Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KIMIA KLINIK I

SIFAT FISIK DAN KIMIA GETAH LAMBUNG

Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah yang Dibimbing oleh

Chalies Diah Pratiwi, S.ST., M.Kes

Disusun oleh :

1. Dwi Rahajeng Kartikaningtyas (B1R18005)


2. Faridatul Khusnah (B1R18007)
3. Helmi Jibran (B1R18012)
4. Mita Nur Azlina (B1R18017)
5. Rizqi Novanda Ningrum (B1R18025)
6. Wenika Manda Safi’i (B1R18027)

DIPLOMA III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUTAMA ABDI HUSADA
TULUNGAGUNG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga karya tulis yang
berjudul MAKALAH KIMIA KLINIK I SIFAT FISIK DAN KIMIA GETAH
LAMBUNG ini dapat diselesaikan sesuai rencana.
Karya tulis sederhana ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas Mata
Kuliah Kimia Klinik I yang dibimbing oleh Ibu Chalies Diah Pratiwi, S.ST., M.Kes.
Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak.
Tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan karya tulis ini. Penulis menyadari
bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik serta
saran yang membangun dari para pembaca akan penulis terima dengan lapang hati
sehingga bisa menjadi sebuah pelajaran bagi penulis agar kelak penulis dapat
membuat dengan lebih baik lagi.
Semoga karya tulis yang berjudul MAKALAH KIMIA KLINIK I SIFAT
FISIK DAN KIMIA GETAH LAMBUNG memberikan manfaat bagi masyarakat
pada umumnya dan pembaca pada khususnya serta dapat membantu meningkatkan
harkat dan martabat bangsa kita dalam membangun bangsa Indonesia tercinta ini.

Tulungagung, 16 September 2019

Penulis
Jurnal Kesehatan Vol.5 (2) 2016

Hubungan Derajat Keasaman Cairan Lambung dengan Derajat Dispepsia pada Pasien
Dispepsia Fungsional

Emil Prasetyo Muhammad, Arina Widya Murni,


Delmi Sulastri, Saptino Miro

ABSTRAK

Hipersekresi asam lambung dianggap penting sebagai salah satu mekanisme patologis
dispepsia fungsional. Hipersekresi asam lambung dapat meningkatkan sekresi pepsin yang
dapat menimbulkan kerusakan mukosa lambung pada dispepsia fungsional. Tujuan
penelitian ini adalah menentukan hubungan derajat keasaman cairan lambung dengan
derajat dispepsia yang dialami pasien dispepsia fungsional. Penelitian ini merupakan
studianalitik dengan disain cross sectionalyang dilakukan pada 35 sampel pasien dispepsia
fungsional dengan teknik consecutive samplingdi RSUP DR. M.Djamil Padang mulai Juli
sampai Oktober 2014. Analisis data dilakukan secara komputerisasi menggunakan uji chi-
square. Hasil penelitian didapatkan 51.4% pasien dispepsia fungsional memiliki derajat
keasaman cairan lambung hyperacidity, 57.1% menderita dispepsia derajat sedang-berat,
dan menunjukkan hubungan yang cukup kuat dengan tarif signifikansi (p) 0.029 (p < 0.05).
Terdapat hubungan bermakna antara derajat keasaman cairan lambung dengan derajat
dispepsia pada pasien dispepsia fungsional. Peningkatan derajat keasaman cairan lambung
berbanding lurus dengan derajat dispepsia pada pasien dispepsia fungsional.Kata
kunci:keasaman cairan lambung, derajat dispepsia, dispepsia fungsional.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


ABSTRAK ..................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................
1.3 Tujuan ....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1 Pengertian Getah Lambung ...................................................................................
2.2 Cara Memperoleh Getah Lambung .......................................................................
2.3 Sifat Fisik Getah Lambung ....................................................................................
2.4 Sifat Kimia Getah Lambung ..................................................................................
2.5 Pemeriksaan Makroskopis Getah Lambung ..........................................................
2.6 Pemeriksaan Mikroskopis Getah Lambung...........................................................
2.6.1 Pemeriksaan Mikroskopis dengan Nuchter ..................................................
2.6.2 Pemeriksaan Mikroskopis dengan Centrifuge ..............................................
2.7 Pemeriksaan Kimia Getah Lambung (Penentuan HCl bebas) ...............................
2.8 Fungsi Pemeriksaan Getah Lambung ....................................................................
BAB III. PENUTUP ...................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 13
3.2 Saran ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pencernaan dapat dilakukan dengan cara mekanik dan kimiawi.
Proses mekanik adalah proses pengubahan makanan yang berukuran besar
sampai ukurannya lebih kecil. Proses ini dibantu dengan gigi, lambung dan
usus selain itu juga dibantu dengan adanya gerakan peristaltik. Sedangkan
pencernaan kimiawi adalah pengubahan secara kimia dilakukan dengan
bantuan enzim.
Getah lambung adalah cairan yang ada di dalam lambung. Komponen
getah lambung terdari dari air, asam klorida dan enzim. Sekresi dari getah
lambung diatur oleh mekanisme syaraf dan hormonal. Impuls parasimpatis
yang terdapat pada medula dihantarkan melalui syaraf vagus dan merangsang
gastrik glands untuk mensekresikan pepsinogen, asam klorida, mukus, dan
hormon gastrin.
Ada tiga faktor yang merangsang sekresi lambung, yaitu : fase sefalik,
fase gastrik, dan fase intestinal.
Asam lambung mempunyai pH sekitar 1,00 sampai 2,00. Fungsi
utamanya adalah pemecahan molekul protein dengan mengaktivasi pepsin.
Fungsi lainnya adalah kerja pendahuluan terhadap protein sebelum dipecah
pepsin, yaitu berupa denaturasi dan hidrolisis, aktivasi pepsinogen menjadi
pepsin, mempermudah penyerapan Fe, sedikit menghidrolisis suatu
disakarida, merangsang pengeluaran sekretin, suatu hormon yang terdapat
dalam duodenum, dan mencegah terjadinya fermentasi dalam lambung oleh
mikroorganisme.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana pengertian getah lambung?
2) Bagaimana cara memperoleh getah lambung?
3) Bagaimana sifat fisik getah lambung?
4) Bagaimana sifat kimia getah lambung?
5) Bagaimana prosedur pemeriksaan getah lambung?
6) Bagaimana pemeriksaan makroskopis getah lambung?
7) Bagaimana pemeriksaan mikroskopis getah lambung?
8) Bagaimana pemeriksaan kimiawi (penentuan HCl bebas) getah lambung?
9) Bagaimana fungsi dari pemeriksaan Getah Lambung?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian getah lambung
2) Untuk mengetahui cara memperoleh getah lambung
3) Untuk mengetahui sifat fisik getah lambung
4) Untuk mengetahui sifat kimia getah lambung
5) Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan getah lambung
6) Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan makroskopis getah lambung
7) Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan mikroskopis getah lambung
8) Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan kimiawi (penentuan HCl
bebas)
9) Untuk mengetahui fungsi dari pemeriksaan getah lambung
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Getah Lambung

Lambung merupakan organ yang berbentuk kantong seperti huruf


‘J’, dengan volume 1200-1500ml pada saat berdilatasi. Pada bagian
superior, lambung berbatasan dengan bagian distal esofagus, sedangkan
pada bagian inferior berbatasan dengan duodenum. Lambung terletak pada
daerah epigastrium dan meluas ke hipokhondrium kiri. Kecembungan
lambung yang meluas ke gastroesofageal junction disebut kurvatura
mayor. Kelengkungan lambung bagian kanan disebut kurvatura minor,
dengan ukuran ¼ dari panjang kurvatura mayor. Seluruh organ lambung
terdapat di dalam rongga peritoneum dan ditutupi oleh omentum.

Getah Lambung adalah cairan yang terdapat dalam lambung yang


terdiri dari air, asam lambung (HCl), enzim pencernaan (pepsin, lipase,
amilase), garam mineral (NaCl atau sodium chlorida, KCl atau potasium
chlorida, phosphat).

Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung.


Sel-sel yang bertanggung jawab untuk fungsi sekresi, terletak di lapisan
mukosa lambung. Secara umum, mukosa lambung dapat dibagi menjadi
dua bagian terpisah : (1) mukosa oksintik yaitu yang melapisi fundus dan
badan (body), (2) daerah kelenjar pilorik yang melapisi bagian antrum.
Sel-sel kelenjar mukosa terdapat di kantong lambung (gastric pits), yaitu
suatu invaginasi atau kantung pada permukaan luminal lambung. Variasi
sel sekretori yang melapisi invaginasi ini beberapa diantaranya adalah
eksokrin, endokrin, dan parakrin. Semua sekresi eksokrin ini dikeluarkan
ke lumen lambung dan mereka berperan dalam membentuk getah lambung
(gastric juice).

Macam-macam getah lambung :

 Asam chloridan (HCl)


Bersifat bakteriacid ringan yang dihasilkan sel parietal Asam chlorida
juga berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.

 Pepsin
Fungsi : untuk memecah protein menjadi protease

Di dalam pankreas (sebagai proteolitik) :

Pepsin tripsin & chemotripsin asam amino

Pepsin dihasilkan di sel gablet yangn disebut chief cell

 Lipase
Fungsi : memecah lemak menjadi asam lemak dan gliseral

 Mucin
Fungsi : untuk melindungi lambung untuk melindikan makanan

Dihasilkan oleh neck cell yang terdapat di dalam fundus FIE (Faktor
Intrinsik Eritropolitik). Merupakan mikroprotein yang berfungsi untuk
membantu penyerapan vit B12 dalam usus. Makanan yang masuk ke
dalam lambung akan dipecah oleh enzim pepsin menjadi pepton protein,
pepton dan protease akan diurai oleh enzim proteolitik menjadi asam
amino.

Proses pembentukan getah lambung melewati 3 fase :

1) Fase Ghepalli
a. Melihat
b. Mencium – makanan – kortek cerebri nerves vasus sel
c. Merasakan dalam lambung – menghasilkan HCl, pepsin, mucin,
FIE
d. Memikirkan

2) Fase Intestinal
a. Makanan yang sampai di duodenum – selaput lendir duodenum
aktivase humoral merangsang sekresi lambung

3) Fase Gastrin
a. Merangsang sekresi HCl dan pepsin
b. Merangsang sekreasi FIE merangsang sekresi enzym pencernaan
Gastrin suatu zat yg dihasikan oleh kelenjar gastrin oleh karena
adanya pengaruh hormon gastrin.

2.2 Cara Memperoleh Getah Lambung

Sonde Westergreen serupa dengan sonde Lenvine, yaitu pipa karet


yang mudah bengkok, sempit dan mempunyai beberapa lobang dekat
ujungnya. Pada sonde itu terdapat 4 garis yang masing-masing letaknya
45,55,65 dan 75 cm dari ujung (sonde menurut Lenvine mempunyai garis-
garis pada 50,60,70 dan 80 cm ). Sebaliknya memilih sonde yang
ujungnya diberi sepotong logam atau bahan lain yang bersifat radio-opak
agar letaknya ujung itu dapat dikelola dengan fluoroskopi.
Cara :

1. Pasien disuruh duduk, ikatlah serbet pada lehernya dan berilah kaleng
atau penampung lain dalam tangannya. Ia harus tenang, bernafas
melalui mulutnya dengan kepalaya agak menunduk dan lidahnya
sedikit diulurkan.
2. Masukkanlah ujung sonde kedalam mulutnya sampai hampir bersentuh
dengan dinding belakang pharynx.
3. Sekarang seluruh pasien menutup mulutnya dan menelan sonde itu
berkali – kali. Apabila garis gigi seri telah bertepatan antara garis
kedua dan ketiga sonde, ujung sonde itu ada didalam lumen lambung.
Jarak antara gigi seri dan ujung sonde menjadi sekitar 60cm. Setelah
ujung sonde mencapai kedalaman yang dikehendaki, ujung luar sonde
direkatkan kepada pipa dengan sepotong plester.

2.3 Sifat Fisik Getah Lambung

1. Berbentuk cairan asam

2. Bening tidak berwarna

3. pH : 1.2 ± 0.3 (puasa)

1.3± 2.5 (setelah makan)

4. B.J : 1.007

5. Volume : 1500 – 2000 ml/hari

6. Terdapat faktor intrinsik  bila bergabung dengan vitamin B12 untuk


absorpsi vitamin B12. Defisiensi faktor intrinsik dapat menyebabkan def.
vit. B12 sehingga terjadi gangguan maturasi eritrosit.

2.4 Sifat Kimia Getah Lambung

1. Dapat mengasamkan semua makanan

2. Dapat bekerja sebagai antiseptic dan desinfektan

3. Dapat mensekresikan HCl


4. Didalamnya terdapat enzim pencerna, yaitu :

a. Pepsin

Pepsin mengubah protein menjadi pepton

b. Renin

Mengubah protein menjadi kasein (protein susu) dan mengendapkan


kasein susu

c. Lipase

Mengubah lemak menjadiasam lemak

d. Mucin

Melicinkan makanan hingga bisa diteruskan ke usus

e. HCl

Membunuh bakteri atau kuman yang masuk melalui makanan dan


mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin

5. Sekresi getah lambung dapat dihalangi oleh saraf simpatis, seperti


yang terjadi pada gangguan emosi, marah atau takut. Contoh biasanya
orang mual karena takut, dalam hal ini sebenarnya lambung menolak
untuk diisi

2.5 Pemeriksaan Makroskopis Getah Lambung

A. Volume
1. Tujuan : Untuk mengetahui volume getah lambung
2. Prinsip : Volume getah lambung diukur dengan gelas ukur
dan hasil dibaca setinggi miniskus bawah
3. Alat dan Bahan : Sampel getah lambung, gelas ukur
4. Prosedur : Masukkan getah lambung ke dalam gelas ukur
secara perlahan agar tidak berbusa. Baca volume getah lambung
setinggi miniskus bawah
5. Normal : 25-75 ml
B. Warna
1. Tujuan : Untuk mengetahui warna getah lambung
2. Prinsip : Warna urine diuji dengan penebalan 7-10 cm,
dengan cahaya terang dan latar belakang putih pada sikap serong
3. Alat : Tabung reaksi, latar belakang putih
4. Bahan : Sampel getah lambung
5. Prosedur :
a. Masukkan getah lambung ¾ tabung penuh
ke dalam tabung reaksi
b. Miringkan tabung reaksi hingga membentuk
sudut 60 derajat
c. Warna getah lambung diuji pada penebalan
7-10 cm dengan cahaya terang dan latar
belakang putih
6. Nilai normal : Abu-abu mutiara
C. Bau
1. Tujuan : Untuk mengetahui bau getah lambung.
2. Prinsip : Getah lambung dibau dengan panca indera hidung.
3. Alat : Beaker glass.
4. Bahan : Sampel getah lambung
5. Prosedur :
a. Masukkan sampel getah lambung ke dalam
beaker glass.
b. Dekatkan ke hidung dan kibaskan tangan ke
arah hidung.
6. Nilai normal : Agak asam
D. Lendir
1. Tujuan : Untuk mengetahui lendir dalam getah lambung.
2. Prinsip : Adanya lendir dalam getah lambung dibau dapat
terlihat sebagai benang yang memanjang.
3. Alat : Beaker glass.
4. Bahan : Sampel getah lambung.
5. Prosedur : Tuang getah lambung perlahan-lahan dari satu
wadah ke wadah yang lain, amati adanya lendir yang memanjang
dalam getah lambung.
6. Nilai normal : Negatif (-).
E. Sisa Makanan
1. Tujuan : Untuk mengetahui adanya sisa makanan dalam
getah lambung
2. Prinsip : Sisa makanan dapat dilihat dengan mata biasa.
3. Alat : Beaker glass, batang pengaduk
4. Bahan : Sampel getah lambung.
5. Prosedur : Dimasukkan getah lambung ke dalam beaker glass,
diaduk perlahan-lahan dan diamati adanya sisa makanan.
F. Potongan jaringan
1. Tujuan : Untuk mengetahui adanya poyongan jaringan
dalam getah lambung.
2. Prinsip : Potongan jaringan dapat dilihat dengan mata biasa.
3. Alat : Beaker glass, batang pengaduk.
4. Bahan : Sampel getah lambung.
5. Prosedur : Dimasukkan getah lambung ke dalam beaker glass,
diaduk perlahan-lahan dan diamati adanya PUS.
6. Harga normal : Negatif (-)
G. PUS
1. Tujuan : Untuk mengetahui adanya PUS dalam getah
lambung.
2. Prinsip : PUS dapat dilihat dengan mata biasa
3. Alat : Beaker glass, batang pengaduk.
4. Bahan : Sampel getang lambung.
5. Prosedur : Dimasukkan getah lambung ke dalam beaker glass,
diaduk perlahan-lahan dan diamati adanya PUS.
6. Harga normal : Negatif (-)
2.6 Pemeriksaan Mikroskopis Getah Lambung

2.6.1 Pemeriksaan Mikroskopi dengan Nuchter

Caranya :

1. Satu tetes getah lambung diperiksa dalam keadaan natif, yaitu tanpa
diberi apa-apa. Yang diperhatikan ialah adanya eritrosit, leukosit, sel-
sel epitel, sisa-sisa makanan, potongan jaringan, dsb.

2. Setetes lagi dicampur dengan larutan Sudan III dan dipakai untuk
mencari adanya butir-butir lemak.

3. Setetes lain lagi dicampur dengan larutan Lugol dan dipergunakan


untuk mencari adanya butir-butir amilum.

4. Setetes getah lambung yang tidak disaring dipulas secara Gram.


Karena cara memperoleh bahan tidak steril, biasanya dilihat
bermacam-macam bakteri. Diantaranya ada yang bermakna, yaitu :

a. Sarcinae

b. Bacillus Boas-Oppler (L. acidophilus)

2.6.2 Pemeriksaan Mikroskopis dengan Centrifuge

A. Tujuan: Untuk mengetahui adanya unsur-unsur yang terkandung


dalam getah lambung.
B. Prinsip : Getah lambung dicentrifuse lalu sedimennya dibuat
preparat
kemudian diperiksa dengan mikroskop.
C. Alat : Tabung centrifuge, centrifuge, objek glass, cover
glass, mikroskop.
D. Bahan : Sampel getah lambung.
E. Prosedur :
1. Getah lambung dicentrifuge dengan
menggunakan centrifuge dengan kecepatan
1.500 rpm selama 15 menit.
2. Dibuang cairan filtratnya diatasnya sampai sisa
0,3, resuspensikan kembali sedimen tersebut.
3. 1 tetes sedimen getah lambung diletakkan objek
glass, tutup dengan cover glass. Periksa dibawah
mikroskop objektif 10x dan 40x.
4. Unsur-unsur yang mungkin terlihat : Erytrosit,
sel epitel, leukosit, sisa makanan dan potongan
jaringan

2.7 Pemeriksaan Kimiawi (Penentuan HCl bebas)


A. Tujuan : Untuk mengetahui apakah lambung sanggup
mensekresikan asam Hidroclorida.
B. Prinsip : Adanya HCl dalam getah lambung akan bereaksi dengan
indikator MR 1% memberi warna merah.
C. Reagen : Indikator MR 1%.
D. Alat : Pipet tetes, tabung reaksi.
E. Prosedur :
1. 1 ml getah lambung dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Ditambahkan 1 tetes indikator MR 1%.
3. Adanya HCl akan menjadi warna merah.
a. Warna merah : pH < 4
b. Warna kuning : Ph > 4

2.8 Fungsi Pemeriksaan Getah Lambung


1. Untuk mengetahui motilitas lambung
2. Untuk mengetahui sekresi lambung
3. Untuk mencari adanya unsur-unsur abnormal
4. Untuk medical forensik, misal : pada kasus keracunan (untuk obat
otopsi/biopsi)
5. Untuk pemeriksaan sitologi untuk mengetahui adanya sel tumor
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi, dari pemeriksaan Getah Lambung dapat disimpulkan bahwa
cairan yang diperiksa mempunyai keadaan fisik tidak berwarna, tidak
berbau, tidak ada lendir, tidak ada sisa makanan, tidak ada potongan
jaringan dan tidak ada pus. Dan dari pemeriksaan mikroskopis hanya
didapatkan kristal. Sedangkan pada pemeriksaan kimiawi didapatkan pH
<4, HCl bertingkat 10, asam laktat positif, darah samar negatif, dan pepsin
positif.

3.2 Saran
Setelah melakukan praktikum ini ada beberapa saran yang perlu
diperhatikan yaitu :

- Menggunakan alat dan bahan yang sesuai.


- Memahami metode dan prosedur untuk praktikum.
- Menggunakan APD, mengingat sampel yang diperiksa adalah sampel
infeksius.
DAFTAR PUSTAKA

Adibah. 2008. Lambung. [terhubung berkala]. http://id.shvoong.com/exact-


sciences/biology/1834959-lambung/

Lehninger AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah.


Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.

Lehninger AL. 1998. Dasar-Dasar Biokimia 2. Thenawijaya M, penerjemah.


Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.


.

Anda mungkin juga menyukai