RETNO AYU W
NIM : 32318425
ABSTRAK
Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki sistem politik yang berbentuk
demokrasi. Dimana sistem politik demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang
setiap warga negaranya memiliki hak yang setara dalam pengambilan suatu keputusan
yang akan memberikan efek dalam kehidupan mereka. Demokrasi juga bisa diartikan
sebagai bentuk kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, atau secara singkat yaitu
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Tetapi faktanya di era dewasa
ini, pengambilan keputusan lebih cenderung di latar belakangi oleh adanya
pemerintahan dan pihak-pihak yang bersifat otoriter dan timocracy. Terutama
PILPRES di tahun 2019 ini dimana terdapat banyak pihak yang bersifat demikian
sehingga menimbulkan gerakan #2019GantiPresiden. Gerakan ini secara tidak
langsung menimbulkan SARA dan memecah belah persatuan warga Indonesia.
Dalam sebuah acara di televisi, politikus PKS itu sengaja mengenakan gelang
berlogo #2019GantiPresiden. Beberapa hari kemudian gerakan ini resmi
dideklarasikan tak cuma dalam bentuk tulisan, gerakan ini secara kreatif juga
membuat lagu dengan tema yang sama.
Permasalahan sosial (kesenjangan sosial seperti yang kaya semakin kaya dan
yang miskin semakin miskin, banyak munculnya SARA).
Selain beberapa alasan tersebut, mari kita meninjau pemerintahan yang dilakukan
oleh Presiden Jokowi di Periode ini. Apakah sudah sesuai dengan sistem politik di
Indonesia? Indonesia merupakan negara dengan sistem politik berbentuk demokrasi.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dari masa ke masa tidaklah sama, mengingat
undang-undang dasar yang berlaku pun berganti-ganti. Pergantian undang-undang
dasar menyebabkan pergantian sistem pemerintahan. Indonesia telah menganut sistem
demokrasi sejak merdeka sampai saat ini. Dimulai dari demokrasi terpimpin pada
masa jabatan Soekarno, demokrasi pancasila yang digunakan Soeharto selama
puluhan tahun menjabat menjadi presiden, hingga demokrasi sesungguhnya yang
mulai berjalan setelah masa jabatan Soeharto berakhir pada tahun 1998 yang ditandai
oleh adanya pemilu daerah maupun presiden yang dapat diikuti oleh rakyat secara
serentak dan adil.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada masa orde baru dan masa reformasi
mengklaim memakai sistem demokrasi pancasila. Demokrasi pancasila bukanlah
demokrasi yang berdasarkan kekuasaan mayoritas. Dalam demokrasi pancasila, tidak
ada satu pun golongan yang boleh semaunya mempertahankan atau memaksakan
pendiriannya sendiri. Demokrasi pancasila berbeda dengan demokrasi liberal yang
mengutamakan suara mayoritas dalam mengambil suatu keputusan ataupun demokrasi
terpimpin yang mengutamakan pemimpin dalam mengambil keputusan.
Perjalanan demokrasi di Indonesia yang begitu panjang tentu mengalami banyak
cobaan. Namun kegigihan bangsa mampu melewati masalah-masalah demokrasi yang
ada. Tak salah jika salah satu lembaga penelitian di Amerika bernama Freedom House
mengumumkan bahwa Indonesia merupakan negara berkembang paling sukses dalam
menjalankan sistem demokrasi.
Tetapi ketika Presiden Jokowi memasuki akhir dari masa jabatan pertamanya,
sangat tepat untuk merefleksikan lebih jauh tentang dampak pendekatan kepresidenan
ini terhadap demokrasi Indonesia. Pendekatan serampangan Presiden Jokowi untuk
menghadapi tantangan politik “yang mungkin terinspirasi oleh prospek kampanye
sektarian bergaya Pemilihan Gubernur Jakarta pada Pilpres 2019” telah menciptakan
beberapa presiden yang sangat berbahaya bagi demokrasi Indonesia.
Pada tahun 2018, terlihat semakin banyak bukti dari pemerintahan Presiden
Jokowi mengambil tindakan yang cenderung otoriter dan timocracy. Seperti yang
pada tahun-tahun sebelumnya beliau kurang perduli dengan PNS, tetapi mendekati
PILPRES 2019 beliau mulai perduli terhadap PNS dengan cara mencairkan dana Gaji
ke-14 dan membuka lowongan PNS secara besar-besaran. Proses ini digunakan dalam
upaya konsisten untuk memperoleh manfaat partisan yang sempit dari
instrumentalisasi politik lembaga-lembaga utama negara.
Selain itu, kebijakan-kebijakan ini harus dipahami sebagai bagian dari upaya
yang disengaja dan semakin sistematis untuk menghambat dan melemahkan oposisi
yang sah dan esensial bagi rezim demokratis.
Banyak justifikasi hukum telah diatur untuk mendukung tindakan keras tersebut.
Pada bulan Maret, polisi mengumumkan bahwa mereka sedang menyelidiki penyanyi
yang beralih menjadi aktivis Neno Warisman, dengan kecurigaan bahwa pembuatan
grup WhatsApp menggunakan tagar #2019GantiPresiden dapat melanggar
Undang-undang Transaksi Elektronik (UU ITE), atau bahkan merupakan makar.
Sulit untuk membingkai Pilpres 2019 dengan istilah yang sama. Yang pasti,
Prabowo memberikan setiap indikasi pada tahun 2014 bahwa ia berniat secara sengaja
dan gigih memutar balik demokrasi Indonesia; jika dibandingkan, konsesi Presiden
Jokowi untuk otoritarianisme dan timocracy telah meningkat dan
serampangan—seperti yang dikatakan Eve Warburton tentang kepresidenan Jokowi
secara lebih luas, pemerintahan yang telah “ditentukan oleh ad hocery” (penggunaan
kebijakan ad hoc atau improvisasi).
Tentu saja, semakin strategi-strategi ini dinormalkan, semakin siap mereka akan
gaya kepresidenan Prabowo yang menyimpan kebencian ideologis terhadap
demokrasi. Tentu saja, pendukung Prabowo menanggapi tuduhan tentang tujuan
otoriter dan timocracy pemimpin mereka dengan menunjuk pada regresi demokratis
yang diawasi oleh Jokowi.
Seperti pada tahun 2014, kita akan memiliki satu kandidat yang menata dirinya
sebagai sangat nasionalistis; anti-sayap-kiri; pro-militer; dan terbuka untuk
perambahan lebih lanjut terhadap agenda-agenda Islam konservatif ke dalam arena
politik nasional. Catatannya tentang pelestarian hak asasi manusia, perhatiannya
terhadap prinsip-prinsip inti demokrasi, komitmennya pada pemerintahan yang
transparan dan akuntabel, dan dukungannya untuk agenda antikorupsi, membuat
semuanya sangat meragukan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.matamatapolitik.com/analisis-mengungkap-otoritarianisme-pemerintahan
-jokowi/
https://www.kompasiana.com/josephineirene/59f348a5b3f5callad025003/demokrasi-d
i-indonesia-dulu-hingga-kini?page=all
https://www.alinea.id/nasional/indo-barometer-janji-politik-jokowi-sudahkah-terealisa
si-blUzo9b8
https://nasional.kompas.com/read/2018/08/28/08065821/pro-kontra-gerakan-2019gant
ipresiden-dan-bagaimana-menyikapinya
https://nasional.tempo.co/read/1080288/alasan-masyarakat-ingin-jokowi-diganti-medi
an-faktor-ekonomi
https://citrahttps://nasional.tempo.co/read/1080288/alasan-masyarakat-ingin-jokowi-d
iganti-median-faktor-ekonomiindonesia.com/ini-positif-dan-negatif-pemerintahan-jok
owi/