Anda di halaman 1dari 17

“SYI’AH ITSNA ‘ASY ‘ARIYAH DAN SYI’AH ZAIDIYAH ”

Dosen Pengampuh :

Abdi Zulkarnain Sitepu. M.Ag

Penyusun : Kelompok 6

 Nama : Kristi Orlasta


NPM : 1719240013
 Nama : Antoni Syaputra
NPM : 1719240008

PROGRAM STUDY KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang Syiah Itsna Asy’ariyah dan Syiah
Zaidiyah. Penyusunan Makalah ini ditujukan untuk memenuhi Tugas Ilmu Kalam.

Kami memahami bahwa dalam penyusunan Makalah ini hasilnya masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi sempurnanya Makalah ini. Dengan selesainya penyusunan Makalah ini kami
berharap semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bengkulu, Oktober 2018


Penyusun

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................1

1.3. Tujuan Masalah................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1. Syi’ah Itsna ‘Asyariyah.......................................................................................................3

2.1.1. Pengertian Dan Asal-Usul Kemunculan Syi’ah........................................................3

2.1.2. Asal-usul Penyebutan Syi’ah Itsna Asy’ariyah........................................................4

2.1.3. Doktrin-Doktrin Syi’ah Itsna ‘Asyariyah Atau Syi’ah Imamiyah............................5

2.1.4. Imam-Imam Syiah Itsna Asyariyah..........................................................................7

2.2. Syiah Zaidiyah.....................................................................................................................9

2.2.1. Sekte Syi’ah Syiah Zaidiyah....................................................................................9

2.2.2. Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah........................................................................9

2.2.3. Sejarah Timbulnya Syi’ah Zaidiyah........................................................................10

2.2.4. Doktrin Imamah Menurut Syi’ah Zaidiyah.............................................................11

BAB III PENUTUP................................................................................................................13

3.1. Kesimpulan....................................................................................................................13

3.2. Saran..............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semenjak meletusnya revolusi Iran tahun 1979 di bawah pimpinan Ayatullah Al-
Imam Khomeini, Iran menjadi pusat perhatian dunia karena revolusinya yang sukses dan
menggemparkan itu. Perhatian dunia pada Iran sekaligus identik dengan perhatian pada
madzhab Syi’ah, karena memang Iran merupakan kubu Syi’ah terbesar (mayoritas bangsa
Iran adalah beragama Islam Syi’ah madzhab Dua Belas Imam). Namun karena silau
memandang dan terpukau dengan semangat revolusioner Syi’ah, banyak yang terlupa dengan
aqidah Syi’ah yang sebenarnya telah meleset dari rel aqidah Islam namun dibungkus dengan
taqiyyah, sebagai salah satu senjata muslihat yang paling ampuh untuk mempropagandakan
aqidah mereka.

Sampai sekarang, golongan Syi’ah banyak terdapat di India, Pakistan, Irak, Yaman
dan terutama di Iran dimana Syi’ah menjadi madzhab resmi Negara.
Jika kita menelaah lebih dalam, kita akan mendapati prinsip dan dasar yang pokok dalam
madzhab Syi’ah Dua Belas Imam, yaitu Imamah. Bahkan Imamah seperti halnya pokok
agama (ushuluddin). Karena menurut mereka masalah tersebut adalah rangkaian kalimat
tauhid. Barangsiapa tidak percaya kepada Imamah, ia sama dengan orang yang tidak percaya
kepada kalimat syahadat.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Dan Asal-Usul Kemunculan Syi’ah?


2. Jelaskan Asal-usul Penyebutan Syi’ah Itsna Asy’ariyah?
3. Apa Saja Doktrin-Doktrin Syi’ah Itsna ‘Asyariyah Atau Syi’ah Imamiyah?
4. Siapa Saja Imam-Imam Syiah Itsna Asyariyah?
5. Jelaskan Tentang Sekte Syi’ah Syiah Zaidiyah?
6. Apa Saja Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah?
7. Jelaskan Sejarah Timbulnya Syi’ah Zaidiyah?
8. Apa Saja Doktrin Imamah Menurut Syi’ah Zaidiyah?

1
2

3.3. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Pengertian Dan Asal-Usul Kemunculan Syi’ah


2. Untuk Mengetahui Asal-usul Penyebutan Syi’ah Itsna Asy’ariyah
3. Untuk Mengetahui Doktrin-Doktrin Syi’ah Itsna ‘Asyariyah Atau Syi’ah Imamiyah.
4. Untuk Mengetahui Imam-Imam Syiah Itsna Asyariyah
5. Untuk Mengetahui Sekte Syi’ah Syiah Zaidiyah.
6. Untuk Mengetahui Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah.
7. Untuk Mengetahui Sejarah Timbulnya Syi’ah Zaidiyah.
8. Untuk Mengetahui Doktrin Imamah Menurut Syi’ah Zaidiyah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Syi’ah Itsna ‘Asyariyah

2.1.1 Pengertian Dan Asal-Usul Kemunculan Syi’ah

Syi'ah akar kata bermakna pihak,puak atau kelompok. Kata kerjanya syayya'a atau
tassyayya'a artinya berpihak,bergabung atau menggabungkan diri1. Syi’ah dilihat dari bahasa
berarti pengikut, pendukung, partai, atau kelompok, sedangkan secara terminologis adalah
sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada
keturunan Nabi Muhammad SAW2. Poin penting dalam doktrin Syi’ah adalah pernyataan
bahwa segala petunjuk agama itu bersumber dari ahl al-bait. Mereka menolak petunjuk-
petunjuk keagamaan dari para sahabat yang bukan ahl al-bait atau para pengikutnya.

Menurut Thabathbai, istilah Syi’ah untuk pertama kalinya ditujukan pada para
pengikut Ali (Syi’ah Ali), pemimpin pertama ahl al-bait pada masa Nabi Muhammad SAW.
Para pengikut Ali yang disebut Syi’ah itu diantaranya adalah Abu Dzar Al-Ghiffari, Miqad
bin Al-aswad, dan Ammar bin Yasir.

Pengertian bahasa dan terminologis diatas hanya merupakan dasar yang membedakan
Syi’ah dengan kelompok islam lainnya. Di dalamnya belum ada penjelasan yang memadai
mengenai Syi’ah berikut doktrin-doktrinnya. Meskipun demikian, pengertian diatas
merupakan titik tolak penting bagi mazhab Syi’ah dalam mengembangkan dan membangun
doktrin-doktrinnya yang meliputi segala aspek kehidupan, seperti imamah, taqiyah,
mut’ah, dan sebagainya.

1
Joesep Sou’yb, Pertumbuhan dan Perkembangan Alira-aliran, Sekte Syi’ah,(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1982,
Hal. 9

2
Abdul Razak, OP.Cit., hal.89

3
4

Mengenai kemunculan Syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat dikalangan


para ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Usman
bin Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
Adapun menurut Watt, Syi’ah baru benar-benar muncul ketika berlangsung peperangan
antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan Perang Siffin. Dalam peperangan ini, sebagai
respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan Muawiyah, pasukan Ali
diceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali-kelak disebut Syi’ah,
dan kelompok lain menolak sikap Ali, kelak disebut Khawarij.

Kalangan Syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan Syi’ah berkaitan dengan


masalah pengganti (khilafah) Nabi SAW. Mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar
bin Khattab, dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi
Thaliblah yang berhak menggntikan Nabi. Kepemimpinan Ali dalam pandangan Syi’ah
tersebut sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan oleh Nabi SAW pada masa hidupnya.
Pada awal kenabian, ketika Muhammad SAW diperintahkan menyampaikan dakwah kepada
kerabatnya, yang pertama-tama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi
pada saat itu mengatakan bahwa orang yang pertama-tama memenuhi ajakannya akan
menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad, Ali merupakan
orang yang menunujukkan perjuangan dan pengabdian yang luar biasa besar.

Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir
Khumm.Diceritakan bahwa ketika kembali dari haji terakhir, dalam perjalanan dari Mekkah
ke Madinah, di suatu padang pasir yang bernama Ghadir Khumm. Nabi memilih Ali sebagai
penggantinya dihadapan masa yang penuh sesak yang menyertai beliau. Pada peristiwa itu,
Nabi tidak hanya menetapkan Ali sebagai pemimpin umum umat (walyat-i ‘ammali) mereka.
Namun realitas berkata lain. Berdasarkan realitas itulah, muncul sikap di kalangan sebagian
kaum muslimin yang menentang kekhalifahan dan menolak kaum mayoritas dalam masalah-
masalah kepercayaan tertentu. Mereka tetap berpendapat bahwa pengganti Nabi dan
penguasa keagamaan yang sah adalah Ali. Mereka berkeyakinan bahwa semua persoalan
kerohanian dan agama harus merujuk kepadanya serta mengajak masyarakat utuk
mengikutinya. Inilah yang kemudian disebut sebagai Syi’ah. Namun lebih dari itu, seperti
dikatakan Nasr, sebab utama munculnya Syi’ah terletak pada kenyataan bahwa kemungkinan
ini ada dalam wahyu islam sendiri, sehingga mesti diwujudkan.
5

2.1.2 Asal-usul Penyebutan Syi’ah Itsna Asy’ariyah

Syi’ah Itsna ‘Asy’ariyah sepakat bahwa Ali adalah penerima wasiat nabi Muhmmad
SAW seperti yang ditunjukan nash. Adapun Al- Ausiya (penerima wasiat) setelah Ali bin Abi
Thalib adalah keturunan garis Fatimah, yaitu Hasan bin Ali kemudian Husaen bin Ali
sebagaimana yang disepakati. Setelah Husain adalah Ali Zainal Abidin, kemudian secara
berturut-turut : Muhammad Al-Bakir, Abdullah, Ja’far Ash-Shiddiq, Musa Al-Kahzim, Ali Ar-
Rida, Muhammad Al-Jawwad, Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askari, dan Muhammad Al-Mahdi
sebagai imam, mereka dikenal dengan sebutan Syi’ah Itsna ‘Asy’ariyah (Itsna ‘Asy’ariyah).
Nama dua belas (Itsna ‘Asy’ariyah) terbentuk setelah lahirnya kedua belas Imam yaitu kira-
kira pada tahun 260 H/878 M. Pengikut sekte ini menganggap bahwa Imam kedua belas,
Muhammad Al-Mahdi, dinyatakan ghoibah (accultation). Muhammad Al-Mahdi bersembunyi
di ruang bawah tanah rumah ayahnya di samara dan tidak kembali. Itulah sebabnya,
kembalinya imam Al-Mahdi ini selalu ditunggu-tunggu pengikut sekte Syi’ah Itsna
‘Asy’ariyah. Ciri khas kehadirannya adalah sebagai ratu adil yang akan turun diakhir zaman.
Oleh karena itu, Muhammad Al-Mahdi dijuluki sebagai Imam Mahdi Al-Muntazhar.

Munculnya Syi'ah Imamiyah Itsna Asyariyah. Pada umumnya aliran-aliran Syi'ah


yang ada sekarang di dunia Islam seperti Iran, Irak, Pakistan, dan negara-negara lain, adalah
golongan yang membawa nama Syi'ah Imamiyah.

2.1.3 Doktrin-Doktrin Syi’ah Itsna ‘Asyariyah Atau Syi’ah Imamiyah

Ajaran-ajaran Syi’ah Itsna ‘Asyariyah ini memiliki konsep khusus yang dikenal dengan
konssep Ushul ad-Din, dan konsep Furu’ ad-Din. Konsep Ushul ad-Din ini mempunyai lima
pokok yaitu:

A. Tauhid
Keesaan Tuhan adalah mutlak, Tuhan adalah qadim, Tuhan tidak terbatasi oleh ruang
dan waktu, karena ruang dan waktu adalah ciptaan-Nya dan ia tidak dibatasi oleh ciptaan-
Nya. Mereka juga percaya bahwa Allah Maha Kuasa, Allah Maha Esa, Allah tidak terlihat
dan tidak tergambar secara lahiriah oleh manusia,, dan Tuhan selalu benar dan bebas
berkehendak.

B. Keadilan
6

Tuhan menciptakan kebaikan di alam semesta ini karena itu merupakan keadilan. Ia tidak
menghiasi ciptaannya dengan ketidakadilan. Tuhan memberikan akal untuk manusia agar
mengetahui perkara yang benar dan yang salah melalui perasaan. Dan Tuhan juga
memberikan indra lainnya agar manusia dapat melakukan sesuatu dengannya, dan ini
merupakan keadilan Tuhan.

C. Kenabian

Selain Tuhan menciptakan insting untuk manusia agar menjadi petunjuk untuknya, baik
petunjuk dari Tuhan atau petunjuk dari dirinya sendiri, maka Rasul merupakan petunjuk
haqiqi utusan yang diutus untuk memberikan acuan dalam membedakan yang baik dan yang
buruk. Dalam keyakinan Syi’ah Itsna ‘Asyariyahmereka meyakini nabi-nabi dari Nabi Adam
hingga Nabi Muhammad dan tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad.

D. Ma’ad (hari kiamat)

Ma’ad merupakan hari akhir untuk menghadap pengadilan Tuhan di akhirat. Mereka yang
beramal baik akan diberikan ganjaran untuk masuk ke Surga selamanya, sedangkan yang
beramal buruk akan dimasukkan ke Neraka selamanyasesuai dengan kehendak-Nya.

E. Imamiyah

Itsna Asyariyah (Syi’ah Imamiyah) mempercayai bahwa ada sistem kepemimpinan yang
disebut imamah yang berasal dari Nabi Muhammad. Imam sendiri bertugas untuk memimpin
umat Islam dengan petunjuk dari Allah swt. Dan hal ini mereka memandang para imam itu
ma’shum. Konsepsi Imamiyah menurut Syi’ah Itsna ‘Asyariyah berikut ini:

a. Imamah ialah seperti kenabian dari itu imamah merupakan kelanjutan kenabian dalam
meneruskan tugasnya untuk memberikan petunjuk bagi manusia. Bagi Syi’ah Itsna
‘Asyariyah Tuhan harus berlaku adil agar Tuhan menetapkan imamah. dan
menganggap imamah itu tiang agama bagi mereka.
b. Ishmah, Imam itu ma’shum atau terjaga dari kesalahan atau terpelihara dari dosa dan
ma’siat, Mereka meyakini keimaman ali setelah wafat nabi adalah dengan nas yang
jelas dan benar dan harus yang ma’shum.
c. Taqiyah, taqiyah merupakan program rahasia, dan program ini dianggap wajib bagi
mereka karena mereka berpatokan pada perkataan salah satu imam mereka yaitu
Imam Fajar Shodiq “taqiyah adalah agamaku dan agama nenek moyangku” fatwanya
yang lain “ barang siapa yang tidak bertaqiyah maka tidak beragama”.
7

d. Mahdiyah, mereka meyakini datangnya Imam Mahdi pada akhir zaman mereka
menganggap Imam Mahdi adalah imam mereka yang ke 12 yang hilang pada tahun
260 H. Imam ini akan kembali datang untuk menegkkan keadilan dan menyelamatkan
manusia dari kezhaliman.

2.1.4 Imam-Imam Syiah Itsna Asyariyah.

Aliran Al-imamiyah ini merupakan golongan yang mempercayai bahwa imam-imam


itu di tunjuk oleh nabi berdasarkan wasiatnya. Yaitu sayidina ali dan keterunnya sampai imam
yang ke dua belas sampai Muhammad Al Mahdi Al Muntadhar (ghaib 260 H)

Berikut ini tokoh-tokoh Syiah Itsna Asyariyah

1. Ali r.a biasanya di gelari Murtadlo Asadullah Al ghalib, yang terpilih, singa allah, yang
jaya, meninggal 40 H=661 M

2. Hasan di gelari Mujtaba, yang di akui, meninggal 44 H=664 M

3. Husein, Syahidu 1 Karbela, Meninggal 60 H=679 M

4. Ali II

Karena kesalehannya diberi gelar Zainal Abidin, perhiasan orang yang taat, meninggal
94 H=713 M

5. Muhammad di gelari Al Baqir,

Juru tafsir yang ghaib-ghaib, atau yang berwawasan dalam, seorang yang sangat alim
dan sederhana, Meninggal 113 H=731 M Ada yang mengatakan wafat pada tahun 115 H=733
M[15]SS

6. Ja’far, di gelari Shadiq, adalah putra sulung Muhammad Al Baqir Al Baqir, Ja’far
seorang ulama, seorang literatur dan seorang ahli hukum, namanya sangat terkenal di semua
sekte islam. Kepandaiannya dan kebijakannya, Kesucian dan sifatannya yang jujur luar biasa,
menyebabkan ia di hormat, juga oleh Musuh-musuh keluargannya. Dia meninggal pada umur
lanjut di kota kelahiran Madinah semasa pemerintahan Abu Ja’far Al mansur, Khalifah Bani
Abbasiyah, dalam tahun 148 H= 765 M

7. Abu Hasan Musa,

Digelari Al Kadzim putra Ja’far As Shodiq juga di gelari Abdus Sholeh, hamba yang
Saleh karena Keshalehannya dan usaha-usaha nya menyenangkan Tuhan. Dia lahir di
Madinah. Tahun 129 H=746 M. Meninggal di Baghdad tanggal 25 Rajab 183 M=1 september
8

799 M. Dalam penjara. Dimana ia di tahan selama beberapa tahun oleh Harun Ar-rasyid, yang
amat cemburu atas penghormatan orang terhadap imam itu di Hejaz. De sacy mengatakan
bahwa musuh dibunuh diam-diam dalam penjara tahananya atas perintah harun. Penderitaan
dan sifatnya yang murni dan agung. Menyebabkan ia amat di cintai oleh segala golongan dan
di beri gelar Al-Kadhim yang sabar.

8. Ali III, Abu Hasan Ali,

Bergelar Ar-Ridlo, yang diridhoi tuhan, karena sifatnya yang suci. Dia seorang yang
alim, penyair dan seorang yang filosof. Di lahirkan di kota Madinah tahun 153 M=770 M dan
meninggal di Thus, Khurasan tahun 202 H=817 M. Ia menikah dengan saudara al ma’mun
yang bernama Ummu fadl.

9. Abu Ja’far Muhammad, bergelar Al-Jawwad,

Karena kedermawanannya dan kelapangan hatinya, dan bergelar juga At Taqi, karena
ketaatannya. Dia adalah seorang keponakan Al Ma’mun dan juga kawin dengan anaknya,
yang bernama Ummul Habib. Dia sangat di hormati oleh Ummul Habib. Dia sangat di
hormati oleh khalifah itu dan penggantinya Al Mu’tashim. Lahir 195 H= 811 M, dan
meninggal 220 H=835 M.

10. Ali IV di beri gelar An-naqi yang suci, meninggal 260 H=868 M

11. Abu Muhammad Al Hasan Ibnu Ali Askari di gelari Al Hadi,

Pemimpin dan disebut Al-askari karena lama tinggal di bawah pengawasan


Mutawakkil di Surraman Raa, barat laut di kota Baghdad yang juga di namai Al Askar, dia
seorang yang taat dan mulia. Sifatnya seorang penyair dan literatur yang terkemuka. Dia lahir
di madinah tahun 231 H=846 M dan meninggal di Al Askar tahun 260 H=874 M. Kata orang
dia diracun oleh Mutawakkil.

12. Muhammad Al Mahdi,

Imam ini menurut kepercayaan orang Syiah menghilang ke dalam suatu gua di
Surraman Raa, pada umur lima tahun. Orang percaya bahwa dia masih hidup dan orang
masih mengharap-harap munculnya kembali untuk mengadakan lagi khalifah dan
mengembalikan kesuciaan umat manusia. Dia di beri gelar imam ghaib yang tidak kelihatan,
Al Muntadhar yang di nanti-natikan kedatangaanya dan Al qhaim yang hidup.
9

2.2. Syiah Zaidiyah

2.2.1 Sekte Syi’ah Syiah Zaidiyah

Sekte Syi’ah pengikut Zaid Bin Ali Zaenal Abidin Bin Husein Bin Ali Bin Abi
Thalib yaitu saudara kandungnya Abu Ja’far Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin
Abi Thalib yang berkembang di daerah Yaman. Syi’ah ini lebih moderat dibandingkan
dengan syi’ah yang lainnya. Menurut kelompok ini Nabi Muhammad tidak menunjuk secara
Ali secara tegas dengan menyebut namanya, tapi hanya memberikan deskripsi atau isyarat
yang umum. Karena itu kelompok ini tidak menganggap Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina
Umar, Sayyidina Utsman sebagai orang yang zalim dan telah merebut hak kekhalifahan Ali
Bin Abi Thalib. Meskipun demikian mereka menganggap Ali tetap lebih utama.

2.2.2 Sejarah Timbulnya Syi’ah Zaidiyah

Zaidiyah adalah para pengikut Zaid bin Ali As-Sajjad . Pada tahun 121 H., ia
mengadakan pemberontakan terhadap Hisyam bin Abdul Malik, salah seorang khalifah
dinasti Bani Umayah. Sebagian masyarakat berbai’at dengannya dan ketika terjadi
peperangan di Kufah antara kelompoknya dan tentara penguasa, ia syahid. Ia dianggap
sebagai imam Syi’ah yang kelima oleh para pengikutnya. Setelah ia syahid, putranya yang
bernama Yahya menggantikan keududukannya. Yahya sempat mengadakan pemberontakan
terhadap Walid bin Yazid. Setelah ia meninggal dunia, Muhammad bin Abdullah dan Ibrahim
bin Abdullah menggantikan kedudukannya sebagai imam Syi’ah. Mereka sempat
mengadakan pemberontakan terhadap Manshur Dawaniqi, salah seorang khalifah dinasti Bani
Abasiyah dan terbunuh dalam sebuah peperangan.

Setelah mereka terbunuh, Zaidiyah menjalani masa-masa kritis yang hampir


menyebabkan kelompok ini punah. Pada tahun 250-320 H., Nashir Uthrush, salah seorang
anak cucu saudara Zaid bin Ali, mengadakan pemberontakan terhadap penguasa Khurasan.
Karena dikejar-kejar oleh pihak penguasa yang berusaha untuk membunuhnya, ia melarikan
diri ke Mazandaran yang hingga saat itu penduduknya belum memeluk agama Islam. Setelah
13 tahun bertabligh, ia akhirnya dapat mengislamkan mayoritas penduduk Mazandaran dan
menjadikan mereka penganut mazhab Syi’ah Zaidiyah. Dengan bantuan mereka, ia dapat
menaklukkan Thabaristan dan daerah itu menjadi pusat bagi kegiatan Syi’ah Zaidiyah.
10

Menurut keyakinan mazhab Zaidiyah, setiap orang yang berasal dari keturunan
Fathimah Az-Zahra` . alim, zahid, dermawan dan pemberani untuk menentang segala
manifetasi kelaliman, bisa menjadi imam. Syi’ah Zaidiyah menggabungkan dua ajaran dalam
mazhabnya. Dalam bidang ushuluddin ia menganut paham Mu’tazilah dan dalam bidang
furu’uddin ia menganut paham Hanafiah.

Dalam masalah akidah Zaidiyah lebih condong ke arah mu’tazilah, sedangkan dalam masalah
fiqh lebih mirip dengan mazhab Syafi’i.

2.2.3 Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah,

Pokok-pokok ajaran Syi’ah Zaidiyah terdiri dari beberapa hal. Diantaranya, meyakini
seseorang dari keturunan Fathimah (puteri Nabi) yang melancarkan pemberontakan dalam
membela kebenaran, dapat diakui sebagai imam, jika ia memiliki pengetahuan keagamaan,
berakhlak mulia, berani, dan murah hati. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa siapapun
dari keturunan Ali bin Abi Thalib dapat menjadi imam, bisa lebih dari seorang dan bahkan
tidak ada sama sekali. Jabatan imam dapat dikukuhkan berdasarkan kemampuan dalam
memimpin dan dapat juga berdasarkan latar belakang pendidikan.

Ajaran Syi’ah Zaidiyah mengenai kepemimpinan Khulafa al-Rasyidin, mengakui


kekhalifahan Abu Bakr, Umar dan Utsman pada awal masa pemerintahannya, meskipun Ali
bin Abi thalib dinilainya sebagai sahabat yang paling mulia. Dalam kaitan ini, terdapat
konsep Syi’ah Zaidiyah yang berbunyi : ‫ جضضواز امامضضة المفضضضول مضضع وجضضود الفأضضضل‬. Yang dimaksud
dengan ‫ المفضضضول‬adalah Abu Bakr, ‘Umar dan ‘Usman. Sedangkan yang dimaksud dengan
‫ الفأضل‬ialah Ali bin Abi Thalib.

Dalam ajaran Syi’ah Zaidiyah, tidak mengakui paham ishmah, yaitu keyakinan bahwa
para imam dijamin oleh Allah dari perbuatan salah, lupa dan dosa. Mereka juga menolak
paham rajaah (seorang imam akan muncul sesudah bersembunyi atau mati),
paham mahdiyah (seorang imam yang bergelar al-Mahdi akan muncul untuk
mengambangkan keadilan dan memusnahkan kebatilan), dan paham taqiyah (sikap kehati-
hatian dengan menyembunyikan identitas di depan lawan).

Dari segi ushul atau prinsip-prinsip umum Islam, ajaran Syi’ah Zaidiyah mengikuti
jalan yang dekat dengan paham Mu’tazilah atau paham rasionalis. Adapun dari segi furu’ atau
masalah hukum dan lembaga-lembaganya, mereka menerapkan fikih Hanafi (salah satu
mazhab fikih dari golongan Sunni). Karenanya, dalam hal nikah mut’ah mereka
11

mengharamkannya, meskipun pada awal Islam nikah itu pernah dibolehkan namun telah
dibatalkan. Dewasa ini, fikih Syi’ah Zaidiyah termasuk fikih yang diajarkan di Universitas al-
Azhar.

2.2.4 Doktrin Imamah Menurut Syi’ah Zaidiyah

Berikut doktrin-doktrin yang diajarkan oleh Syi’ah Zaidiyah yakni:

Condong kepada aqidah mu’tazilah dalam masalah yang berkaitan dengan Zat Allah dan
pilihan dalam amalan serta hukum yang berkenaan pelaku dosa besar dan mereka menyamai
pendapat mu’tazilah dalam masalah manzilah bain ala manzilatain.
1. Mereka membolehkan Al Imamah pada semua anak-anak Fatimah sama daripada
keturunan Al Imam Al Hasan atau Al Hussein.
2. Kebanyakan mereka mengakui akan keimanan Abu Bakar dan Umar dan mereka juga
tidak melaknat keduanya sebagaimana yang dilakukan oleh Rafidhah.
3. Mereka tidak membenarkan nikah Mut’ah dan dengan demikian mereka itu
mengingkarinya.
4. Mereka berpandangan sama dengan Syi’ah Rafidhah dalam zakat Al Khumus dan
bolehnya Taqiyyah dalam keadaan terpaksa.
5. Dalam adzan mereka ditambah dengan kalimat “Hayya ‘ala khairil ‘amal” yang dalam
hal ini menyamai Syi’ah Rafidhah.
6. Mereka berpandangan shalawat tarawih adalah bid’ah.
7. Mereka menolak sholat dibelakang imam yang fajir (dzalim)
8. Mereka tidak mengimani aqidah Mahdi Al Muntazar.
9. Mereka berpandangna bahwa wajibnya keluar memberontak atas imam yang dzalim
dan tidak wajib taat atasnya.

Imamah merupakan doktrin fundamental tipikal yang terdapat dalam Syi’ah secara
umum. Kaum Syi’ah Zaidiyah menolak pandangan yang menyatakan bahwa seorang imam
yang mewarisi sifat kepemimpinan Rasulullah telah di teentukan nama dan orang orangnya
secara jelas, tetapi hanya ditentukan sifat-sifatnya saja. Ini jelas berbeda dengan sekte Syi’ah
yang lainnya yang menganggap bahwa Rasulullah menunjuk langsung Ali sebagai pengganti
12

beliau untuk memimpin umat manusia karena Lai memiliki sifat yang tidak dimilki oleh
orang lain seperti keeturunan Bani Hasyim.

Selanjutnya, menurut Zaidiyah seorang imam harus memilki ciri-ciri minimal sebagaii
berikut :

1. Seorang imam tersebut merupakan keturunan ahlu bait, baik dari garis keturunan
Hasan maupun Husein. Hal ini mengimplikasikan penolakan kelompok ini atas sistem
pewarisan dan nas kepemimpinan. Artinya kelompok ini akan menolak orang-orang
yang selain keturunan Hasan dan Husein untuk menjadi pemimpin agar sistem
pewarisannya pun menjadi jelas.

2. Memiliki kemampuan mengangkat senjata sebagai upaya mempertahankan diri dan


menyerang. Atas dasar ini mereka menolak mahdiisme yang merupakan ciri dari sekte
Syi’ah yang lainnya baik yang ghaib maupun yang masih di bawah umur. Bagi
mereka pemimpin yang menegakkan keadilan adalah pemimpin yang Mahdi.

3. Memiliki kecenderungan intelektualisme yang dapat dibuktikan baik dalam karya dan
bidang keagamaan. Mereka menolak kema’suman seorang imam dan mengmbangkan
doktrin imamat al-mafdul yang berarti seseorang dapat dipilih jadi imam meskipun ia
mafdul (bukan yang terbaik) meskipun di saat itu ada yang lebih afdal.

Dengan doktrin imamah seperti itu, tidak heran jika Syi’ah Zaidiyah sering mengalami
krisis dalam hal keimanan. Hal ini dikarenakan terbukanya kesempatan bagi setiap keturunan
ahlu al bait untuk menobatkan dirinya sebagai imam. Dalam sejarahnya krisis keimanan
dalam Syi’ah Zaidiyah ini disebabkan oleh dua hal yaitu:

1. Terdapat beberapa pemimpin yang memmproklamirkan dirinya sebagai imam dan,

2. Tidak seorang pun yang pantas menjadi imam.

Dalam menghadapi krisis ini Zaidiyah mengembangkan beberapa pemecahannya,


diantaranya yaitu membagi tugas imam kepada dua individu, dalam bidang politik dan
bidang ilmu serta keagamaan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Aliran Syi’ah merupakan aliran pertama yang muncul di kalangan umat Islam. Aliran
ini dilatarbelakangi oleh pendukung ahlul bait yang tetap menginginkan pengganti Nabi
adalah dari ahlul bait sendiri yaitu Ali bin Abi Thalib. Mereka mempunyai doktrin sendiri
dalam alirannya, salah satunya tentang Imamah. Mereka berpendapat bahwa pengganti Nabi
yang pantas menjadi pemimpin adalah seseorang yang ma’shum(terhindar dari dosa). Bahkan
dalam sekte yang ekstrim yaitu Syi’ah Ghulat, mereka telah menuhankan Ali. Mereka
menganggap bahwa Ali lebih tinggi daripada Nabi Muhammad SAW.

Dalam perkembangannya, Syi’ah dianggap aliran sesat. Banyak yang menganggap


bahwa Syi’ah adalah Islam. Hal ini sangat berbeda sekali, karena antara Islam dan Syi’ah
sangat jauh sekali tentang ajaran aqidahnya.

3.2. Saran

Sangatlah diperlukan bagi kita untuk mempelajari Aliran syi’ah ini,karena dengan
belajar aliran ini kita bisa mengetahui seluk beluk dari ajaran Syi’ah. Misalnya tentang tokoh-
tokoh Syi’ah. Dan agar kita juga bisa mengambil kekurangan dan kelebihan dari aliran Syi’a

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdi Zulkarnain Sitepu, S.Ag., M.Ag. (2011). Materi Kuliah Ilmu Kalam. Bengkulu: Prodi
Komunikasi dan Penyiaran Islam, FAI, UMB.

http://salamkuminfo.blogspot.com/2016/12/makalah-aliran-syiah.html

http://zainuddin.lecturer.uin-malang.ac.id/2013/11/11/syiah-isna-asyariyah-dan-konsep-
imamah/

https://vaniaironies.blogspot.com/2016/04/ilmu-kalam-syiah-itsna-asyariyah.html

http://ainunnajib1994.blogspot.com/2016/04/makalah-ilmu-syiah-itsna-asy.html
http://syafieh.blogspot.com/2013/04/ilmu-kalam-syiah-tokoh-dan-
ajarannya.html#ixzz5TPbKVYB1

http://mugnisulaeman.blogspot.com/2013/05/makalah-tentang-syiah-zaidiyah_7.html

Anda mungkin juga menyukai