TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan bagian tertipis dari seluruh lapisan bumi, tetapi pengaruhnya terhadap
kehidupan sangat besar. Hubungan antara tanah dan makhluk hidup di atasnya sangat erat.
Tanah menyediakan berbagai sumber daya yang berguna bagi kelangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup lainnya. Selain itu, tanah juga merupakan habitat alamiah bagi manusia
dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu sudah selayaknya manusia memelihara kualitas
tanah agar hidupnya sejahtera (Mulia, 2005).
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah
lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau
bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air permukaan
tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, kecelakaan kendaraaan pengangkut
minyak, zat kimia, atau limbah, air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah
industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping)
(Hardiyanti, 2012).
Limbah domestik dapat berasal dari daerah pemukiman penduduk, perdagangan, pasar,
tempat usaha, hotel, dan lain-lain. Limbah padat berupa sampah anorganik, misalnya plastik,
kaleng minuman, botol plastik air mineral, dan lain-lain. Limbah cair berupa sisa deterjen
dari rumah, tinja,oli, dan lain-lain yang meresap ke dalam tanah yang dapat membunuh
mikroorganisme di dalam tanah (Hardiyanti, 2012).
2. Limbah Industri
Limbah Industri berasal dari lingkungan industri yang membuang limbah secara langsung ke
tanah tanpa proses penetralan zat-zat kimia terlebih dahulu. Limbah industri bisa berupa
limbah padat yang berupa lumpur yang berasal dari sisa pengolahan misalnya sisa
pengolahan kertas, gula, rayon, dan lain-lain. Limbah cairan yang berupa hasil pengolahan
dari proses produksi industri seperti sisa hasil pengolahan industri pelapisan logam, tembaga,
perak, khrom, boron, adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan logam
(Sadrach, 2008).
3. Limbah Pertanian
Limbah pertanian berasal dari pemberian pupuk petani untuk tanamannya atau racun untuk
pembunuh hama, misalnya pupuk urea, pestisida.
Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke
dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari
air tanah dan udara di atasnya. Kontaminasi oleh logam berat seperti kadmium (Cd), seng
(Zn), plumbum (Pb), kuprum (Cu), kobalt (Co), selenium (Se) dan nikel (Ni) menjadi
perhatian serius karena dapat menjadi potensi polusi pada permukaan tanah maupun air tanah
dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya melalui air, angin, penyerapan oleh tumbuhan, dan
bioakumulasi pada rantai makanan (Chaney dkk., 1998).
Kandungan logam dalam tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan logam pada tanaman
yang tumbuh di atasnya, kecuali terjadi interaksi diantara logam itu sehingga terjadi
hambatan penyerapan logam tersebut oleh tanaman. Akumulasi logam dalam tanaman tidak
hanya tergantung pada kandungan logam dalam tanah, tetapi juga tergantung pada unsur
kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan spesies tanaman (Darmono, 2001).
Beberapa logam berat sangat toksik untuk manusia dan hewan. Logam-logam tersebut
bersifat tahan lama dan akibat keracunannya juga bisa bertahan dalam waktu yang sangat
lama (Sumardjo, 2009).
Hampir semua logam, termasuk logam-logam berat yang ada di dalam tanah, terdapat dalam
bentuk persenyawaan dengan unsur lain dan berwujud seperti batu-batuan. Hany sedikit yang
unsur murni dalam bentuk butiran di tengah batu-batuan, misalnya emas, platinum, perak, air
raksa, dan tembaga.
Karena pengaruh cuaca, setelah kurun waktu yang lama, mula-mula batu-batuan retak,
kemudian lepas sekeping demi sekeping dan akhirnya menjadi butiran-butiran yang halus.
Bersama air hujan, butiran-butiran tersebut akan sampai pada badan-badan air, dan
persenyawaan logam berat yang dikandungnya segera melepaskan ion-ion positifnya
(Sumardjo, 2009).
Menurut Connel dan Miller (1995), logam berat adalah suatu logam dengan berat jenis lebih
besar. Logam ini memiliki karakter seperti berkilau, lunak atau dapat ditempa, mempunyai
daya hantar panas dan listrik yang tinggi dan bersifat kimiawi, yaitu sebagai dasar
pembentukan reaksi dengan asam. Selain itu logam berat adalah unsur yang mempunyai
nomor atom lebih besar dari 21 dan terdapat di bagian tengah daftar periodik.
Logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok logam dan
metaloid dengan densitas lebih besar dari 5 g/cm3, terutama pada unsur seperti Cd, Cr, Cu,
Hg, Ni, Pb dan Zn. Unsur-unsur ini biasanya erat kaitannya dengan masalah pencemaran dan
toksisitas. Logam berat secara alami ditemukan pada batu-batuan dan mineral lainnya, maka
dari itu logam berat secara normal merupakan unsur dari tanah, sedimen, air, dan organisme
hidup yang akan menyebabkan pencemaran bila konsentrasinya telah melebihi batas normal.
Jadi konsentrasi relatif logam dalam media adalah hal yang paling penting (Alloway dan
Ayres, 1997).
Timbal atau timah hitam (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta
mudah dimurnikan dari pertambangan. Timbal (Pb) memiliki titik lebur rendah, mudah
dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar
tidak timbul perkaratan. Timbal meleleh pada temperatur 328oC, titik didih 1740oC, dan
memiliki berat jenis 11,34 gr/ml dengan berat atom 207,20 (Widowati, dkk., 2008). Selain
dalam bentuk logam murni, timbal dapat ditemukan dalam bentuk senyawa anorganik dan
organik. Semua bentuk Pb tersebut berpengaruh sama terhadap toksisitas pada manusia
(Darmono, 2001).
Timbal (Pb) secara alami banyak ditemukan dan tersebar luas pada bebatuan dan lapisan
kerak bumi. Di perairan logam Pb ditemukan dalam bentuk Pb2+, PbOH+, PbHCO3, PbSO4
dan PbCO+ (Perkins, 1977 dalam Rohilan, 1992). Pb2+ di perairan bersifat stabil dan lebih
mendominasi dibandingkan dengan Pb4+ (GESAMP, 1985). Masuknya logam Pb ke dalam
perairan melalui proses pengendapan yang berasal dari aktivitas di darat seperti industri,
rumah tangga, erosi, jatuhan partikel-partikel dari sisa proses pembakaran yang mengandung
tetraetil Pb, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam, dan buangan sisa industri
baterai (Palar, 1994).
2.4.1 Remediasi
Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in situ (on site) dan ex usit (off site). Pembersihan on
site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri
dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off site meliputi
penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah di
daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut
disimpan di bak atau tangki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak atau
tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian
diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off site ini jauh lebih mahal dan
rumit (Sofyan, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Alloway, B. J. and D. J. Ayres. 1997. Chemical Principles of Environmental Pollution 2nd ed.
Blackie Academic & Professional. UK, pp. 5-46
Hardiyanti, Nia, 2012, Analisis Pengaruh Insider Ownership, Leverage, Profitabilitas, Firm
Size dan Dividen Payout Ratio Terhadap Nilai Perusahaan ( Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2010.
Palar, H., 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, hal 10-11; 74-75, Rineka Cipta,
Jakarta.
Sofyan M. 2011. Pengaruh pengolahan tanah konservasi terhadap sifat fisik dan hidrologi
tanah (studi kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawa Barat) [skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.