Amonium Klorida Infus
Amonium Klorida Infus
Disusun oleh:
SUSI WIDIAWATI
P17335112044
2013
INFUS AMONIUM KLORIDA 0,5 %
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan Infus Amonium
Klorida 0,5 %.
2. Dapat melakukan pembuatan sediaan infus dengan teknik sterilisasi akhir
dengan baik dan benar.
3. Menentukkan hasil evaluasi sediaan Infus Amonium Klorida 0,5 %.
II. PENDAHULUAN
Pengertian Sediaan Parental
Sediaan parental (menurut British Pharmacopoea 2009 Volume III dalam
Parental Preparation, hal. 1) merupakan sediaan steril yang dimaksudkan untuk
pemberian secara injeksi, infus atau implan pada tubuh manusia atau hewan.
Cahaya -
pH Antara 4,6 dan 6,0 [FI IV, hal. 94-95]
Penyimpanan Penyimpanan pada wadah yang tertutup rapat, sejuk dan
kering.
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan : Garam
Bentuk sediaan : Larutan
Cara sterilisasi sediaan : Sterilisai akhir
Kemasan : Botol
Pemerian Kristal tidak berwarna atau kristal putih atau bubuk granul,
tidak berbau, berasa manis.
Kelarutan Sedikit larut dalam etanol 95% dan eter, larut dalam methanol
1 banding 120, larut dalam air 1 banding 1.1 pada suhu 25°C,
larut dalam air 1 banding 0,8 pada suhu 30°C, larut dalam air
1 banding 0,41 pada suhu 50°C, larut dalam air 1 banding
0,28 pada suhu 70°C, larut dalam air 1 banding 0,18 pada
suhu 90°C.
Stabilitas Memiliki stabilitas yang baik pada kondisi penyimpanan
kering. Larutan encer dapat disterilisasi menggunakan
autoklaf. Pemanasan yag berlebih dapat mengakibatkan
penurunan Ph dan karamelisasi larutan.
Kegunaan Agen tonisitas
Inkompatibilitas Larutan dekstrosa tidak kompatibel dengan beberapa obat-
obatan seperti cyanocobalamin, kanamisin sulfat, natrium
novobiocin, dan sodium warfarin. Eritromisin gluceptate
tidak stabil dalam larutan dekstrosa pada pH kurang dari 5.05.
Dekomposisi vitamin B-kompleks dapat terjadi jika
menghangat dengan dekstrosa. Dalam bentuk aldehida,
dekstrosa dapat bereaksi dengan amina, amida, asam amino,
peptida, dan protein.
Warna coklat dan dekomposisi terjadi dengan alkalis kuat.
Dekstrosa dapat menyebabkan pencoklatan tablet yang
mengandung amina (Reaksi Maillard).
4. Na EDTA (RM : C10H12N2Na4O8 ; BM : 380.20) [HOPE 6th ; p : 247-249]
V. PENDEKATAN FORMULA
Osmolalitas
Diketahui :
NH4Cl 2,75 g (BM : 53,49 g/mol)
Na EDTA 1,2 g (BM : 380.20 g/mol)
Dekstrosa 9,48 g (BM : 198 g/mol)
Perhitungan :
𝑔⁄
𝐿
m Osm = x 1000 x ∑ ion
𝐵𝑀
2,75 𝑔⁄
0,6 𝐿
m Osm NH4Cl = x 1000 x 2 = 171,37 𝑚𝑂𝑠𝑚⁄𝐿
53,48 𝑔.𝑚𝑜𝑙 −1
1,2 g
⁄0,6 𝐿
m Osm Na EDTA = x 1000 = 5.26 𝑚𝑂𝑠𝑚⁄𝐿
380.20 𝑔.𝑚𝑜𝑙 −1
9,48 g
⁄0,6 𝐿
m Osm Dekstrosa = x 1000 = 79,9 𝑚𝑂𝑠𝑚⁄𝐿
198 𝑔.𝑚𝑜𝑙 −1
+
m Osm larutan = 256,53 𝑚𝑂𝑠𝑚⁄𝐿
Sediaan Infus Amonium Klorida 0,5 % bersifat sedikit hipotonis karena berada
di rentan 250-269 𝑚𝑂𝑠𝑚⁄𝐿 [Codex 12th]
VII. PENIMBANGAN
Sediaan infus Amonium Klorida 0,5 % yang dibuat sebanyak 2,5 g/500 mL
Total volume sediaan yang dibuat sebanyak 600 mL berdasarkan pertimbangan
volume terpindahkan dan kehilangan selama proses produksi.
No. Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang
1. NH4Cl 2,75 g
2. Dekstrosa 1,2
3. NaEDTA 9,48
4. WFI ad 600 mL
VIII. STERILISASI
a. Alat
Nama Alat Cara Sterilisasi Waktu Sterilisasi Jumlah
Beker gelas 50 mL Panas kering (oven) 2 jam (160° C) 3
Beker gelas 800 mL Panas kering (oven) 2 jam (160° C) 2
Batang Pengaduk Panas kering (oven) 2 jam (160° C) 5
Gelas Ukur 500 mL Panas basah (autoklaf) 15 menit (121° C) 1
Pipet tetes Panas kering (oven) 2 jam (160° C) 1
Karet pipet tetes Panas kering (oven) 2 jam (160° C) 1
Corong Panas kering (oven) 2 jam (160° C) 1
Spatel Panas kering (oven) 2 jam (160° C) 3
Cawan penguap Panas kering (oven) 2 jam (160° C) 3
Aluminium foil Panas basah (autoklaf) 15 menit (121° C) Secukupnya
b. Wadah
RUANG PROSEDUR
Sterilisasi alat dan wadah:
1. Alat-alat yang akan digunakan dicuci, dikeringkan dan dibungkung
menggunakan kertas perkamen atau aluminium, sebelumnya botol
Grey Area infus dikalibrasi 515 ml dan beker gelas 800 ml dikalibrasi 600 ml.
(Ruang C) 2. Alat-alat yang disterilisasi menggunakan autoklaf dimasukkan
kemudian ditata dan disteriliasasi pada suhu 121°C selama 15 menit.
3. Alat-alat dan wadah yang disterilisasi menggunakan oven
dimasukkan kemudian ditata dan disterilisasi pada suhu 160°C
selama 2 jam.
4. Alat-alat yang terbuat dari karet disterilisasi menggunakan alkohol
70% selama 24 jam dengan cara direndam.
5. Setelah proses sterilisasi selesai alat dimasukkan ke dalam box
isolator steril
6. Semua alat dan wadah dimasukkan dalam lemari penyimpanan alat
steril.
Penimbangan bahan :
Timbang masing-masing bahan dengan menggunakan cawan, yaitu :
Grey Area
1. 2,75 g NH4Cl kemudian ditutup dengan menggunakan aluminium
(Ruang
foil.
Penimbangan
2. Dekstrosa 1,2 gram kemudian ditutup dengan menggunakan
dan Evaluasi,
aluminium foil.
Ruang C)
3. Na EDTA 9,48 GRAM kemudian ditutup dengan menggunakan
aluminium foil.
1. Meja kerja dan sarung tangan dibersihkan terlebih dahulu dengan
etanol 70 %.
2. Amonium klorida sebanyak 2,5 gram dilarutkan secukupnya oleh
WFI dalam beker gelas 50 ml, cawan tempat penyimpanan
ammonium klorida dibilas dua kali dengan menggunakan sedikit
WFI, hasil bilasan dimasukkan ke dalam beker gelas yang sama.
3. Dekstrosa sebanyak 1,2 gram dilarutkan secukupnya oleh WFI
dalam beker gelas 50 ml, cawan tempat penyimpanan ammonium
Grey Area
klorida dibilas dua kali dengan menggunakan sedikit WFI, hasil
(mixing room,
bilasan dimasukkan ke dalam beker gelas yang sama.
Ruang C)
4. Na EDTA sebanyak 9,48 gram dilarutkan secukupnya oleh WFI
dalam beker gelas 50 ml, cawan tempat penyimpanan ammonium
klorida dibilas dua kali dengan menggunakan sedikit WFI, hasil
bilasan dimasukkan ke dalam beker gelas yang sama.
5. Ketiga larutan tersebut dicampurkan dan dipastikan melarut secara
sempurna dalam beker gelas 800 ml yang telah dikalibrasi, masing-
masing beker gelas 50 ml dibilas sebanyak 2 kali dengan sedikit
WFI, tambahkan WFI hingga hampir tanda batas ukur ph larutan,
jika tidak sesuai dengan ph tarket sediaan asamkan dengan
menggunakan HCl atau basakan dengan menggunakan NaOH.
Setelah ph target didapat maka ad WFI hingga tanda batas.
1. Disinfektan LAF dengan menggunakan etanol 70% yang
sebelumnya telah dinyalakan dan disinari oleh sinar ultraviolet.
2. Siapakan alat-alat yang dibutuhkan
White Area –
3. Saring sediaan menggunakan membrane filtrasi ukuran 0,45 µm
Ruang A
sebanyak dua kali kemudian dilanjutkan dengan filtarsi berukuran
(Filling)
0,22 µm.
4. Masukkan sediaan ke dalam botol infus dan tutup dengan
menggunakan penutup karet. Bawa sediaan ke Ruang C
Grey Area – 1. Botol infus ditutup menggunakan penutup aluminium, setelah itu
Ruang C dimasukkan ke dalam mesin untuk mengecangkan penutup
(Penutupan aluminium di grey area.
Botol Infus 2. Sterilisasi sediaan menggunakan alat autoklaf pada suhu 121°C
dan Sterilisasi selama 15 menit.
Sediaan) 3. Setelah selesai, ambil sediaan dan keringkan botol infus
1. Etiket luar ditempel
2. Lakukuan evaluasi sediaan terhadap sediaan tersebut, yang meliputi:
a. Volume terpindahkan
b. Uji partikulat
Grey Area – c. Kejernihan
Ruang C d. Uji sterilitas
(Pemasangan e. Organoleptik
Etiket dan f. Uji pirogen
Evaluasi) g. Uji kebocoran
h. Uji stabilitas
i. Pengecekan ph
j. Uji endotoksin
k. Uji Kompatibilitas
X. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN
XI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan Infus Amonium Klorida 0,5%
dengan zat eksipien WFI sebagai pembawa, Dekstrosa sebagai zat pengisotonis
dan Na EDTA sebagai agen pegkelat.
Infus merupakan sediaan parental. Sediaan parental (menurut British
Pharmacopoea 2009 Volume III dalam Parental Preparation, hal. 1) merupakan
sediaan steril yang dimaksudkan untuk pemberian secara injeksi, infus atau
implan pada tubuh manusia atau hewan.Sedangkan Infus (menurut British
Pharmacopoea 2009 Volume III dalam Parental Preparation, hal. 4) adalah sediaan
steril berupa larutan atau emulsi menggunakan air sebagai pelarut. Biasanya
dibuat isotonis terhadap darah, pada prinsipnya ditunjukkan untuk pemberian
volume besar. Infus tidak mengandung zat tambahan pengawet.
Amonium Klorida infus mempunyai efek farmakologi sebagai pengasam
urin dan memperbaiki alkalosis metabolis, pembuatan sediaan ini menggunakan
teknik sterilisasi akhir dikarenakan zat aktif tahan terhadap pemanasan.
Dalam praktikum pembuatan sediaan steril alat-alat yang akan digunakan
harus disterilisasikan terlebih dahulu, bahan yang tahan pemanasan dan bukan
untuk mengukur disterilisasikan menggunakan metode sterilisasi panas kering
dengan menggunakan alat oven pada suhu 160°C. Alat yang tidak tahan panas
atau alat yang digunakan untuk mengukur disterilisasikan menggunakan metode
panas basah dengan alat autoklaf pada suhi 121°C selama 15 menit.
Digunakan WFI (Water for Injection) sebagai pembawa, sebelumnya WFI
harus dilakukan depirogenasi dengan menggunakan karbon absorben. Cara kerja
karbon absorben dengan menyerap pirogen yang ada dalam WFI.
Karena dalam aturan sediaan infus tidak boleh menggunakan zat dapar dan
bahan pengawet maka, eksipien yang digunakan hanya Dekstrosa dan Na EDTA.
Dekstosa berfungsi sebagai zat pengisotonis, perlunya ditambahkan zat
pengisotonis agar tonisitas sediaan isononis terhadap cairan yang ada pada tubuh
manusia. Tonisitas sediaan setara dengan 0,9% NaCl dimana 1 gram dekstrosa
sama dengan 0,16 gram NaCl maka, ditambahkan 1,58 % dekstrosa. Zat aktif
bersifat higroskopis maka perlu ditambahkan agen pengkelat untuk mencegah
kekeruhan pada sediaan, agen pengkelat yang digunakan adalah Na EDTA
sebanyak 0,2 %.
Pembuatan dengan sterilisasi akhir pada tahap sterilisasi,penimbangan,
pemcampuran bahan dilakukan, pemasangan etiket, evaluasi dan pemasangan
kemasan sekunder pada ruang C atau grey area dan filling dan penutupan botol
dengan karet tutup dilakukan di ruang A dengan LAL (Laminar Air Flow). Pada
saat bahan-bahan yang telah ditimbang dibawa cawan harus ditutup dengan
menggunakan aluminum foil. Pada saat pencampuran bahan harus
memperhatikan prosedur kerja yang baik agar terhindar dari kontaminan terhadap
sediaan. Sediaan yang telah jadiharus disaring dengan menggunakan filter
berukuran 0,45 µm sebanyak dua kali kemudian dilanjutkan dengan filtarsi
berukuran 0,22 µm. Kemudian ditutup dengan meggunakan tutup karet dan tutup
aluminium. Sediaan diberi label disterilisasi dengam menggunakan oven pada
suhu 121° C selama 15 menit.
Sediaan yang telah distelisasikan dilakukan evaluasi. Evaluasi yang
dilakukan pada sediaan infus meliputi :
a. Volume terpindahkan
b. Uji partikulat
c. Kejernihan
d. Uji sterilitas
e. Organoleptik
f. Uji pirogen
g. Uji kebocoran
h. Uji stabilitas
i. Pengecekan ph
j. Uji endotoksin
k. Uji Kompatibilitas
Karena keterbatasan alat yang digunakan untuk mengevaluasi sediaan
maka hanya dilakukan 5 uji yaitu, uji kejernihan, uji partikulat, uji pH, uji
kebocoran dan uji volume terpindahkan.
Prinsip dari uji kejernihan yaitu Membandingkan kejernihan laruta
dengan larutan amonium klorida dengan penerangan yang cukup, maka hasil
yang didapat sediaan tidak lolos uji, larutan berubah menjadi sedikit kuning
jernih, hal ini disebabkan dekstrosa pada pemanasan akan membentuk
karemelisasi yang menyebabkan berubahnya warna sediaan.
Prinsip dari uji partikulat yaitu menghitung jumlah partikel yang ada
pada sediaan dengan penerangan yang baik dilakukan dengan 3 kali pengamatan,
maka hasil yang didapat adalh tidak lolos uji karena mengandung rata-rata
partikel lebih dari sama dengan 10 dari 3 kali pengamatan.
Prinsip dari penetapan pH adalah dengan menggunakan kertas pH
meter dicocokkan pada indikator yang tertera, maka hasil dari uji ini adalah tidak
lolos uji dikarenakan pengujian menunjukkan pH 7 sedangkan pH target sediaan
adalah pH 5. Stabilitas bahan aktif pada pH 4,6 sampai 6,0 maka, dipastikan pada
pH 7 bahan aktif sudah tidak stabil lagi.
Prinsip dari pengujian kebocoran yaitu membalikkan 90° wadah
sediaan, dilihat apakah terjadi kebocoran melalui tutup botol atau tidak, maka
didapat hasil yaitu lolos uji karena tidak terjadi kebocoran pada tutup botol.
Prinsip dari pengukuran volume sediaan yaitu mengukur volume isi
sediaan pada tabung ukur, maka didapat hasil uji lolos karena volume total
terpindahkan sebesar volume total ditambah penambahan lebih dari 3%
XII. KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan steril injeksi/ infus adalah sebagai berikut.
Jenis sterilisasi yang digunakan dalam pembuatan infus amonium klorida 0,5%
adalah sterilisasi akhir
Dari evaluasi didapatkan bahwa sediaan amonium klorida 0,5% yang dibuat
adalah tidak memenuhi syarat.
XIII. DAFTAR PUSTAKA