Anda di halaman 1dari 9

Teknik Pengembangbiakan Tanaman

 Merunduk

Merunduk / Menunduk

Merunduk (layering) adalah proses pembiakan vegetative buatan yang dilakukan pada tumbuhan
bercabang panjang dengan merundukkannya ke tanah. Jadi, batang tanaman itu ditundukkan ke tanah agar
dapat berkembangbiak. Tetapi, kita harus menimbun batang tanaman dengan tanah. Dari ruas-ruas batang
tanaman tersebut akan tumbuh akar dan menjadi tanaman yang baru.

Syarat merunduk:
1) Bercabang panjang
2) Bercabang lentur
3) Cabangnya dekat dengan tanah

 Teknik Penyambungan/Grafting

Sebelum memulai grafting, dipersiapkan alat dan bahan sebagai berikut:


1. Pisau untuk menggrafting. Gunakan pisau yang tajam dan tipis, dengan panjang pisau 8-12 cm. Pisau
yang paling mudah dicari adalah pisau cutter, namun pisau ini cepat tumpul, dan hanya bisa
digunakan beberapa kali saja, karena tidak bisa diasah atau ditajamkan kembali. Pisau yang lazim
digunakan untuk menggrafting adenium adalah jenis pisau stainless, misalnya merek victorinoc.
2. Plastik untuk mengikat bidang sambungan/grafting. Bisa menggunakan selotip transparan, atau
menggunakan plastik PE yang tipis, dan diiris selebar 2 cm.
3. Plastik penutup bidang sambung/grafting, bisa menggunakan plastik PE dengan ukuran yang
disesuaikan dengan besar kecilnya bidang sambung. Untuk penyambungan dengan batang bawah
berdiameter 1-2 cm, gunakan plastik PE ukuran 8x12 cm.
4. Label, tali label dan pensil. Label digunakan untuk menuliskan informasi tentang jenis/varietas yang
disambung. Bisa ditambahkan tentang data tanggal penyambungan, untuk memberikan kepastian
kapan plastik penutup hasil penyambungan boleh dibuka.
5. Tanaman yang akan digrafting. Untuk batang bawah, pilih tanaman yang sehat, ditandai dengan
bonggol dan batang yang keras, berwarna hijau tua, dan bidang grafting memiliki ukuran diameter
batang lebih besar atau sama dengan entress atau batang atas. Bila dipotong, batang berwarna
putih tidak ada bintik coklat atau hitam, dan bergetah dengan warna getah bening ataupun putih.
Sedangkan batang atas, pilih yang sehat, tua (ditandai dengan warna hijau tua, keras, ukuran
umumnya berdiameter minimal 0,5 cm).

Contoh cara sambung/grafting adalah sebagai berikut:

PENYAMBUNGAN/GRAFTING V

Grafting V adalah cara grafting yang paling aman, karena bidang perekatan antara batang atas dan batang
bawah cukup besar, dan kedua batang dengan mudah dapat menyatu dan tidak mudah lepas. Tata cara
pengerjaannya dalah sebagai berikut:

- Persiapkan semua alat dan bahan untuk grafting


- Entress atau batang atas, daunnya dibuang, disisakan pangkal tangkai daun sekitar 1 milimeter
dari batang.
- Potong batang bawah secara horisontal, lurus, dan usahakan pemotongan sekali tebas langsung
putus.
- Buatlah sayatan berbentuk huruf V pada batang bawah dimulai dari tempat hasil potongan
horisontal.
- Buat potongan huruf V terbalik untuk entrees atau batang atas, kemudian potong bagian atasnya
sehingga entress berukuran panjang 2-3 cm, dan terdapat beberapa ruas.
- Rekatkan batang atas pada batang bawah mengikuti alur huruf V. Pastikan bahwa kedua potongan
huruf V sebidang sehingga ketika direkatkan, tidak ada rongga.
- Ikat bidang sambungan dengan plastik pengikat, dan ditutup dengan plastik penutup.
- Kalungkan label yang berisi informasi nama jenis entrees, serta tanggal pelaksanaan
penyambungan. Selanjutnya letakkan pada rak yang sesuai, ditempat terbuka, dan lakukan
penyiraman pada media tanam 1-2 hari sekali.
- 2 (dua) minggu setelah penyambungan, buka plastik penutup. Sedangkan plastik pengikat masih
dibiarkan menempel. Plastik pengikat dapat dibuka setelah 3-4 bulan. Keberhasilan ditandai
dengan munculnya tunas dari ruas batang atas, sekitar 2-3 milimeter saat penyambungan telah 2
minggu. Selanjutnya tanaman yang sehat, akan berbunga setelah 2-3 bulan dari saat
penyambungan.
 Teknik Penempelan/Okulasi

Penempelan atau okulasi (budding) adalah penggabungan dua bagian tanaman Buah maupun
tanaman hias yang berlainan sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu
tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya.

Faktor yang menunjang keberhasilan okulasi

 Waktu pelaksanaan okulasi

-aktu terbaik pelaksanaan okulasi yaitu pada pagi hari, antara jam 07.00-11.00 pagi. Hal ini
karena pada waktu tersebut tanaman sedang aktif berfotosintesis sehingga kambium tanaman
masih dalam kondisi aktif dan optimum. Apabila okulasi dilakukan diatas jam 12.00 siang maka
daun-daun mulai layu. Tetapi ini bisa diatasi dengan melakukan penempelan di tempat teduh,
yang terhindar dari sinar matahari secara langsung.

 Kebersihan alat okulasi

Silet yang akan digunakan kita belah dua saat masih dalam bungkusan kertas, sehingga silet kita
tetap dalam kondisi bersih. Satu belahan kita gunakan sedangkan belahan lainnya kita simpan
untuk pengganti belahan silet pertama apabila dirasa sudah tidak tajam lagi. Setelah silet
digunakan, silet dibersihkan dan dibungkus lagi dengan kertas pembungkusnya agar tidak
berkarat.

Cara Okulasi

1. Perlakuan pendahuluan

 Batang bawah beserta polybagnya dipegang dan diangkat sedikit keatas lalu ditekan miring ke
bawah sehingga posisi tanaman dan polybagnya menjadi miring ke arah luar, agar memudahkan
mencari posisi batang yang akan di tempel dan pengerjaan penempelan, gerakan ini juga mampu
menjatuhkan embun/air yang melekat di daun, agar lebih banyak embun/air yang jatuh, perlu
dilakukan gerakan batang bawah sekali lagi menggunakan tangan.
 Batang bawah dibersihkan dari kotoran/debu terutama pada bagian yang akan dibuat sobekan
untuk okulasi dengan cara mengusapnya dengan ibu jari dan telunjuk tangan.
2. Pembuatan sayatan untuk tempat menempel entres

 Lihat dan perhatikan bagian bawah yang akan dijadikan tempat okulasi.
 Cara menentukan tempat okulasi, yaitu dengan membuat tempat sayatan/kupasan/sobekan
setinggi 3 kali tinggi/panjang silet dari batas akar dan batang. Hal ini bertujuan agar apabila
okulasi pertama gagal, setelah 3 minggu Anda bisa mengokulasi lagi tepat berjarak sepanjang
silet dibawah luka okulasi pertama pada sisi berlawanan. Apabila okulasi ke-2 masih gagal dalam
3 minggu berikutnya Anda dapat mengulang untuk yang terakhir kali atau yang ke-3 berjarak
sepanjang silet pada sisi yang berlawanan dengan okulasi ke-2 atau sama sisi dengan okulasi ke-
1. Kalau itupun masih gagal Anda bisa menggunakan alternatif dengan teknik sambung pucuk
atau kita menunggu tanaman tumbuh lebih tinggi. Tetapi jangan melakukan okulasi 2 atau 3
sekaligus pada tanaman. Hal ini akan membuat stress tanaman.
 Panjang silet sekitar 4 cm, sehingga jarak tempat okulasi pertama adalah setinggi sekitar 12 cm di
atas batas akar dan batang.
 Buang daun dibawah posisi tempat sayatan, untuk memudahkan penempelan atau tidak
menghalangi pandangan.
 Penyayatan kulit batang bawah mendatar selebar 3-4 mm dengan 2 atau 3 kupasan, tergantung
pada besar kecilnya diameter batang bawah dan diseimbangkan dengan besar kecilnya entres, lalu
ditarik ke bawah sepanjang lebih kurang 1,5-3 cm, sehingga menjulur seperti lidah. Sayatan ini
kemudian dipotong 3/4 panjangnya atau menyisakan sedikit sayatan (<1/3 bagian) cukup untuk
tempat menahan sayatan atau pola mata entres.

 Teknik Stek Batang

 Teknik Cangkok
Media Tanam Tanaman Hias
A. Bahan Organik

Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari
komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga, buah,
atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik seperti media tanam jauh lebih unggul dibandingkan
bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur
hara bagi tanaman. Selain itu bahan organik juga memiliki pori-pori mkro dan mikro yang
hampir seimbang sehigga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap
yang tinggi.
Bahan organik akan mengalami proses akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi yang
dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan di hasilkan karbondioksida (C2O),
air (H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapat
diserap tanaman sebagai zat makanan. Namun, proses dekomposisi yang terlalu cepat dapat
memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk menghindarinya, media tanam harus sering diganti.
Oleh karena itu, penambahan unsur hara sebaiknya harus tetap diberikan sebelum bahan media
tanam tersebut mengalami dekomposisi
Beberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam, diantaranya arang,
arang sekam, cacahan pakis, kompos, moss, sabut kelepa (cocopeat), pupuk kandang, dan
humus.

1. Arang
Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat cocok digunakan untuk
tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu
mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang bufer
(penyangga). Dengan demikian, jika terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang
terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan di adaptasikan
Selain itu, bahan media ini juga tidak midah lapuk sehigga sulit ditumbuhi jamur atau cedawan
yang dapat merugikan tanaman. Namun media arang cenderung miskin akan unsur hara. Oleh
karenanya, ke dalam media tanaman ini perlu di suplai unsur hara berupa aplikasi pemupukan.
Sebelum digunakan sebagai media tanam, idealnya arang di pecah menjadi potongan-potongan
kecil terlebih dahulu sehinnga memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran pecahan
arang ini sangat bergantung pada wadah yang digunakan untuk menanam serta jenis tanaman
yang akan ditanam. Untuk mengisi wadah yang memiliki diameter 15 cm atau lebih, umumnya
digunakan pecahan arang yang berukuran panjang 3 cm, lebar 2-3 cm dan dengan ketebalan 2-3
cm. Untuk wadah (pot) yang lebih kecil, ukuran pecahan arang juga harus yang kecil.

2. Arang Sekam
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa
digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam
mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan penting
dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi
lebih baik.
Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba
patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan
karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur. Namun, sekam
bakar cederung mudah lapuk
Sementara kelebihan dari sekam mentahsebagai media tanam yaitu mudah mengikat air, tidak
mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah
menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna. Namun,
sekam padi mentah cederung miskin akan unsur hara.
Arang sekam mempunyai karakteristik ringan (berat jenis 0,2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi
udara tinggi, kapasitas menahan air tinggi, berwarna hitam sehingga dapat mengasorbi sinar
matahari dengan efektif. Rongganya banyak sehingga akan menyebabkan aerasi dan drainase
yang baik, sehingga akar mudah bergerak diantara butiran arang sekam tersebut.
Arang sekam bersifat absorben atau mudah menyerap. Jadi mungkin saja akan memfiksasi atau
menyerap pupuk anorganik yang diberikan, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Untuk
menghindari hal tersebut, arang sekam perlu disiram dengan larutan pupuk anorganik sampai
jenuh. Penyiraman tersebut juga berarti penjenuhan kandungan air, mengingat arang bersifat
higroskopis (mudah menyerap air) sehingga akan menyebabkan akar tanaman menjadi kering
bila tidak dijenuhi dengan air terlebih dahulu. Arang sekam telah steril, karena saat
pembuatannya telah mendapat panas yang tinggi dari proses pembakaran.
Sekam padi harganya murah, ringan, drainase dan aerasinya bagus, tahan dekomposisi, dapat
digunakan dalam bentuk segar maupun dibakar yang dikenal dengan arang sekam. Sekam padi
dalam bentuk arang lebih di sarankan. Sekam padi tidak mempengaruhi PH larutan garam atau
ketersediaan unsur hara (N dan K). Sekam kulit padi bila digunakan dalam bentuk segar
sebaiknya dikomposkan terlebih dahulu. Dengan pengomposan, sisa-sisa gabah juga akan mati,
sehingga menghilangkan potensi tumbuhnya gulma yang berupa sekam padi. Sekam tersebut
mengandung unsur silikat, yang walau agak sulit diserap oleh akar tanaman, mempunyai
pengaruh baik dalam penguatan sel dan jaringan, sehingga tanaman mempunyai daya tahan
terhadap jamur dan sebagainya.

3. Batang Pakis
Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam dan batang
pakis cokelat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai
media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih
kering. Selain itu batang pakis ini pun mudah di bentuk menjadi potongan kecil dan dikenal
sebagai cacahan pakis.
Selain dalam bentuk cacahan, batang pakis juga banyak di jual sebagai media tanam siap pakai
dalam bentuk lempengan persegi empat. Umumnya, bentuk lempengan batang pakis ini adalah
saling dihuni oleh semut atau binatang-binatang kecil lainnya.
Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih di karenakan sifat-sifatnya
yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik serta bertekstur lunak sehingga
mudah ditembus oleh akar tanaman.

4. Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi
tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput dan sampah kota.
Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi
tanah. Berdasarkan hal tersebut di kenal 2 peranan kompos yakni soil conditioner dan soil
ameliator. Soil conditioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama
tanah kering, sedangkan soil amerirator berfungsi dalam memperbaiki kemampuan tukar kation
pada tanah.
Kompos yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu yang telah mengalami pelapukan
secara sempurna, ditandai dengan I IL, rubahnya warna dari bahan pembentuknya (hitam
kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah dan memiliki suhu ruang.

5. Moss
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan, atau kadaka yang
banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering digunakn sebagai media tanam untuk masa
penyemaian sampai dengan masa pembungaan .Media ini mempunyai banyak rongga sehingga
memungkinkan akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa. Menurut sifatnya, media
moss mampu mampu mengikat air denga baik serta memiliki sistem drainase dan airasi yang
lancar. Untuk hasil tanaman yang optimal, sebaiknya moss di kombinasikan dengan media tanam
organik lainnya, seperti kulit kayu, tanah gambut atau daun-daunan kering.

6. Pupuk Kandang
Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebagai pupuk kandang. Kandungan unsur
haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang
cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Seain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme
yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen
yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman.
Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang di
pakai, perlakuan, serta penyimanan sebelum di aplikasikan sebagai media tanam.
Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus sudah matang dan steril. Hal itu
di tandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang
bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman.

7. Sabut Kelapa
Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai
media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam ini berasal dari buah kelapa tua karena memiliki
serat yang kuat.
Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya di lakukan di daerah yang bercurah
hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk.
Selain itu, tanaman pun jadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit. Untuk
mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu di rendan terlebih dahuludi dalam larutan fungsida.
Jika di bandingkan dengan media lain, pemberian fungsida pada media sabut kelapa harus lebih
sering dilakukan karena sifatnya yang mudah lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu
mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-
unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (N), dan fosfor (P).
8. Humus
Humus dalah segala macam hasil pelapuka bahan organik oleh jasad mikro dan merupakan
sumber energi jasad mikro tersebut. Bahan-bahan organik tersebut bisa berupa jaringan asli
tumbuh-tumbuhan atau binatang mati yang belum lapuk. Biasanya, humus berwarna gelap dan
dijumpai terutama pada lapisan atas tanah (topsoil).
Humus sangat membantu dalam proses penggemburan tanah dan memilki kemampuan daya
tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara, dan dapat menunjang kesuburan
tanah. Namun, media tanam ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih jika terjadi perubahan suhu,
kelembapan dan aerasi yang ekstrim. Humus juga memiliki tingkat porousitas yang rendah
sehingga akar tanaman tidak mampu menyerap air. Dengan demikian, sebaiknya penggunaan
humus sebagai media tanam perlu ditambahkan media lain yang memiliki prousitas tinggi,
misalnya tanah dan pasir.

B. Bahan Anorganik

Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal dari proses
pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut di akibatkan oleh berbagai
hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi, mekanik dan kimiawi.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan batuan induk dapat
digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu krikil dan batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir
(berukuran 50 / -1 - 2 mm), debu (berukuran 2 - 50 u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2 ju
). Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal sebagai sebagai bahan tanah yaitu gel, pasir,
kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermi kulit dan perlit

1. Gel
Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan sebagai media tanam bagi
tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan efisien karena tidak perlu
repot-repot untuk mengganti dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Selain itu, media
tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna sehingga pemilihannya dapat disesuaikan
dengan selera dan warna tanaman. Oleh karenanya, hal tersebut akan menciptakan keindahan dan
keasrian tanamn hias yans diletakkan di ruang tamu atau ruang kerja.
Hampir semua jenis tanaman hias indoor bisa di tanmam dengan media ini, misalnya
philodendron dan athurium. Namun, baik untuk tanaman hias berakar keras, seperti adenium atau
tanaman hias bonsai. Hal itu bukan dikarenakan ketidakmampuan gel dalam memasok kebutuhan
air, tetapi lebih di karenakan akar tanaman yang mengeras sehingga bisa membuat vas pecah.
Sebagian besar nurcery lebih memilih gel sebagai pengganti tanah untuk pengangkutan tanaman
dengan jarak jauh. Tujuannya agar kelembapan tanaman tetap terjaga.
Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik meskipun bersanding dengan media lain. Di jepang
gel digunakan sebagai komponen terarium bersama dengan pasir. Gel yang berwarna warni dapat
memberi kesan hidup pada tabnaman miniatur tersebut.

2. Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah.
Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesaui jika digunakan sebagai media untuk penyemaian
benih, pertunbuhan bibit tanaman, dan perakaran stek batang tanaman. Siftanya yang cepat
kering akan memudahkan proses akan memudahakan proses pengangkatan bibit tanaman yang di
anggap sudah cukup umur untuk di pindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup
berat akan mempermudah tegaknya stek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir
adalah kemudahandalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media
tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai
media tanam. Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir
menjadi mudah basah dan mudah kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi
(ketahanan tarhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil.

Anda mungkin juga menyukai