Anda di halaman 1dari 12

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling
sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna,
fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga
hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari
jenis kanker yang berasal dari sel hati. Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan
sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalah
faktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnyaadalah virus hepatitis B dan C. kebiasaan
merokok juga dikenali sebagai faktor resiko, khususnya disertai kebiasaan minum minuman
keras.
Karsinoma merupakan tumor ganas nomor 2 diseluruh dunia , di Asia Pasifik terutama
Taiwan ,hepatoma menduduki tempat tertinggi dari tumor-tumor ganas lainnya. Perbandingan
antara laki : wanita sama dengan 4-6: 1. Umur tergantung dari lokasi geografis. Terbanyak
mengenai usia 50 tahun. Di Indonesia banyak dijumpai pada usia kurang dari 40 tahun
bahkan dapat mengenai anak-anak.

1.2 Etiologi
Belum diketahui penyebab penyakit ini secara pasti, tapi dari kajian epidemiologi dan
biologi molekuler di Indonesia sudah terbukti bahwa penyakit ini berhubungan erat dengan
sirrhosis hati, hepatitis virus B aktif ataupun hepatitis B carrier, dan hepatitis virus C dan
semua mereka ini termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berisiko tinggi untuk
mendapatkan kanker hati ini.
Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan karsinoma hepatoseluler diantaranya
adalah:
a) Hepatitis virus B, karsinogenitas HBV terhadap hati mungkin terjadi melalui proses
inflamasi kronik, integrasi HBV DNA ke dalam DNA sel penjamu, dan aktifitas
protein spesifik HBV berinteraksi dengan gen hati.
b) Hepatitis virus C, hepatokarsinogenesis akibat infeksi HCV diduga melalui aktifitas
nekroinflamasi kronik dan sirosis hati.
c) Aflatoksin

1
Aflatoksin B1, merupakan mikotoksin yang diproduksi oleh jamur Aspergillus.
AFB1 bersifat karsinogenik. Salah satu mekanisme karsinogeniknya ialah
kemampuan AFB1 menginduksi mutasi pada kodon 249 dari gen supresi tumor p53.
ditemukan dalam makanan yang telah tersimpan dalam suatu lingkungan yang panas
dan lembab. Jamur ini ditemukan pada makanan seperti kacang kacang tanah, beras,
kacang-kacang kedelai, jagung, dan gandum.
d) Sirosis, prediktor utama HCC pada sirosis hati adalah laki-laki, peningkatan AFP
serum, beratnya penyakit dan tingginya akitifitas proliferasi sel hati.

1.3 Patofisiologi
Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang
disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah
terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang
disertai pembesaran hati mendadak. Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor
ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian
akibat kanker.
Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran
tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.

1.4 Stadium Hepatoma


- Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter < 3cm yang terbatas hanya pada salah satu
segment tetapi bukan di segment I hati.
- Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau
multi-fokal tumor terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.
- Stadium III : Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus
kanan segment V dan VIII atau tumor dengan invasi peripheral ke sistem pembuluh
darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus
kanan atau lobus kiri hati.
- Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri
hati. atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler )
ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah
di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis)
atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic
metastase)

2
1.5 Tanda dan Gejala
Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, dan banyak tanpa keluhan. Lebih
dari 75% tidak memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita yang sudah ada kanker yang
besar sampai 10 cm pun tidak merasakan apa-apa. Keluhan utama yang sering adalah keluhan
sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di perut kanan atas dan nafsu makan
berkurang, berat badan menurun, dan rasa lemas. Keluhan lain terjadinya perut membesar
karena ascites (penimbunan cairan dalam rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot,
berak hitam, demam, udem kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari
dubur, dan lain-lain. Manifestasi klinisnya bervariasi, mulai dari asimtomatik hingga yang
gejala dan tandanya sangat jelas dan disertai gagal hati. Gejala yang paling sering dikeluhkan
adalah nyeri atau perasaan tak nyaman dikuadran kanan atas abdomen.
Pasien dengan sirosis hati yang makin memburuk kondisinya, disertai keluhan nyeri di
kuadran kanan atas atau teraba pembengkakan lokal dihepar patut dicurigai HCC.
Juga harus diwaspadai jika ada keluhan rasa penuh di abdomen disertai perasaan lesu,
penurunan berat badan dengan atau tanpa demam.
Keluhan gastrointestinal lain adalah anoreksia, kembung, konstipasi atau diare. Sesak
napas dapat dirasakan akibat besarnya tumor yang menekan diafragma, atau ada metastasis di
paru. Sebagian besar pasien HCC sudah menderita sirosis, baik yang masih dalam stadium
kompensasi maupun yang sudah menunjukkan tanda-tanda gagal hati seperti malaise,
anoreksia, penurunan berat badan dan ikterus.
Temuan fisis tersering pada HCC adalah hepatomegali dengan atau tanpa bruit hepatik,
splenomegali, asites, demam dan atrofi otot.

1.6 Pemeriksaan Diagnostik


Diagnosis kanker hati di buat berdasarkan tanda-tanda dan gejala klinis, riwayat
penyakit, hasil pemeriksaan fisik, laboratorium serta radiologi. Peningkatan kadar bilirubin,
alkali fosfatase, asparat aminotransferase (AST: Glutamic Oxalocetic transaminase [SGOT]
dan lactic dehidrogenase [LDH] dapat terjadi. Leukositosis, eritrositosis, hiperkalsemia,
hipoglikemia dan hiperkolesterolemia juga dapat terlihat dalam pemeriksaan laboratorium.
Kadar Alfa fetoprotein serum yang berfungsi sebagai penanda tumor akan mengalami
kenaikan yang abnormal pada 30% dan 40% penderita kanker hati. Kadar antigen
karsinoembrionik yang berfungsi sebagai penanda kanker saluran cerna dapat meningkat.
CEA dan AFP secara bersama-sama dapat membantu membedakan antara tumor metastasis
hati dan kanker primer hati.

3
Banyak pasien tumor primer hati yang telah mengalami metastasis pada saat diagnosis
ditegakkan. Metastasis terutama terjadi pada paru meskipun juga dapat ditemukan pada
kelenjar limfe regional, kelenjar adrenal, tulang, ginjal, jantung, pancreas dan lambung.
Pemeriksaan radiologi, pemindai hati, pemindai CT, USG, MRI dan laparoskopi
menjadi bagian dalam menegakkan diagnosa dan menentukan derajat atau luas penyakit
kanker tesebut.
Kriteria diagnosa Kanker Hati Selular (KHS) menurut PPHI (Perhimpunan Peneliti
Hati Indonesia), yaitu:
1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising (bruit hepatik).
2. AFP (Alphafetoprotein) yang meningkat lebih dari 400 mg per ml.
3. Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography Scann (C
Scann), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography, ataupun Positron Emission
Tomography (PET) yang menunjukkan adanya KHS.
4. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya KHS.
5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan KHS.
Diagnosa KHS didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau hanya satu yaitu
kriteria empat atau lima.

1.7 Penatalaksanaan
Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radiologi.
Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya ukuran kanker, lokasi
kanker di bahagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter) atau banyak (multiple),
atau merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul, atau kanker sudah merata pada
seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis (penyebaran) ke tempat lain di dalam tubuh
penderita ataukah sudah ada tumor thrombus di dalam vena porta dan apakah sudah ada
sirrhosis hati. Tahap penatalaksanaan dibagi menjadi dua yaitu tindakan non-bedah dan
tindakan bedah.
a) Tatalaksana Non Bedah
Meskipun reseksi tumor hati dapat dilakukan pada beberapa pasien, sirosis yang
mendasari keganasan penyakit ini akan meningkatkan resiko pada saat dilakukan
pembedahan. Terapi radiasi dan kemoterapi telah dilakukan untuk menangani
penyakit malignan hati dengan derajat keberhasilan yang bervariasi. Meskipun terapi
ini dapat memperpanjang kelangsungan hidup pasien dan memperbaiki kualitas hiduo

4
pasien dengan cara mengurangi rasa nyeri serta gangguan rasa nyaman, namun efek
utamanya masih bersifat paliatif.
Terdapat beberapa jenis tatalaksana non bedah yaitu terapi radiasi, kemoterapi,
dan drainase bilier perkutan.
Pada terapi radiasi nyeri dan gangguan rasa nyaman dapat dikurangi secara
efektif dengan terapi radiasi pada 70% dan 90 % penderita. Gejala anorexia,
kelemahan dan panas juga berkurang dengan terapi ini. Injeksi Etanol Perkutan
(Percutaneus Etanol Injeksi = PEI) Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah
dan juga menolak semua tindakan atau pasien tidak mampu membiayai pembedahan
dan tak mampu membiayai tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi
pilihan satu-satunya. Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman,
efek samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan.
Kemoterapi telah digunakan untuk mempebaiki kualitas hidup pasien dan
memperpanjang kelangsungan hidupnya. Bentuk terpi ini juga dapat dilakukan
sebagai terapi ajufan setelah dilakukan reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan
kemoterapi infuse regional merupakan dua metode yang digunakan untuk
memberikan preparat antineoplastik kepada pasien tumor primer dan metastasis tumor
hati.
Drainase Bilier perkutan atau drainase transhepatik digunakan untuk melakukan
pintasan saluran empedu yang tersumbat oleh tumor hati, pankreas atau saluran
empedu pada pasien tumor yang itdak dapat di operasi atau pada pasien yang
dianggap beresiko. Dengan bantuan fluoroskopi, sebuah kateter dimasukkan melalui
dinding abdomen dengan melewati lokasi obstruksi kedalam duodenum. Prosedur ini
dikerjakan untuk membentuk kembali system drainase bilier, mengurangi tekanan
serta rasa nyeri karena penumpukan empedu akibat obstruksi, dan meredakan gejala
pruritus serta ikterus. Sebagai hasil dari prosedur ini, pasien merasa lebih nyaman,
dan kualitas hidup serta kelangsungan hidupnya meningkat. Selma beberapa hari
setelah di pasang, kateter tersebut di buka untuk drainase eksternal. Cairan empedu
yang mengalir keluar diobservasi dengan ketat untuk mengetahui jumlah, warna dan
adanya darah serta debris.

b) Tatalaksana Bedah

5
Lobektomi hati untuk penyakit kanker dapat sukses dikerjakan apabila tumor
primer hati dapat dilokalisir atau pada kasus metastasis, apabila lokasi lokasi
primernya dapat dieksisi seluruhnya dan metastasis terbatas. Meskipun demikian,
metastasis kedalam hati jarang bersifat terbatas atau soliter. Dengan mengandalkan
pada kemampuan sel-sel hati untuk beregenerasj, sebagian dokter bedah telah
melakukan pengangkatan 90% dari organ hati dengan hasil yang baik. Meskipun
demikian, adanya sirosis akan membatasi kemampuan hati untuk beregenerasi.
Transplantasi hati meliputi pengangkatan total hati yang sakit dengan
menggantikan hati yang sehat. Pengangkatan hati yang sakit akan menyediakan
tempat bagi hati yang baru dan memungkinkan rekonstruksi anatomis vaskuler hati
serta saluran bilier mendekati keadaan normal. Transplantasi hati ini digunakan untuk
mengatai penyakit hati stadium-terminal yang mengancam jiwa penderitanya setelah
bentuk terapi yang lain tidak mampu menanganinya. Keberhasilan transplantasi
tergantung keberhasilan terapi imunosupresi.

6
BAB II
ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : MF
MR : 79.74.82
Umur : 2 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sawahlunto

Alloanamnesis (ibu kandung)


Seorang anak laki-laki usia 2 bulan dirawat di Bangsal akut Anak RSUP. DR. M.
Djamil Padang sejak tanggal 31 Agustus 2012 dengan :

Keluhan Utama :
BAB berwarna dempul sejak usia 3 hari.

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Anak terlihat kuning sejak usia 2 hari, awalnya terlihat pada kedua mata, semakin
bertambah sejak usia 7 hari.
- BAK berwarna seperti teh pekat sejak usia 3 hari, jumlah cukup.
- BAB berwarna dempul sejak usia 3 hari, frekuensi 3-4 kali sehari, konsistensi lunak.
- Muncul bintik-bintik di wajah sejak usia 2 minggu, tidak merah dan tidak bernanah,
anak terlihat sering menggaruk wajahnya.
- Keropeng di kulit kepala sejak 2 minggu yang lalu, awalnya terlihat di kulit belakang
telinga, dan semakin bertambah di seluruh kulit kepala, telah di bawa berobat ke
Sp.KK di beri 2 macam obat : salf azera dan salf racikan yang tidak diketahui
obatnya.
- Demam tidak ada
- Batuk pilek tidak ada
- Sesak nafas tidak ada
- Mual muntah tidak ada
- Riwayat ibu menderita keguguran berulang tidak ada
- Riwayat ibu mendapat transfusi darah tidak ada
- Riwayat ibu menderita sakit kuning tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Anak pernah dirawat di RSUD Sawahlunto sejak usia 2 hari selama 5 hari dengan
ISK.
- Anak berobat ke Sp.A di Sawahlunto 2 minggu yang lalu, dilakukan pemeriksaan
darah dengan hasil bilirubin total 14,6 mg/dl, bilirubin direct 12,2 mg/dl, bilirubin
indirect 2,4 mg/dl, lalu dianjurkan berobat ke Sp.A di Padang.

7
- Anak kemudian dibawa ke Sp.A di Padang dan dikirim ke IGD RS. Dr. M. Djamil
dengan keterangan kolestasis extrahepatal, dd/ kolestasis intrahepatal, dan diberikan
terapi urdafalk dan vitgolex

Riwayat Penyakit Keluarga :

- Tidak ada riwayat penyakit kuning dalam keluarga.

Riwayat kehamilan Ibu :


Selama hamil ibu menderita PEB, tidak mengkonsumsi obat-obatan atau jamu, tidak
pernah mendapat penyinaran selama hamil dan gestasi cukup bulan.

Riwayat Kelahiran :
Lahir SC ai. PEB, cukup bulan, BBL 3400 gram, PBL 45 cm, ditolong Sp.OG,
langsung menangis.

Riwayat Makanan dan Minuman :


Bayi : ASI : 0 bulan – sekarang
Susu Formula : (-)
Bubur susu : (-)
Nasi Tim : (-)
Nasi lunak : (-)
Kesan makanan dan minuman : Kuantitas cukup, kualitas cukup.

Riwayat Imunisasi :
BCG : (-)
DPT : (-)
Polio : (-)
Hepatitis B : (-)
Campak : (-)
Kesan : imunisasi belum ada

Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara, lahir SC ai. PEB, cukup bulan,
ditolong Sp.OG. Ayah tamat SMA, pekerjaan swasta. Ibu tamat D2, pekerjaan Guru TK.
Penghasilan keluarga ± Rp 1.400.000 sebulan.

Riwayat Lingkungan dan Perumahan :


Tinggal di rumah permanen, pekarangan cukup luas, sumber air minum dari PDAM,
buang air besar di jamban dalam rumah, sampah dibakar.
Kesan : higiene dan sanitasi cukup.

Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : sadar

8
Tekanan darah : 80/50 mmHg
Frekuensi denyut nadi : 118 x /menit
Frekuensi nafas : 50 x/ menit
Suhu : 36,7 oC
Tinggi badan : 54 cm
Berat badan : 3,8 kg
Status gizi : Berat Badan menurut Umur : 73,07 %
Tinggi Badan menurut Umur : 93,10%
Berat Badan menurut Tinggi Badan : 90,47%
Kesan : Gizi baik

Pemeriksaan Sistemik :

Kulit : Teraba hangat, sianosis tidak ada, pucat tidak ada, kuning ada, turgor
kembali cepat.
Kepala : Bentuk bulat, simetris, lingkar kepala 36 cm (sesuai standar Nellhaus),
skuama tebal di kulit kepala.
Leher : JVP 5-2 cmH2O
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, pupil isokor, diameter pupil 2
mm/ 2 mm, reflek cahaya +/+ normal, air mata ada.
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Tidak ditemukan kelainan.
Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah
Tengorokan : Sukar dinilai
Dada : Paru
- Inspeksi : Normochest, simetris kiri dan kanan
- Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : suara nafas bronkovesikuler, ronkhi tidak ada ,
wheezing tidak ada.
Jantung
- Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus teraba di linea mid clavicularis sinistra
RIC V
- Perkusi : batas jantung sukar dinilai
- Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada.
Perut : Inspeksi : Distensi tidak ada, venectasi tidak ada, spidernaevi tidak
ada.
Palpasi : Batas hepar 1/3 – 2/3, konsistensi padat, pinggir tajam,
permukaan rata, lien tidak teraba, lingkar perut 37 cm.
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-).
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Punggung : Tidak ditemukan kelainan
Alat kelamin : Tidak ada kelainan.
Status pubertas A1, P1,G1
Anggota gerak : Atas : Akral hangat, perfusi baik

9
Reflek fisiologis : Refleks biseps (+/+), Refleks triseps (+/+)
Bawah : Akral hangat, Perfusi baik
Refek fisiologis : Reflek sendi lutut (+/+), Reflek pergelangan kaki (+/+)
Reflek patologis : Reflek babinsky (+/+), Reflek openheim (+/+), Reflek
chaddock (+/+), Reflek scaefer (+/+), Reflek Gordon (+/+)
Tanda rangsangan meningeal: brudzinski I -/-, brudzinski II -/-, kernig-/-

Pemeriksaan Laboratorium :
Darah : Hemoglobin : 10,3 gr/dl
Hematokrit : 31%
Leukosit : 19.900/mm3
Basofil :0
Eosinofil :9
Netrofil batang : 2
Netrofil segmen : 18
Limfosit : 70
Monosit :1
Eritrosit : 3.590.000/mm3
Trombosit : 441.000/mm3
Urine : Albumin (-)
Reduksin (-)
Bilirubin +3
Sedimen : Leukosit (-), eritrosit (-)
Feses :Makroskopik: warna dempul
Mikroskopik: Eritrosit (-)
Leukosit (-)
Telur cacing (-)

Diagnosa Kerja:
- Kolestasis Extrahepatal e.c. susp. Atresia bilier
- Dermatitis Seboroik

Diagnosa Banding : Kolestasis Intrahepatal


Terapi : - ASI OD
- Urdafalk 3x25 mg
- Vit A 1x5000 IU
- Vit D 1x0,76 mcg
- Vit E 1x 15 mg

Rencana :

- Faal hepar
- USG abdomen 2 fase
- Feses 3 porsi
- Konsul kulit

Hasil Laboratorium

10
Kimia Klinik :

Protein total : 7,3 g/dl


Albumin : 3,4 g/dl

Globulin :3,9 g/dl


Total bilirubin :16,84 mg/dl
Bilirubin direk :14,02 mg/dl
Bilirubin indirek :2,82 g/dl

SGOT :195 u/L


SGPT :75 u/L

Follow Up:

1 September 2012
S/ - Demam tidak ada
- Kuning ada
- Intake masuk, toleransi baik
- Batuk pilek tidak ada
- BAB warna dempul
- BAK warna kuning pekat
O/ Sakit sedang, sadar, Nd=120x/I, nfs=50x/I, T=370C
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera ikterik
Thoraks : normochest, cor irama teratur, bising (-)
Pulmo bronkovesikuler, wh -/-, rh -/-
Abdomen : distensi (-), tampak membuncit, venektasi (+)
Hepar : 1/3 – 2/3, pinggir tajam, konsistensi padat, permukaan rata, lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik.
K/ Hemodinamik stabil
S/ ASI OD
Vit A 1x5000 IU
Vit D 0,76 mcg
Vit E 1x15 mg
Urdafalk 3x20 mg

3 September 2012
S/ - Demam tidak ada
- Kuning ada, seluruh tubuh
- Muntah tidak ada
- Batuk pilek tidak ada
- BAB warna dempul
- BAK warna kuning pekat
O/ Sakit sedang, sadar, Nd=122x/I, nfs=48x/I, T=37,20C
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera ikterik
Thoraks : normochest, cor irama teratur, bising (-)

11
Pulmo bronkovesikuler, wh -/-, rh -/-
Abdomen : distensi (-), tampak membuncit, venektasi (+)
Hepar : 1/3 – 2/3, pinggir tajam, konsistensi padat, permukaan rata, lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik.
K/ Hemodinamik stabil
S/ ASI OD
Vit A 1x5000 IU
Vit D 0,76 mcg
Vit E 1x15 mg
Urdafalk 3x20 mg
R/ ᵞGT, alkali fosfatase
USG abdomen 2 posisi

The Tohoku Congenital Biliary Test Score System


Test Score Test Score
Warna BAB Waktu Bilirubin Direct
Lahir (serum)
-1 -2
Coklat <5
1 0
Kuning muda 5-8
2 2
Abu -abu >8
Onset Ikterik SGOT>400 -2
Setelah 4 minggu -3 SGPT>400 -2
Bilirubin di Feses GTT
(schmidt)
-1 8-12 2
(+)
1 >12 3
- atau ±
A-Globulin<10 -3 TTT
10-19 1 5-10 1
>19 3 >10 3
Globulin Alkali Fosfatase
>18 -2 <10 -2
10-18 1 10-30 0
5-10 2 30-80 1
<5 3 >80 2
Serum Bilirubin Phospolipid
Total
-3 300-350 1
<5
-2 >350 2
5-8

12

Anda mungkin juga menyukai