Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cairan Tubuh

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yag disebut ion jika
berada dalam larutan.

1. Distribusi Cairan Tubuh

Didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda.

1. Cairan Ekstrasel,

tediri dari cairan interstisial (CIS) dan Cairan Intravaaskular. Cairan interstisial mengisi ruangan
yang berada diantara sebagian besar sel tubuh dan menyusun sebagian besar cairan tubuh.
Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan tubuh interstisial.

Cairan intravascular terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air tidak
berwarna, dan darah mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun
5% berat tubuh.

2. Cairan Intrasel

adalah cairan didalam membran sel yang berisi subtansi terlarut atau solut yang penting untuk
keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40%
berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solute yang sama dengan cairan yang
berada diruang ekstrasel. Namun proporsi subtansi subtansi tersebut berbeda. Misalnya, proporsi
kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada dalam cairan ekstasel.

Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :

Distribusi cairan tubuh adalah relatif tergantung pada ukuran tubuh itu sendiri.

 Dewasa 60%
 Anak-anak 60 – 77%
 Infant 77%
 Embrio 97%
 Manula 40 – 50 %

Pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan sudah mengalami kehilangan
jaringan tubuh.
3. Fungsi Cairan Tubuh

 memberi bentuk pada tubuh


o berperan dalam pengaturan suhu tubuh
o berperan dalam berbagai fungsi pelumasan
o sebagai bantalan
o sebagai pelarut dan tranfortasi berbagai unsur nutrisi dan elektrolit
o media untuk terjadinya berbagai reaksi kimia dalam tubuh
o untuk performa kerja fisik

4. Pengaturan Cairan tubuh

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang
masuk dan jumlah cairan yang keluar.

1. 1. Asupan

Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2500cc per hari.
Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan
mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus
dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh di mana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan,
maka curah jantung menurung, menyebabakan terjadinya penurunan tekanan darah.

2. Pengeluaran

Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada orang
dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal
dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal ini juga
dihubugkan dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan
pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukakan melalui kulit (berupa
keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan
sebagai pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur karena, khususnya pada pasien luka bakar
atau luka besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan) meningkat sehingga
sulit untuk diukur. Pada kasus seperti ini, bila volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500 cc
per hari, diperlukan adanya perhatian khusus. Setiap 1 derajat celcius akan berpengaruh pada
output cairan.

Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan dan


pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan, deman,
keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah
secara terus menerus.

Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:

1. Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria (kandung kemih).
Proses ini merupakanproses pengeluaran cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring
pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam aliran
darah. Hasil ekskresi terakhir proses ini adalah urine. Jika terjadi penurunan volume dalam
sirkulasi darah, reseptor atrium jantung kiri dan kanan akan mengirimkan impuls kembali ke
ginjal dan memproduksi ADH sehingga mempengaruhi pengeluaran urine.

1. Keringat

Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas. Keringat banyak
mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar
akan memengaruhi kadar natrium dalam plasma.

1. Feses

Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air melalui feses
merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui
feses jumlahnya berlebihan,maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-rata
pengeluaran cairan melalui feese adalah 100 ml/hari.

2.2 Keseimbangan Cairan

1. Komposisi cairan tubuh

Tubuh manusia terdiri dari cairan antara 50%-60% dari berat badan. Kebutuhan cairan tubuh
dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan
yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologi dan lingkungan.

2. Pergerakan cairan tubuh


3. Difusi : proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah.
4. Osmosis : bergeraknya pelarut bersih seperti air melalui membran semipermeabel dari
larutan yang berkonsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
5. Filtrasi : perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersamaan sebagai respon
terhadap adanya tekanan cairan.
6. Transpor aktif : bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena daya aktif tubuh
seperti pompa jantung.
2.3 Cara Perpindahan Cairan Tubuh

1. Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat
secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel
membrane.
2. Osmosis proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel
biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan
konsentrasi lebih pekat.
3. Transport aktif Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis.

2.4 Gangguan Mempengaruhi Cairan Tubuh

1. Hipovolume/Dehidrasi : Ringan, Sedang, Berat


2. .Hipervolume/ Overhidrasi

1. 1. Pengertian dan perbedaan larutan elektrolit dan larutan nonelekrolit


1. A. Pengertian larutan

Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut adalah zat yang
terdispersi ( tersebar secara merata ) dalam zat pelarut.Zat terlarut mempunyai jumlah yang lebih
sedikit dalam campuran. Ini biasa di sebut dengan solute. Sedangkan zat pelarut adalah zat yang
mendispersi atau ( fase pendispersi ) komponen – komponen zat terlarut. Zat pelarut mempunyai
jumlah yang lebih banyak dalam campuran. Zat pelarut di sebut solvent.

1. B. Pengertian larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit

– Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan
memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelmbung gas dalam
larutan .Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam
larutan elektrolit.

– Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dengan
memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan atau lampu tidak menyala pada
alat uji. Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam
larutan nonelektrolit.

1. C. Jenis – jenis larutan berdasrkan daya hantar listrik


1. Larutan elektrolit kuat
Laruta elektrolit kuat adalah larutan yang banyak menghasilkan ion – ion karena terurai
sempurna, maka harga derajat ionisasi (ά ) = 1. Banyak sedikit elektrolit menjadi ion dinyatakan
dengan derajat ionisasi ( ά ) yaitu perbandingan jumlah zat yang menjadi ion dengan jumlah zat
yang di hantarkan. Yang tergolong elektrolit kuat adalah :

1. Asam – asam kuat


2. Basa – basa kuat
3. Garam – garam yang mudah larut

Ciri – ciri daya hantar listrik larutan elektrolit kuat yaitu lampu pijar akan menyala terang dan
timbul gelembung – gelembung di sekitar elektrode. Larutan elektrolit kuat terbentuk dari
terlarutnya senyawa elektrolit kuat dalam pelarut air. Senyawa elektrolit kuat dalam air dapat
terurai sempurna membentuk ion positif ( kation ) dan ion negatif (anion). Arus listrik
merupakan arus electron. Pada saat di lewatkan ke dalam larutan elektrolit kuat, electron tersebut
dapat di hantarkan melalui ion – ion dalam larutan, seperti ddihantarkan oleh kabel. Akibatnya
lampu pada alat uji elektrolit akan menyala. Elektrolit kuat terurai sempurna dalam larutan.
Contoh : HCl, HBr, HI, HNO3, H2SO4, NaOH, KOH, dan NaCL.

1. Larutan elektrolit lemah

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat
ionisasi sebesar 0 < ά > 1. Larutan elektrolit lemah mengandung zat yang hanya sebagian kecil
menjadi ion – ion ketika larut dalam air. Yang tergolong elektrolit lemah adalah :

1. Asam – asam lemah


2. Garam – garam yang sukar larut
3. Basa – basa lemah

Adapun larutan elektrolit yang tidak memberikan gejala lampu menyala, tetapi menimbulkan gas
termasuk ke dalam larutan elektrolit lemah. Contohnya adalah larutan ammonia, larutan cuka dan
larutan H2S.

1. Larutan non elektrolit

Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik karena zat
terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion – ion ( tidak mengion ). Yang
tergolong jenis larutan ini adalah larutan urea, larutan sukrosa, larutan glukosa, alcohol dan lain
– lain.
Tabel pengujian daya hantar listrik beberapa larutan

Nyala Lampu Gelembung Gas


Larutan
Ada Tidak ada Ada Tidak Ada
Larutan Ureautan – √ – √

Larutan Anomia – √ √ –

Laruran HCL √ – √ –

Larutan Cuka – √ √ –

Air aki √ – √ –

Larutan alcohol – √ – √

Air laut √ – √ –

Larutan H2S – √ √ –

Air Kapur √ – √ –

Larutan Glukosa – √ – √

Pengertian Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Beserta Contohnya -- Berikut penjelasan
selengkapnya mengenai materi kali ini. Perhatikan dengan baik.

1. Larutan Elektrolit

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Menurut teori Ion Svante
Arrhenius (1887), larutan elektrolit mengandung ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion
itulah yang menghantarkan arus listrik melalui larutan. Semakin banyak ion yang dihasilkan
maka semakin kuat sifat elektrolit larutan tersebut.

Larutan elekrolit dikelompokkan menjadi 2, yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah.

a) Larutan Elektrolit Kuat

Larutan elektrolit kuat yaitu larutan yang terionisasi sempurna. Karena banyaknya ion-ion yang
terbentuk, maka daya hantarnya juga kuat. Derajat ionisasi pada larutan elektrolit kuat adalah 𝝰
= 1
Larutan elektrolit kuat terdiri dari asam kuat dan basa kuat. Contoh :

 NaCl (aq) → Na+ (aq) + Cl- (aq)


 HCl (g) → H+ (aq) + Cl- (aq)
 NaOH (s) → Na+ (aq) + OH- (aq)

b) Larutan Elektrolit Lemah

Larutan elektrolit lemah yaitu larutan yang ionisasinya tidak sempurna (tidak semua molekul
terionisasi) sehingga hanya sedikit ion-ion yang menghantarkan listrik. Derajat ionisasi pada
larutan elektrolit lemah adalah 0 < 𝝰 < 1.

Larutan elektrolit lemah terdiri dari asam kuat dan basa lemah atau asam lemah dan basa kuat
atau asam lemah dan basa lemah. Contoh :

 CH3COONa (aq) ⇌ CH3COO- (aq) + Na+ (aq)


 NH4OH (aq) ⇌ NH4+ (aq) + OH- (aq)
 CH3COONH3 (aq) ⇌ CH3COO- (aq) + NH3+ (aq)

2. Larutan Nonelektrolit

Larutan Nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. larutan
nonelektrolit terdiri atas zat-zat yang terlarut dalam air namun tidak terurai menjadi ion (tidak
terionisasi). Derajat ionisasi pada larutan nonelektrolit adalah 𝝰 = 0.

Contoh reaksi larutan nonelektrolit :

Glukosa = C6H12O6(s) → C6H12O6 (aq)


Larutan Gula (C12H22O11)
Etanol (C2H5OH)
Urea (CO(NH2)2)
Amoniak (NH3)

Larutan elektrolit Larutan elektrolit Larutan nonelektrolit


kuat lemah
Terionisasi sempurna Terionisasi sebagian (tidak Tidak dapat terionisasi
sempurna)
Daya hantar listrik yang
baik
border-left: none; border-right: solid #9CC2E5 1.0pt; border-top: none; mso-border-alt: solid
#9CC2E5 .5pt; mso-border-bottom-themecolor: accent1; mso-border-bottom-themetint: 153;
mso-border-left-alt: solid #9CC2E5 .5pt; mso-border-left-themecolor: accent1; mso-border-left-
themetint: 153; mso-border-right-themecolor: accent1; mso-border-right-themetint: 153; mso-
border-themecolor: accent1; mso-border-themetint: 153; mso-border-top-alt: solid #9CC2E5
.5pt; mso-border-top-themecolor: accent1; mso-border-top-themetint: 153; padding: 0cm 5.4pt
0cm 5.4pt; width: 142.5pt;" width="190" valign="top">
Daya hantar listrik yang lemah
Tidak dapat menghantarkan listrik
Derajat ionisasi α = 1
Derajat ionisasi 0 < α < 1
Derajat ionisasi α = 0
Jika diuji lampu akan menyala terang dan banyak gelembung gas
Jika diuji lampu akan menyala redup dan sedikit gelembung gas
Jika diuji tidak menghasilkan reaksi apapun
Terdiri dari asam kuat dan basa kuat
Terdiri dari asam kuat dan basa lemah atau asam lemah dan basa kuat atau asam lemah dan basa
lemah
Terdiri dari molekul yang tidak bermuatan listrik

(a) = Nonelektrolit
(b) = Elektrolit lemah
(c) = Elektrolit kuat

Sumber :
- Purba, Michael. 2007. Kimia untuk SMA kelas X. Jakarta: Erlangga
- http://www.softilmu.com/2015/11/Pengertian-Ciri-Manfaat-Larutan-Elektrolit-dan-Non-
Elektrolit-Adalah.html
Definisi sistem penyangga tubuh!

Dalam keadaan normal pH dari cairan tubuh termasuk darah kita adalah antara
7.35-7.5. walaupun sejumlah besar ion H+ selalu ada sebagai hasil metabolisme
dari zat-zat tetapi keadaaan setimbang harus selalu di pertahankan dengan jalan
membuang kelebihan asam tersebut, sebab penurunan pH sedikit saja
menujukkan keadaan sakit misalnya pada diabetic coma dimana pH darah turun
sampai 6.82 sehingga harus selalu ada kesetimbangan asam basa dalam tubuh
kita. Untuk ini maka tubuh kita mempunyai :

a. Sistem buffer

Untuk mempertahankan pH tubuh agar tetap normal.

b. Sistem pernafasan.

Dengan mengatur pernafasan CO2 melalui pernafasan, jadi juga mengatur


kosentrasi H2CO3 dalam tubuh.

c. Ginjal

Mengatur kelebihan asam basa melalui ginjal

Sistem Buffer

Buffer atau penyangga adalah larutan kimia yang menahan perubahan PH jika
terdapat penambahan asam atau basa. Larutan buffer terdiri dari : larutan asam
lemah dan garamnya,seperti asam karbonat dan natrium bikarbonat atau larutan
basa lemah dan garamnya,seperti larutan amonia dan amonium klorida.

Jika pH menurun, maka garam ( natrium bikarbonat ) berperan sebagai basa


yang akan menerima ion hidrogen yang ditambahkan pada larutan. Jika Ph
meningkat asam lemah ( asam karbonat ) akan mendonorkan ion hidrogen kepada
larutan, sehingga perubahan pH akan “disangga”. Hal yang dsebaliknya berlaku
untuk basa lemah dan garamnya.

Secara umum buffer bereaksi dengan melepaskan atau mengambil ion


hidrogen:

←Penurunan konsentrasi ion hidrogen

H+ + Buffer- Hbuffer

Peningkatan konsentrasi ion hidrogen→


Perhatikan bahwa ion hidrogen tidak dibuang dari tubuh hanya “
terperangkap “ oleh buffer. Sistem buffer kimiawi utama dalam tubuh adalah:

a. Sistem Buffer Bikarbonat

b. Sistem Buffer Fosfat

c. Sistem Buffer Protein

d. Sistem Buffer Hemoglobin

e. Sistem Buffer Amonia

Semua sistem buffer akan bekerja sama untuk mengembalikan pH dalam


sekejap, tetapi terdapat keterbatasan perubahan pH sebesar apa yang dapat dijaga
konstan oleh buffer. Hal ini tergantung pada cadangan buffer yang tersedia,
disebut juga kapasitas buffer. Jumlah asam atau basa yang ditambahkan sangat
besar maka sistem buffer tidak bisa mengatasinya.

1) Sistem Buffer bikarbonat

Sistem buffer bikarbonat merupakan buffer ekstra selular utama dan bertanggung
jawab mempertahankan pH darah. Karbondioksida yang terbentuk selama
respirasi sel akan larut dalam air plasma untuk membentuk asam karbonat. Asam
Karbonat ini akan berdisosiasi sebagai menghasilkan ion hidrogen dan ion
bikarbonat. Ion bikarbonat akan berperanasebagai akseptor ion hidrogen. Jika
ion hidrogen ditambahkan kedalam tubuh, seperti asam laktat yang dihasilkan
saat berolahraga, maka ion bikarbonat dan ion hidrogen yang terbentuk dari asam
laktat akan membentuk asam karbonat. Asam karbonat berperan sebagai donor
ion hidrogen. Jika ion hidrogen hilang dari tubuh, sepereti pada kasus muntah-
muntah berat, asam karbonat akan berdisosiasi lebih banyak untuk melepaskan
ion hidrogen dan ion bikarbonat. Rasio normal bikarbonat terhadap asam
karbonat adalah 20:1 (lihat persamaan 1). Sistem bikarbonat menyangga 90% ion
hidrogen dalam darah dan sngat penting karena jumlah karbondioksida dan ion
bikarbonat juga dapat diatur oleh paru dan ginjal. Jumlah ion bikarbonat yang
tersedia untuk buffer disebut juga cadangan alkali.

2) Sistem buffer Fosfat


Sistem ini serupa dengan sistem buffer bikarbonat. Garam natrium dari
dihidrogen fosfat dan monohidrogen fosfat masing-masing akan berperan sebagai
asam lemah dan basa lemah (lihat persamaan 2). Buffer fosfat terutama
mempertahankan Ph fluida intra selular dan tubulus ginjal, sehingga tidak akan
mempertahankan Ph darah, namun merupakan buffer yang penting untuk urine.

3) Sistem Buffer Protein

Protein merupakan rantai panjang asam-asam amino yang bersatu. Asam amino
mengandung gugus amino dasar ( NH2 ) dan gugus asam (COOH). Tiga bentuk
asam amino yang ada tergantung dari Ph ( lihat persamaan 3). Buffer protein
merupakan sistem yang sangat komplek dan akan mempertahankan Ph fluida
intra selular dan plasma. Protein hemoglobin memiliki dua fungsi khusus, yaitu
mentransport oksigen kejaringan dan juga menyangga ion hidrogen yang transit
dari sel ke paru.

4) Sistem Buffer Hemoglobin

Karbondioksida berdifusi ke dalam eritrosit (sel darah merah). Di dalam sel,


karbon dioksida akan diubah menjadi asam karbonat oleh enzim karbonat
anhidrase. Asam karbonat akan berdisosiasi sebagian menghasilkan ion hidrogen
dan ion bikarbonat (lihat persamaan 4). Kemudian hemoglobin dan ion hidrogen
tersebut bergabung membentuk hemoglobin tereduksi (lihat persamaan 5).Reaksi
ini terjadi karena hemoglobin tereduksi merupakan asam yang lebih lemah
dibandingkan oksihemoglobin dan asam karbonat sehingga akan berikatan lebih
kuat dengan hidrogen. Sehingga ketika oksigen dilepas, ion hidrogen yang
terbentuk dari asupan karbondioksida akan terperangkap oleh hemoglobin, dan
hal ini akan mencegah perubahan pH.

Saat ion bikarbonat terbentuk dalam eritrosit, ion bikarbonat ini akan
berdifusi keluar kedalam plasma, menjadi bagian jadangan alkali dan menyangga
ion hidrogen. Pada saat ion bikarbonat berdifusi keluar eritrosit, ion klorida akan
berdifusi masuk kedalam. Hal ini terjadi untuk mempertahankan muatan sel tetap
netral atau seimbang, dan disebut juga reaksi pergeseran klorida.

Di alveoli paru terjadi kebalikan dari seluruh proses ini, karbondioksida dan
air akan dibuang melalui proses pernafasan.
1) Sistem buffer amonia

Amonia terbentuk dalam tubulus ginjal dari pemecahan asam amino. Amonia
akan berdifusi kedalam tubulus ginjal, menyanggha ion hidrogen dalam filtrat
ginjal dan membentuk ion amonium. Ion amonium diekskresi diurin dan
mencegah urin terlalu asam.

NH3 + H+ NH4+

Amonia ion hidrogen ion amonium

¡Compártelo!

Anda mungkin juga menyukai