PENDAHULUAN
1
Pertumbuhan permintaan pertanian organik dunia mencapai 15-20%
pertahun, namun pangsa pasar yang mampu dipenuhi hanya berkisar 0,5- 2%
dari keseluruhan produk pertanian. Meskipun di Eropa penambahan luas areal
pertanian organik terus meningkat dari rata-rata dibawah 1% (dari total lahan
pertanian) pada tahun 1987 menjadi 2-7% di tahun 1997, namun tetap saja
belum mampu memenuhi pesatnya permintaan. Inilah kemudian yang memacu
permintaan produk pertanian organik dari negara-negara berkembang. (Suyono
dan Hermawan, 2006)
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik,
kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang
menghormati alam, potensi pertanian organik sangat besar. Pasar produk
pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu
pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman
bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan
ekspor.Perkembangan pertanian organik sedang mendapat perhatian yang
besar dari masyarakat. Banyak masyarakat yang sengaja beralih untuk
mengkonsumsi pangan yang diproduksi menggunakan sistem pertanian organik.
Perkembangan informasi mengenai pertanian organik juga sedang ditingkatkan
diantara para petani di Indonesia, agar pertanian Indonesia bisa menerapkan
sistem pertanian yang berkelanjutan dan tetap menghasilkan produksi yang baik
pada masa mendatang.
Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto sejak 8
tahun lalu telah memulai dan mengembangkan inisiatif pangan sehat dengan
sistem pertanian organik. Semua orang bisa menjadi penghasil makanan sehat
sejak dari ladang hingga keatas piring. Produk pangan Brenjonk Organik telah
mendapat sertifikat organik dari lembaga Pamor Indonesia dan INFOAM
Network.
2
1.2. Rumusan Masalah
Dalam proses usahatani sayuran organik khususnya, tidak lepas dari
permasalahan yang yang timbul. Adapun permasalahannya yang timbul antara
lain :
1. Berapa besar biaya produksi usahatani sayuran organik pakcoy di Desa
Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto?
2. Barapa Besar Produksi usahatani sayuran organik pakcoy di Desa
Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto?
3. Berapa besar penerimaan usahatani sayuran organik pakcoy di Desa
Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto?
4. Berapa besar keuntungan usahatani sayuran organik pakcoy di Desa
Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto?
5. Bagaimana efiisiensi usahatani sayuran organik pakcoy di Desa
Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto?
3
1.4. Kegunaan Praktikum
Untuk memenuhi salah satu syarat dalam mata kuiah ilmu usahatani
4
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
5
Pertanian organik merupakan salah satu bagian pendekatan pertanian
berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi berbagai teknik sistem pertanian,
seperti tumpangsari (intercropping), penggunaan mulsa, penanganan tanaman
dan pasca panen. Pertanian organik memiliki ciri khas dalam hukum dan
sertifikasi, larangan penggunaan bahan sintetik, serta pemeliharaan produktivitas
tanah. (FAO/WHO Codex Alimentarius Commission, 1999)
Sistem Pertanian Organik, sebagaimana dimaksud dalam Permentan RI
Nomor 64 Tahun 2013, adalah sistem manajemen produksi yang holistik untuk
meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk
keragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik
menekankan penerapan praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan
penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya pertanian dengan
mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan/sosial setempat. Jika
memungkinkan hal tersebut dapat dicapai melalui penggunaan budaya, metode
biologi dan mekanik, yang tidak menggunakan bahan sintesis untuk memenuhi
kebutuhan khusus dalam sistem. Sehingga produk Hortikultura seperti buah dan
sayur, termasuk dalam pangan organik, yaitu pangan yang dihasilkan dari lahan
pertanian organik.
Istilah organik adalah istilah pelabelan yang menyatakan bahwa suatu
produk telah diproduksi sesuai dengan standar produksi organik dan disertifikasi
oleh lembaga sertifikasi resmi. Instansi resmi pemerintah yang berwenang
melakukan pengawasan pangan segar yang masuk atau beredar di Indonesia
adalah OKPO (Otoritas Kompeten Pangan Organik). Sistem pangan organik
juga telah memiliki SNI (Standar Nasional Indonesia) yaitu SNI 6729:2010. SNI
inilah yang menjadi dasar pelabelan organik oleh Lembaga Sertifikasi Organik
(LSO), yang bisa berasal dari dalam negeri maupun LSO asing yang
berkedudukan di Indonesia. (Kementerian Pertanian, 2013)
Salah satu contoh kebijakan pemerintah daerah yang memiliki
perencanaan pembangunan pertanian berkelanjutan adalah Kotamadya Batu
Provinsi Jawa Timur. Kebijakan pembangunan pertanian baik tanaman pangan
maupun Hortikultura di Kota Batu diarahkan menuju pada penerapan sistem
pertanian organik. Praktikum mengenai usahatani buah organik masih belum
6
banyak yang dilakukan di Indonesia. Yang banyak dipublikasikan adalah
keberhasilan usahatani sayuran organik. Hal ini berkaitan dengan permintaan
sayuran organik yang lebih tinggi daripada buah organik.
Menurut Ida Syamsu Roidah (2013), beberapa manfaat dari sistem
pertanian organik adalah sebagai berikut:
Meningkatkan pendapatan petani.
Mengurangi semua bentuk pencemaran yang dihasilkan dari berbagai
kegiatan pertanian.
Menghasilkan bahan pangan yang cukup aman, bergizi, sehingga dapat
meningkatkan kesehatan masyarakat sekaligus daya saing produksi
agribisnis.
Menciptakan lingkungan yang sehat dan aman bagi petani.
Meningkatkan dan menjaga produktifitas lahan pertanian dalam jangka
waktu panjang serta melestarikan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan.
Menciptakan lapangan kerja serta inovasi baru dalam memelihara
keharmonisan tata sosial di pedesaan.
The International Federation of Organic Agriculture Movements
(IFOAM)menyatakan bahwa pertanian organik bertujuan untuk:
1. Menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dengan kuantitas memadai
2. Membudidayakan tanaman secara alami
3. Mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem
pertanian
4. Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah jangka panjang,
5. Menghindarkan seluruh bentuk cemaran yang diakibatkan penerapan teknik
pertanian
6. Memelihara keragaman genetik sistem pertanian
Batasan pertanian organik dari Food and Agriculture Organization
(FAO), United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dan
The National Organic Standards Board (NOSB) of the United States
Department of Agriculture (USDA), memberikan kesimpulan bahwa sistem
pertanian disebut pertanian organik bila mempunyai ciri-ciri sebagi berikut:
7
Sistem pertanian dibangun berdasarkan pada pemahaman/pengetahuan
tentang sifatsifat alam.
Tanah diperlakukan sebagai entitas yang hidup yang terdiri atas organisme
dan mikroba yang menentukan kesuburannya yang harus selalu dipelihara
dan dilindungi dalamproses penggarapannya untuk memperoleh hasil
pertanian.
Tidak memerlukan input non-organic (sintetis) dan tidak menggunakan air
berlebihan.
Mengandalkan green and animal manures dan mineral alam seperti dari
batu-batuan untuk memelihara kesuburan tanah.
Penanganan dan pencegahan hama/penyakit dilakukan melalui rotasi
tanaman, pilihan varietas, penggunaan natural predators dan pestisida
nabati.
Bersifat multikultur (multicrops).
Menggunakan budidaya pertanian dan metoda mekanik.
Memperhatikan kesejahteraan hewan ternak dalam hal nutrisi, kandang dan
kesehatan secara umum.
Memperhatikan dampak pengelolaan pertanian terhadap lingkungan hidup
dan konservasi habitat.
8
dimilikinyatentang kesejahteraan. Jadi ilmu usahatani mempelajari cara-cara
petanimenyelenggarakan pertanian. (Tohir, 1991)
Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan
cara dalam pertanian. Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha
yang menyangkut bidang pertanian. (Moehar, 2001)
Operasi usahatani meliputi hal-hal berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang apa, kapan, dimana, dan beberapa besar usahatani itu
dijalankan. Masalah apa yang timbul menjadi pertimbangan dalam percakapan
keputusan usaha operasi, usahatani mencakup hal-hal tentang pengalaman dan
kegiatan merencanakan ushatani. Usahatani semata-mata menuju kepada
keuntungan terus menerus, bersifat komersial, menurut Rivai (1980 : 8), potret
usahatani ialah sebagai berikut:
a. Adanya lahan tanah usahatani yang diatasnya tumbuh tanaman ada tanah
yang disebut kolam, tambak, sawah, ada tegalan, ada tanaman setahun.
b. Adanya bangunan yang berupa rumah petani. Gedung, dan kandang, lantai
jemur, dan lain-lain.
c. Adanya alat-alat pertanian seperti cangkul, parang, garpu, linggis, sprayer,
traktor, pompa air, dan lain-lain.
d. Adanya pencurahan kerja untuk mengelolah tanah, tanaman, memelihara
dan lain-lain.
e. Adanyakegiatan petani yang menerapkan uashatani, dan menikmati
hasilusahataninya.
Dengan demikian petani juga dapat mempengaruhi keadaan produksi
melalui beberapa sumber daya yang akan mereka pakai dalam usahataninya.
Misalnya jumlah bibit, pupuk dan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam
usahataninya itu. (Soekarwati, 1984)
Sumber tenaga kerja dalam usahatani dapat berasal dari dalam keluarga
dan luar keluarga, sedangkan jenis tenaga kerja dapat berupa tenaga kerja pria,
tenaga kerja wanita dan anak-anak, ternak dan mesin. Satuan kerja dalam
usahatani baik tenaga kerja wanita dan anak-anak, ternak atau mesin disetarakan
dengan tenaga kerja pria. (Fadholi,1979).
9
Setiap petani mempunyai perbedaan satu sama lain dalam
mengalokasikan faktor-faktor produksi (tanah, modal dan tenaga kerja) dalam
usahataninya. Dengan sempitnya luas lahan garapan berpengaruh terhadap biaya
produksi yang dikeluarkan petani dalam proses produksi usahataninya. (Suharjo
dan Patong, 1973).
]Tanah merupakan suatu faktor produksi seperti halnya modal tenaga
kerja, hal ini dapat dibuktikan dari tinggi rendahnya balas jasa yang sesuai
dengan permintaan dan penawaran tanah itu dalam masyarakat dan daerah
tertentu, pembanyaran atas jasa produksi ini disebut sewa tanah.
(Mubyarto,1977).
Suatu usahatani dikatakan baik jika usahataninya produktifitasnya tinggi
dan dikatakan efesien kalu tingkat produksi dapat dicapai pada penggunan faktor
produksi yang lebih rendah.
Menurut, Soedarsono (1975) bahwa usahatani dikatakan ekonomis bila
usaha tani tersebut secara maksimal harus dapat memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1. Usahatani harus dapat menghasilkan cukup pendapatan untuk dapat
membayar semua alat-alat yang diperluhkan.
2. Usahatani harus dapat menghasilakan pendapat untuk dapat dipergunakan
dalam usahatani berikutnya, baik itu modal sendiri maupun dari modal
pinjaman pihak lain.
3. Usahatani harus dapat membayar upah tenaga kerja yang diperluhkan dalam
usahatani dengan secara layak.
4. Usahatani dapat juga membayar tenaga petani sebagai manejer dan
mengambil keputusan dalam mengolah usahataninya.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disarikan bahwa yang dimaksud
dengan usahatani adalah usaha yang dilakukan patani dalam memperoleh
pendapatan dengan jalan memanfaatkan sumber daya alam, tenaga kerja dan
modal yang mana sebagian dari pendapatan yang diterima digunakan
untukmembiayai pengeluaran yang berhubungan dengan usahatani.
Usahatani merupakan satu-satunya ujung tombak pembangunan nasional
yang mempunyai peran penting. Upaya mewujudkan pembangunan nasional
10
bidang pertanian (agribisnis) masa mendatang merupakan salah satu tujuan
untuk mengatasi masalah dan kendala yang sampai sejauh ini belum mampu
diselesaikan secara tuntas sehingga memerlukan perhatian yang lebih serius.
Satu hal yang sangat kritis adalah bahwa meningkatnya produksi pertanian
(agribisnis) atau output selama ini belum disertai dengan meningkatnya
pendapatan dan kesejahteraan petani secara signifikan dalam usahataninya.
Petani sebagai unit agribisnis terkecil belum mampu meraih nilai tambah yang
rasional sesuai skala usahatani terpadu (integrated farming system). Oleh karena
itu persoalan membangun kelembagaan (institution) di bidang pertanian dalam
pengertian yang luas menjadi semakin penting, agar petani mampu
melaksanakan kegiatan yang tidak hanya menyangkut on farm bussiness saja,
akan tetapi juga terkait erat dengan aspek-aspek off farm agribussinessny.
(Tjiptoherijanto, 1996)
TC = TFC+TVC
Keterangan :
TC = Total Cost
TFC = Total Fixed Cost
TVC = Total Variable Cost
11
2.3.2. Penerimaan
Penerimaan usahatani adalah total penerimaan yang di hasilkan dari
suatu usahatani setelah di kalikan antara jumlah produksi dengan harga jual dari
produksi itu sendiri. Biasanya dirumuskan sebagai berikut :
TR = Q x P
Keterangan :
TR = Total Revenue
Q = Tatol produksi
P = Harga dari barang yang di hasilkan
2.3.3. Pendapatan
Pendapatan usahatani adalah total pendapatan atau keuntungan dari
suatu usahatani dimana total penerimaan dikurangi total biaya yang dikeluarkan
dalam suatu usahatani. Total pendapatan biasanya dirumuskan sebagai berikut :
π = TR – TC
Keterangan :
π = Total pendapatan (keuntungan)
TR = Total Revenue
TC = Total Cost(Soekartawi, 1995).
12
a. Peningkatan biomassa – sebagai sumber utama masukan organik hanya
mungkin dilaksanakan di daerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi.
Tetapi akan banyak menhadapi kendala di daerah yang beriklim relatif
kering. Pengembangan jenis tanaman pohon yang cepat tumbuh di sekitar
lokasi dapat dimanfaatkan sebagai sumber untuk meningkatkan bahan
organik. Akan tetapi, pengumpulan, prosesing dan pemanfaatan biomassa
memerlukan pandangan yang sama.
b. Pengetahuan/Teknologi Tradisional – meskipun cukup banyak teknologi
tradisional yang telah berkembang terutama dalam menghasilkan tanaman,
perlindungan tanaman tehadap serangan hama dan penyakit, namun masih
diperlukan usaha menggali kembali kearifan tradisional dengan tinjauan
ilmiah dan mengembangkan teknologi yang akrab dan ramah dengan
lingkungan. Masih cukup banyak wilayah Indonesia yang memerlukan
perhatian.
13
Lahan yang digunakan untuk produksi Pertanian Organik sedapat
mungkin dijaga kestabilannya tanpa harus mengacaukan, yaitu berpedoman pada
metode sedikit olah tanah (minimum tillage).
a. Penggunaan Kompos
Kompos yang diperkaya – bahan dasar pembuatan kompos
dianekaragamkan dengan memanfaatkan bahan yang tersedia ditempat. Metode
yang telah diuji dan diperbaiki, perlu pengujian lebih lanjut dan
dimasyarakatkan untuk memperbaiki kualitas kompos.
14
b. Penggunaan Pupuk Hayati
c. Penggunaan Pestisida
Pestisida hayati – cukup banyak bahan dasar tumbuh-tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan untuk perlindungan tanaman yang pada saat ini perhatian
dan penggunaannya masih sangat terbatas. Hal ini membuka peluang lebih besar
dalam menggali keragaman sumber daya hayati kita untuk dikembangkan
menjadi pestisida hayati.
15
sesuai kematangan. Cara pemanenan juga perlu berhati-hati sehingga tidak
menimbulkan kerusakan atau kehilangan hasil yang lebih besar.
16
2.4.12. Sistem Pengairan
Air irigasi harus berasal dari sumber yang tidak terkena polusi dengan
pengukuran kualitas air standar yang akan dilakukan tiap hari untuk memastikan
air tersebut bebas dari pencemaran serta pH-nya harus sesuai dengan parameter
standar.
17
BAB III
METODE PRAKTIKUM
18
3.4. Metode Analisis Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis
data secara diskriptif. Yang dimaksud analisis diskriptif adalah suatu analisis
data yang mengunakan angka-angka serta tabel dan juga didukung dengan
uraian atau penjelasan tentang hasil analisis tersebut.
Untuk mengetahui tujuan Praktikum digunakan analisa secara finansial
sebagai berikut :
1. Analisis Biaya Produksi
Biaya produksi akan muncul dalam setiap kegiatan ekonomi didalam usahanya selalu
berkaintan dengan produksi. Adanya biaya produksi berkaitan dengan diberlakukannya
input (faktor-faktor produksi). Biaya adalah sejumlah uang tertentu yang telah
diputuskan guna pembelian atau pembayaran input yang diberikan, sehingga
tersediannya sejumlah uang itu benar-benar diperhitungkan sedemikian rupa agar
produksi dapat berlangsung. Sehingga biaya produksi adalah sebagai semua
pengeluaran yang dikeluarkan produsen untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan
bahan-bahan penunjang lainnya yang akan digunakan agar produk-produk tertentu yang
telah direncanakan dapat terwujud dengan baik seperti yang telah direncanakan.
(Kartasapoetra, 1987)
Biaya produksi meliputi :
TC = TVC + TFC
Keterangan :
TC = Total Biaya
TVC = Total Biaya Variabel
TFC = Total Biaya Tetap
Semua biaya yang dikeluarkan usahatani adalah biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya
tetap adalah biaya yang tidak ada pengaruhnya dalam jumlah barang yang diproduksi.
Petani harus membayarnya berapapun jumlah yang dihasilkan dalam usahataninya.
Biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Biaya ini
ada apabila ada suatu barang yang diproduksi.
19
Biaya total adalah jumlah biaya tetap total dengan biaya tidak tetap total. Secara umum
dapat dikatakan bahwa semakin banyak produk yang dihasilkan, maka biaya total
semakin besar.
𝒏
𝐓𝐂 = ∑ 𝐏𝐢. 𝐗𝐢
𝒊=𝟏
Keterangan :
TC = Total biaya
Pi = Harga faktor produksi ke – i
Xi = Faktor produksi ke – i
i = 1,2,3,...,...,n
2. Analisis Penerimaan
Penerimaan adalah total penerimaan yang di hasilkan dari suatu usahatani setelah di
kalikan anatara jumlah produksi dengan harga jual dari produksi itu sendiri. Biasanya
dirumuskan sebagai berikut :
TR = Q x P
Keterangan :
TR = Total Revenue
Q = Total produksi
P = Harga dari barang yang di hasilkan
3. Analisa Pendapatan
Pendapatan adalah total pendapatan atau keuntungan dari suatu usahatani dimana total
penerimaan dikurangi total biaya yang dikeluarkan dalam suatu usahatani. Total
pendapatan biasanya dirumuskan sebagai berikut :
π = TR – TC
Keterangan :
π = Total pendapatan (keuntungan)
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
20
4. Analisa R/C Ratio
Analisis R/C ratio adalah alat analisis yang digunakan untuk mengukur efisiensi
usahatani, dengan membandingkan nilai Revenue (penerimaan) dan Cost (biaya). Ada
beberapa definisi efisiensi. Efisiensi dalam pekerjaan merupakan perbandingan yang
terbaik suatu pekerjaan dengan hasil yang diperoleh dari pekerjaan tersebut.
Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
a. Segi hasil : suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien apabila dengan usaha
tertentu dapatdiperoleh hasil yang maksimal, baik dalam hal kualitas maupun
kuantitasnya.
b. Segi usaha : suatu pekerjaan disebut efisien jika hasil tertentu dapat dicapai
denganusaha yang minimal.
Efisiensi menurut Soekartawi (2001), merupakan gambaran perbandingan terbaik antara
suatu usaha dan hasil yang dicapai. Efisien tidaknya suatu usaha ditentukan oleh besar
kecilnya hasil yang diperoleh dari usaha tersebut serta besar kecilnya biaya yang
diperlukan untuk memperoleh hasil tersebut. Tingkat efisiensi suatu usaha biasa
ditentukan dengan menghitung per cost ratio yaitu imbangan antara hasil usaha dengan
total biaya produksinya.Untuk mengukur efisiensi suatu usahatani digunakan analisis
R/C ratio. Menurut Soekartawi (2001), R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan
perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat dinyatakan
sebagai berikut :
R / C = PQ. Q / (TFC+TVC)
Keterangan :
R = penerimaan
C = biaya
PQ = harga output
Q = output
TFC = biaya tetap (fixed cost)
TVC = biaya variabel (variable cost)
21
R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP
R/C rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan
22
Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk dengan kuantitas
produk pada saat BEP, rumusnya sebagai berikut :
23
BAB IV
KEADAAN UMUM DAERAH
2. Luas Wilayah
Desa Penanggungan memiliki luas wilayah sebesar 474Ha yang dimanfaatkan untuk
keperluan sawah dan ladang, kebun, sawah, pekarangan, hutan dan lain-lain. Secara
rinci penggunaan lahan disajikan pada tabel 1 dibawah ini.
24
Dari tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa lahan di Desa Penanggungan sebagian besar
digunakan untuk sawah dan ladang yaitu seluas 175,67ha dengan persentase sebesar
37,061% dari total luas lahan. Penggunaan luas lahan paling besar kedua digunakan
untuk sawah yaitu seluas 154,33ha dengan persentasi 32,559% dari total luas lahan.
Penggunaan luas lahan paling besar ketiga digunakan untk hutan yaitu dengan luas
100ha dengan persentase 21,097%. Adapun sisa penggunaan lahan digunakan untuk
pekarangan, perkebunan dan lain sebagainya.
Dari data penggunaan lahan di atas dapat diketahui bahwa luasan lahan yang digunakan
untuk lahan pertanian cukup besar dan sangat berpotensi untuk mengembangkan
usahatani sayuran organik.
25
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk di Desa
Penanggungan tergolong tinggi dikarenakan mayoritas penduduknya yang telah
menempuh pendidikan 9 tahun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk dengan
tingkat pendidikan SMP sebesar 38,634% dan tingkat pendidikan SMA sebesar
37,626%. Adapun penduduk yang telah menempuh pendidikan setara perguruan tinggi
yaitu 1,318% untuk Akademi dan 2,249% untuk S1. Sedangkan untuk penduduk dengan
tingkat pendidikan dibawah 9 tahun yaitu sebesar 18,696% untuk lulus SD dan 1,474%
untuk lulus TK.
Berdasarkan tebel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar Desa Penanggungan memiliki
mata pencaharian sebagai buruh tani dengan persentase 31,794% dari total penduduk.
Mata pencaharian sebagai petani menempati posisi kedua dengan persentase sebesar
24,981%. Posisi paling banyak ketiga ditempati oleh penduduk dengan mata
pencaharian swasta dengan persentase sebesar 24,299%. Dan posisi berikutnya
26
ditempati oleh penduduk bermata pencaharian Buruh Bangunan, PNS, Pensiunan dan
TNI/POLRI.
Hal ini menunjukkan bahwa petani di Desa Penanggungan merupakan salah satu jenis
pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh penduduk di daerah tersebut dan berpoteni
untuk mengembangkan usaha di bidang pertanian.
Di luar dugaan, para pengunjung lebih memilih untuk membeli bibit sayuran atau buah
organik tersebut dibandingkan dengan produk cafe olahan Brenjonk. Pemilik usaha cafe
Brenjonk yang bernama Bapak Slamet akhirnya berinisiatif untuk mengganti usaha cafe
Brenjonk menjadi usaha sayuran organik. Mengingat modal yang dimiliki tidak banyak
untuk membentuk usaha sayuran organik dalam skala besar. Pemilik kemudian berpikir
untuk membentuk komunitas organik di daerah tempat tinggalnya yaitu Dusun
Penanggungan. Lokasi Dusun Penanggungan yang terletak di kaki gunung
penanggungan dan kaki gunung wlirang menjadikan daerah tersebut memiliki cuaca
yang sejuk serta keadaan tanah yang subur. Hal inilah yang menjadikan potensi besar
Dusun Penanggungan sebagai tempat budidaya sayuran organik.
Petani yang bergabung dalam Komunitas Organik Brenjonk merupakan para petani di
dusun setempat. Hingga saat ini anggota Komunitas Brenjonk mencapai 137orang
dengan latar belakang petani, buruh tani, pensiunan PNS dan perusahaan, pemuda dan
ibu-ibu rumah tangga. Usaha yang dijalankan oleh Komunitas Organik Brenjonk adalah
usahatani organik yang melibatkan anggota masyarakat khususnya masyarakat yang
memiliki keterbatasan lahan produksi. Budidaya sayuran organik dilakukan pada lahan
kecil milik petani dengan menggunakan Green House atau disebut RSO (Rumah Sayur
27
Organik) dengan memanfaatkan pekarangan sendiri. Untuk ukuran Green House skala
mikro adalah 3x4m² atau 3x5m² dengan harga Rp 2.000.000,-. Green House skala
menengah 5x10m² dengan harga Rp 2.500.000,-. Dan Green House skala besar 5x12m²
dengan harga Rp 3.000.000,-. Green House tersebut diperoleh petani secara tunai
ataupun kredit. Kredit dibayarkan petani melalui penjualan sayuran organik kepada
pihak Brenjonk pada setiap bulannya.
Produksi dari petani organik didistribusikan oleh pihak Brenjonk ke berbagai tempat
baik pasar modern maupun pasar tradisional. Disamping bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pangan sehat dan aman untuk setap keluarga serta melestarikan lingkungan
hidup usahatani yang dijalankan brenjonk memiliki fokus dibidang pemasaran
komoditas organik. Basis areal produksi Organik Brenjonk terdiri dari areal
persawahan, areal rahan kering dan areal pemukiman. Secara keseluruhan semua
komoditas diproduksi dikawasan pegunungan dengan rata-rata ketinggian 650 dpl,
kondisi kawasan produksi masih didukung oleh keanekaragaman hayati yang melimpah
jauh dari kawasan industri.
Komoditas yang sudah diproduksi oleh Brenjonk meliputi beras organik, sayuran
organik, buah-buahan lokal organik, aneka bumbu dan rempah lokal organik dan
tanaman herbal organik. Komoditas tersebut sudah dipasarkan ke beberapa konsumen
baik melalui kemitraan dengan middelman maupun dijual langsung kepada end user.
Volume penjualan hingga saat ini mencapi rata-rata 3000pak/bulan (1 pak berisi 200-
250 gram).
Komunitas Organik Berenjonk telah tercatat sebagai anggota dari Aliansi Organik
Indonesia (AOI) dan memiliki sertifikasi baik nasional maupun internasional. Untuk
sertifikasi nasional Brenjonk memiliki sertifikat Organik Indonesia dari PT. Biocert
Indonesia sedangkan untuk sertifikat internasional Brenjonk memiliki sertifikat
PAMOR Indonesia.
28
kelestarian lingkingan hidup. Tiga kegiatan pokok yang dilakukan Brenjonk untuk
mencapai cita-cita tersebut antara lain:
1. Meningkatkan pemberdayaan petani
2. Meningkatkan kemampuan pengolahan sistem pertanian organik
3. Meningkatkan kualitas kesehatan keluarga, sanitasi dan kesehatan lingkungan.
Dasar kegiatan Komunitas Organik Brenjonk dimulai dari perekrutan petani, pendirian
green house baik secara tunai ataupun kredit, budidaya sayuran organik, dan juga
pemasaran. Untuk lebih jelasnya berikut ini fokus kegiatan program di Komunitas
Organik Brenjonk:
1. Pengembangan pertanian organik dan menejemen sistem informasi pasar
2. Pendidikan kesehatan swadaya dan pemanfaatan tanaman obat keluarga
3. Pemberdayaan perempuan dan kesehatan anak
4. Perdagangan produk pertanian dan optimalisasi jasa.
Jumlah anggota dari Komunitas Organik Brenjonk mencapai 137orang petani yang
tersebar di 9 wilayah yang berada di 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Trawas dan
Kecamatan Pacet. Anggota yang tercatat di Kecamatan Trawas berada di Dusun
Penanggungan, Dusun Trawas, Dusun Ketapanrame dan Dusun Selotapak. Sedangkan
anggota yang tercatat di Kecamatan Pacet berada di wilayah Sajen, Padusan,
Tamiajeng, Claket dan Warugunung.
Setiap anggota petani dapat memiliki lebih dari satu RSO atau lahan open filed. Tidak
semua lahan yang dimiliki masuk kategori organik. Hal ini dikarenakan status lahan
dapat berupa organik atau konversi yang tergantunng pada posisi dan sejarah lahan itu
sendiri. Lahan yang dimiliki petani beragam tergantung ukuran RSO yang dimiliki.
Sehingga total luas lahan pada Komunitas Organik Brenjonk hingga saat ini adalah 4,6
Ha termasuk lahan open Field.Gambaran peta sebaran Komunitas Organik Brenjonk
dapat dilihat pada lampiran 4.
Sejalan dengan pengembangan pengetahuan serta kesadaran yang semakin tinggi dari
masyarakat akan manfaat produk organik khususnya di wilayah Mojokerto, telah
banyak masyarakat baik secara individu maupun kelompok atau organisasi PKK, civitas
akademik, pemuda atau kelurahan yang datang untuk memanfaatkan dan menikmati
edukasi pendidikan budidaya tanaman organik di Komunitas Organik Brenjonk ini.
29
3. Struktur Organisasi Komunitas Organik Brenjonk
Berikut ini merupakan struktur organisasi dari komunitas organik brenjonk :
Gambar 2.
Struktur Organisasi Komunitas Organik Brenjonk
(Sumber: Komunitas Organik Brenjonk, 2013)
30
Gambar 3. Struktur Organisasi ICS Brenjonk
(Sumber: Komunitas Organik Brenjonk, 2013)
31
a. Membuat peta, peta loksi lahan petani organik dan sketsa lahan petani
b. Melakukan pendaftaran atau registrasi petani
c. Melakukan inspeksi internal minimal satu kali dalam setahun dan melakukan
dokumentasi terhadap hasil inspeksi dalam formulir inspeksi internal.
d. Melakukan kunjungan secara rutin ke tempat-tempat poling atau pembelian
selama musim panen untuk memastikan prosedur pembelian dijalankan sesuai standar
internal.
5. Bagian Persetujuan
a. Melakukan perbaikan yang diperlukan terhadap data-data hasil inspeksi internal
b. Melakukan seleksi terhadap data-data atau laporan yang perlu didiskusikan lebih
lanjut oleh panitia
c. Melakukan pertemuan minimal satu kali dalam setahun pada waktu setelah
inspeksi internal dilakukan dan sebelum dimulai pembelian
d. Mengambil keputusan organik sesuai prosedur pengambilan keputusan organik
dalam pertemuan tersebut
e. Melakukan dokumentasi terhadap semua keputusan tentang petani yang
memperoleh persetujuan maupun petani yang memperoleh sanksi
f. Menandatangani hasil keputusan untuk diajukan atau dikirim ke lembaga
sertifikasi organik (LSO).
6. Bagian Jual Beli
a. Melakukan pembelian produk organik dari petani anggota brenjonk sesuai
prosedur pembelian yang ada
b. Melakukan pengecekan kualitas produk organik yang akan di beli
c. Melakukan pencatatan terhadap data-data termasuk volume produk hasil
pembelian yang dilakukan
d. Menjamin bahwa produk organik terjaga integritas keorganikannya selama
pengangkutan dari kelompok tani ke pengemasan
e. Melakukan pembayaran dan menandatangani tanda bukti pembayaran ke petani
f. Melakukan penjualan dari brenjonk ke konsumen, dengan menjaga integritas
keorganikan dan mengikuti prosedur pengangkutan yang ada.
7. Pendampingan lapang
32
a. Melakukan kunjungan lapang secara teratur kepada petani untuk memberikan
saran-saran guna meningkatkan produksi dan kualitas produk serta memberikan bantuan
jika ada permasalahan dalam produksi
b. Melakukan penyuluhan dan Praktikum kepada petani dalam rangka pertanian
organik, peningkatan produksi dan kualitas produk
c. Mengkoordinasi dan melakukan pembuatan peta umum dan peta lokasi lahan
organik dan non organik
d. Mengkoordinasikan pembelian input-input pertanian yang diinginkan untuk
pertanian organik
e. Membantu petani melakukan pendataan untuk keperluan pengisian buku harian
petani.
33
Pihak brenjonk sendiri melakukan kerjasama dengan petani melalui berbagai cara.
Diantaranya memberikan penyuluan dan pelatihan secara rutin kapada petani yang
dikoordinasikan dengan pembimbing lapang dalam rangka pertanian organik,
peningkatan produk dan kualitas produk. Adapun kegiatan yang rutin dilakukan yaitu
rapat antara pihak brenjonk dengan petani untuk mengungkapkan dan memecahkan
masalah-masalah yang selama ini terjadi dari kedua belah pihak. Selain itu untuk
menghindari tumpang tindih jadwal tanam yang mengakibatkan terjadinya produksi
yang berlebih dan disaat tertentu akan terjadi kekurangan produk, pihak brenjonk
mensosialisasikan kalender jadwal tanam bagi para petani.
34
organik. Untuk produk sayur buah dibudidayakan dilahan organik berupa open field
tanpa menggunakan green house. Selain memproduksi hasil pertanian organik brenjonk
juga menyediakan pupuk organik yang diproduksi sendiri oleh brenjonk.
7. Sertifikasi Produk
Produk sayuran dari komunitas organik brenjonk kini telah memiliki sertifikasi baik
nasional maupun internasional. Sertifikasi pertama yang dimiliki komunitas organik
brenjonk yaitu PAMOR. Sertifikasi ini merupakan sertifikasi internasional. PAMOR
Indonesia yang telah diregistrasi oleh PGS (Partisipatory Guarantee System) IFOAM
Network. PAMOR Indonesia adalah penjamin mutu organik yang diorientasikan untuk
kelompok tani kecil. Standar PAMOR Indonesia mengadopsi dari Standar Nasional
Indonesia (SNI) dan Standat Aliansi Organik Indonesia (AOI). Brenjonk merupakan
komunitas organik pertama di Indonesia yang menerima sertifikat organik PAMOR
Indonesia.Sertifikat PAMOR tersaji pada lampiran 5.
Sertifikat PAMOR ini sudah didapatkan brenjonk sejak tahun 2009 yang meliputi
produk sayur, beras, buah, umbi-umbian dan empon-empon. Nomor registrasi untuk
sertifikasi brenjonk sendiri adalah 04-001-BRJ. Sertifikat ini juga masih berlaku hingga
saat ini dengan adanya kegiatan inspeksi setiap tahunnya karena masa berlaku sertifikat
PAMOR hanya satu tahun.
Selain ini komunitas organik brenjonk telah mendapatkan sertifikat produk organik
untuk jenis produk sayuran dari PT. BIOCERT INDONESIA yang berlaku mulai bulan
September 2012 dan berakhir tahun 2015. Sertifikat ini didapatkan sesuai dengan SNI
6729-2010 tentang sistem pangan organik dan standat pertanian organik Aliansi
Organik Indonesia (AOI) bualn Oktrober 2011 serta persyaratan Sertifikat Biocert.
Dengan sertifikat ini, komunitas organik brenjonk berhak memakai Logo Organik
Indonesia pada label dan bentuk promosi penjualan lainnya.Sertifikat BIOCERT dapat
dilihat pada lampiran 6.
Selain itu, untuk meyakinkan konsumennya bahwa produk organik brenjongk yang
dihasilkan tidak mengandung residu kimia, brenjonk telah melakukan uji analisa kimia
terhadap 18jenis komoditas potensional. Komoditas tersebut antara lain selada keriting,
beras tuton, salak trawas, pisang ambon, terong, caisim, bayam merah, tomat,
35
kangkung, cabai, kailan, bayam hijau, jagung manis, pakcoy, kol, oyong, daun rocket,
wortel, labu siam dan kubis.
36
- Masa konversi ini bisa diperpendek, namun tidak boleh kurang dari 12 bulan.
2. Benih dan Pembenihan
a. Benih diupayakan menggunakan benih lokal produksi sendiri, jika tida mungkin
boleh membeli benih dari petani lain atau toko.
b. Apabila petani membeli benih harus melapor
c. Tidak ada perlakuan kimia pada benih, jika tidak mungkin maka harus dilakukan
pencucian
d. Benih harus bermutuh
e. Media untuk pembenihan harus menggunakan pupuk organik atau kompos
f. Campuran tanah yang dipakai harus dari lahan organik. Tanah yang dipakai
tidak boleh diambil dari hutan
g. Penyimpanan benih yang berasal dari produksi sendiri tidak boleh ada perlakuan
kimia
h. Tidak boleh menggunakan benih dari hasil rekayasa genetika dan turunannya
i. Pengendalian OPT pada pembibitan tidak boleh menggunakan tembakau atau
bahan kimia dari pabrik
3. Penanaman
a. Tidak boleh menanam satu jenis tanaman saja didalam RSO
b. Ada tanaman pengusir hama
c. Tidak boleh merokok pada saat penanaman
d. Peralatan yang digunakan untuk penanaman harus dibersihkan terlebih dahulu.
4. Perawatan
a. Pemupukan harus menggunakan pupuk organik (pengomposan atau pupuk cair)
b. Tidak boleh menggunakan pupuk yang berasal dari kotoran ternak yang diberi
makanan yang mengandung bahan kimia, maupun kotoran manusia
c. Tidak boleh membakar sisa makanan ternak dan limbah pertanian kecuali dibuat
arang
d. Dosis tidak boleh berlebihan disesuaikan dengan rekomendasi
5. Pengairan
a. Tidak boleh menggunakan air yang tercemar bahan kimia
b. Boleh menggunakan air hujan
c. Jika menggunakan air irigasi harus ada pemurnian
37
d. Penggunaan air untuk pengairan harus bijak
6. OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
a. Tidak boleh menggunakan pestisida dan herbisida sintetis
b. Pengendalian hama dan penyakit menggunakan musuh alami dengan cara
mekanik dan pestisida nabati
c. Menjaga keanekaragaman makhluk hidup
d. Gulma tidak boleh dibersihkan secra total
7. Panen
a. Peralatan panen harus khusus
b. Tempat pencucian produk organik harus khusus
c. Penirisan dan hasil produk ditempatkan pada tempat yang bersih dan bebas
kontaminasi
8. Pengangkutan
a. Selama proses pengangkutan tidak boleh kontaminasi (asap atau cemaran yang
lain)
b. Tempat untuk mengangkut harus terbuat dari bahan yang alami
c. Sarana pengangkutan (kendaraan) harus dicuci bersih
9. Pasca Panen
a. Tempat untuk proses pasca panen harus bersih
b. Sampah harus dikelolah secara tepat dan ada pemilihan
c. Pembersihan tempat produksi tidak boleh menggunakan bahan kimia yang
dilarang
d. Peralatan harus bersih dan khusus
e. Penempatan produk organik harus terpisah dengan penempatan produk non
organik
f. Kemasan harus menggunakan bahan yang diijinkan
10. Penentuan lahan
a. Tidak terkontaminasi bahan kimia
b. Jauh dari sumber pencemaran
c. Kaya keanekaragaman hayati
d. Dekat dengan sumber pupuk organik
e. Status lahan ada bukti kepemilikan dan tidak dalam sengketa
38
f. Tidak boleh membuka lahan dengan pembabatan hutan ataupun kawasan
konservsi
g. Lahan yang berada dekat dengan sumber pencemaran harus diberi pembatas
yang cukup sehingga dapat menghindari kontaminasi
11. Sarana produksi
a. Media tanam tidak terkontaminasi bahan beracun
b. Proses pembuatan kompos bisa menggunakan MOL dan tidak boleh
menggunakan mikroorganisme hasil rekayasa genetika
c. Pengomposan harus terfermentasi sempurna
d. Pupuk diolah dari ternak yang diurus secara alami dan bijaksana
e. Peralatan pertanian tidak terkontaminasi dengan bahan kimia dan digunakan
secara khusus untuk organik
f. Bahan-bahan untuk green house harus aman
g. Media tanam tidak boleh diambil dari hutan atau tempat sungai tercemar
h. Peralatan pengolahan lahan tidak menimbulkan pencemaran lahan
i. Dalam pengolahan lahan diupayakan seoptimal mungkin tidak mengurangi
peran mikoorganisme dalam tanah serta tidak berlebih sehingga dapat mengurangi
kondisi keseimbangan lingkungan
j. Fumigasi tidak boleh menggunakan bahan kimia maupun api
k. Tidak boleh membakar sampah dan sisa pertanian dilahan organik
l. Sistem pengairan harus efektif dan efisien seta memperhatikan keberlanjutan
12. Produksi pararel
a. Jika petani memiliki jenis komoditas yang berstatus atau perlakuan berbeda
maka hasil panen harus dipisah menjadi 3 bagian yakni organik, konversi dan
konvensional
b. Pencatatan produksi pararel harus dipisahkan secara tegas
c. Tempat dan alat-alat produksi pararel harus dipisah dan disimpan pada tempat
yang berbeda
39
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
40
∑
No Luas Lahan (m²)
Jiwa %
1 5 x 10 m² 4 60
Total
Sumber: Analisa Data Primer, 2015.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar petani responden memiliki luas
lahan green house sebesar 5 x 10 m² dengan persentase 60% dan luas lahan green house
sebesar 5 x 12 m² dengan persentase 40%.
Hal ini menunjukkan bahwa green house ukuran medium lebih banyak dimiliki oleh
petani responden dan hasil yang diperoleh dalam berusahatani juga maksimal sehingga
dapat memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan.
41
tanam. Berikut ini adalah tabel 11 yang menggambarkan tentang nilai total biaya rata-
rata usahatani sayuran organik pada komunitas organik brenjonk yang menunjukkan
uraian analisa biaya yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel.
Tabel 11. Biaya Produksi Usahatani Sayuran Organik pakcoy pada Komunitas Organik
Brenjonk di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.
Total Biaya
Macam Biaya
(Rp)
Biaya Variabel (VC)
Biaya Pupuk Kompos 432000
Biaya Pupuk Kandang 128000
Biaya Pestisida 10000
Biaya Pengairan 160000
Tree Bibit 192000
Biaya Tenaga Kerja
Pengolahan lahan 144000
Penanaman 144000
Pemupukan 24000
Pengendalian Hama 24000
Pengairan 24000
Panen 48000
Biaya Tetap (FC)
Green House 700000
Peralatan 150000
Total (TC) 2.180.000
Sumber data: Analisa Data Primer, 2015.
a. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan dan tidak berubah-ubah. Biaya tetap
pada usahatani sayuran organik meliputi:
- Biaya Peralatan
Untuk biaya peralatan dikeluarkan sekali dalam berusahatani. Untuk 1 paket peralatan
yang terdiri dari cangkul, gembor, sabit dan cetok dapat diperoleh dengan harga Rp
37.500,
Karena dalam berusahatani untuk 1 green house berukuran medium atau besar
dibutuhkan sekitar 2 paket peralatan. Hal ini dilakukan untuk mengefisiensikan waktu
dan tenaga yang ada. Maka, biaya yang harus dikeluarkan petani responden sebesar Rp
37.500,- x 2 = Rp 75.000,-.
42
b. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan produsen tergantung besar kecilnya
produk yang dihasilkan. Biaya variabel pada usahatani sayuran organik meliputi :
- Biaya Pupuk
Untuk 1 green house ukuran medium yang didalamnya terdapat dalam 1 kali tanam
membutuhkan 25kg pupuk kompos (1 sak). Jika dalam 1 kali tanam maka, biaya yang
harus dikeluarkan untuk pembelian pupuk sebesar Rp 10.000,-
- Biaya Tree Bibit
Dalam proses usahatani sayuran organik dibutuhkan tree unutk proses pembibitan. Tree
ini biasanya disediakan oleh pihak Komunitas Organik Brenjok beserta dengan bibit
yang sudah jadi, sehingga para petani yang tergabung dalam komunitas hanya tinggal
menggambil di Rumah Bibit yang ada dengan membayar Rp 6.000,- pertree dan
mengembalikan tree –nya saja setelah proses penanaman di green house selesai.
Karena dalam 1 green house terdapat 1 jenis tanaman saja. Maka, untuk 1 green house
membutuhkan 2 tree. Sehingga biaya untuk tree bibit saja dalam 1 kali tanam Rp
12.000,-.
43
selalu stabil tiap kali musim tanamnya. Yang kemudian nantinya dibagi menurut
kwalitas dari sayuran-sayuran tersebut. Maka dalam 1x panen petani responden
mendapatkan hasil sebesar 25kg x 2 x 1kali = 50Kg.
Keterangan :
TR = Total Revenue
Q = Total produksi
P = Harga dari barang yang di hasilkan
Maka dapat diketahui total penerimaan yang didapatkan oleh petani responden dari
petani sayuran organik pakcoy Brenjonk dalam 1x panen sebesar Rp 780.000,-.
Keterangan :
π = Total pendapatan (keuntungan)
44
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
Pendapatan rata-rata yang diterima petani responden dalam 1x panen di dalam green
house adalah sebesar Rp 680.000,-.
45
Keterangan:
BEP = Break Even Point (Titik Impas)
TC = Total Cost (Biaya Tetap)
P = Harga Produk
Jadi, usahatani sayuran organik pakcoy tidak akan mengalami kerugian jika produksi
minimalnya adalah 311,42. Namun, jika produksinya lebih dari 311,42 usahatani
sayuran organik akan mendapatakan untung.
Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk dengan kuantitas
produk pada saat BEP, rumusnya sebagai berikut :
46
1. Hama atau OPT
Hama atau OPT adalah masalah yang harus dihadapi oleh petani yang pada akhirnya
juga menentukan kwalitas hasil panen petani responden. Dalam pertanian organik petani
tidak boleh menggunakan sembarangan pestisida untuk membasmi hama. Hanya
pestisida yang dibuat dan diproduksi sendiri oleh Komunitas Organik Brenjonk dan
pestisida nabati yang bahannya dari umbi-umbian atau daun-daun yang teknik
pembuatannya sudah diajarkan oleh pihak Komunitas Organik Brenjonk. Sehingga
untuk pembasmian hama ini terkadang butuh waktu yang lebih lama dan berjangka.
Tidak seperti penggunaan pestisida kimia yang dalam waktu sebentar saja bisa terlihat
hasilnya.
Selain itu sayuran organik ini ditanamnya didalam green house sehingga sekali saja ada
hama yang masuk akan susah keluar dan cenderung lebih cepat berkembang biak.
Hama-hama yang sering dihadapi oleh petani responden sayuran organik adalah ulat,
belalang, karat daun,cekutuk.
47
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari Praktikum ini, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Total biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani responden dalam 1
tahun adalah sebesar Rp 2.180.000,- dan total penerimaan sebesar Rp 5.040.000,-.
Sehingga dalam 1 tahun petani responden mendapatkan pendapatan bersih sebesarRp
2.860.000,-untuk 1 green house.
2. Usahatani sayuran organik di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas,
Kabupaten Mojokerto dikatakan efisien, karena R/C Ratio usahatani ≥1 yaitu sebesar
2,31. Hal ini berarti dari setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan untuk berusahatani
sayuran organik diperoleh penerimaan sebesar Rp 2,31,-.
3. Usahatani sayuran organik di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas,
Kabupaten Mojkerto akan beraa pada titik impas atau BEP pada saat produksi sebesar
311, 42 dan dengan harga Rp 3027,77.
4. Untuk faktor penghambat dalam usahatani sayuran organik ini lebih kepada
seragan hama, karena serangan hama akan memepengaruhi kwalitas sayuran organik
dan selanjutnya akan berpengaruh pada kebutuhan hasil produksi. Sedangkan untuk
faktor pendorongnya ada pada tingkat harga yang jauh lebih tinggi dari harga sayuran
nonorganik, sehingga petani sayuran organik dengan senang hati mau membudidayakan
sayuran organik.
5. Strategi pengembangan usahatani yang dilakukan Komunitas Organik Brenjonk
dengan melakukan kerja sama dari hulu hingga hilir dan selalu memantau semua hal
yang terkait dengan produksi sayuran organik.
6.2. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat dilakuakan oleh penulis kepada para petani sayuran
organik di Komunitas Organik Brenjonk Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas,
Kabupaten Mojokerto adalah sebagai berikut:
48
1. Lebih disiplin lagi dalam mengatur pergiliran tanam, sehingga tidak terjadi
kelebihan produksi untuk komoditas tertentu.
2. Tidak hanya rutin merawat tanaman atau sayuran yang ada di green house saja
melainkan juga yang berada di daerah open field sehingga hasil produksi yang didapat
lebih maksimal.
3. Komunitas Organik Brenjonk harus lebih giat lagi memasuki pasar-pasar baru
supaya produk sayuran organik ini bisa lebih dikenal masyarakat dan lebih banyak lagi
petani yang bergabung untuk melakukan budidaya sayuran organik.
49
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Widada, dkk. 2001. Trobosan Tentanf Pemupukan dalam Era Pertanian Organik.
Yogyakarta. Kanisius.
Id.m.wikipedia.org/wiki/laba
IFOAM. 2008. The World of Organic Agriculture Statistics & Emerging Trends
2008. http://www.soel.de/fachtheraaiidownloads/s_74_l O.pdf.
Koesriwulandari. 2012. Buku Ajar Ekonomi Pertanian. Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya. Surabaya.
Kunia, Kabelan. 2011.Pertanian Organik dan Teknologi Ramah Lingkungan. Internet.
Mashar Ali Zum, 2000, Teknologi Hayati Bio P 2000 Z Sebagai Upaya untuk Memacu
Produktivitas Pertanian Organik di Lahan Marginal. Makalah disampaikan Lokakarya
dan pelatihan teknologi organik di Cibitung 22 Mei 2000.
Melty, Nur. 2013. Usahatani dan Strategi Pengembangan Pertanian Organik Vertikultur
di Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Universitas Sumatra Utara. Medan.
Ratnasari, Ika. 2013. Analisa Perilaku Petani Terhadap Resiko Usahatani Sayuran
Organik pada Komunitas Organik Brenjonk. Universitas Brawijaya. Malang.
Sutanto, R. 1997. Daur Ulang Unsur Hara pada Praktek Pertanian Organik. Makalah
disampaikan Sarasehan Teknis Pertanian Organik dalam menunjang kegiatan Pertanian
Berkelanjutan. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. Internet.
50
Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian Organik. Yogyakarta. Kanisius.
Surono, dkk. 2002. Pertanian dan Pangan Organik Sistem dan Sertifikasi. Bogor. H-
Brio Press.
Suyono, A. dan Hermawan. 2006. Analisis Kelayakan Usahatani Padi pada Sistem
Pertanian Organik di Kabupaten Bantul. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Jurusan
Penyuluhan Pertanian. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang,
Yogyakarta.
51