(AKBK1501)
Dosen Pengampu:
Oleh:
BANJARMASIN
2019
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tanggal 15 Juli 1947, Van Mook mengeluarkan ultimatum
supaya RI menarik mundur pasukan sejauh 10 km. dari garis demarkasi.
Tentu pimpinan RI menolak permintaan Belanda ini. Tujuan utama agresi
Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah
yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Namun sebagai kedok
untuk dunia internasional, Belanda menamakan agresi militer ini sebagai
Aksi Polisionil, dan menyatakan tindakan ini sebagai urusan dalam negeri.
Letnan Gubernur Jenderal Belanda, Dr. H.J. van Mook menyampaikan
pidato radio di mana dia menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat
dengan Persetujuan Linggarjati. Pada saat itu jumlah tentara Belanda telah
mencapai lebih dari 100.000 orang, dengan persenjataan yang modern,
termasuk persenjataan berat yang dihibahkan oleh tentara Inggris dan
tentara Australia.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Agresi Militer Belanda I ?
2. Tujuan Belanda mengadakan Agresi Militer Belanda I.
3. Bagaimana dampak Agresi Militer Belanda I bagi bangsa Indonesia
dan perjuangannya.
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. Untuk mengetahui kronologis terjadinya peristiwa Agresi Militer
Belanda I tanggal 21 Juli 1947
2. Untuk mengetahui dampak terjadinya Agresi Militer Belanda I bagi
Indonesia.
2
BAB II
ISI
3
Indonesia Serikat, terdiri dari tiga negara bagian, yaitu: Republik
Indonesia (Jawa dan Sumatera), Negara Bagian Kalimantan, dan
Negara Indonesia Timur (meliputi semua wilayah Indonesia lainnya,
yaitu wilayah-wilayah yang dulu termasuk dalam Negara Hindia
Timur Belanda, terbentang dari Jawa Timur sampai dengan
Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tenggara).
3. Pemerintah Indonesia dan Belanda akan bekerjasama membentuk
suatu Uni Indonesia-Belanda, terdiri dari Negeri Belanda (meliputi
Negeri Belanda, Suriname, Curacao), dan Republik Indonesia Serikat.
Uni itu akan diketuai oleh Ratu Belanda.
4. Uni Indonesia-Belanda dan Republik Indonesia Serikat akan dibentuk
sebelum tanggal 1 Januari 1949 dan Uni tersebut akan menentukan
sendiri badan-badan perwakilannya untuk mengatur masalah-masalah
kepentingan bersama di negaranegara anggota, terutama masalah luar
negeri.
5. Akhirnya persetujuan itu menjamin bahwa kedua belah pihak akan
mengurangi kekuatan pasukannya masing-masing dari wilayah
Indonesia, tetapi secepatnya dan konsisten dengan menjaga hukum dan
ketertiban, serta menjamin kedaulatan Republik atas semua tuntutan
bangsa-bangsa asing untuk memperoleh ganti rugi dan mengelola hak-
hak serta milik mereka di dalam wilayah-wilayah Republik. Namun
persetujuan perdamaian ini hanya berlangsung singkat. Sesudah
penandatanganan Persetujuan Linggarjati, Belanda berusaha keras
memaksakan interpretasi mereka sendiri dan berjalan sendiri untuk
membentuk negara-negara bagian yang akan menjadi bagian dari
negara Indonesia Serikat, sesuai dengan keinginan mereka. Hal ini
diawali dengan konferensi yang diselenggarakannya di Malino,
Sulawesi Selatan dan kemudian di Denpasar, Bali. Disana mereka
berhasil membentuk negara boneka Indonesia Timur dengan dibantu
oleh orang-orang yang pro Belanda seperti Sukawati dan Anak Agung
Gede. Anak Agung Gede memang sejal awal sudah memusuhi
4
pemuda-pemuda pro Republik di daerahnya, serta mengkejar-kejar dan
menangkapinya.
Memang tujuan utama Belanda penandatanganan
Perjanjian Linggarjati ialah menjadikan negara Republik Indonesia
yang sudah mendapatkan pengakuan de facto dan de jure oleh
beberapa negara, kembali menjadi satu negara bagian saja seperti juga
negara-negara boneka yang didirikannya, yang akan diikutsertakan
dalam pembentukan suatu negara Indonesia Serikat. Langkah Belanda
selanjutnya ialah mengajukan bermacam-macam tuntutan yang pada
dasarnya hendak menghilangkan sifat negara berdaulat Republik dan
menjadikannya hanya negara bagian seperti negara boneka yang
diciptakannya di Denpasar. Yang menjadi sasaran utamanya ialah
menghapus TNI dan perwakilan-perwakilan Republik di luar negeri,
karena keduanya merupakan atribut negara berdaulat. Konferensi pers
pada malam 20 Juli di istana, di mana Gubernur Jenderal HJ Van
Mook mengumumkan pada wartawan tentang dimulainya Aksi
Polisionil Belanda pertama. Serangan di beberapa daerah, seperti di
Jawa Timur, bahkan telah dilancarkan tentara Belanda sejak tanggal 21
Juli malam, sehingga dalam bukunya, J. A. Moor menulis agresi
militer Belanda I dimulai pada tanggal 20 Juli 1947. Belanda berhasil
menerobos ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di
Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Fokus serangan
tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatera Timur, Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Di Sumatera Timur, sasaran mereka adalah daerah
perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh
pantai utara, dan di Jawa Timur sasaran utamanya adalah wilayah
dimana terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.
Pada agresi militer pertama ini, Belanda juga mengerahkan
kedua pasukan khusus, Korps Speciale Troepen (KST) di bawah
Westerling yang kini berpangkat Kapten dan Pasukan Para I (1e para
compagnie) di bawah Kapten C. Sisselaar. Pasukan KST
5
(pengembangan dari DST) yang sejak kembali dari Pembantaian
Westerling kini ditugaskan tidak hanya di Jawa, melainkan dikirim
juga ke Sumatera Barat. Agresi tentara Belanda berhasil merebut
daerah-daerah di wilayah Republik Indonesia yang sangat penting dan
kaya seperti kota pelabuhan, perkebunan, dan pertambangan. Pada 29
Juli 1947, pesawat Dakota Republik dengan simbol Palang Merah di
badan pesawat yang membawa obat-obatan dari Singapura, sumbangan
Palang Merah Malaya ditembak jatuh oleh Belanda dan
mengakibatkan tewasnya Komodor Muda Udara Agustinus
Adisucipto, Komodor Muda Udara dr. Abdulrahman Saleh dan
Perwira Muda Udara I Adisumarmo Wiryokusumo.
6
Lukas dan pasukannya, tetapi selalu tidak berhasil. Setelah mereka
mengetahui bahwa Lukas bermarkas di desa Rawagede, mereka menyerbu
desa itu pada tanggal 9 Desember 1947, dan lagi-lagi Lukas dan pasukannya
lolos. Dalam kemarahan dan frustasi karena usaha mereka tidak berhasil,
pasukan Belanda menembaki rakyat desa Rawagede secara membabi buta dan
membunuh 491 orang dewasa dan anak-anak. Kekejaman Belanda ini tidak
pernah kita ungkapkan ke dunia luar. Kekejaman Belanda yang lain adalah
pembantaian pembantaian rakyat Sulawesi Selatan pada bulan Januari 1948
oleh pasukan Kapten Wasterling yang juga tidak pernah dihukum. Juga
peristiwa kapten api maut di Jawa Timur, ketika prajurit-prajurit Republik
Indonesia yang tertawan oleh Belanda dimasukkan dalam gerbong kereta api
yang kemudian ditutup rapat tanpa ventilasi sehingga semua tawanan mati
lemas karena kepanasan dan kehabisan udara.
7
Komite itu kemudian terkenal dengan sebutan Komisi Tiga Negara (KTN).
Anggota KTN terdiri atas wakil Australia, Richard Kiby; wakil Belgia, Paul
van Zeeland; dan wakil Amerika Serikat, Frank Graham. Terpilihnya
Australia dalam KTN merupakan permintaan pihak Indonesia, sedangkan
terpilihnya Belgia merupakan permintaan pihak Belanda. Kemudian
Australia dan Belgia menentukan anggota KTN ketiga, yaitu Amerika
Serikat. Tugas pokok KTN adalah mencari penyelesaian damai terhadap
masalah perselisihan antara Indonesia dan Belanda. Untuk itu, KTN
menawarkan perundingan kepada kedua negara. Amerika Serikat
mengusulkan tempat pelaksanaan perundingan yang di luar wilayah
pendudukan Belanda maupun wilayah Republik Indonesia. Tempat yang
dimaksud adalah sebuah kapal AS bernama Renville yang sedang berlabuh
di Tanjung Priok. Perundingan itu terkenal dengan sebutan Perundingan
Renville.
Dalam perundingan itu, delegasi Indonesia dipimpin oleh Amir
Syarifuddin, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh Abdullah
Wijoyoatmojo. Perundingan berlangsung alot karena baik Indonesia maupun
Belanda cenderung berpegang teguh pada pendirian masing-masing.
Akhirnya, pada tanggal 17 Januari 1948, hasil Perundingan Renville
disepakati dan ditandatangani. Akibat Perundingan Renville, wilayah
Indonesia yang diakui menjadi semakin sempit. Itulah sebabnya, hasil
Perundingan Renville mengundang reaksi keras dari kalangan partai politik,
hasil perundingan itu memperlihatkan kekalahan perjuangan diplomasi. Bagi
TNI, hasil prundingan itu mengakibatkan harus ditinggalkannya sejumalh
wilayah pertahanan yang telah susah payah dibangun. Ketidakpuasan yang
semakin memuncak terhadap hasil Perundingan Renville mengakibatkan
Kabinet Amir Starifuddin jatuh.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer belanda di Jawa dan
Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 juli 1947
sampai 5 agustus 1947. Operasi militer ini merupakan bagian dari Aksi
Polisionil yang diberlakukan Belanda dalam rangka mempertahankan
penafsiran Belanda atas perundingan Linggarjati, dari sudut pandang Republik
Indonesia, operasi ini dianggap merupakan pelanggaran Linggarjati Agresi
militer merupakan bentuk rill bahwa Belanda melanggar perjanjian
Internasional (Linggajati). Dalam agresi ini belanda mencoba menguasai kota
- kota pelabuhan dan kota perkebunan yang dianggap penting bagi Indonesia.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/333875877/Makalah-Sejarah-Agresi-Militer
Belanda-i, Diakses tanggal 08 Oktober 2019.
10