Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahwa sesungguhnya jalan sebagai salah satu prasarana perhubungan hakekatnya
meruapakan unsur penting dalam usaha pengembangan kehidupan bangsa dan pembinaan
bangsa untuk mencapai Tujuan Nasional, yang hendak diwujudkan melalui serangkaian
program pembangunan yang menyeluruh, terarah dan terpadu serta berlangsung secara
terus menerus. Dalam kerangka itulah dirasakan penting peranan jalan sebagai prasarana
untuk memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya bagi seluruh masyarakat di
Indonesia.

Seiring dengan perkembangan ekonomi negara kita yang sedang dilanda krisis maka mau
tak mau pembangunan di sektor jalan mengalami banyak kendala terutama kendala
pembiayaan (budget constraint). Dengan demikian proses pembangunan, peningkatan
dann pemeliharaan jalan harus benar benar berdasarkan skala prioritas dan menganut asas
manfaat dan nyata bagi seluruh masyarakat. Hal ini berkaitan erat dengan berlakunya
Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang pelaksanaan otonomi daerah di mana
pemerintah pusat telah menyerahkan sebagian wewenang pembinaan jalan kepada
pemerintah daerah.

Salah satu tools atau alat untuk mengatasi kendala di atas adalah dilakukannya studi
kelayakan untuk memilih alternatif, mengambil keputusan atas alternatif yang terbaik
untuk diwujudkan. Studi kelayakan sudah menjadi suatu keharusan mengingat bahwa
sumber daya yang kita miliki adalah terbatas dan harus dimanfaatkan seefisien mungkin.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan studi kelayakan adalah menelaah sampai sejauh mana suatu proyek
tingkat prioritasnya, sehingga dapat diketahui perlu tidaknya atau alternatif mana yang
dapat dilanjutkan ke tahap konstruksi atau tidak, juga untuk mengkaji kemungkinan lain
seandainya tidak dapat dilaksanakan.

1
1.3 Batasan Masalah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa jadi tidaknya suatu proyek dilaksanakan haruslah
memenuhi segala aspek seperti sosial budaya, teknis, dan ekonomi dan terakhir adalah
sangat tergantung pada pengambil keputusan (decision taking). Dalam tulisan ini kami
membatasi masalah hanya terfokus pada aspek finansial dan teknis semata, walaupun bila
ditinjau aspek sosial budaya sebenarnya dapat pula dikuantifikasi ke dalam besaran
moneter.

Anda mungkin juga menyukai