Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH WSBM

BUDAYA MARITIM SUMATERA UTARA

DISUSUN OLEH :

NAMA : SARMA GUNAWAN PASARIBU

NIM : L011191144

PRODI : ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atasa ridhonya sehingga saya
bisa menyelesaikan makalah ini sebagaimana mestinya. Adapun makala yang saya
buat tentang budaya maritim yang berasal dari daerah saya sendiri yaitu Sumatera
Utara. Adapun pembuatan makalh ini bertujuan untuk melengkapi tugas pada
mata kuliah wawasan sosial budaya maritim.

Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak kesalahan yang ada
di dalamny untuk itu saya sangat membutuhkan kritik dan saran dari orang-orang
yang membaca makalah ini. Namun, pada umumnya semua manusia tidak akan
pernah luput dari kekurangan dan kesalahan. Jadi, berikanlah saran dan kritik
yang membangun supaya pembuatan makalah selanjutnya lebih terarah dan saya
bisa meminimalisir kesalahan yang ada. Demikian saya sampaikan terima kasih
dan selamat membaca.

Makassar, 15 November 2019

Penulis.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………

A. Latar Belakang………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..
C. Tujuan Makalah……………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………..

1. Sejarah Budaya Maritim di Sumatera utara…………………………….


2. Pola Kehidupan Masyarakat Batak …………...................................
3. Potensi Sumber daya....................................................................

BAB III PENUTUP DAN SARAN……………………………………………

1. Kesimpulan ……………………………………………………………
2. Saran …………………………………………………………………

REFERENSI…………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sumatra utara merupakan sebuah provinsi yang terletak di bagian barat


indonesia, provinsi dengan ibu kota Medan ini didominasi oleh suku batak,
dan sebagian diantaranya suku pendatang dari luar seperti melayu,minang,
jawa dan tionghoa. Provinsi yang termasuk memiliki sumber kekayaan yang
melimpah dan kebudayaan yang kental. Adapun hasil kekayaan dari provinsi
ini antara lain : Hasil tambang, minyak kelapa sawit, karet, the, buah-buahan,
sayur-sayuran,dll. Namun, sebagian besar kehidupan masyarakat di provinsi
ini yaitu bertani, pegawai,dan nelayan.
Untuk yang petani itu banyak di jumpai pada daerah timur provinsi,
sekaligus nelayan yang dijumpai di setiap pinggiran pantai provinsi tersebut
sedangkan kalau yang pegawai akan banyak di jumpai di kota-kota besar.
Selain itu pusat kota dari provinsi ini juga termasuk dalam kota besar yaitu
Kota Medan sebagai kota terbesar dan tersibuk di bagian barat Indonesia, di
sana akan banyak dijumpai industry-industri besar dan juga pabrik-pabrik
pengolah bahan mentah.selain industri kota Medan juga didukung oleh
beberapa fasilitas sehingga menjadikan kota ini sebagai kota tersibuk di
Indonesia bagian barat yaitu dengan adanya Bandara udara internasional
Kualanamu dan pelabuhan Belawan.
Bandara internasinal kualanamu merupakan akses udara menuju
luar negri untuk rakyat Sumatra utara maupun bagi turis yang akan
berkunjung ke provinsi sumtra utara. Dan pelabuhan belawan merupkan
pelabuhan internasional yang fungsinya sebagai ekspor-impor barang dari luar
negeri ke Indonesia ataupunn sebaliknya.selain akses eksport-import
pelabuhan ini juga merupkan pelabuhan dengan penghasilan ikan laut terbesar
di Indonesia.
Disamping itu juga provinsi ini memiliki banyak wisata yang bisa di
kunjungi oleh para pengunjung baik local maupun manca Negara. Objek
wisatanya mulai dari dalam kota Medan samapi pada pedesaannya. Salah satu
objek wisata terkenal yaitu Danau toba,yang sudah dikenal sampai ke penjuru
dunia selain danaunya yang indah di tambah lagi pulau yang ada di tengahnya
yaitu pulau samosir yang menambah keindahan danau tersebut.
Sebagian besar masyarakat yang ada dipinggiran danau tersebut
hidup sebagai nelayan, dan juga petani ikan,dimana masyarakat setempat
sangat memanfaatkan danau sebaik mungkin demi keberlangsungan hidup
mereka.
B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini


yaitu untuk mempelajari bagaimana social budaya maritime masyarakat
yang ada di daerah provinsi Sumatra utara khususnya kabupaten Humbang
hasundutan sebagai kabupaten saya.
Kabupaten humbang hasundutan adalah salah satu kabupaten di
provinsi Sumatra utara yang berada dibagian selatan yang berbatasan
dengan beberapa kabupaten diantarnya Kab. TAPUT, Kab. TAPSEL, Kab
simalungun dll.

C. TUJUAN MAKALAH

Tujuan pembutan makalah ini yaitu untuk mrempelajari bagaimana


keadaan budaya maritim masyarakat di provinsi sumtra utara serta apa yang
menjadi potensi di provinsi tersebut serta apa –apa saja yang menarik dari
provinsi tersebut.
BAB II PEMBAHASAN

1. SEJARAH MARITIM DI SUMATERA UTARA

Sumatera Utara juga menjadi pusat budaya maritim era klasik. Negeri
atau daerah yang pertama dan yang paling penting perannya pada awal
millennium kedua adalah Barus. Kota ini, tidak hanya penting artinya aktivitas
politik, tetapi juga ekonomi dan hubungan antarkelompok masyarakat
(penduduknya). Negeri ini juga punya peran yang penting dalam unsur
kepercayaan dan agama. Sebagaimana layaknya negeri atau kota-kota di pesisir
barat Sumatera, Baru juga terletak di tepi pantai. Di samping Barus, kota atau
daerah lain di Sumatera Utara yang menjadi pusat budaya maritim pada era klasik
adalah sejumlah terras dan reinos di pantai timur. Merujuk karya Pires, setidaknya
ada tiga pusat budaya maritim di bagian timur Sumatera Utara, yakni Bata (Batar),
Aru (Daruu) dan Arqat. Namun berbeda dari Barus, ketiga budaya maritim itu
berlokasi di pedalaman, di bagian pedalaman sungai yang bermuara ke pantai
timur, dan berada dalam jarak beberapa league dari bibir pantai.8 Sayang sekali,
Pires tidak menyebut nama-nama sungai di mana tepatnya ketiga reinos itu
berlokasi. Pires hanya menyebut bahwa raja atau penduduk ketiga reinos
berkedudukan di daerah pedalaman dan berperahu menuju pusat pemerintahannya
dari pinggir pantai atau berperahu dari pusat pemerintahannya kalau ingin
beraktivitas di laut. Sebagai pusat budaya maritim ketiga reinos tadi disebut
memiliki/ mengembangkan berbagai unsur kebudayaan. Dan unsur-unsur yang
paling banyak disebut atau mendapat perhatian Pires adalah unsur adalah sistem
pengetahuan, kemasyarakatan atau organisasi sosial, peralatan hidup dan
teknologi, mata pencarian hidup dan reliji. Aspek-aspek budaya mereka, apalagi
Kerajaan Aru dikatakan sangat maju dan kuat, bahkan terkuat di seluruh Pulau
Sumatra (Pires 1944).

Pulau Sumatera terletak di bagian paling barat Indonesia. Posisi pulau ini
membujur dari arah barat laut ke tenggara. Tampilan geografis pulau ini
memperlihatkan bagian utara yang lebih sempit dibandingkan dengan bagian
tengah dan selatan. Pulau ini “dibagi” dua secara tidak seimbang oleh barisan
Pegunungan Bukit Barisan yang membujur dari titik paling utara ke titik paling
selatan pulau. Tidak seimbang maksudnya, kawasan barat lebih sempit
dibandingkan dengan timur. Barisan pegunungan itu juga menyebabkan bagian
barat memiliki karakter berbukit-bukit dan bagian timur landai serta datar.
Karakter seperti ini menyebakan sungai-sungai bagian barat umumnya pendek
kecil, dangkal dan berair deras, sedangkan sungai di bagian timut umumnya
panjang, lebar, dalam dan serair tenang. Sumatera terletak di sebuah kawasan laut
(perairan) utama dalam dunia pelayaran yang menghubungkan dunia bagian barat
dengan timur. Di kawaan laut ini terdapat sejumlah pulau sehingga bisa dikatakan
bahwa Sumatera adalah bagian dari sebuah archipelago.2 Mungkin agak
berlebihan, mengacu kepada penamaan yang diberikan oleh Amerika Serikat
untuk sebuah gugus tempurnya, kawasan laut di sekitar Pulau Sumatera ini layak
disebut dengan kawasan Indo-Pacific. Sebuah kawasan laut yang terdiri dua
samudera utama.3 Pulau Sumatera memang berada dalam kawasan laut yang
sangat luas dan strategis.

2. POLA KEHIDUPAN MASYRAKAT BATAK

Suku batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di


Indonesia. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk
mengidentifikasi beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari
pantai barat dan pantai timur provinsi sumtera utara. Suku bangsa yang
dikategorikan sebagai bangsa batak adalah Toba, Karo, Pakpak,
Simalungun, Angkola, dan Mandailing.
Batak adalah rumpun suku-suku yang mendiami sebagian besar
wilayah sumatera utara namun, sering sekali orang menganggap
peneyebutan batak hanya ada pada suku toba. Padahal batak tidak diwakili
oleh suku toba.sehingga tidak ada budaya dan bahas batak tatapi budaya
dan bahsa toba, karo, simalungun, dan suku-suku lain yang serumpun.saat
ini pada umumnya orang batak menganut agama islam, Kristen protestan,
dan katolik. Tetapi ada pula yang menganut kepercayaan tradisional yakni
tradisi malim dan dan juga penganut kepercayaan animism, walaupun kini
jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang. Orang batak
pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur, identitas batak
popular dalam sejarah Indonesia modern setelah di dirikan dan
tergabungnya para pemuda dari Ankola, Mandailing, Karo, Toba ,
Simalungun, Pakpak di organisasi ynag dinamakan Jong Batak tahun
1926, tanpa membedakan agama dalam satu kesepahaman : Bhasa batak
kita begitu kaya akan puisi, pepatah,dan pribahasa yang mengandungsatu
dunia kebijaksanaan tersendiri. Bahasanya sama dari utara ke selatan, tapi
terbagi jeas dalam berbagai diaelek. Kita memiliki buday senndiri,aksara
sendiri, seni bangunan yang tinggi mutunya yang sepanjang masa tetap
membuktikan bahwa kita mempunyai nenek moyang yang perkasa, system
marga yang berlaku bagi semua kelompok penduduk negeri kita
menunjukkan adanya tata Negara yang bijak, kita berhakmendirikan
sebuah persatuan Batak yang khas, yang dapat membela kepentingsn kita
sm melindungi budaya nenek moyang kita
Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga,
sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di
Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H.Neumann
berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka
Kembaren dan Pustaka Ginting. Menurut Pustaka Kembaren, daerah asal marga
Kembaren dari Pagaruyung di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga
menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo. Hal ini terlihat dari banyaknya nama
marga Karo yang diturunkan dari Bahasa Tamil. Orang-orang Tamil yang menjadi
pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatera akibat serangan pasukan
Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.
Sebelum suku Batak Toba menganut agama Kristen Protestan mereka mempunyai
sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi na Bolon yang memiliki
kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata
Natolu.

Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak Toba mengenal tiga konsep, yaitu:

 Tendi / Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan,
oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat
sejak seseorang di dalam kandungan. Bila tondi meninggalkan badan
seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan
upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
 Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua
orang memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala
sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau
hula-hula.
 Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama
dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.
Tiap puak Batak memiliki salam khasnya masing masing. Meskipun suku Batak
terkenal dengan salam Horasnya, namun masih ada dua salam lagi yang kurang
populer di masyarakat yakni Mejuah juah dan Njuah juah. Horas sendiri masih
memiliki penyebutan masing masing berdasarkan puak yang menggunakannya

Budaya Batak sebagai salah satu identitas bangsa Indonesia telah mengalami
perubahan dan penyesuaian dari masa ke masa. Suku bangsa Batak yang semula
tertutup terhadap pengaruh budaya luar, kini perlahan-lahan mulai terbuka dalam
menyambut perubahan zaman. Keterbelakangan budaya Batak pada awalnya
disebabkan karena pengisolasian diri beberapa abad masa lampau,yakni sejak
abad ke-16. Pengisolasian ini bertujuan untuk mempertahankan kebudayaan/
kepribadiannya dari pengaruh-pengaruh kebudayaan dan peradaban yang dibawa
penjajahan Belanda. Pengisolasian suku Batak ini mulai terbuka karena kemajuan
zaman sejak akhir abad ke-19. Budaya Batak akhirnya terbuka akan masuknya
kemajuan teknologi, informasi dan globalisasi. Setelah meninggalnya Raja Si
Singa Mangaraja XII oleh penjajahan Belanda pada akhir abad ke-19 , budaya
Batak mulai banyak mendapat pengaruh dari luar. Sejak saat itu suku bangsa
Batak mulai mengalami penyesuain akan kondisi yang dihadapi. Identitas budaya
asli warisan nenek moyang tersebut ada yang tetap dipertahankan sampai
sekarang tetapi ada juga yang disesuaikan dengan kondisi zaman dan era
emansipasi Identitas budaya Batak, satu yang paling terkenal dan masih terus
bertahan saat ini adalah budaya “Dalihan Na Tolu” (jika diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia Dalihan Na Tolu artinya tungku api berkaki tiga). Falsafah
hidup Dalihan Na Tolu di lingkungan Suku Batak dikenal dengan adanya sistem
marga, yaitu identitas orang-

Demikian sejarah singkat tentang kehidupan masyarakat di tanah batak.


Untuk daerah saya sendiri yaitu kabupaten humbang hasundutan sampai
sekarang pola kehidupan masyarakatnya masih sangat kuat dengan adat dimana
disetiap upacara perayaan masih menggunakan tradisi yang dari nenek moyang.

3. POTENSI SUMBER DAYA

“Potensi pertanian Provinsi Sumatera Utara diantaranya adalah sayuran, jeruk


dan buah-buahan yang sebagian besar telah dipasarkan dengan baik dan sudah di
ekspor keluar negeri maupun provinsi lainnya,”

Sedangkan untuk luas areal perkebunan di Sumut sejumlah 1.999.403 hektar atau
27,89 persen dari luas Provinsi Sumut, dengan total produksi sebesar lebih kurang
4.411.536,55 ton. Diantaranya sawit, karet, kopi, kakao, tembakau, kelapa dan
komoditi lainnya.

Begitu juga dengan produksi perikanan laut Selat Malaka atau Pantai Timur
sebesar 239.000 ton per tahun. Potensi Samudera Hindia atau pantai Barat sebesar
917.000 ton per tahun. “

Itulah uraian singkat mengenai potensi yang dimiliki oleh provinsi Sumatra utara,
jadi selain hasil darat sumtra utara juga bergerak dalam hasil laut yaitu berupa
ikan.dan untuk daerah saya sendiri potensi sumber daya alam yang dihasilkan
sebagian besar hasil pertanian berupa sayur-sayuran,beras, umbi-umbian, jagung,
kopi,dan hasil perkebunan.

Berhubung karna daerahku adalah daerah gunung jadi tidak menghasilkan ikan,
hanya saja budidaya ikan air tawar sedang dalam pengembangan.,
BAB III PENUTUP

Sumaterau Utara tidak pernah menjadi satu kesatuan budaya. Namun


dalam perjalanan sejarahnya yang panjang, daerah ini pernah beberapa kali
menjadi satu kesatuan politik, atau setidaknya, pernah menjadi bagian dari
kesatuan politik yang longgar ikatannya.
Dalam setiap perjalananya untuk menjadi sebuah provinsi yang makmur
sangat di perlukan penyatuan antar budaya-budaya yang ada di dalam
provinsi terasebut.sebagaimana provinsi sumtra utara yang memiliki
keragaman budaya setelah masuknya pengaruh suku lain yang akan
membuat suku didalamnya harus mampu melkukan adaptasi terhadap
budaya yang datang.
Kemudian suku batak sebagai mayoritas di provinsi sumtra utara
harus tetap menjaga kebudayaan dengan baik, serta meningkatkan
kesadaran akan pentingnya budaya sendiri. Serta tetap menjaga
kemaritiman yang ada dalam masyarakat.meskipun zaman semakin
modern tapi tidak menutup kemungkinan masyarakat di provinsi ini untuk
tetap berkarya dan lebih maju lagi kedepannya.
Peningkatan hasil-hasil sumber daya alam harus tetap di jaga mulai dari
hasil pertanian, perkebunan, perikanan/hasil laut, dan hasil pertambangan.
REFERENSI

Anderson, John, Mission to the East Coast Sumatra in M.DCCC.XXIII.

Edinburgh, London: William Blackwood, T. Cadell, Strand, 1823.

Campo, J.N.F.M. à, Koninklijke Paketvaart Maatschappij: Stoomvaart en


Staatsvorming in de Indonesiache Archipel 1888-1914.

Hilversum: Verloren, 1992. Cortesao, Armando, The Summa Oriental of


Tome Pires. Nendel/Leichtenstein: Kraus Reprint Limited, 1967.

Couperus, P.Th., „De Residentie Tapanoeli (Sumatra‟s Westkust) in


1852“, Tijdschrift voor Indisch Taal-, Land- en Volkenkunde uitgegeven
door het (Koninklijk) Bataviaasch van Kunsten en Wetenschappen, (IV),
1855, hal. 216-256.

Gusti Asnan, Dunia Maritim Pantai Barat Sumatra. Yogyakarta: Penerbit


Ombak, 2006. --,,,--- ,

Sungai dan Sejarah Sumatra. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2016.

Haley, James L., Captive Paradse, A History o Hawai’i. New York: St.
Martin;s Press, 2014.

Jensen, J. O., Mather, R., and Gray, J., „Viewing the Future Through the
Lens of Maritime Cultural Landscapes“, dalam Sanctuary Watch, 2011,
Vol. Fall: 23.

Lekkerkerker, C., Land en Volk van Sumatra. Leiden: E.J. Brill, 1916.

Loeb, Edwind M., Sumatra, Its People and History. Wien: Verlag des
Institues fuer Volkerkunde Universiteit Wien, 1935.

Marsden, William, The History of Sumatra (original 1811). Kuala


Lumpur: Oxford University Press, 1986.

Ministerie van Marine, Afdeeling Hydrolographie, Zeemansgids voor den


OostIndisches Archipel (Deel I). „s-Graven-hage: Mouton & Co., 1899

Muhammad Saleh, Mahani Musa, Masyarakat Melayu Pulau Pinang dalam


Arus Sejarah. Pulau Pinang: Penerbit Universiti Sains Malaysia, 2016.

Anda mungkin juga menyukai