σ = 3,20
Keterangan:
Tinggi orang disajikan dalam angka tengah kelas, angka 63 merupakan pembulatan ke atas tinggi
orang 61,5 dan pembulatan ke bawah tinggi orang 64,5. Pengambilan satu observasi secara acak
diibaratkan mengambil 1 gulungan kertas kecil yang berisi angka dari sejuta gulungan. Dalam
sifat acak memperhatikan semua kemungkinan yang dapat terambil. Pada tabel 1.1 setiap
mengambil kertas, didalamnya mungkin berisi angka 60, 63,…..78, seperti dalam kolom 1.
Setiap angka mempunyai propabilitas seperti pada kolom 3. Jadi setiap mengambil satu
observasi hasilnya adalah variabel acak yang memiliki probabilitas yang sama. Apabila dalam
memilih cuplikan kertas gulungan dikembalikan lagi disebut cuplikan tak gayut (independent)
satu sama lain. Jika tidak dikembalikan lagi disebut cuplikan tak bebas lagi (saling tergantung).
Peristiwa terjadinya X2 tergantung pada terjadinya X1. Dari uraian ini terdapat satu sifat
hubungan antara populasi dan cuplikan yaitu:
Sebuah cuplikan acak yang beranggotakan N observasi, X1, X2, X3……. Xn yang bebas/ tak gayut
satu sama lain disebut cuplikan acak sederhana. Distribusi setiap observasi Xi dari cuplikan acak
sederhana adalah distribusi populasi P(X) yang memiliki nilai rata – rata µ dan variance σ2,
memiliki momen pertama (𝑋𝑋�) yaitu rata – rata cuplikan dan momen kedua 𝜎𝜎𝑋𝑋� , yaitu simpangan
baku cuplikan.
1
Rata – rata cuplikan: 𝑋𝑋� = 𝑛𝑛 (𝑋𝑋1 + 𝑋𝑋2 + 𝑋𝑋3 + ⋯ + 𝑋𝑋𝑛𝑛 )
𝜎𝜎 2 𝜎𝜎
𝜎𝜎𝑛𝑛 = � =
𝑛𝑛 √𝑛𝑛
Dari uraian di atas dapat dikemukan pernyataan deduktif sebagai berikut:
Dari sebuah populasi yang mempunyai distribusi probabilitas P(X), rata – rata populasi 𝜇𝜇 dan
simpangan baku populasi 𝜎𝜎, bila diambil satu cuplikan acak sederhana maka cuplikan ini akan
memiliki rata-rata cuplikan 𝑋𝑋� yang nilainya akan berfluktuasi di sekitar E(X) = σ dan simpangan
baku cuplikan σ/√n.
Contoh 1:
Sebuah cuplikan dengan 4 observasi yang diambil dari suatu populasi yang disajikan dengan
gambar berikut
Gambar 1.1
Gambar tersebut memiliki nilai rata – rata X yang berfluktuasi di sekitar E(X) = σ dengan
simpangan baku σ/√n = σ/√4 = σ/2, bila digambarkan maka hubungan antara cuplikan dan
populasinya akan berbentuk seperti:
Gambar 1.2
Contoh 2:
Para pekerja disebuah industri memiliki rata-rata upah Rp 300.000,00 /bulan dengan simpangan
baku Rp 50.000/bulan. Setiap mahasiswa dari universitas lokal diberi satu proyek untuk
menghitung rata-rata upah dari 25 pekerja yang dipilih acak.
Dimanakah nilai rata – rata upah cuplikan – cuplikan tersebut dan berapakah nilai simpangan
bakunya?
Penyelesaian:
Dengan menganggap bahwa jumlah mahasiswa sangat banyak sehingga cukup untuk dikatakan
bahwa distribusi probabilitas dari 𝑋𝑋� memiliki limit P(X) maka nilai 𝑋𝑋� akan berfluktuasi sekitar:
E(X) = µ = Rp 300.000,00
Dan simpangan baku
𝜎𝜎 𝑅𝑅𝑅𝑅 50.000,00
𝜎𝜎𝑥𝑥 = =
√𝑛𝑛 √25
= Rp 10.000,00
Teorema Limit (tendensi) sentral adalah bila jumlah anggotanya diperbesar, maka distribusi rata-
rata cuplikan yang acak, yang diambil dari populasi, apapun bentuk distribusinya, mendekati
bentuk distribusi norma (dengan rata – rata µ dan simpangan baku σ/√n). Teorema ini secara
tuntas menunjukkan distribusi dari 𝑋𝑋� dalam sampel yang besar maka hal ini adalah yang palin
pokok untuk membuat pernyataan induktif (statistika inference). Dalam praktek dengan N=20,
distribusi rata -rata cuplikan 𝑋𝑋�, hampir dalam semua kasus sudah mendekati normal.
Contoh:
Misalnya kita memiliki nilai-nilai hasil ujian statistik dari sebuah kelas yang besar.
Dari nilai ujian kelas yang besar ini dihitung rata-ratanya adalah 72 dan simpangan
bakunya adalah 9.
a. Besar probabilitas bila diambil sebuah cuplikan acak sebanyak 10 pelajar yang memperoleh
rata-rata ujian lebih besar dari 80, dengan teorema limit sentral menjamin bahwa 𝑋𝑋�, rata-rata
cuplikan akan berdistribusi dengan dengan rata – rata µ dan simpangan baku σ/√n. Dengan
dasar ini kita baku normalkan:
𝑋𝑋� − 𝜇𝜇 80 − 72
Pr (𝑋𝑋� > 80 = 𝑃𝑃𝑃𝑃 = = 2,81
𝜎𝜎√𝑛𝑛 9 √10
Pr (Z > 2,81) dari tabel kurva normal diperoleh angka probabilitas = 0,0025
b. Untuk probabilitas sorang pelajar yang secara acak mendapatkan nilai di atas 80 dapat
dihitung:
𝑥𝑥 − 𝜇𝜇 80 − 72 8
Pr(𝑋𝑋 > 80) Pr(𝑋𝑋 > 80) = Pr � �= =
𝜎𝜎 9 9
8
= Pr �Z > � = 0.1867 atau dibulatkan 0,19
9
Terlihat bahwa kemungkinan besar yaitu sebesar 19%, akan mendapatkan seorang pelajar
yang memiliki nilai ujian melebihi 80. Akan tetapi kemungkinannya sangat kecil, sebesar
kurang dari 1% kita mendapatkan rata-rata nilai 10 orang pelajar yang lebih besar dari 80.
Dari 10 orang tersebut beberapa orang ada di bawah 80 dan beberapa orang di atas 80. Bila
yang di bawah 80 cukup besar proporsinya, maka untuk mendapatkan nilai rata-rata yang
lebih besar dari 80 cukup sulit.
Jadi sifat – sifat suatu cuplikan acak yang diambil dari populasi yang bentuknya tidak
mengikat. Bila populasinya berbentuk normal dengan momen maka cuplikannya juga
berdistribusi normal dengan momen:
𝜎𝜎 2
𝐸𝐸(𝑋𝑋) = 𝜇𝜇 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝜎𝜎𝑋𝑋2 =
𝑛𝑛
Bila distribusinya tidak diketahui, berdasarkan teorema limit sentral, dapat mengatakan
bahwa cuplikan acak akan memiliki distribusi rata-rata cuplikan mendekati normal, sehingga
tabel distribusi normal baku dapat digunakan untuk menghitung probabilitas/proporsi
terjadinya sebuah peristiwa.
Suatu penelitian acak memerlukan perencanaan cermat.
Sumber:
Suparmi, Christina.2019.Statistika Ekonomi.(Edisi 1, Cetakan ke-15). Tangerang
Selatan:Universitas Terbuka.