Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.

)
5(1) – November 2017: 34-40 (ISSN : 2303-2162)

Diversitas Gastropoda pada Akar Mangrove di Pulau Sirandah,


Padang, Sumatera Barat

Diversity of Gastropods on Mangrove Roots in Sirandah Island,


Padang, West Sumatra

Hirzan Riyandi1, Indra Junaidi Zakaria1*, Izmiarti1


1)LaboratoriumEkologi Hewan, Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas, Kampus Unand Limau
Manis Padang – 25163
*Koresponden : indrajunaidi@fmipa.unand.ac.id

Abstract

Currently, there are a lot of activities in Sirandah Island, such as tourism activities and
deforestation to support the activities. Mangrove forest distruction makes a useable area might
have negative effect to mangrove ecosystem itself or mollusc community. This research was
conducted on mangrove roots area from February until October 2016. The aim of this research
is to know the diversity of Gastropods on the roots of the mangrove. This research was
conducted using survey method and purposive sampling method to collecting data. We recorded
8 genera of Gastropods belong to 8 families, named Cerithium, Conus, Ellobium, Littorina,
Melongena, Nerita, Cymatium and Turbo. The highest abundance was found in the genus of
Littorina with 59.33 individuals/tree. Based on location, abundance ranged from 4.33-60.33
individuals/tree with the highest abundance on mangrove roots of Barringtonia asiatica.
Diversity indices of Gastropods on mangrove roots in Sirandah Island ranged from 0.77 to 1.42
which is relative low range.

Key words : diversity, gastropods, mangrove, mangrove roots

Pendahuluan
Ekositem mangrove merupakan tipe khas bagian barat sumatera khususnya Kota
vegetasi daratan pesisir, memiliki ekosistem Padang yang memiliki luas areal mangrove
yang kompleks dan berfungsi sebagai zona sekitar 1.250.16 ha (Bapedalda Provinsi
penyangga bagi stabilitas ekosistem daerah Sumatera Barat, 2011). Di wilayah pesisir
vital lainnya di wilayah pesisir. Dikatakan Kota Padang terdapat beberapa pulau-pulau
sebagai ekosistem yang kompleks karena kecil yang memiliki ekosistem mangrove,
merupakan pertemuan antara ekosistem laut salah satunya adalah Pulau Sirandah.
dan ekosistem daratan serta berperan Di dalam hutan mangrove hidup
penting sebagai tempat bermukimnya berbagai jenis hewan dan tumbuhan mulai
berbagai flora dan fauna (Kamal dkk., dari mikrobia, protozoa hingga yang
2005). Hutan mangrove memiliki kontribusi berukuran besar seperti gastropoda.
yang besar terhadap detritus organik yang Gastropoda berasosiasi dengan ekosistem
sangat penting sebagai sumber energi bagi mangrove sebagai tempat hidup, tempat
biota yang hidup disekitarnya (Suwondo berlindung, memijah dan juga sebagai
dkk., 2005). suplai makanan yang menunjang
Indonesia memiliki luas hutan pertumbuhan mereka. Gastropoda
mangrove terbesar di Asia Tenggara (75%), ditemukan hidup pada daun, batang,
namun akibat beberapa faktor, kondisi luas ranting, akar dan lantai hutan mangrove.
hutan mangrove mengalami penurunan Penelitian mengenai diversitas
(Giesen et al., 2007). Umumnya mangrove gastropoda di Sumatera sudah banyak
dapat dijumpai disetiap kepulauan dilakukan, diantaranya Dewiyanti (2004)
Indonesia, salah satunya wilayah pesisir melaporkan 11 famili dengan 22 spesies
35
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
5(1) – November 2017: 34-40 (ISSN : 2303-2162)

gastropoda ditemukan di area mangrove kelestarian serta keanekaragaman


Ulee-Lheue, Banda Aceh. Dewiyanti and gastropoda dalam kegiatan pariwisata di
Karina (2012) melaporkan 14 spesies Kota Padang, Sumatera Barat. Berdasarkan
gastropoda ditemukan di area rehabilitasi masalah diatas telah dilakukan penelitian
ekosistem mangrove di Aceh Besar dan dengan tujuan untuk mengetahui diversitas
Banda Aceh, Indonesia. Kemudian Hartoni gastropoda pada akar pohon mangrove di
dan Agussalim (2013) melaporkan 17 Pulau Sirandah, Kota Padang, Sumatera
spesies gastropoda ditemukan di ekosistem Barat yang meliputi komposisi,
mangrove Muara Sungai Musi Kabupaten kelimpahan, keanekaragaman,
Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. keseragaman, dan dominansinya.
Penelitian mengenai diversitas gastropoda
pada akar mangrove di Pulau Sirandah, Metode Penelitian
Padang, Sumatera Barat belum ada Penelitian ini dilakukan dari Februari-
dilakukan. Oktober 2016 di Pulau Sirandah, Kota
Saat ini terdapat banyak aktivitas Padang, Sumatera Barat dan Laboratorium
yang dilakukan di Pulau Sirandah seperti Ekologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas
kegiatan pariwisata dan pembukaan lahan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
untuk menunjang kegiatan wisata. Universitas Andalas, Padang. Metode
Perubahan kawasan hutan mangrove penelitian menggunakan metode survey,
menjadi areal untuk kepentingan lain dan teknik pengambilan sampel
menimbulkan dampak negatif bagi menggunakan metode purposive sampling
ekosistem mangrove dan komunitas pada akar mangrove.
moluska. Menurut Alongi (2002),
pembukaan lahan mangrove dapat Deskripsi Lokasi Penelitian
mengakibatkan berkurangnya Secara geografis lokasi penelitian terletak
keanekaragaman fauna di ekosistem pada S 01007’18,1” E 100020”24,2” dengan
tersebut dan mempengaruhi keberadaan jarak sekitar 5 km dari daratan (Gambar 1).
fauna yang mungkin tergolong endemik. Terdapat empat zonasi pada pulau ini yaitu
Oleh Karena itu, informasi mengenai zonasi laut, zonasi pantai, zonasi pasir, dan
diversitas gastropoda sangat penting untuk zonasi hutan.
stategi konservasi dan pengelolaan

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Google earth, 2016)


Berdasarkan hasil survei lapangan berada pada daerah pasang-surut,
mengenai kondisi lokasi, ditemukan diantaranya Barringtonia asiatica, Hibiscus
beberapa jenis pohon mangrove yang tiliaceus, Pongamia pinnata. Lokasi akar
36
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
5(1) – November 2017: 34-40 (ISSN : 2303-2162)

pohon Hibiscus tiliaceus berada pada Di Laboratoium


daerah pinggir bagian dalam yang
Hasil pengamatan langsung yang dilakukan
berdekatan dengan tumbuhan ekoton, dan
di lapangan dilanjutkan dengan
akar pohon Pongamia pinnata serta
pengindentifikasian sampai tingkat genus
Barringtonia asiatica berada pada daerah
dengan menggunakan beberapa buku
pinggir bagian luar dekat tepi pantai,
panduan identifikasi, diantaranya yaitu: The
sehingga bagian akar pohon ketiga jenis
living marine resources of the Western
mangrove ini terkena aktivitas pasang-
Central Pacific : Volume 1. Seaweeds,
surut.
corals, bivalves and gastropods (Carpenter
Cara kerja and Niem, 1998) dan Mollusca of The Indo-
Di lapangan australia Archipelago: Critical Revision of
Javanese Freshwater Gastropoda (Jutting,
Pada lokasi penelitian ditetapkan
1956). Kemudian dilakukan analisis data.
tiga jenis tumbuhan mangrove yang berada
pada daerah pasang surut air laut. Masing- Analisa data
masing jenis mangrove diamati tiga jenis
Data yang didapatkan kemudian
pohon mangrove untuk mempermudah
diolah untuk mendapatkan komposisi,
pengamatan gastropoda yang ada pada
kelimpahan per pohon (Brower and Zar,
perakaran mangrove. Semua jenis
1977). Kemudian dihitung indeks
gastropoda yang diamati adalah yang
keanekaragaman, keseragaman, dan
berasosiasi dengan akar mangrove dari
dominansi jenis gastropoda yang ditemukan
batas pasang terendah sampai batas pasang
pada masing-masing jenis mangrove
tertinggi. Sampel yang dikoleksi
tersebut (Odum, 1998).
dimasukkan kedalam botol sampel yang
telah diberi alkohol 70% dan diberi label Hasil dan Pembahasan
data lokasi, waktu, dan tanggal
pengkoleksian. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang diukur Faktor lingkungan memiliki peranan
yaitu salinitas, substrat, suhu dan penting bagi kehidupan makhluk hidup
kelembaban. Pengukuran salinitas dalam proses perkembangannya termasuk
menggunakan handrefractosalinometer, gastropoda, oleh karena itu faktor
Kemudian kelembaban diukur dengan lingkungan dianggap perlu untuk diukur
menggunakan alat thermohygrometer dalam penelitian ini. Adapun parameter
dengan meletakkan alat tersebut di sekitar yang diukur saat pengambilan sampel yaitu
titik pengamatan. meliputi suhu, kelembaban, salinitas dan
tipe substrat (Tabel 1).
Tabel 1. Kisaran hasil pengukuran parameter lingkungan
Faktor Lingkungan
Jenis Pohon
Suhu udara (°C) Kelembaban Udara (%) Tipe Substrat Salinitas (‰)
Hibiscus tiliaceus 30-35 44-66 Berpasir 30-31
Pongamia pinnata 31 58-69 Berpasir 30
Barringtonia asiatica 29-31 60-69 Berpasir 29-30

Komposisi dan Kelimpahan Genus


Sebanyak 8 genera yang termasuk famili penelitian ini (Tabel 2). Gastropoda yang
Cerithidae (1 genus), Conidae (1 genus), ditemukan pada lokasi penelitian pada
Ellobidae (1 genus), Littorinidae (1 genus), umumnya hidup di permukaan substrat,
Melonginidae (1 genus), Neritidae (1 melekat pada batu-batu dibawah pohon,
genus), Ranellidae (1 genus) dan akar dan batang pohon mangrove. Jenis
Turbinidae (1 genus) ditemukan pada yang paling umum ditemukan pada setiap
37
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
5(1) – November 2017: 34-40 (ISSN : 2303-2162)

lokasi akar mangrove adalah dari genus kelimpahan berkisar antara 4,33-60,33
Littorina dengan kelimpahan total 59,33 individu/pohon dengan lokasi tertinggi pada
individu/pohon. Berdasarkan lokasi akar mangrove Barringtonia asiatica.

Tabel 2. Kelimpahan (individu/pohon) Gastropoda pada lokasi penelitian


Lokasi Pengamatan
Famili Genus akar mangrove akar mangrove akar mangrove Total
Hibiscus tiliaceus Pongamia pinnata Barringtonia asiatica
Cerithidae Cerithium - - 2,67 2,67
Conidae Conus - - 1,33 1,33
Ellobidae Ellobium - - 4,00 4,00
Littorinidae Littorina 20,00 3,00 36,33 59,33
Melongenidae Melongena - - 1,33 1,33
Neritidae Nerita - 1,33 13,00 14,33
Ranneldiae Cymatium 2,00 - - 2,00
Turbinidae Turbo - - 1,67 1,67
Total Individu per pohon 22,00 4,33 60,33 86,67
Jumlah Genus 2 2 7 8
Menurut Frith (1977), beberapa
Dari ketiga jenis pohon mangrove
gastropoda yang dominan terdapat pada
ini, genus Littorina dan Nerita selalu
ekosistem mangrove terdiri dari famili
ditemukan pada setiap lokasi pengamatan.
Littorinidae (seperti Littorina scabra),
Hal ini diduga karena genus ini merupakan
Potamididae, Muricidae, Cerithidae dan
gastropoda fakultatif yang menjadikan
Ellobidae. Keberadaan jenis gastropoda
hutan mangrove sebagai salah satu
tersebut tergantung pada kemampuannya
habitatnya. Hal ini sesuai dengan
dalam menyesuaikan diri atau memiliki
pengamatan Tapilatu dan Pelasula (2012),
toleransi lingkungan yang luas, seperti
yang melaporkan bahwa Littorina scabra
lahan kering (Littorina, Brachiodontes, dan
dan Nerita oualaniens merupakan
Crassostrea), dan tahan terendam air
kelompok gastropoda dengan kepadatan
(Cerithidea).
tertinggi pada vegetasi mangrove di Teluk
Genus Cerithidea dan Conus hanya
Ambon Bagian Dalam. Menurut Reid
ditemukan pada pohon mangrove
(1984), Littorina scabra hidup
Barringtonia asiatica dan jumlahnya
berkelompok yang menempel pada akar
sedikit. Menurut Reid (2004), anggota dari
atau batang pohon mangrove.
genus Cerithidea termasuk ke dalam
Banyaknya jumlah individu dari
kelompok siput hutan mangrove, rawa dan
Littorina yang ditemukan pada setiap lokasi
payau di daerah Indo-Pasifik Barat, di
pengamatan diduga dikarenakan hewan ini
daerah laut dan kondisi payau. Siput ini
termasuk kedalam jenis-jenis gastropoda
memiliki sifat yang khas yaitu beristirahat
fakultatif yang memiliki hubungan erat
di batang pohon mangrove dan turun
dengan tumbuhan mangrove, mengingat
menuju substrat ketika terjadi pasang surut
makanannya yang berupa alga yang
untuk mencari makan. Pada kebanyakan
diperoleh dari bagian tumbuhan mangrove.
habitat mangrove siput ini dibawah
Selain itu, Littorina scabra memiliki
ancaman dan beberapa jenis Cerithidea
toleransi yang tinggi terhadap kondisi
dipertimbangkan menjadi terancam punah.
tergenang maupun kering (Sasekumar,
1974; Budiman, 1991; Blanco and Cantera, Indeks Keanekaragaman, Keseragaman
1999). Penelitian Tis’in (2008), dan Dominansi
menunjukkan bahwa kepadatan gastropoda
Keanekaragaman dicirikan dengan
Littorina neritoides tinggi pada lingkungan
tingkat keanekaragaman (H’), keseragaman
dengan DO, dan salinitas yang tinggi,
(E), dan dominansi (C) dari suatu
kerapatan yang tinggi serta substrat
organisme. Selain mempunyai peran untuk
berpasir.
38
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
5(1) – November 2017: 34-40 (ISSN : 2303-2162)

menunjukkan kekayaan jenis dalam suatu berada pada suatu komunitas dan
komunitas, nilai-nilai tersebut dapat kelimpahan dari masing-masing jenis
memperlihatkan keseimbangan dalam tersebut. Pada hasil penelitian ini, setiap
pembagian individu tiap jenis (Odum, jenis pohon mangrove memiliki indeks
1998). Keanekaragaman berkaitan dengan keanekaragaman yang berbeda-beda seperti
dua hal utama, yaitu banyaknya jenis yang yang ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Indeks Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E), dan Dominansi (C) fauna pada akar
mangrove di Pulau Sirandah
Berdasarkan Gambar 2, nilai indeks populasinya tergolong kemerataan sedang
keanekaragaman (H’) gastropoda yang dan namun labil. Nilai indeks
diperoleh pada masing-masing jenis pohon keseragamanan dapat menunjukkan ada
mangrove berkisar antara 0,77–1,42. Pada atau tidaknya dominansi suatu jenis pada
lokasi pohon Barringtonia asiatica suatu lokasi, sedangkan nilai indeks
memiliki nilai indeks keanekaragaman dominansi pengamatan berkisar antara
tertinggi dengan nilai 1,42, sedangkan yang 0,35-0,62. Indeks dominansi yang
terendah adalah pada lokasi pohon Hibiscus mendekati nol berarti bahwa hampir tidak
tiliaceus dengan nilai 0,77. Hal ini ada genus yang mendominasi genus lainnya
menunjukkan bahwa setiap lokasi memiliki walaupun beberapa spesies ditemukan
nilai keanekaragaman yang berbeda-beda, dalam jumlah yang banyak (Magurran,
namun secara umum masuk kedalam 2004). Sehingga dapat dikatakan struktur
kategori rendah kecuali pada lokasi akar komunitas dalam keadaan labil, dan tidak
pohon Barringtonia asiatica yang termasuk terjadi tekanan ekologis yang berlebihan
kedalam kategori sedang (Odum, 1998). terhadap biota dalam ekosistem tersebut.
Menurut Brower and Zarr (1977), faktor Littorina ditemukan dalam jumlah
yang menentukan rendah tingginya nilai besar, karena memiliki adapatasi yang baik
indeks keanekaragaman bukan hanya terhadap lingkungan, tetapi bukan
jumlah jenisnya saja melainkan juga merupakan jenis yang dominan. Magurran
ditentukan oleh kemerataan penyebaran (2004) menjelaskan bahwa jenis dengan
populasi, yang dapat dilihat dari nilai jumlah tertinggi tidak berarti merupakan
indeks keseragamannya. jenis yang dominan. Tinggi dominansi satu
Tingkat keanekaragaman jenis mungkin mengindikasikan lingkungan
gastropoda pada penelitian ini berhubungan stres sementara keragaman yang lebih
dengan indeks keseragaman dan indeks tinggi menunjukkan kondisi yang stabil dari
dominansinya. Secara keseluruhan nilai ekosistem (Machintosh et al., 2002).
indeks keseragaman gastropoda pada akar
mangrove di Pulau Sirandah berkisar 0,53- Kesimpulan
0,68. Hasil tersebut menunjukkan Gastropoda yang ditemukan pada akar
komunitas gastropoda pada lokasi tersebut mangrove di Pulau Sirandah sebanyak 8
39
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
5(1) – November 2017: 34-40 (ISSN : 2303-2162)

famili yang terdiri dari 8 genera, yaitu Indeks keanekaragaman Gastropoda pada
Cerithium, Conus, Ellobium, Littorina, akar mangrove di Pulau Sirandah berkisar
Melongena, Nerita, Cymatium dan Turbo. antara 0,77 sampai 1,42.
Kelimpahan total tertinggi didapatkan pada
genus Littorina dengan 59,33 Ucapan Terima Kasih
individu/pohon pada lokasi akar mangrove Ucapan terima kasih ditujukan kepada Ibu
Barringtonia asiatica. Berdasarkan lokasi Nofrita, M.Si, Bapak Dr. Jabang Nurdin
akar mangrove yang diamati, kelimpahan dan Dr. Rizaldi yang telah memberi saran
berkisar antara 4,33-60,33 individu/pohon. dan masukan dalam penelitian ini.
NAD. Skripsi. Bogor. Institut
Daftar Pustaka
Pertanian Bogor.
Bapedalda Provinsi Sumatera Barat. 2011.
Status Lingkungan Hidup Daerah Dewiyanti, I., and S. Karina, 2012.
Provinsi Sumatera Barat 2011. Diversity of Gastropods and Bivalves
Bapedalda Provinsi Sumatera in mangrove ecosystem
Barat. Padang. rehabilitation areas in Aceh Besar
and Banda Aceh districts, Indonesia.
Alongi, D.M. 2002. Present state and future Aquaculture, Aquarium,
of the new world’s mangrove Conservation & Legislation 5(2):55-
forests. Environmental 59.
Conservation 29 (3): 331-349.
Frith, D.W. 1977. A premiliary list of
Blanco, J.F. and J.R. Cantera. 1999. The macrofauna from a mangrove forest
vertical distribution of mangrove and adjacent biotipes at Surin
Gastropods and environmental Island, Western Peninsular
factors relative to tide level at Thailand. Pukhet Marine Biology
Buena Ventura Bay, Pacific Coast Centre Research Bulletin. 17:1-14.
of Colombia. Bulletin of Marine
Science 65 (3) : 617-630. Giesen, W., S.Wulffraat, M.Zieren and
L.Scholten. 2007. Mangrove
Budiman, A. 1991. Penelaahan beberapa Guidebook for Southeast Asia.
gatra ekologi moluska bakau Thailand. Dharmasarn Co., Ltd.
Indonesia. Disertasi. Jakarta. FAO and Wetlands International.
Universitas Indonesia.
Hartoni dan Agussalim. 2013. Komposisi
Brower, J.E. and J.H. Zar. 1977. Field and dan Kelimpahan Moluska
Laboratory Methods for Genusl (Gastropoda dan Bivalvia) di
Ecology. 2nd edition. Dubuque, IA. Ekosistem Mangrove Muara Sungai
Wm.C. Brown Publishers. Musi Kabupaten Banyuasin
Provinsi Sumatera Selatan. Maspari
Carpenter, K.E. and Niem, V.H. 1998. The Journal 5(1), 6-15.
living marine resources of the
Western Central Pacific Volume 1 : Jutting, B.W.S.S. 1956. Systematic Studies
Seaweeds, corals, bivalves and on non-marine Mollusca of The
gastropods. FAO Species Indo-australia Archipelago: Critical
Identification Guide for Fishery Revision of Javanese Freshwater
purposes. Rome. Gastropoda. Treubia. 23 : 259-267.
Dewiyanti, I. 2004. Struktur Komunitas Kamal, E., L. Hermalena, R. Tamin dan
Moluska (Gastropodan dan M.L. Suardi. 2005. Mangrove
Bivalvia) Serta Asosiasinya Pada Sumatera Barat. Pusat Kajian
Ekosistem Mangrove di Kawasan Mangrove dan Kawasan Pesisir.
Pantai Ulee-Lheue, Banda Aceh, Padang. Universitas Bung Hatta.
40
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
5(1) – November 2017: 34-40 (ISSN : 2303-2162)

Macintosh, D.J., E.C. Ashton, and S. Pacific Region. Zootaxa 3773(1):


Havanon. 2002. Mangrove 001-065.
rehabilitation and ntertidal
biodiversity: a study in the Ranong Sasekumar, A. 1974. Distribution of
mangrove ecosystem, Thailand. macrofauna on a Malayan
Estuarine, Coastal and Shelf mangrove shore. Journal of Animal
Science 55 : 331-345. Ecology 43(1) : 51-69.

Magurran, A,E. 2004. Measuring Biology Suwondo, E. Febrita, dan F. Sumati 2005.
Diversity. UK. Blackwell Science Struktur Komunitas Gastropoda di
Ltd. Hutan Mangrove, Kepulauan
Mentawai, Sumatera Barat. Jurnal
Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi Biogenesis 2 (1) : 25-29.
Edisi Ketiga. Jogjakarta. Gadjah
Mada University Press. Tapilatu, Y. dan D. Pelasula. 2012. Biota
Penempel yang Berasosiasi dengan
Reid, D.G. 1984. The Systematics and Mangrove di Teluk Ambon Bagian
Ecology of the Mangrove-Dwelling Dalam. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Littorina species (Gastropoda: Kelautan Tropis 4(2). 267-279.
Littorinidae) in the Indo-Pacific).
Thesis. Australia. James cook Tis’in, M. 2008. Tipologi Mangrove dan
University of North Queensland. Keterkaitannya dengan populasi
gastropoda Littorina neritoides
Reid, D.G. 2004. The Genus Cerithidea (LINNE, 1758) di Kepulauan
Swainson, 1840 (Gastropoda: Tanakeke, Kabupaten Takalar,
Potamididae) in the Indo-West Sulawesi Selatan. Tesis. Bogor.
Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai