
korpus klitoridis.
a. Vulpa berbentuk lonjong, memanjang dari muka ke belakang.
Dimuka dibatasi oleh klitoris, dikanan dan dikiri dibatasi oleh kedua
bibir kecil dan dibelakang Anatomi Alat Reproduksi bagian luar.
b. Organ reproduksi bagian luar
5
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda
pada setiap individu. Pada wanita, introitus dan dilindungi oleh
labia minora, baru dapat dilihat jika bibir kecil dibuka , ditutupi oleh
hymen atau selaput dara.
6
D. KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
Beberapa konsep kesehatan reproduksi yaitu:
1. ‘’From womb to womb’’ yang berarti dari janin sampai liang kubur. Ini
Menyiratkan bahwa: Kesehatan reproduksi mema-kai pendekatan
siklus kehidupan manusia (life-cycle approach).
2. Pendekatan secara sosial penting untuk mengatasi masalah kesehatan
reproduksi.
3. Pendekatan “supply-demand”(segi penyedia pelayanan kebutuhan
masyarakat ).
7
F. SASARAN KESEHATAN REPRODUKSI
8
4. Faktor biologis mengikuti: gizi buruk kronis, kondisi anemia, kelainan
bawaan organ reproduksi, kelainan akibat radang panggul. Infeksi lain
atau keganasan.
1. Fase konsepsi: terkait dengan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
Pelakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan
Pelayanan antenatal,persalinan aman dan nifas serta
pelayanan bayi baru lahir
2. Bayi dan anak: terkait dengan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
ASI ekslusif dan penyapihan yangTumbuh kembang anak,
pemberian makanan dengan gizi seimbang.
Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi
seimbang
Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki
dan perempuan
3. Fase Remaja: terkait dengan kesehatan reproduksi remaja
Gizi seimbang
Informasi tentang kesehatan reproduksi
Pencegah kekerasa, termasuk seksual
Pencegahan terhadap tergantungan NAPZA
9
4. Fase Usia Subur : terutama terkait dengan keluarga berencana
Kehamilan dan persalinan yang aman
Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada
ibu dan bayi
Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan
penggunaan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB)
Pencegahan terhadap PMS / AIDS
Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara
rasional
Deteksi dini kangker payudara dan rahim
Pencegahan dan manajemen infertilitas
5. Fase Usia Tua : Terkait dengan kesehatan reproduksi remaja.
Perhatian pada problem meno / andropause.
Perhatian pada penyakit utama degeneratif termasuk rabun,
gangguan mobilitas dan osteoporosia.
Deteksi dini kanker rahim dan kangker prostat.
a. Masalah reproduksi
1. Kesehatan, morbiditas atau gangguan kesehatan dan kematian
perempuan berkaitan dengan kehamilan, termasuk dalamnya
masalah gizi dan anemia di kalangan perempuan, penyebab serta
komplikasi dari kehamilan, masalah mandulan dan ketidak
suburban.
10
2. Perana atau kendali sosial budaya terhadap reproduksi. Maksudnya
bagaimana pandangan masyarakat terhadap kesuburan dan
kemandulan, nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap
perempuan hamil.
3. Intervensi pemerintah atau Negara terhadap masalah reproduksi.
Misalnya antara lain program keluarga berencana undang-undang
yang berkaitan dengan masalah genetik, dan lain sebagainya.
4. Tersedianya pelayana kesehatan reproduksi dan dan keluarga
berencana, serta terjangkaun secara ekonomi oleh kelompok
perempuan dan anak-anak.
5. Kesehatan bayi dan anak-anak terutama anak di bawah usia lima
tahun.
6. Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan
lingkungan terhadap kesehatan reproduksi.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosisal yang utuh,
bukan hanyan bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya
(WHO, 1992).
’Keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental dan sosial,
dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau gangguan di segala hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi
itu sendiri.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, apabila ada kesalahan baik dalm
penulisan ataupun pembahasan serta penjelasan kurang jelas, kami mohon
maaf. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua tentunya.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
14