METODOLOGI PENELITIAN
C
Zona Pinggiran
Zona Transisi
A
Zona Pusat
B A = Pusat (Kec.Ujungpandang)
B = Transisi (Kec.Panakkukang)
C = Pinggiran (Kec.Biringkanaya)
Rekreasi
2008
Bandara
Pergudangan
KIMA
Pelabuhan
Trayek D
Trayek E
UNHAS
Trayek G
Trayek DY-MRS
Trayek MLKR -SGMS
Terminal A
Terminal C
TP AUP
Survei Responden
Survei Volume Lalulintas
2008
Waktu penelitian selama sebelas bulan dimulai pada Bulan Juni 2006
sampai dengan April 2007 meliputi persiapan penelitian, pengumpulan data,
analisis data, dan penyusunan draft disertasi termasuk pelaksanaan sidang
komisi, kolokium, seminar, dan perbaikan serta persiapan ujian tertutup disertasi.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta rupa bumi
Kota Makassar dan peta Ikonos Kota Makassar dan Kawasan Metropolitan
Mamminasata. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah masing-masing 1
unit alat uji emisi AVL Emission Tester Series 4000, counter dan seperangkat
komputer dan perlengkapannya serta software untuk analisis yaitu: SPSS for
Windows 11.0, Excel for Windows 2003, Expert Choice 2000, ArcView 3.3, dan
MapInfo Professional 6.0.
(8) Volume lalulintas dalam bentuk angka bertujuan menilai tingkat pelayanan
jalan dan kondisi lalulintas yang dilalui trayek/rute angkutan umum
dibandingkan dengan kapasitas rencana jalan dan menggambarkan pola
pergerakan O-D (origin-destination) atau A-T (asal-tujuan) serta maksud
perjalanan berdasarkan jenis kendaraan yang digunakan. Volume harus
lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas jalan dan tidak selalu tetap atau
bervariasi serta tergantung pada interval yang digunakan (musim atau bulan
dalam setahun, minggu dalam sebulan, hari dalam seminggu, dan jam
dalam sehari) secara rinci dan detil (Ditjen Bina Marga, 1997). Data tersebut
35
dibedakan berdasarkan sumber data primer jumlah total volume harian jenis
kendaraan (sedan/jeep, kijang, mini bus, bus, pick-up, truk mini, truk tangki,
truk gandeng, sepeda motor, angkutan kota atau pete-pete, sepeda, becak,
dan lainnya) dalam satuan muatan penumpang (SMP). Survei dilakukan di
lima ruas jalan koridor utama yang dilalui trayek terpadat dan mewakili
pergerakan antar zona dalam kota dan antar kota sekitar Makassar yaitu:
D,E,G, Malengkeri-Sungguminasa dan Daya-Maros pada jalan primer Urip
Sumohardjo, Perintis Kemerdekaan, dan Sultan Alauddin serta jalan
sekunder Toddopuli dan Tinumbu. Survei dilakukan pada tahun 2006
selama 3 (dua hari kerja terpadat dan hari libur) yaitu Senin, Jumat, dan
Minggu pada jam tersibuk pagi (06.30-08.00), siang (12.00-14.00), dan sore
(16.00-17.00) pada waktu kondisi cuaca cerah dan tidak menganggu
pergerakan penduduk.
(1) Tarif angkutan umum penumpang non-bus yaitu harga jasa angkutan yang
berlaku umum, dimana merupakan salah satu masalah pokok yang selalu
dibahas dalam transportasi (Manikam, 2003). Jenis dan sumber data
sekunder dan primer berupa: jumlah penumpang satu trip, daya tampung
(kapasitas), biaya langsung, biaya tak langsung, biaya umum, tarif, biaya
operasi, faktor muat, tarif pokok, dan jarak rata-rata per trip tahun 2006. Data
diperoleh dari observasi dan survei lapangan dengan kuesioner sampel
operator/pengusaha, sedangkan data sekunder daftar tarif per rute/trayek,
jumlah ijin rute/trayek, daftar rute/trayek, dan kondisi trayek angkutan umum
penumpang non-bus tahun 2005 dari Dinas Perhubungan Kota Makassar.
(2) Sosial ekonomi penduduk dan jaringan jalan dalam bentuk permintaan
angkutan umum yang merupakan fungsi tingkat kesejahteraan penduduk
untuk analisis sistem pengembangan trayek angkutan umum kawasan
tersebut. Data tersebut bersumber dari data sekunder dan primer yaitu:
jumlah penduduk, pola pergerakan penduduk, kepadatan penduduk,
karakteristik jaringan jalan, dan daerah pelayanan tahun 2006 dari BPS dan
DPU Kota Makassar.
36
Selain itu, data spasial berupa peta dasar, administrasi, penggunaan lahan,
jaringan jalan dan rute, kepadatan penduduk, garis perjalanan, struktur dan pola
ruang, dan kawasan rawan polusi serta jarak antar kawasan dan rute sampel dari
Bappeda Kota Makassar tahun 2006. Data bagi perumusan kebijakan prioritas
terpilih berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tujuan satu, dua, dan tiga
37
yang telah dikelompokkan oleh pakar dalam aspek: sosial, ekonomi, lingkungan,
dan kelembagaan.
Untuk menunjang pencapaian keempat tujuan di atas, maka dilakukan
survei wawancara untuk mengetahui kondisi faktual dan preferensi berbagai
pihak terhadap tujuan sistem pengelolaan angkutan umum penumpang non-bus
(pete-pete) berkelanjutan dan terkait dengan perkembangan kota. Wawancara
tersebut ditujukan pada pakar (expert) bidang transportasi yang berkaitan
dengan ekonomi-transportasi, sosial-transportasi, dan lingkungan-transportasi
berdasarkan hasil sintesis tujuan pertama, kedua, dan ketiga dalam perumusan
kebijakan prioritas aspek perencanaan, manajemen, dan operasional.
Stratifie d
Kawasan Pusat (A): Kawasan Transisi (B): Kaw. Pinggiran (C):
Random
5525 rumah tangga 22184 rumah tangga 25205 rumah tangga
Sampling
• Siswa : 43 (24%)
• Anak-anak : 40 (22%)
• Ibu R.Tangga : 40 (22%)
• Pegawai : 18 (10%)
• Buruh : 18 (10%)
• Mahasiswa : 12 ( 7%)
• Lain-lain : 9 ( 5%)
§ Tahap Pertama, meneliti dengan menilai kinerja pola trayek atau rute
eksisting angkutan umum penumpang non-bus yaitu menganalisis:
permintaan, kinerja rute dan operasi, kinerja prasarana, dan tingkat
pelayanan jalan menggunakan software SPSS 11.0 dan Excel for Windows
2003. Output atau hasil akhir tahap ini adalah terpilihnya faktor-faktor yang
signifikan terhadap kinerja trayek/rute angkutan umum penumpang yang
efektif dan aksesibel serta besarnya tingkat pelayanan jalan;
§ Tahap Ketiga, menilai kualitas udara ambien kota dan tingkat emisi gas
buang kendaraan serta menata kawasan koridor yang berpotensi polusi
akibat angkutan umum penumpang non-bus yaitu menganalisis: deskripsi
kualitas udara ambien dan tingkat emisi kendaraan serta pilihan prioritas
keputusan dalam penataan kawasan dengan Proses Hirarkhi Analitik yang
menggunakan software Expert Choice 2000. Output atau hasil akhir tahap ini
adalah deskripsi kualitas udara ambien kawasan dan tingkat emisi gas buang
angkutan umum penumpang serta berbagai alternatif dan prioritas keputusan
dalam penataannya; dan
Tahapan penelitian di atas dan teknik analisis dapat disusun dalam bentuk
diagram keputusan model pengelolaan transportasi angkutan umum penumpang
40
Interpretasi
Volume Lalulintas &
Kapasitas Jalan
Tarif, Ijin, & Penggunaan Prasarana & Sarana
Trayek/Rute Lahan Transportasi
Survei Data Primer Emisi Kendaraan & Sosial Ekonomi Survei Data Sekunder
Kualitas Udara Ambien Penduduk
Input
Validasi dan
MPE Verifikasi Model
Output
Kinerja Jaringan Tarif Pilihan Kawasan Struktur Perkotaan,
Trayek yang Efektif Stakeholders & Potensial Polusi Bangkitan Pergerakan
& Aksesibel Layanan Merata & Penataannya Penduduk-Pekerjaan
Keterangan:
Tahap Pertama
Tahap Kedua
Tahap Ketiga
Tahap Keempat
pengaruh positif dan negatif serta yang berpengaruh antar ketujuh sub-sistem
yaitu: penggunaan lahan, volume lalulintas dan kapasitas jalan, prasarana dan
sarana transportasi, sosial ekonomi penduduk, tarif ijin dan trayek/rute, dan
dampak polusi kendaraan terhadap tata ruang.
Selain itu, ketujuh sub-sistem di atas akan saling berpengaruh positif dan
negatif pula terhadap delapan sub-sistem lainnya yaitu: pengembangan
kawasan, rute pilihan, kawasan rawan polusi, tingkat pelayanan jalan, biaya
operasi kendaraan, pengembangan radius pelayanan, penyediaan dan faktor
muat kendaraan, dan tarif rata/progresif.
(+) (+)
(+)
Kawasan Tingkat
(+) Pelayanan
Rawan
Polusi Jalan
(-) Sistem
(+)
Pengelolaan (-) (+)
Transportasi
(+)
Emisi Volume &
Kendaraan (-)
Kapasitas
Biaya
Radius Operasi
(-) (-) (+)
Pelayanan Kendaraan
MODEL PENGELOLAAN
TRANSPORTASI AUPNB
BERKELANJUTAN
(2) Kinerja rute dan operasi, yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui
faktor-faktor yang signifikan dalam penetapan rute dan pelayanan operasi setiap
rute angkutan umum penumpang dan dirumuskan secara matematis regresi linier
berganda sebagai berikut (Ditjen Perhubungan Darat, 1996):
Y2 = a2 + b8X8 + b9X9 + b10X10 + b11X11 + b12X12 + b13X13 + b14X14 + b15X15 (2)
keterangan:
Y2 = variabel terikat kinerja rute dan operasi
a2 = konstanta kinerja rute dan operasi
b8X8 = parameter dan variabel bebas faktor muat atau pengisian (orang)
b9X9 = parameter dan variabel bebas jumlah penumpang yang diangkut (orang)
b10X10 = parameter dan variabel bebas waktu antara (menit)
b11X11 = parameter dan variabel bebas waktu tunggu penumpang (menit)
b12X12 = parameter dan variabel bebas kecepatan perjalanan (km/jam)
b13X13 = parameter dan variabel bebas sebab-sebab kelambatan (aktivitas)
b14X14 = parameter dan variabel bebas penyediaan angkutan (unit)
b15X15 = parameter dan variabel bebas tingkat konsumsi bahan bakar (liter)
(3) Kinerja prasarana, yaitu analisis prasarana yang dilakukan dalam rencana
pengembangan pelayanan angkutan umum penumpang non-bus terhadap
faktor-faktor yang signifikan dan berdasarkan kondisi ideal angkutan umum
penumpang bus dengan persamaan matematis regresi linier berganda sebagai
berikut (Ditjen Perhubungan Darat, 1996):
Y3 = a3 + b 16X16 + b17X17 + b18X18 + b19X19 + b20X20 + b21X21 + b22X22 + b23X23 (3)
keterangan:
Y3 = variabel terikat kinerja prasarana
a3 = konstanta kinerja prasarana
b16X16 = parameter dan variabel bebas tempat pemberhentian (% unit)
b17X17 = parameter dan variabel bebas halte (% unit)
b18X18 = parameter dan variabel bebas prioritas bus (% unit)
b19X19 = parameter dan variabel bebas sistem informasi (% unit)
45
(4) Tingkat pelayanan jalan, yaitu analisis kualitatif yang berkaitan dengan
kecepatan dan waktu perjalanan, kebebasan, kenyamanan, dan ekonomi, dan
bersifat kuantitatif dengan kapasitas, kecepatan nyata, dan rasio volume per
kapasitas sebagai berikut (Ditjen Bina Marga, 1997):
(1) Produksi pergerakan, yaitu analisis biaya pokok dan biaya produksi berupa
pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu satuan unit produksi
jasa angkutan, dimana satuan produksi merupakan pembagi terhadap total biaya
produksi yang dapat menentukan besar biaya per satuan produksi, sedangkan
alat produksi adalah sarana angkutan yang digunakan untuk memproduksi jasa
angkutan penumpang dengan atau tanpa fasilitas tambahan (Ditjen
Perhubungan Darat, 1996). Faktor muat (load factor) merupakan jumlah minimal
penumpang yang diangkut (daya tampung/kapasitas kendaraan) sepanjang
trayek/lintasan, sehingga dapat diperoleh pendapatan marginal yang cukup untuk
menutup biaya operasi dengan rumus matematis sebagai berikut (Warpani,
1990):
46
F = (P / K ) . 100 % (7)
keterangan:
F = faktor muat (% orang/tempat duduk)
P = banyaknya penumpang yang diangkut sepanjang satu lintasan sekali jalan (orang)
K = daya tampung kendaraan (tempat duduk)
(2) Pembiayaan operasi, yaitu analisis Biaya Operasi Kendaraan (BOK) angkutan
umum penumpang yang dihitung dalam biaya operasi satuan dalam rupiah per
penumpang-km (Rp/pnp-km) yang mempertimbangkan harga produksi yang
dikelompokkan menjadi biaya internal (biaya langsung dan tak langsung kegiatan
transportasi seperti: BBM dan pajak kendaraan) dan biaya umum (administrasi
dan pengelolaan) serta biaya eksternal (biaya di luar kegiatan transportasi tetapi
sebagai akibat kegiatan transportasi seperti: pencemaran, santunan kecelakaan,
dan lainnya) yang tidak dibahas dalam penelitian ini dengan rumusan matematis
sebagai berikut (Warpani, 2002):
Tc = Dc + Ic + Oc (8)
keterangan:
Tc = biaya angkutan keseluruhan (rupiah)
Dc = biaya langsung yaitu biaya operasi kendaraan/pokok (rupiah)
Ic = biaya tak langsung yaitu biaya pokok dan umum (rupiah)
Oc = biaya umum yaitu biaya administrasi dan pengelolaan (rupiah)
(3) Tarif, yaitu analisis tarif rata (flat fare) yang diterapkan pada layanan jasa
angkutan umum penumpang jarak pendek dan menengah (trayek dalam kota)
dan untuk jarak jauh (trayek antar kota) menggunakan analisis tarif progresif
berdasarkan kenaikan jarak tempuh dengan rumusan matematis sebagai berikut
(Warpani, 2002):
TR = MC/P (10)
keterangan:
TR = tarif rata/flat fare (rupiah)
MC = biaya operasi sekali jalan pada trayek A-B (rupiah)
P = perkiraan faktor muatan (% atau rupiah)
47
(1) Deskripsi tingkat emisi , yaitu analisis tingkat emisi buangan kendaraan
berkaitan dengan potensi peningkatan emisi debu, SO2, NO X, HC, CO2, Pb, dan
CO terhadap penilaian kualitas lingkungan di kawasan penelitian, khususnya
angkutan umum penumpang non-bus berbahan bakar bensin dengan survei
primer uji emisi gas buang pada tahun 2006. Data penunjang lainnya adalah
deskripsi data kualitas udara ambien Kota Makassar selama 5 tahun pada
periode 2001-2005 dan hasilnya dibandingkan dengan ketentuan Baku Mutu
Udara Ambien Nasional (PP Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara). Identifikasi faktor pemakaian bahan bakar
angkutan umum penumpang dimana jumlah emisi tersebut dirata-ratakan dan
dikalikan dengan volume lalulintas rata-rata pada satu trayek/rute (lintasan) serta
memperhatikan jenis bahan bakar dan kinerja mesin kendaraan (umur
kendaraan) dengan rumusan matematis sebagai berikut (Pirngadie, 2001):
EC = EF x FC (21)
keterangan:
EC = jumlah emisi (satuan berat)
EF = faktor emisi masing-masing pencemar (satuan berat/satuan volume)
FC = jumlah pemakaian bahan bakar (satuan volume)
(2) Proses Hierarki Analitik, yaitu analisis dalam proses pengambilan keputusan
digambarkan dalam komponen dan dampaknya pada sistem secara keseluruhan
(Maarif, 2000). Proses pemilihan dalam membuat keputusan berdasarkan
penyusunan hirarkhi dilakukan sebagai bagian dari pendekatan sistem, dimana
jenis kebijakan yang dihasilkan bersifat integratif dengan prinsip kerja sebagai
berikut (Marimin, 2004): 1)Penyusunan Hierarki, yaitu strategi penataan kawasan
disusun dan diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu fokus, faktor, aktor, tujuan,
dan alternatif dalam susunan berupa struktur hirarkhi, 2) Penilaian Kriteria dan
Alternatif, yaitu kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan
(pairwise comparisons). Penggunaan skala 1 sampai 9 dari Saaty adalah skala
terbaik dalam mengekspresikan pendapat untuk berbagai persoalan (Saaty,
1993). Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty yang
tertera pada Tabel 4, 3) Penentuan Prioritas, yaitu bobot atau prioritas dihitung
berdasarkan nilai-nilai perbandingan relatif berdasarkan peringkat relatif dari
seluruh peringkat, dan 4) Konsistensi Logis, yaitu pengelompokan semua elemen
secara logis dan disusun dalam bentuk peringkat konsisten.
Nilai Keterangan
1 Kriteria/alternatif A sama penting dengan kriteria/alternatif B
3 A sedikit lebih penting dari B
5 A jelas lebih penting dari B
7 A sangat jelas lebih penting dari B
9 A mutlak lebih penting dari B
2,4,6,8 Ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
Sumber : Saaty, 1993
a = P/E (22)
ß = S/P (23)
keterangan:
a = faktor friksi dari total angkatan kerja/rumah tangga dari sektor pekerjaan
ß = rasio kebutuhan pengganda service sector dengan asumsi rata-rata
P = total angkatan kerja keseluruhan wilayah pengamatan (jiwa)
E = total sektor pekerjaan keseluruhan wilayah pengamatan (jiwa)
S = total service sector (jiwa)
∑ . Pj dij
-2 -1
ß =( ) (25)
j
keterangan:
T = gravitasi kendala tunggal
E = total sektor keseluruhan wilayah pengamatan (jiwa) atau
alokasi basic sector dengan faktor friksi (friction factor)
d = jarak i ke-j (km)
ß = rasio kebutuhan pengganda service sector dengan asumsi rata-rata
P = total angkatan kerja keseluruhan wilayah pengamatan (jiwa)
51
keterangan:
Pij = penggandaan jumlah pekerja basic sector
∑. Si. dij
-2 -1
Bi = ( ) (29), dan
j
keterangan:
Pr = model interaksi (gravitasi)
Sij = lokasi service sector
Bi = penduduk (jiwa)
n = iterasi ke-n
(2) Sistem Informasi Geografis (SIG), yaitu analisis yang dilakukan dalam
membantu pengambilan keputusan dalam bidang transportasi yang bersinergi
dengan tata ruang (struktur dan pola ruang kota) dalam bentuk pemetaan atau
visualisasi kesembilan jenis peta dengan bantuan software ArcView dan MapInfo
sebagai berikut:
1) Peta Dasar, yaitu penggambaran dengan digitasi peta dasar Kota Makassar
dan sekitarnya setelah ditransfer ke dalam file ArcView dan MapInfo dalam
52
bentuk file JPEG dan shp yang dibuat dalam bentuk points, lines, dan areas
(polygon).
3) Peta Penggunaan Lahan, yaitu digitasi peta penggunaan lahan Kota Makassar
dengan menggunakan software MapInfo yang memuat tentang penutupan
lahan (land cover) berdasarkan klasifikasinya dan dikonversi dalam format shp
serta penentuan file-file index dalam membentuk peta penggunaan lahan.
Kemudian dilakukan join data spasial dengan data atribut penggunaan lahan
dalam bentuk luasan lahan berdasarkan penggunaannya.
4) Peta Jaringan Jalan dan Rute, yaitu digitasi peta jaringan jalan kota dan
trayek/rute angkutan umum penumpang non-bus D, E, G, Makassar-Maros,
dan Makassar-Gowa dalam tipe desire lines, route/networks dan polygon
yang dikonversi dari hasil analisis seleksi jalur optimal.
5) Peta Kepadatan Penduduk, yaitu digitasi peta kepadatan penduduk dari atribut
dalam bentuk penyebarannya dan digunakan untuk peramalan perjalanan
dalam bentuk format gambar berbentuk polygon berupa luasan dari batas
administrasi kecamatan.
6) Peta Garis Perjalanan, yaitu digitasi peta garis perjalanan dalam bentuk desire
lines dan polygon berdasarkan interpretasi perhitungan Model Lowry yang
menggambarkan arah pergerakan penduduk dengan variasi ketebalan garis
berdasarkan besar kecilnya perjalanan antar kawasan dan digunakan untuk
peta rute pilihan dan pengembangan kawasan.
7) Peta Struktur dan Pola Ruang, yaitu digitasi peta struktur dan pola ruang
dalam bentuk polygon dan lines/route systems, dan point dari yang bersumber
dari model interaksi transportasi-tata ruang dan gabungan atribut RTRW Kota
Makassar serta sebagai input analisis untuk overlay peta garis rute pilihan dan
pengembangan kawasan.
8) Peta Kawasan Polusi, yaitu digitasi peta kawasan polusi dalam bentuk
polygon dari atribut kualitas udara ambien kota dan tingkat emisi gas buang
53
9) Peta Garis Rute Pilihan dan Pengembangan Kawasan, yaitu digitasi peta rute
pilihan dan pengembangan kawasan dalam bentuk polygon, lines dan
route/networks systems, dan point yang merupakan output overlay antara
peta garis perjalanan, peta struktur dan pola ruang, dan peta kawasan polusi.
Untuk mendukung pemilihan rute pilihan sebagai fungsi dari rute optimal
dilakukan dengan tahap seleksi jalur optimal yang memanfaatkan data jarak
perjalanan atau interaksi antar kawasan dalam kota menggunakan Model Lowry
sebelumnya serta data jaringan dengan rute terbaik dari satu titik di ruas jalan
yang telah ditentukan.
Secara skematik proses pembuatan peta-peta dan analisis teknik overlay di atas
dapat dilihat pada Gambar 10.
Administrasi
overlay 1
Penggunaan lahan overlay 2
Kawasan Polusi
Keterangan : Output Rute Pilihan dan Pengembangan Kawasan pada analisis overlay 6
(3) Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), yaitu salah satu metode untuk
menentukan urutan prioritas alternatif keputusan (nilai alternatif lebih kontras)
dengan kriteria jamak yang menggunakan rancang bangun model yang telah
terdefinisi dengan baik dalam tahapan proses sebagai berikut (Marimin, 2004):
1) menyusun alternatif-alternatif keputusan yang akan dipilih.
2) menentukan kriteria atau perbandingan kriteria keputusan penting dievaluasi.
3) menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan.
4) melakukan penilaian terhadap semua alternatif pada setiap kriteria.
5) menghitung skor atau nilai total setiap alternatif.
6) menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total
masing-masing alternatif.
Persamaan dalam perhitungan skor atau nilai untuk setiap alternatif sebagai
berikut (Marimin, 2004):
m
TNi = ∑ ( RKij) TKKj (32)
j=n
keterangan:
TNi = total nilai alternatif ke-i
RKij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i
TKKj = derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj > 0; bulat
n = jumlah pilihan keputusan
m = jumlah kriteria keputusan
Penelitian ini menggunakan teknik dan prosedur validasi model berupa uji
kesesuaian batasan dengan teknik dan prosedur serta verifikasi model berupa uji
keberhasilan parameter dengan teknik dan prosedur pemodelan (consistency
ratio) dan statistik uji sensitivitas dengan koefisien determinasi (R2).