Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Profil Perusahaan


2.1.1 Sejarah PT Bukit Asam, Tbk.
Pada periode tahun 1923 hingga 1940, Tambang Air Laya mulai
menggunakan metode penambangan bawah tanah. Dan pada periode tersebut
mulai dilakukan produksi untuk kepentingan komersial, tepatnya sejak tahun
1938.
Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para
karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang
menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah Republik Indonesia
kemudian mengesahkan lakukan produksi untuk kepentingan komersial, tepatnya
sejak tahun 1938. Pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam
(PN TABA).
Pada tanggal 1 Maret 1981, PN TABA kemudian berubah status menjadi
Perseroan Terbatas dengan nama PT Bukit Asam (Persero), yang selanjutnya
disebut PTBA atau Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan
industri batu bara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan penggabungan
Perum Tambang Batubara dengan Perseroan.
Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada
1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batu
bara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan
publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode perdagangan “PTBA”.
Pada tanggal 29 November 2017, menjadi catatan sejarah bagi PTBA saat
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. Agenda utama
dalam RUPSLB PTBA mencakup tiga hal, yakni persetujuan perubahan Anggaran
Dasar Perseroan terkait perubahan status Perseroan dari Persero menjadi Non-
Persero sehubungan dengan PP 47/2107 tentang Penambahan Penyertaan modal
Negara Republik Indonesia kedalam Modal Saham PT Inalum (Persero),

II-1
Persetujuan Pemecahan Nominal Saham (stock split), dan Perubahan susunan
Pengurus Perseroan. Dengan beralihnya saham pemerintah RI ke Inalum, ketiga
perusahaan tersebut resmi menjadi anggota Holding BUMN Industri
Pertambangan, dengan Inalum sebagai induknya (Holding).
Tanggal 14 Desember 2017, PTBA melaksanakan pemecahan nilai nominal
saham. Langkah untuk stock split diambil perseroan untuk meningkatkan
likuiditas perdagangan saham di Bursa Efek serta memperluas distribusi
kepemilikan saham dengan menjangkau berbagai lapisan investor, sekaligus untuk
mendukung program “Yuk Nabung Saham”. Komitmen yang kuat dari Bukit
Asam dalam meningkatkan kinerja perusahaan merupakan faktor fundamental
dari aksi korporasi tersebut (PT Bukit Asam, Tbk,2018)
Menurut R Habibie, 2017, Ditinjau dari lembaga yang mengurusnya sampai
saat ini PT Bukit Asam, Tbk. secara berturut–turut dikelola oleh :
1. Tahun 1919 sampai dengan tahun 1942 oleh pemerintah Belanda.
2. Tahun 1942 sampai dengan tahun 1945 oleh pemerintah Militer Jepang.
3. Tahun 1945 sampai dengan tahun 1947 oleh pemerintah Republik Indonesia.
4. Tahun 1947 sampai dengan tahun 1949 oleh pemerintah Belanda (agresi militer).
5. Tahun 1950 sampai dengan tahun sekarang pemerintah Republik Indonesia, yang
terdiri dari :
a. Tahun 1959 sampai dengan tahun 1960 oleh Biro Perusahaan Tambang Negara
(BUPTAN) berdasarkan PP No.86 th 1958.
b. Tahun 1961 sampai dengan tahun 1967 oleh Badan Pimpinan Umum (BPU)
perusahaan-perusahaan tambang batubara. BPU juga membawahi tiga perusahaan
negara yaitu : PN Batubara Ombilin di Sumatera Barat, PN Tambang Arang Bukit
Asam di Tanjung Enim SUMSEL, PN Tambang Batubara Mahakam di
Kalimantan Timur.
c. Tahun 1968 s.d. 1980 oleh PN Tambang Batubara berdasarkan PP. No. 23 tahun
1968.
d. Tahun 1981 s.d. sekarang oleh PT Tambang Batubara Bukit Asam berdasarkan
PP. No. 42 tahun 1980.

II-2
PT Bukit Asam, Tbk. bertujuan untuk memenuhi permintaan industri baik
dalam maupun luar negeri terutama untuk memasok kebutuhan batubara bagi
PLTU Suralaya, Jawa Barat. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, maka
dikembangkan beberapa site di wilayah IUP PTBA Tanjung Enim, yaitu:
1. Tambang Air Laya (TAL), merupakan site terbesar di wilayah IUP PTBA yang
dioperasikan dengan teknologi penambangan terbuka secara excavator-truck.
Tambang Air Laya terdapat dua metode penambangan utama, yaitu continus
mining dan convensional mining menggunakan BWE system (Bucket Wheel
Excavator) dan metode shovel andtruck (menggunakan excavator dan dump
truck).
2. Tambang Banko Barat, terdiri dari Pit 1 dan Pit 3 yang dioperasikan dengan
metodeconvensional mining. Pada Pit 2 menggunakan sistem penambangan
elektrifikasi.Pada Pit 3 pengelolahan bagian barat di lakukan oleh PT SBS (Satria
bahana sarana) sedangakan Bagian Timur oleh PT SMJ (Sumber Mitra Jaya).
Batubara dari lokasi penggalian diangkut dengan dump truck ke dump hopper.
Dari dump hopper batubara akan disalurkan oleh belt conveyor ke stockpile.
Kemudian dari stockpile batubara akan dikirim ke TLS menggunakan belt
conveyor. Melalui TLS ini batubara akan dimuat ke gerbong kemudian di angkut
dan di dipasarkan melalui pelabuhan Tarahan (Lampung) dan dermaga Kertapati
(Palembang).
3. Tambang Muara Tiga Besar (MTB), merupakan tambang yang dioperasikan
dengan metode penambangan shovel-truck. Di site Muara Tiga Besar Utara bagian
Barat dengan menggunakan Bucket Wheel Excavator.
2.2 Struktur Organisasi
Dalam menjalankan bisnisnya PT Bukit Asam, Tbk. memiliki dewan
direksi yang terdiri dari Direktur Utama, Direktur Pengembangan Usaha, Direktur
Operasi/Produksi, Direktur Keuangan, Direktur Niaga dan Direktur Sumber Daya
Manusia Umum. Senior Manager Penambangan membawahi 5 Manager, yaitu
Manager Banko Barat, Manager TAL, Manager MTB, Manager EPP, dan
Manager Banko Tengah. Manager Penambangan Banko membawahi 3 Assisten
Manager yaitu Ass. Man. Pit-1 Utara, Ass. Man. Pit-1 Timur, dan Ass. Man.

II-3
Temporary stockpile, yang mana masing-masing Ass.Man. tersebut membawahi 4
(empat) Supervisor, serta Supervisor membawahi Pengawas Penambangan.Satuan
kerja swakelola berperan penting dalam melakukan produksi batubara ataupun
tanah penutup (overburden) serta (interburden) di Pit 1 dan pit 2.
Struktur organisasi dapat dilihat pada gambar 2.1.

Sumber: ptba.co.id,2019
Gambar 2.1.Struktur Organisasi PTBA

2.2.1 Satuan Kerja Penambangan Swakelola


Satuan kerja mempunyai peranan penting dalam melakukan produksi
batubara ataupun tanah penutup (overburden) serta (interburden). Satuan kerja
ini mengawasi langsung operasional penambangan dari pihak PT. Bukit Asam
yang berfokus pada penambangan pit 1 utara banko barat yaitu : elektrifikasi dan
coal getting (mendapatkan batubara). Pihak PT. Bukit Asam menyediakan alat
guna untuk operasional penambangan serta bekerja sama dengan PT. Bukit Asam
Kreatif untuk sewa operator

II-4
Pihak PT. Bukit Asam juga bekerja sama dengan PT BKPL (Bumi Karya
Pratama Lestari) dengan sistem contrac mining yang di sewa/jam.
2.2.1.1 Satuan Penambangan Elektrifikasi
Satuan kerja elektrifikasi adalah salah satu satuan kerja yang diatasi oleh
swakelola. Elektrifikasi sendiri adalah satker baru yang ada di PTBA, elektrifikasi
satu-satunya satker yang ada di PTBA yang menggunakan shovel PC-3000 dan
HD Belaz dengan menggunakan bahan bakar utama tenaga listrik, yang dihasilkan
dari PLTU Bukit Asam itu sendiri, hal ini dilakukan untuk menghemat biaya
pengeluaran.
2.2.1.2 Satuan Supporting Elektrifikasi
Satuan supporting elektrifikasi adalah satuan kerja penunjang yang
bertujuan untuk membantu satuan kerja elektrifikasi agar dapat berjalan sesusai
dengan yang direncanakan.
2.2.2 Satuan Kerja Rencana Operasi (Renop)
Satuan kerja ini bertugas untuk merencanakan kegiatan penambangan dalam
jangka panjang dan pendek. Rencana jangka panjang yaitu rencana yang dibuat
untuk merencanakan operasi kerja dalam waktu tahunan dan rencana jangka
pendek, yaitu berupa triwulan. Dalam proses perencanaan operasi jangka panjang
biasanya diserahkan ke satuan kerja POHA (Perencanaan Operasi Harian) untuk
di buat rencana harian pada satuan kerja yang akan di berikan.
2.2.3 Satuan Kerja RENHAR (Rencana Harian)
Merupakan Satuan kerja yang bertugas untuk membuat rancangan harian
terhadap rencana tahunan yang telah di tetapkan oleh satuan kerja Renop serta
turut mengawasi keadaan lapangan apakah sesuai dengan yang direncanakan.
2.2.4 Satuan Kerja PAB (Penanganan Angkutan Batubara)
Satuan kerja PAB memiliki tugas dalam mengatur dan memonitoring
peralatan dan proses menangani batubara jalur kereta api untuk diangkut menuju
Stockpile sementara di Pelabuhan Tarahan (Lampung) dan Dermaga Kertapati
(Palembang) untuk di lakukan pengiriman dan selanjutnya akan di lakukan
penjualan ke pasar domestik ataupun luar negeri menggunakan kapal tongkang
dan di pindahkan ke kapal pengiriman utama.

II-5
2.2.5 Satuan Kerja Keloling (Kelolah Lingkungan)
Satuan Kerja Keloling yang bertugas dalam mengawasi dan menangani
permasalahan terhadap lingkungan yang dapat terjadi selama proses aktivitas
penambangan yang sedang berlangsung.
2.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Wilayah Izin Usaha Penambangan (WIUP) PTBukit Asam, Tbk. di Tanjung
Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera
Selatan dengan jarak ± 191 km dari pusat kota Palembang. Lokasi penambangan
di PT Bukit Asam, Tbk. ada tiga yaitu lokasi penambangan Banko Barat, lokasi
penambangan Air Laya, lokasi penambangan Muara Tiga Besar.Lokasi dan
kesampaian daerah PTBA Tanjung Enim dapat dilihat pada gambar 2.2.

Sumber: www.google maps.com,2019

Gambar 2.2. Peta Lokasi dan Kesampaian PTBA Tanjung Enim


2.3.1 Lokasi Penambangan Banko Barat
Lokasi penambangan Banko Barat berjarak sekitar 7 km dari Tanjung Enim
kearah timur. Daerah operasional penambangan Banko Barat memiliki Izin Usaha
Pertambangan seluas 4.300 Ha. Secara administratif lokasi penambangan Banko
Barat berada di kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Propinsi

II-6
Sumatera Selatan. Jarak dari kota Palembang ke Tanjung Enim sekitar ± 191 km,
yang melewati jalan raya beraspal Startigrafi dan Litologi Daerah Tambang
Banko. (PT Bukit Asam, Tbk. 2019).
2.3.2 Lokasi Penambangan Air Laya
Pada lokasi tambang air laya (TAL), PTBukit Asam, Tbk. terdapat dua
sistem penambangan utama, yaitu continuous mining menggunakan BWE (Bucket
wheel excavator) dan conventional mining (menggunakan excavator backhoe and
dump truck). Pada metode BWE sistem ini sepenuhnya dilaksanakan oleh pihak
PTBA sedangkan pada metode excavator backhoe and dump truck dilaksanakan
oleh pihak ketiga (Kontraktor) dan sebagian dilakukan sendiri (Swakelola).
(PT Bukit Asam, Tbk. 2019).
2.3.3 Lokasi Penambangan Muara Tiga Besar
Pada tambang ini, dioperasikan dengan menggunakan conventional dan
continous mining. Pada Muara Tiga Besar dibagi menjadi dua, yaitu Muara Tiga
Besar Utara dan Muara Tiga Besar Selatan, dimana pada Muara Tiga Besar utara
digunakan metode penambangan continous mining yang di gunakan tidak untuk
memproduksi batubara tetapi hannya mengumpan atau membantu memberaikan
matrial yang selanjutnya akan di teruskan dengan excavator dan truck dan sistem
penambangan ini dikelola oleh pihak PT Bukit Asam, Tbk. dan Muara Tiga Besar
Selatan dikelola sepenuhnya oleh PT Pama Persada Nusantara. Dan merupakan
salah satu prusahaan contractor terbesar di indonesia (PT Bukit Asam, Tbk.
2019). IUP PTBA Tanjung Enim dapat dlihat pada gambar 2.3.

II-7
Sumber: Satuan Kerja Eksplorasi Rinci PT Bukit Asam Tanjung Enim, 2019
Gambar 2.3. Peta IUP PTBA Tanjung Enim
2.4 Keadaan Geologi
2.4.1 Geologi Regional
Lapisan batubara di daerah Izin Pertambangan PTBA Unit Pertambangan
Tanjung Enim menempati tepi barat bagian dari cekungan Sumatera Selatan,
dimana cekungan ini merupakan bagian dari cekungan Sumatera Tengah dan
Selatan. Lapisan batubara pada daerah ini tersingkap dalam sepuluh lapisan
batubara yang terdiri dari lapisan tua sampai muda, yakni Lapisan Petai, Lapisan
Suban, Lapisan Mangus dan tujuh Lapisan Gantung (hanging seam).
Secara regional wilayah penambangan PT Bukit Asam, Tbk. termasuk
dalam sub-cekungan Palembang yang merupakan bagian dari cekungan Sumatera
Selatan dan terbentuk pada zaman tersier. Batuan pra-tersier, yang terdiri atas
batuan malihan dan batuan beku berumur mesozoikum, diduga merupakan dasar /
alas dari cekungan tersier tersebut. Satuan batuan ini telah mengalami pensesaran,
perlipatan dan penerobosan.

II-8
Lapisan batubara di daerah IUP PT Bukit Asam, Tbk..Unit Penambangan
Tanjung Enim menempati tepi barat bagian dari cekungan sumatera selatan
(Coster, 1974 dan Harsa, 1975). Cekungan ini merupakan bagian dari cekungan
sumatera tengah dan selatan. Daerah penambangan PTBA termasuk dalam zona
fisiografis cekungan sumatera selatan dan merupakan bagian dari antiklinorium
Muara Enim dari cekungan Sumatera Selatan.Litologi utama yang dijumpai
adalah Formasi Muara Enim sebagai pembawa batubara yang didominasi batuan
lempung, lanau dengan umur mio - pliosen.
Struktur geologi yang terdapat di PTBA adalah antiklin yang membentuk
kubah, sesar normal, sesar - sesar minor dengan pola radial, dan sesar yang tidak
menerus sampai bagian bawah dari lapisan batuan yang ada. Hal ini terjadi
sebagai akibat dari intrusi andesit di daerah cadangan, adapun selain intrusi batuan
beku andesit, struktur juga dipengaruhi adanya gaya tektonik pada zaman pliosen.
Geologi regional daerah PTBA termasuk kedalam sub-cekungan
palembang yang merupakan bagian dari cekungan sumatera selatan dan terbentuk
pada zaman tersier. Sub-cekungan sumatera selatan yang diendapkan selama
zaman kenozoikum terdapat urutan litologi yang terdiri dalam 2 (dua) kelompok,
yaitu Kelompok Telisa dan Kelompok Palembang.Kelompok Telisa terdiri dari
Formasi Lahat, Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja dan Formasi
Gumai.Kelompok Palembang terdiri dari Formasi Air Benakat, Formasi Muara
Enim dan Formasi Kasai (PT Bukit Asam, Tbk. 2019).
Formasi batubara yang terdapat di Sumatera Selatan (PT Bukit Asam, Tbk,
2019) sebagai berikut :
1. Formasi Talang Akar
Formasi Talang Akar pada sub cekungan jambi terdiri dari batu lanau, batu
pasir, dan sisipan batubara yang diendapkan pada lingkungan laut dangkal hingga
transisi. Menurut Pulunggono, 1976, Formasi Talang Akar berumur oligosen akhir
hingga miosen awal dan diendapkan secara selaras di atas Formasi Lahat. Bagian
bawah formasi ini terdiri dari batupasir kasar, serpih dan sisipan batubara.
Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan antara batupasir dan serpih.
Ketebalan Formasi Talang Akar berkisar antara 400 m – 850 m.

II-9
2. Formasi Baturaja
Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Formasi Talang Akar dengan
ketebalan antara 200 sampai 250 m. Litologi terdiri dari batugamping,
batugamping terumbu, batugamping pasiran, batugamping serpihan, serpih
gampingan dan napal kaya foraminifera, moluska, dan koral. Formasi ini
diendapkan pada lingkungan litoral-neritik dan berumur Miosen Awal.
3. Formasi Gumai
Diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja dimana formasi ini
menandai terjadinya transgresi maksimum di cekungan Sumatera Selatan. Bagian
bawah formasi ini terdiri dari serpih gampingan dengan sisipan batugamping,
napal dan batu lanau. Sedangkan di bagian atasnya berupa perselingan antara
batupasir dan serpih. Ketebalan formasi ini secara umum bervariasi antara 150 m -
2200 m dan diendapkan pada lingkungan laut dalam. Formasi Gumai berumur
Miosen Awal - Miosen Tengah.
4. Formasi Air Benakat
Formasi Air Benakat diendapkan secara selaras di atas Formasi Gumai dan
merupakan awal terjadinya fase regresi. Formasi ini terdiri dari batu lempung
putih kelabu dengan sisipan batu pasir halus, batu pasir abu-abu hitam kebiruan,
glaukonitan setempat mengandung lignit dan di bagian atas mengandung tufaan
sedangkan bagian tengah kaya akan fosil foraminifera. Ketebalan Formasi Air
Benakat bervariasi antara 100-1300 m dan berumur Miosen Tengah - Miosen
Akhir. Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal.
5. Formasi Muara Enim
Formasi Muara Enim mewakili tahap akhir dari fase regresi tersier. Formasi
ini diendapkan secara selaras di atas Formasi Air Benakat pada lingkungan laut
dangkal, dataran delta dan non marin. Ketebalan formasi ini 500 – 1000 m, terdiri
dari batupasir, batulempung, batulanau dan batubara. Batupasir pada formasi ini
dapat mengandung glaukonit dan debris volkanik. Pada formasi ini terdapat
oksida besi berupa konkresi-konkresi dan silisified. Sedangkan batubara yang
terdapat pada formasi ini umumnya berupa lignit. Formasi Muara Enim berumur
Miosen Akhir – Pliosen Awal.

II-10
6. Formasi Kasai
Formasi Kasai diendapkan secara selaras di atas Formasi Muara Enim
dengan ketebalan 850 – 1200 m. Formasi ini terdiri dari batu pasir tuffaan dan
tefra riolitik di bagian bawah. Bagian atas terdiri dari tuffpumice kaya kuarsa, batu
pasir, konglomerat, tuff pasiran dengan lensa rudit mengandung pumice dan tuff
berwarna abu-abu kekuningan, banyak dijumpai sisa tumbuhan dan lapisan tipis
lignit serta kayu yang terkersikkan. Fasies pengendapannya adalah fluvial dan
alluvial fan. Formasi Kasai berumur Pliosen Akhir - Pleistosen Awal.
7. Alluvial
Alluvial adalah endapan hasil rombakan dari batuan yang lebih tua, terdiri
dari lumpur, pasir lepas, kerikil, kerakal dan boulder. Endapan alluvial ini
menutup diatas formasi batuan-batuan yang lebih tua dengan batas bidang
erosi.Formasi yang ada di Sumatera Selatan, yaitu formasi Muara Enim, terdiri
dari batu lempung, batu lanau dan batu pasir. Stratigrafi Cekungan Sumatera
Selatan (De Coster, 1974) dapat dilihat pada gambar 2.4.

Sumber: Unila,2019
Gambar 2.4. Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan(De Coster, 1974)

II-11
2.4.2 Geologi Daerah Kajian
Lapisan batubara di Banko Barat PT Bukit Asam, Tbk. terdiri dari lapisan
batubara dan tanah penutup.
Stratigrafi dan Litologi Daerah Tambang Banko Barat dapat dilihat pada
gambar 2.5. Serta lapisan batubara di PTBA Tanjung Enim dapat dilihat pada
gambar 2.6.
Lapisan batuan di daerah penambangan sebagai berikut :
1. Lapisan tanah penutup (overburden)
Tanah penutup terdiri dari endapan sungai tua (pasir dan kerikil),
batulempung dan lapisan lanau yang silisified, juga terdapat iron stone nodules
serta lapisan gantung (hanging seam). Dapat dijelaskan bahwa lapisan ini
merupakan lapisan yang terdiri dari tanah liatdan campuran lumpur serta batupasir
halus, pada bagian ini dapat dijumpai nodul-nodul clay ironstone yang berbentuk
cakram pada gantung batubara dengan ketebalan rata-rata diatas 0,3 m sampai 3,0
m.
2. Lapisan batubara A1 (Mangus Atas)
Umumnya lapisan batubara ini dapat dicirikan dengan adanyamaterial-
material pengotor berupa tiga lapisan tanah liat yang disebut dengan clayband,
ketebalan dari lapisan batubara A1 adalah 6,5 – 9 m.
3. Lapisan interburden A1 – A2
Lapisan ini dicirikan oleh adanya material tufaan berwarna putih dan abu-
abu.Secara keseluruhan lapisan ini memperlihatkan adanya struktur graded
bedding dengan batupasir konglomerat pada bagian dasar, batulanau, dan
batulempung. Terdiri dari batulempung dan batupasir tufaan dengan ketebalan
lapisan 2 – 4 meter.
4. Lapisan batubara A2
Lapisan batubara yang kedua ini memiliki ketebalan 7,5 – 11,5 m, dengan
kalori batubara yang sama dengan lapisan batubara yang lainnya.
5. Lapisan interburden A2 – B1
Lapisan ini dicirikan dengan batulempung, serta sisipan
batupasir.Batulempung (tanah liat) adalah salah satu jenis batuan sedimen yang

II-12
terdiri dari material yang kayaalumunium dan silica.Material penyusun
batulempung sangat kecil, merupakan material yang aktif secara elektrokimia,
sedangkan batupasir merupakan batuan endapan yang terutama terdiri dari mineral
berukuran pasir atau berukuran batuan, sebagian besar batupasir terbentuk oleh
kuarsa dan feldsfar.
6. Lapisan batubara B1
Lapisan batubara ini memiliki ketebalan 9,1 – 14,1 m dan terdapat sisipan
batulempung.
7. Lapisan interburden B1 – B2
Lapisan ini mengandung batulempung dan batulanau yang
tipis.Batulempung dan batulanau ini merupakan salah satu material pengotor
batubara, dan dapat mempengaruhi nilai kalori dari batubara jika tidak dipisahkan
dengan ketebalan 2 – 5 m.
8. Lapisan batubara B2
Lapisan batubara ini merupakan lapisan keempat batubara, nilai kalori dari
batubara sama dengan lapisan yang lainnya memiliki ketebalan 4,35 – 5,55 m.
9. Lapisan interburden B2 – C
Lapisan ini mengandung batulanau, batupasir, dan sisipan batulanau serta
terdapat mineral glaukonitan dan ketebalan lapisan pengotor berkisar 38 – 44 m.
10. Lapisan batubara C
Lapisan batubara ini memiliki ketebalan 11 meter dengan sisipan tipis batu
lempung dan dibawahnya terdapat batu lempung dan batu lanau.Pada lapisan C
banyak dijumpai lensa-lensa batulanau atau siltstone terkadang bersifat silikaan
dan warnanya mirip batubara.Lapisan ini merupakan lapisan tunggal dan di
jumpai adanya lapisan pengotor berupa batulempung dan batulanau.

II-13
Sumber : Satuan Kerja Ekplorasi Rinci PT Bukit Asam Tanjung Enim,2018
Gambar 2.5.Stratigrafi dan Litologi Daerah Tambang Banko Barat
.. … .
S at. endapan s ungai tua, Gravel o
.. …o
o
o
. . .
o .

pas ir, lanau, lempung . . . . .


. . . . . . . . .
Interval di atas A.1 , batupas ir . . . . . . . . . Lapis an batubara Gantung (Hanging )
. . . . . . . . . .
dijumpai adanya nodul clay . . . . . . . . . dengan tebal 0,3 - 3,0 meter.
ironstone. . . . . . . . . . .
v - v - v - v - v - v
. . . . . . . . . .
v - v - v - v - v - v
Pita Pengotor (batulempung tufaan/
Batubara A.1 , dijumpai adanya tuffaceous clays tone) dengan tebal
lapis an pengotor s ebanyak 2 - 3
A1U v - v - v - v - v - v
1 - 15 cm.
lapis dan dibagian " bas e" kadang-
kadang dijumpai lens a-lens a batu-
lanau. Mengalami pemis ahan men- . -_-.-_- .- _
- -
. _
- . Dijumpai lens a-lens a batulanau/s ilt-
. _ . _ . _ . _ .
jadi A.1U (4 m) dan A.1L (3 m). . _ . _ . _ . _ . s tone (kadang-kadang s ilikaan) pada
v - v - v - v - v - v
pos is i 1 meter dari " bas e"
Tebal lapis an ini 6, 5 - 9 meter. A1L dengan tebal 2 - 15 cm.
v - v - v - v - v - v
Interval A.1 - A.2 , berupa - v - v - v - v - v -
batulempung / batupas ir tufaan. v . v . v . v . v . v .
Tebal 2 - 4 meter.
Batubara s ilikaan (s ilicified coal)
s angat keras , tebal 20 - 40 cm.

Batubara A.2 , dijumpai adanya - - - - - - - - Pita pengotor (batulempung karbon-


batubara s ilikaan pada bagian an / carbonaceous clays tone)
" top" dan kadang-kadang dijum- A.2 Tebal 2 - 15 cm.
pai pita pengotor batulempung
karbonan s erta dijumpai lens a- Dijumpai lens a-lens a batulanau/s ilt-
lens a batulanau. s tone (kadang-kadang s ilikaan) pada
Tebal 7,5 - 11,5 meter. 1 - 2 meter dari " bas e" dengan
tebal 1 - 15 cm.
Interval A.2 - B.1 , perulangan . -_-.-_- .- _
- -
. _- .
batupas ir dan batulanau dengan s i- . . . . . . . . . . " Suban Marker" berupa batubara /
s ipan tipis batubara / batulempung
- - - - - - - - batulempung karbonan dengan
karbonan (" S uban Mark er" ). . _ . _ . _ . _ . tebal 15 - 40 cm.
. . . . . . . . . .
Tebal 15 - 20 m. - - - - - - - -
. _ . _ . _ . _ . Pita pengotor (batulempung lanauan
Batubara B.1 , dijumpai adanya karbonan/carbonaceous s ilty clay-
lapis an pengotor s ebanyak 2 - 3 . _ . _ . _ . _ . 1 - 15 cm.
lapis berupa batulempung lanauan
karbonan. B.1 . _ . _ . _ . _ .
Tebal 9,1 - 14,1 meter. Dijumpai lens a-lens a batulanau / s ilt-
s tone (kadang-kadang s ilikaan) pada
1 - 2 meter dari " bas e" dengan
tebal 2 - 15 cm.

Interval B.1 - B.2 , s elang - s eling . -_-.-_- .- _


- - - .
. _
batulempung dan batulanau. - - - - - - - -
Tebal 2 - 5 meter. . _ . _ . _ . _ .
Batubara B.2 , dijumpai adanya . _ . _ . _ . _ . Pita pengotor (batulempung lanauan
pita pengotor berupa batulempung B.2 karbonan/carbonaceous s ilty clay-
lanauan karbonan kadang-kadang . . . . . . . . . . s tone) dengan tebal 2 - 8 cm dengan
dalam bentuk lens a. . _ . _ . _ . _ . pos is i 0,8 - 1, 0 meter dari " bas e" .
Tebal 4,35 - 5,55 meter. . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . Dijumpai lens a-lens a batulanau / s ilt-
. _ . _ . _ . _ . s tone (kadang-kadang s ilikaan) pada
Interval B.2 - C, perulangan . . . . . . . . . .
batupas ir dan batulanau. . . . . . . . . . 1 - 2 meter dari " bas e" dengan
. _ . _ . _ . _ . tebal 2 - 15 cm.
Tebal 38 - 44 meter. . . . . . . . . . .
. . . . . . . . .
. _ . _ . _ . _ . Pita pengotor (batulempung / clay-
Batubara C / C1 , dijumpai adanya 1 - s tone atau batulanau / s lts tone yang
2 lapis pita pengotor berupa batu- - - - - - - - - karbonan) dengan tebal 2 - 10 cm.
lempung / batulanau karbonan. C
Tebal 11 meter. Dijumpai lens a-lens a batulanau / s ilt-
s tone (kadang-kadang s ilikaan) pada
0.6 - 1,1 meter dari " bas e" dengan
tebal 2 - 15 cm.
. . . . . . . . . .
Interval di bawah C, batupas ir . . . . . . . . .
dengan tebal > 2 meter. - - - - - - - -
. . . . . . . . .

Sumber : Satuan Kerja Eksplorasi Rinci PT Bukit Asam Tanjung Eni,2019


Gambar2.6.Lapisan Batubara PTBA Tanjung Enim

II-14
2.5 Keadaan Lingkungan
2.5.1 Penduduk
Di sekitar wilayah Unit Pertambangan Tanjung Enim (UPTE) PT Bukit
Asam, Tbk.. Jarak area penduduk dari lokasi aktivitas pertambangan tidak terlalu
dekat, sehingga aktivitas penduduk sendiri tidak terganggu karena adanya proses
aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh PT Bukit Asam, Tbk..
2.5.2 Flora dan Fauna
Lahan-lahan lokasi bekas penimbunan yang telah direhabilitasi dan
direvegetasi telah mampu mendukung kehidupan satwa liar. Di beberapa lokasi
dapat ditemui jenis-jenis burung yang termasuk jenis langka dan dilindungi sesuai
Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa, seperti Elang Alap Besar (Accipiter virgatus), Elang
Kelelawar (Macheiramphus alcinus), Raja Udang Meninting (Alcedo meninting)
dan Cekakak Batu (Lacedo pulchella). Selain itu dijumpai pula beberapa hewan
jenis mamalia, seperti Kera Hitam/Lutung, Kera Kecil/Simpai dan Rusa dan
hewan melata, yakni ular kobra.
2.5.3 Sosial Ekonomi dan Budaya
Persepsi masyarakat terhadap kegiatan Perseroan sangat baik, dan
mendukung penuh kegiatan penambangan yang dilakukan.
2.5.4 Iklim dan Curah Hujan
Iklim yang dimiliki oleh Tambang Banko Barat sama dengan iklim yang
ada di Indonesia pada umumnya. Untuk daerah tambang ini memiliki iklim tropis
basah dengan kelembaban dan temperatur yang berkisar antara 230C sampai
dengan 36,50C. Kelembaban udara rata – rata berkisar 57% sampai dengan 85%
dengan kelembaban relatif maksimum berkisar 98% terjadi pada pagi hari dan
kelembaban relatif minimum berkisar 35% terjadi pada siang hari. Dan memiliki
dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Daerah ini terdiri dari dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim
hujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan April dan musim
kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober.

II-15
2.6 Sumber Daya dan Cadangan Batubara
2.6.1 Sumber Daya Batubara
Klasifikasian batubara bertujuan untuk mengetahui memberikan nama serta
membuat batasan-batasan kelas menurut Fix carbon yang dimiliki batubara
tersebut.Klasifikasi batubara yang umum digunakan adalah klasifikasi menurut
ASTM (American Standard for Testing Materials). Klasifikasi ini didasarkan atas
analisa proksimat batubara, yaitu berdasarkan derajat perubahan selama proses
pembatubaraan mulai dari lignit sampai antrasit. Untuk itu, diperlukan data
karbon tertambat (fixed carbon), zat terbang (volatile matter) dan nilai
kalor.merek produk (brand) Batubara di PT Bukit Asam, Tbk..
Klasifikasi kualitas batubara bertujuan untuk mengetahui variasi mutu
batubara. Klasifikasi batubara yang umum digunakan oleh PTBukit Asam, Tbk.
adalah berdasarkan analisa proksimat batubara dan kalori batubara dengan mine
brand adalah nama produk hasil keluaran dari penambangan yang belum
mengalami proses pengolahan dan market brand adalah nama produk yang siap
untuk dipasarkan.Data pengklasifikasian batubara PTBA (UPTE) secara umum
termasuk kelas sub-bituminous sampai antrasit.
Berikut adalah merek produk batubara (coal brand) di PT Bukit Asam,
Tbk. antara lain (Tabel 2.1, Tabel 2.2 dan Tabel 2.3).
1. Mine Brand PTBA
Banko Barat
a. BB – 49 (4801-5000 kkal/kg, ar)
b. BB – 51 (5001-5200 kkal/kg, ar)
c. BB – 53 (5201-5400 kkal/kg, ar)
2. Market Brand PTBA
a. Bukitasam - 48 (4701-4900 kkal/kg, ar)
b. Bukitasam - 50 (4901-5100 kkal/kg, ar)
c. Bukitasam - 64 (6301-6500 kkal/kg, ar)
d. Bukitasam - 67 (6601-6800 kkal/kg, ar)
e. Bukitasam -71 (>7001 kkal/kg, ar)

II-16
Tabel 2.1. Spesifikasi Mine Brand Batubara Produksi PTBA Banko Barat

Mine TM IM Ash VM FC TS
CV (Kkal/Kg,ar)
Brand (%, ar) (%, adb) (%, ar) (%, ar) (%, ar) (%, ar)

BB-49 4801-5000 28,45-31,19 12,83-14,35 2,27-41,15 40,88-42,11 40,54-42,48 0,18-0,65

BB-51 5001-5200 24,82-27,31 11,63-13,61 2,98-4,77 39,69-41,59 41,35-43,59 0,21-0,70

BB-53 5201-5400 22,80-26,37 11,31-13,63 2,05-4,22 40,05-41,38 41,92-44,79 0,24-0,81

Sumber: Satker PAB PTBA (2019)

Tabel 2.2. Spesifikasi Market Brand Batubara Produksi PTBA

Market CV TM IM Ash VM FC TS
Brand (Kkal/Kg,ar) (%, ar) (%, adb) (%, ar) (%, ar) (%, ar) (%, ar)

BA-48 4701-4900 27,00-32,00 12,00-15,00 2,00-7,00 38,00-42,00 40,00-4900 0,20-1,0

0,20-
BA-50 4901-5100 24,00-31,00 10,00-14,50 3,00-10,00 34,00-43,00 33,00-45,00
0,70

0,36-
BA-64 6301-6500 13,00-16,00 4,00-7,00 4,00-8,00 32,00-39,00 46,00-59,00
0,78

0,42-
BA-67 6601-6800 8,00-12,00 3,00 -5,00 3,00-10,00 15,00-39,00 49,00-72,00
0,47

0,36-
BA-71 (>7001 5,00-9,00 1,00-4,00 3,00-9,00 13,00-34,00 53,00-66,00
0,77

Sumber: Satker PAB PTBA (2019)

II-17
Tabel 2.3. Penggolongan Kualitas Batubara PTBA UPTE Berdasarkan
ASTM
Peringkat
Kelas Keterangan
No.Urut Nama

1 Meta Antrachite -

Antrachite 2 Antrachite Suban

3 Semi-Antrachite Air Laya

1 Low Volatile Bituminus -

2 Medium Volatile Bituminus -

Bituminus 3 High Volatile Bituminus CoalA Air Laya dan Bukit

4 High Volatile Bituminus CoalB Kendi

5 High Volatile Bituminus CoalC -

1 Sub Bituminus Coal A Air Laya


Sub-
2 Sub Bituminus Coal B MTB
Bituminus
3 Sub Bituminus Coal C Banko Barat

Sumber: Satuan Kerja Eksplorasi Rinci PTBukit Asam Tanjung Enim,2019

Menurut satuan kerja eksplorasi rinci,cara pengklasifikasian batubara dapat


dijabarkan sebagai berikut :
Untuk batubara dengan kandungan (VM) kurang dari 31 %, klasifikasi didasarkan
pada fixed carbon (FC), yaitu :
a. Medium volatile bituminous coal 69%˂FC ˂78%
b. Low volatile bituminous coal 78%˂FC˂86%
c. Semi anthracite coal 86%˂ FC˂92%
d. Anthracite coal 92%˂ FC˂98%
e. Meta anthracite coal FC˃98%

II-18
2.6.2 Cadangan Batubara
Jumlah sumberdaya batubara yang terdapat pada lokasi PT BA-UPTE
berbeda-beda pada setiap wilayah dengan total sumberdaya terukur secara
keseluruhan sebesar 1,99 miliyar ton, dansumberdaya yang tertambang sebesar
1,59 miliyar ton. Jumlah sumberdaya terukur (measured reserves) Tambang
Banko Barat secara keseluruhan adalah 560 juta ton batubara ( lampiran A).
2.7.Aktivitas Pertambangan
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan batubara yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.
2.7.1 Penyelidikan Umum
Penyelidikan umum adalah suatu kegiatan penyelidikan, pencarian untuk
menemukan endapan-endapan mineral berharga. Penyelidikan ini dapat dilakukan
dipertemukan dalam bentuk pemetaan geologi dan penyelidikan geofisika
(didaratan dan foto udara) untuk menginterpretesikan adanya bahan galian dan
pengambilan sampel (traching float / stream sediment ; grab sampling / chip
sampling) yang hasilnya akan mengetahui penyebaran bahan galian yang
mempunyai arti ekonomis.
Kuasa pertambangan (KP) yaitu tambang batubara di Tanjung Enim dengan
luas mencapai 66.414 hektar meliputi Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten
Lahat, Sumatera Selatan dan IUP eksplorasi 5.640 hektar.
2.7.2 Eksplorasi
Eksplorasi adalah salah satu kegiatan pertambangan untuk mengetahui efek,
penyebaran, bentuk, kadar dan cadangan dari suatu endapan bahan galian.
Berdasarkan contoh yang diperoleh maka eksplorasi dibagi dua yaitu eksplorasi
langsung dan eksplorasi tidak langsung. Eksplorasi langsung adalah didalam
aktivitasnya langsung memperoleh contoh seperti kegiatan pengeboran, sumur uji,
parit uji, pembuatan lubang bukaan, sedangkan eksplorasi tidak langsung adalah
aktifitasnya tidak langsung memperoleh contoh seperti penyelidikan geofisika.

II-19
Selain itu untuk mendapatkan penyebaran dan ketebalan bahan galian,
dalam kegiatan ini juga dilakukan pengambilan contoh bahan galian dan tanah
penutup. Tahap eksplorasi ini juga sangat berperan pada tahap reklamasi nanti,
melalui eksplorasi ini kita dapat mengetahui dan mengenali seluruh komponen
ekosistem yang ada sebelumnya. memiliki sumberdaya batubara sebanyak 292
juta ton dan cadangan (mineablel) sebesar 109 juta ton.
Lapisan batubara di daerah Izin Pertambangan PT BA Unit Pertambangan
Tanjung Enim menempati tepi barat bagian dari cekungan sumatera selatan,
dimana cekungan ini merupakan bagian dari cekungan sumatera tengah dan
selatan. Lapisan batubara pada daerah ini tersingkap dalam sepuluh lapisan
batubara yang terdiri dari lapisan tua sampai muda, yakni Lapisan Petai, Lapisan
Suban, Lapisan Mangus dan tujuh lapisan gantung (hanging seam) dengan
ketebalan lapisan batubara yang berbeda beda dan ketebalan overburden ataupun
interbueden yang juga berbeda beda (Satuan kerja eksplorasi rinci,2019)
2.7.3 Studi Kelayakan
Studi kelayakan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menilai
kelayakan suatu tambang berdasarkan hasil eksplorasi (teknis) dan disertai dengan
pertimbangan ekonomi dan lingkungan (Amdal atau UKL/UPL).izin usaha
pertambangan (IUP) operasi dan produksi seluas 3.145 hektar dengan rata-rata
hitungan stripping ratio (SR) sebesar 4,16. Dengan AMDAL dengan SK Amdal
Pengembangan UPT Keputusan Gubernur Sumatera Selatan No.
574/KPTS/Bapedalda/2004 Tanggal 30 Oktober 2004 tentang Kelayakan
Lingkungan Hidup Pengembangan Unit Pertambangan Tanjung Enim PT
Tambang Bukit Asam, Tbk.. Di Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat
Sumatera Selatan.
2.7.4 Development
Sebelum dilakukan pekerjaan eksploitasi maka dilakukan persiapan
(development) pengadaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan
eksploitasi, misalnya: kantor tambang, workshop atau bengkel utama, pembuatan
jalan tambang, pembuatan jenjang untuk produksi, masjid, lapangan olahraga,

II-20
taman, perumahan dan fasilitas lainnya sehingga aktivitas penambangan dapat
berjalan dengan baik.
2.7.5 Eksploitasi
Eksploitasi adalah suatu kegiatan pekerjaan yang dilakukan untuk
melepaskan endapan bahan galian seperti alluvial, batubara dan lain-lain.
Kemudian membawanya ke permukaan bumi atau ke suatu tempat untuk
dimanfaatkan. Kegiatan eksploitasi / penambangan dilakukan setelah evaluasi
hasil eksplorasi, menunjukkan bahwa bahan galian tersebut layak di tambang dari
segi teknis, ekonomis serta lingkungan. Pada tahapaneksploitasi ini, kegiatan
umumnya adalah :
1. Pembongkaran / penggalian, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk membebaskan
bahan galian dari batuan induknya.
2. Pemuatan, yaitu kegiatan yang bertujuan mengangkat material (bahan galian) ke
atas alat angkut dengan menggunakan alat muat seperti loader.
3. Pengangkutan, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk mengangkat bahan galian dari
front penambangan ke tempat penampungan (stockpile) atau lokasi pengolahan.
2.7.6 Pengolahan
Pengolahan adalah suatu pekerjaan untuk meningkatkan mutu bahan galian
sesuai permintaan konsumen. Proses pengolahan dapat dilakukan dengan proses
kering (tanpa menggunakan air) ataupun proses basah, yaitu menggunakan air
sebagai media pemisah. Dari proses konsentrasi (pemisahan) akan didapatkan
bahan galian yang berharga disebut konsentrat dan bahan galian yang tidak
berharga disebut tailing yang tahapannya meliputi pengecilan ukuran,
pengayakan, pemisahan.
Keuntungan lain dari kegiatan ini adalah mengurangi jumlah volume dan
beratnya, volume dan beratnya yang dimaksud adalah pengotor atau mineral
ikutan yang melekat pada batubara sehingga dapat mengurangi ongkos
pengangkutan dan meningkatkan harga jualnya.Pengolahan batubara yang ada di
PT Bukit Asam, Tbk. meliputi : PLTU, Briket,Blending, Crusher, Pencairan
Batubara (Kokas) dan lainnya.

II-21
2.7.7 Pemasaran
Kegiatan untuk memperdagangkan atau menjual hasil-hasil penambangan.
Tujuan pemasaran digunakan untuk pembangkit listrik, juga digunakan untuk
produk semen serta industri umum lainnya. Sebagian besar penjualan domestik
adalah dalam rangka memenuhi Domestic Market Obligation (DMO), melalui
kontrak jangka panjang untuk memasok ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) yaitu PLTU Suralaya, PLTU Bukit Asam, PLTU Tarahan dan PLTU
Percepatan 10.000 MW. Sementara itu, negara tujuan ekspor Perseroan masih
difokuskan pada negara-negara di kawasan Asia Pasifik seperti India, Taiwan,
Malaysia, Tiongkok, Jepang, Sri Lanka, Korea, Kamboja, dan Vietnam.
Jika bahan galian sudah selesai diolah, maka dipasarkan ke tempat
konsumen. Antara perusahaan pertambangan dan konsumen terjalin ikatan jual
beli kontrak jangka panjang, danspot ataupun penjual sesaat (PT Bukit Asam,
Tbk. 2019)
2.7.8 Pasca Tambang
PT Bukit Tbk. Asam berkomitmen untuk mengembangkan areal yang
sudah selesai ditambang untuk dikelola secara bertanggung jawab, melalui
kegiatan reklamasi, revegetasi dan pasca tambang.Perseroan melakukan amanat
ini sesuai dengan peraturan perundangan dan mengikutsertakan pemangku
kepentingan dalam pelaksanaannya.Tujuan pasca tambang adalah menciptakan
manfaat dari lahan bekas tambang untuk berbagai tujuan bagi pemangku
kepentingan Perseroan.
Menurut PT Bukit Asam, Tbk, 2019, Hutan Raya Enim (Tahura Enim)
adalah salah satu rencana bentuk pemanfaatan lahan bekas tambang selain untuk
hutan tanaman. Tahura Enim dibangun di atas lahan seluas 5.640 ha di lokasi
pasca tambang IUP Air Laya dan IUP Banko Barat, terdiri dari tiga blok
pengembangan, yaitu blok perlindungan (696 ha), blok koleksi tanaman (2.508
ha), dan blok pemanfaatan (2.346 ha). Tahura Enim dirancang untuk pemanfaatan
yang dilakukan dalam 12 zona, yaitu:
1. Zona penerima / rekreasi,
2. Zona sarana prasarana,

II-22
3. Zona hutan tanaman,
4. Zona kebun koleksi,
5. Zona kebun buah,
6. Zona peternakan,
7. Zona wisata air,
8. Zona penelitian produktif,
9. Zona pertanian / agroforestri,
10. Zona perikanan,
11. Zona bumi perkemahan, dan
12. Zona satwa.
Kegiatan yang telah dilakukan dalam pembangunan Tahura Enim, Perseroan telah
melaksanakan:
1. Pada blok pemanfaatan, hasil reklamasi kayu putih: penyulingan tanaman kayu
putih menjadi minyak kayu putih.
2. Zona penerima: pemanfaatan sarana olah raga oleh masyarakat sekitar (GOR,
Bowling, Golf, Futsal).
3. Pengembangan bibit tanaman melalui pembibitan yang diambil dari bank benih
pada lokasi Endikat dan Bukit Tapuan.
4. Pemanfaatan lahan untuk penanaman Padi Sri sebagai kegiatan Ketahanan Pangan

II-23
Penyelidikan Umum
1. luas 66.414 hektar, 2. IUP eksplorasi 5.640 hektar

Eksplorasi
1. 1.Sumberdaya batubara 292 juta ton, 2. Cadangan sebesar 109 juta ton
2. 3. Lapisan Petai, Lapisan Suban, Lapisan Mangus dan tujuh lapisan gantung (hanging
seam), 4. Kualitas antrasit, sub-bituminus, bituminus

Studi Kelayakan
1.Izin usaha pertambangan (IUP) operasi dan produksi seluas 3.145 hektar, 2. Stripping
Ratio (SR) sebesar 4,16, 3. AMDAL dengan SK Amdal Pengembangan UPT Keputusan
Gubernur Sumatera Selatan No. 574/KPTS/Bapedalda/2004 Tanggal 30 Oktober 2004

Menguntungkan atau
Menguntungka Tidak Arsip
Tidak menguntungkan
n

Development
1. Kantor Tambang, 2.Workshop atau Bengkel Utama, 3. Pembuatan jalan tambang,
4. Pembuatan jenjang untuk produksi, 5. Masjid,6. lapangan olahraga, 7. Taman, 8.
Perumahan .

Eksploitasi
1.Land clearing, 2.Pengupasan Top Soil, 3. Pengupasan OB, 4. Pengangkutan OB, 5.
Pengupasan Batubara,6. Pengangkutan Batubara.

Pengolahan
1.PLTU, 2. Briket, 3.Blending, 4.Crusher, 5.Pencairan Batubara (kokas)

Pemasaran
1.Penjualan Domestik : Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yaitu PLTU Suralaya,
PLTU BukitAsam, PLTU Tarahan dan PLTU Percepatan 10.000 MW , 2.Penjualan Ekspor
: negara-negara di kawasan Asia Pasifik seperti India, Taiwan, Malaysia, Tiongkok, Jepang,
Sri Lanka, Korea,Kamboja, dan Vietnam.

PascaTambang
1. 1.Penyulingan tanaman kayu putih menjadi minyak kayu putih. 2. pemanfaatan sarana olah
raga oleh masyarakat sekitar (GOR, Bowling, Golf, Futsal). 3. Pengembangan bibit
tanaman melalui pembibitan yang diambil dari bank benih pada lokasi Endikat dan Bukit
Tapuan.4. Pemanfaatan lahan untuk penanaman Padi Sri sebagai kegiatan Ketahanan
Pangan.
Sumber: PT Bukit Asam,Tbk. 2019
2. Gambar 2.7.Flowchart Aktivitas Tahapan Kegiatan Pertambangan

II-24

Anda mungkin juga menyukai