A. DASAR HUKUM
Secara khusus, badan usaha perseroan terbatas diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas yang secara efektif berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007
B. PENGERTIAN
Berdasarkan Pasal 1 UU No. 4 Tahun 2007 pengertian perseroan terbatas (perseroan) adalah
badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi
persyaratan yang diterapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksaannya.
Berdasarkan pengertian tersebut, PT harus memenuhi unsur-unsur:
1. Berbentuk badan hukum, yang merupakan persekutuan modal
2. Didirikan atas dasar perjanjian
3. Melakukan kegiatan usaha
4. Modalnya terbagi saham-saham
5. Memenuhi persayaran yang ditetapkan dalam UU PT serta Peraturan Pelaksanaannya
Karakteristik PT:
1. Pemegang saham PT tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas
nama PT dan tidak bertanggung jawab atas kerugian PT melebihi nilai saham yang telah
diambilnya (Pasal 3 ayat 1 UU PT)
2. Ketentuan tersebut tidak berlaku apabila:
(i) Persyaratan PT sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi
(ii) Pemegang saham yang bersangkutan (baik langsung maupun tidak langsung)
dengan itikad buruk memanfaatkan PT semata-mata untuk kepentingan pribadi
(iii) Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh PT, atau
(iv) Pemegan saham yang bersangkutan (baik langsung maupun tidak langsung) secara
melawan hukum menggunakan kekayaan PT yang mengakibatkan kekayaan PT
menjadi tidak cukup untuk melunasi utang PT (Pasal 3 ayat 2 UU PT)
Ketentuan tersebut di atas merupakan penjabaran dari prinsip “tanggung jawab terbatas”
(limited liability) dari pemegang saham, namun demikian undang-undang mengatur bahwa
tanggung jawab terbatas tersebut bisa hapus karena keadaan tertentu (Pasal 3 ayat 2 UU PT),
sehingga dalam hal keadaan tertentu tersebut terjadi pemegang saham harus bertanggung
jawab penuh secara pribadi, hal tersebut dikenal dengan istilah “piercing the corporate veil”
atau “lifting the veil” yang artinya menembus cadar perusahaan atau membuka kerudung.
Unsur-unsur PT:
Dalam hal terdapat lebih dari satu klasifikasi saham, Anggaran Dasar menetapkan salah satu
diantaranya sebagai saham biasa. klasifikasi saham sebagaimana dimaksdu pada Pasal 53
ayat (3) UU PT , yaitu:
hak atas saham dapat pindahkan dengan akta pemindahan hak, bisa akta yang dibuat di
hadapan notaris maupun akta di bawah tangan. Dalam Anggaran Dasar perseoran
ditentukan syarat pemindahan hak atas saham, yaitu:
1. saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 52 kepada pemiliknya
2. saham dapat digunakan dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang tidak ditentukan
lain dalam Anggaran Dasar. Mengenai lembaga jaminan fidusia ini merupakan bentuk
perkembangan lembaga jaminan bagi saham yang sebekumnya tidak diatur di dalam UU
PT No. 1 Tahun 1995, sebelum diganti dengan UU PT No. 40 Tahun 2007. Hal ini terjadi
akibat dari perkembangan saham di bursa pasal modal yang mengenalkan scripless
shares tersebut yang menginginkan dimungkinkannya saham dalam sisitem scripless di
jaminkan dengan fidusia agas saham tetap dapat diperdagangkan di bursa, sementara
sahamnya dijaminkan dengan fidusia. Yang penting pada saat settlement saham dapat
diserahkan oleh penjual kepada pembeli saham di bursa efek.
Dalam praktik di pasar modal penyeroan saham dilakukan dengan cara: uang tunai, konversi
utang PS, kapitalisasi saham ditahan, suplus hasil aktiva tetap, inbreng saham perusahaan
lain, dan harta tetap.
Pemegang saham (PS) dan kreditur lainnya yang mempunyai tangihan terhadap perseroan
tidak dapat menggunakan hak tagihan sebagai kompensasi kewajiban penyetoran atas harga
saham yang telah diambilnya, keculai disetujui oleh RUPS (Pasal 35 ayat (1) UU PT).
Hak tagih terhadap perseroan yang dapat dikompensasi sebagai setoran saham adalah hak
tagih terhadap perseroan yang timbul karena (Pasal 35 ayat (2) UU PT):
1. perseroan telah menerima uang atau penyerahan benda berwujud atau tidak berwujud
yang dapat dinilai dengan uang
2. pihak yang menjadi penanggung/penjamin utang telah membayar lunas utang
perseroan sebasar yang ditanggung/dijamin
3. perseroan menjadi penanggung atau penjamin utang dari pihak ketiga dan perseroan
telah menerima manfaat berupa uang atau barang yang dapat dinilai dengan uang yang
langsung atau tidak langsung secara nyata telah diterima perseroan
4. perseroan dilarang mengeluarkan saham, baik untuk dimiliki sendiri maupun dimiliki
perseroan lain, yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh
perseroan (cross hold-ing)
5. larangan tersebut tidak berlaku terhadap kepemilikan saham yang diperoleh
berdasarkan peralihan karena hokum, hibah, atau hibah wasiat. Namun dalam jangka
waktu satu tahun setelah tanggal perolehan harus dialihkan kepada pihak lain yang tidak
dilarang memiliki saham dam perseroan (pasal 36 UU PT 40/2007)
6. perseroan dilarang mengeluarkan saham, baik untuk dimiliki sendiri atau tidak langsung
telah dimiliki oleh perseroan (cross holding)
7. larangan tersebut tidak berlaku terhadap kepemilikan saham yang diperoleh
berdasarkan peralihan karena hokum, hibah, atau hibah wasiat. namaun dalam jangka
waktu satu tahun setelah tanggal perolehan harus dialihkan kepada pihak lain yang tidak
dilarang memiliki saham dalam perseroan (Pasal 36 UU PT 40/2007)
8. pembelian kembali saham, baik secara langsung maupun tidak langsung yang
bertentangan dengan Pasal 37 ayat (1) batal karena hokum dan pembayaran yang telah
diterima oleh pemegang salahm harus dikembalikan kepada perseroan, dan perseroan
wajib mengembalikan saham yang telah dibeli tersebut kepada pemegang saham
9. diresksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas semua kerugian yang diderita
pemengan saham yang beritikad baik akibat batal karena hukum tersebut (Pasal 37 ayat
(3) UU PT 40/2007)