KIMIA KLINIK I
Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga karya tulis yang
berjudul MAKALAH KIMIA KLINIK I SIFAT FISIK DAN KIMIA GETAH
LAMBUNG ini dapat diselesaikan sesuai rencana.
Karya tulis sederhana ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas Mata
Kuliah Kimia Klinik I yang dibimbing oleh Ibu Chalies Diah Pratiwi, S.ST., M.Kes.
Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak.
Tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan karya tulis ini. Penulis menyadari
bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik serta
saran yang membangun dari para pembaca akan penulis terima dengan lapang hati
sehingga bisa menjadi sebuah pelajaran bagi penulis agar kelak penulis dapat
membuat dengan lebih baik lagi.
Semoga karya tulis yang berjudul MAKALAH KIMIA KLINIK I SIFAT
FISIK DAN KIMIA GETAH LAMBUNG memberikan manfaat bagi masyarakat
pada umumnya dan pembaca pada khususnya serta dapat membantu meningkatkan
harkat dan martabat bangsa kita dalam membangun bangsa Indonesia tercinta ini.
Penulis
Jurnal Kesehatan Vol.5 (2) 2016
Hubungan Derajat Keasaman Cairan Lambung dengan Derajat Dispepsia pada Pasien
Dispepsia Fungsional
ABSTRAK
Hipersekresi asam lambung dianggap penting sebagai salah satu mekanisme patologis
dispepsia fungsional. Hipersekresi asam lambung dapat meningkatkan sekresi pepsin yang
dapat menimbulkan kerusakan mukosa lambung pada dispepsia fungsional. Tujuan
penelitian ini adalah menentukan hubungan derajat keasaman cairan lambung dengan
derajat dispepsia yang dialami pasien dispepsia fungsional. Penelitian ini merupakan
studianalitik dengan disain cross sectionalyang dilakukan pada 35 sampel pasien dispepsia
fungsional dengan teknik consecutive samplingdi RSUP DR. M.Djamil Padang mulai Juli
sampai Oktober 2014. Analisis data dilakukan secara komputerisasi menggunakan uji chi-
square. Hasil penelitian didapatkan 51.4% pasien dispepsia fungsional memiliki derajat
keasaman cairan lambung hyperacidity, 57.1% menderita dispepsia derajat sedang-berat,
dan menunjukkan hubungan yang cukup kuat dengan tarif signifikansi (p) 0.029 (p < 0.05).
Terdapat hubungan bermakna antara derajat keasaman cairan lambung dengan derajat
dispepsia pada pasien dispepsia fungsional. Peningkatan derajat keasaman cairan lambung
berbanding lurus dengan derajat dispepsia pada pasien dispepsia fungsional.Kata
kunci:keasaman cairan lambung, derajat dispepsia, dispepsia fungsional.
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian getah lambung
2) Untuk mengetahui cara memperoleh getah lambung
3) Untuk mengetahui sifat fisik getah lambung
4) Untuk mengetahui sifat kimia getah lambung
5) Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan getah lambung
6) Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan makroskopis getah lambung
7) Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan mikroskopis getah lambung
8) Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan kimiawi (penentuan HCl
bebas)
9) Untuk mengetahui fungsi dari pemeriksaan getah lambung
BAB II
PEMBAHASAN
Pepsin
Fungsi : untuk memecah protein menjadi protease
Lipase
Fungsi : memecah lemak menjadi asam lemak dan gliseral
Mucin
Fungsi : untuk melindungi lambung untuk melindikan makanan
Dihasilkan oleh neck cell yang terdapat di dalam fundus FIE (Faktor
Intrinsik Eritropolitik). Merupakan mikroprotein yang berfungsi untuk
membantu penyerapan vit B12 dalam usus. Makanan yang masuk ke
dalam lambung akan dipecah oleh enzim pepsin menjadi pepton protein,
pepton dan protease akan diurai oleh enzim proteolitik menjadi asam
amino.
1) Fase Ghepalli
a. Melihat
b. Mencium – makanan – kortek cerebri nerves vasus sel
c. Merasakan dalam lambung – menghasilkan HCl, pepsin, mucin,
FIE
d. Memikirkan
2) Fase Intestinal
a. Makanan yang sampai di duodenum – selaput lendir duodenum
aktivase humoral merangsang sekresi lambung
3) Fase Gastrin
a. Merangsang sekresi HCl dan pepsin
b. Merangsang sekreasi FIE merangsang sekresi enzym pencernaan
Gastrin suatu zat yg dihasikan oleh kelenjar gastrin oleh karena
adanya pengaruh hormon gastrin.
1. Pasien disuruh duduk, ikatlah serbet pada lehernya dan berilah kaleng
atau penampung lain dalam tangannya. Ia harus tenang, bernafas
melalui mulutnya dengan kepalaya agak menunduk dan lidahnya
sedikit diulurkan.
2. Masukkanlah ujung sonde kedalam mulutnya sampai hampir bersentuh
dengan dinding belakang pharynx.
3. Sekarang seluruh pasien menutup mulutnya dan menelan sonde itu
berkali – kali. Apabila garis gigi seri telah bertepatan antara garis
kedua dan ketiga sonde, ujung sonde itu ada didalam lumen lambung.
Jarak antara gigi seri dan ujung sonde menjadi sekitar 60cm. Setelah
ujung sonde mencapai kedalaman yang dikehendaki, ujung luar sonde
direkatkan kepada pipa dengan sepotong plester.
4. B.J : 1.007
a. Pepsin
b. Renin
c. Lipase
d. Mucin
e. HCl
A. Volume
1. Tujuan : Untuk mengetahui volume getah lambung
2. Prinsip : Volume getah lambung diukur dengan gelas ukur
dan hasil dibaca setinggi miniskus bawah
3. Alat dan Bahan : Sampel getah lambung, gelas ukur
4. Prosedur : Masukkan getah lambung ke dalam gelas ukur
secara perlahan agar tidak berbusa. Baca volume getah lambung
setinggi miniskus bawah
5. Normal : 25-75 ml
B. Warna
1. Tujuan : Untuk mengetahui warna getah lambung
2. Prinsip : Warna urine diuji dengan penebalan 7-10 cm,
dengan cahaya terang dan latar belakang putih pada sikap serong
3. Alat : Tabung reaksi, latar belakang putih
4. Bahan : Sampel getah lambung
5. Prosedur :
a. Masukkan getah lambung ¾ tabung penuh
ke dalam tabung reaksi
b. Miringkan tabung reaksi hingga membentuk
sudut 60 derajat
c. Warna getah lambung diuji pada penebalan
7-10 cm dengan cahaya terang dan latar
belakang putih
6. Nilai normal : Abu-abu mutiara
C. Bau
1. Tujuan : Untuk mengetahui bau getah lambung.
2. Prinsip : Getah lambung dibau dengan panca indera hidung.
3. Alat : Beaker glass.
4. Bahan : Sampel getah lambung
5. Prosedur :
a. Masukkan sampel getah lambung ke dalam
beaker glass.
b. Dekatkan ke hidung dan kibaskan tangan ke
arah hidung.
6. Nilai normal : Agak asam
D. Lendir
1. Tujuan : Untuk mengetahui lendir dalam getah lambung.
2. Prinsip : Adanya lendir dalam getah lambung dibau dapat
terlihat sebagai benang yang memanjang.
3. Alat : Beaker glass.
4. Bahan : Sampel getah lambung.
5. Prosedur : Tuang getah lambung perlahan-lahan dari satu
wadah ke wadah yang lain, amati adanya lendir yang memanjang
dalam getah lambung.
6. Nilai normal : Negatif (-).
E. Sisa Makanan
1. Tujuan : Untuk mengetahui adanya sisa makanan dalam
getah lambung
2. Prinsip : Sisa makanan dapat dilihat dengan mata biasa.
3. Alat : Beaker glass, batang pengaduk
4. Bahan : Sampel getah lambung.
5. Prosedur : Dimasukkan getah lambung ke dalam beaker glass,
diaduk perlahan-lahan dan diamati adanya sisa makanan.
F. Potongan jaringan
1. Tujuan : Untuk mengetahui adanya poyongan jaringan
dalam getah lambung.
2. Prinsip : Potongan jaringan dapat dilihat dengan mata biasa.
3. Alat : Beaker glass, batang pengaduk.
4. Bahan : Sampel getah lambung.
5. Prosedur : Dimasukkan getah lambung ke dalam beaker glass,
diaduk perlahan-lahan dan diamati adanya PUS.
6. Harga normal : Negatif (-)
G. PUS
1. Tujuan : Untuk mengetahui adanya PUS dalam getah
lambung.
2. Prinsip : PUS dapat dilihat dengan mata biasa
3. Alat : Beaker glass, batang pengaduk.
4. Bahan : Sampel getang lambung.
5. Prosedur : Dimasukkan getah lambung ke dalam beaker glass,
diaduk perlahan-lahan dan diamati adanya PUS.
6. Harga normal : Negatif (-)
2.6 Pemeriksaan Mikroskopis Getah Lambung
Caranya :
1. Satu tetes getah lambung diperiksa dalam keadaan natif, yaitu tanpa
diberi apa-apa. Yang diperhatikan ialah adanya eritrosit, leukosit, sel-
sel epitel, sisa-sisa makanan, potongan jaringan, dsb.
2. Setetes lagi dicampur dengan larutan Sudan III dan dipakai untuk
mencari adanya butir-butir lemak.
a. Sarcinae
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, dari pemeriksaan Getah Lambung dapat disimpulkan bahwa
cairan yang diperiksa mempunyai keadaan fisik tidak berwarna, tidak
berbau, tidak ada lendir, tidak ada sisa makanan, tidak ada potongan
jaringan dan tidak ada pus. Dan dari pemeriksaan mikroskopis hanya
didapatkan kristal. Sedangkan pada pemeriksaan kimiawi didapatkan pH
<4, HCl bertingkat 10, asam laktat positif, darah samar negatif, dan pepsin
positif.
3.2 Saran
Setelah melakukan praktikum ini ada beberapa saran yang perlu
diperhatikan yaitu :