Anda di halaman 1dari 11

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Kista Coklat Ovarium


Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal
pada ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara
fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal
dengan siklus mentsruasi (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2011).
Kista coklat atau yang biasa dikenal dengan kista endometriosis
merupakan kista yang tumbuh pada permukaan ovarium. Kista coklat ini
menyerang bagian dalam ovarium dan membentuk kantung yang berisi
darah. Kista ini disebut sebagai kista coklat karena terdapat penumpukan
darah berwarna merah kecoklatan hingga gelap. Ukuran kista coklat
sebesar kacang dan bisa tumbuh lebih besar dari buah anggur
(Masjoer,2013).

B. Etiologi
Berdasarkan (Smelzer & Bare, 2012), penyebab dari kista belum
diketahui secara pasti, kemungkinan terbentuknya kista akibat gangguan
pembentukan hormon dihipotalamus, hipofisis atau di indung telur sendiri
(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat
hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau
mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus
luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena
tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase
pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifat
bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain
adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya
pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
Menurut Nugroho (2010), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium.
Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah bahan
karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat arang,
bahan-bahan tambang. Beberapa faktor resiko berkembangnya kista
ovarium, adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kista terdahulu
2. Siklus haid tidak teratur
3. Perut buncit
4. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
5. Sulit hamil
6. Penderita hipotiroid

C. Manifestasi Klinis
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau
hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang
berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian
penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin
gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang
panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski
demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan
ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Berdasarkan
(Mansjoer, 2013), gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda
mempunyai kista ovarium:
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
5. Nyeri mendadak dibagian perut bawah
6. Nyeri pinggul ketika menstruasi
7. Menstruasi nyang datang terlambat disertai dengan nyeri
8. Menstruasi yang kadang memanjang dan memendek
9. Nyeri sanggama
10. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.

D. Patofisiologi
Berdasarkan Smeltzer & Bare (2012) menyatakan bahwa fungsi
ovarium yang normal tergantung pada sejumlah hormon, dan kegagalan
salah satu pembentukan hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium
tersebut. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita
tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi
ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang
terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan, gagal berinvolusi, gagal mereabsorbsi cairan dan
gagal melepaskan sel telur, sehingga menyebabkan folikel tersebut
menjadi kista.
Setiap hari ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil
yang disebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan
dengan diameter lebih dari 2.8cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5-2 cm dengan kista di tenga-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi
fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikural dan luteal
yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat
distimulasi oleh gonadotropin, termasuik FSH dan HCG.

E. Pathway
Ketidakseimbangan dan kegagalan salah satu
pembentukan hormon yang mempengaruhi indung telur

Fungsi ovarium abnormal


Penimbunal folikel yang terbentuk secara tidak sempurna

Folikel gagal mengalami pematangan, gagal


berinvolusi dan gagal mereabsorbsi cairan
Terbentuk kista coklat ovarium
Adanya cairan dalam Ansietas b.d Pembedahan
jaringan di daerah ovarium perubahan status
kesehatan
Jaringan terputus
Klien merasa nyeri
diperut bagian bawah Kerusakan
integritas
Nyeri akut b.d agen jaringan b.d
injury biologi faktor mekanik

Klien mengalami
ketakutan dalam
melakukan mobilisasi
Hambatan
mobilisasi fisik
b.d kelemahan
Sumber : Smeltzer
fisik & Bare (2012)

F. Komplikasi
Berdasarkan Winkjosastro (2010) bahwa beberapa ahli mencurigai
kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker ovarium pada
wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas
namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk
melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya
kanker ovarium. Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan
kontrasepsi oral terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi.
Maka dari itu bila seorang wanita usia subur menggunakan metode
konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi,
lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.

G. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan (Winkjosastro, 2010) bahwa pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan pada klien dengan kista ovarium sebagai berikut:
1. Laparaskopi, pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan
silat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi, pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,
apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara
cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen, pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat
dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram
intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
4. Pap smear, untuk mengetahui displosia seluler menunjukan
kemungkinan adaya kanker atau kista.

H. Penatalaksanaan
Berdasarkan Hamylton (2011); Bobak, Lowdermilk, & Jensen
(2011); Winkjosastro (2010) bahwa penatalaksanaan yang dapat dilakukan
pada klien dengan kista ovarium sebagai berikut:
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui
tindakan bedah misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi
salpingooforektomi. Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik
yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi
pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika
tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan
ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan tuba (Salpingo-
oovorektomi).
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen
dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah
pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan
memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang
pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik atau
tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau
teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang
akan terjadi seperti tanda-tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
5. Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang
mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau
infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda vital,
asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik
dan analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan
pemberiaan rasa aman, perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa
sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu.
6. Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena
kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap
keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan,
tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan.
Perawat juga harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah
setelah pemulangan, berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu
minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk
3-4 minggu, hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena
aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti darah di daerah pelvis,
aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi, kontrol
untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Biodata Klien
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Keluhan utama
Klien biasanya mengeluh nyeri pada perut kanan bawah.
Klien biasanya merasa berat pada daerah pelvis dan cepat merasa
lelah.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.
Tanyakan apakah klien ada mengalami/menderita penyakIt
molahidatidos / kehamilan anggur, kehamilan ektopik.
e. Riwayat penyakit Keluarga
Tanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
denagn klien.
f. Riwayat Obestri
Tanyakan kapan menstruasi terakhir?
Tanyakan haid pertama dan terakhir?
Tanyakan siklus menstruasi klien, apakah teratur atau tidak?
Tanyakan lamanya menstruasi dan banyaknya darah saat menstruasi
Tanyakan apakah ada keluhan saat menstruasi?
Pernahkah mengalami abortus? Berapa lama perdarahan?
Apakah partus sebelumnya spontan, atern atau proterm?
g. Pola Kebiasaan
Aktivitas / istirahat: Perubahan pola istirahat dan jam tidur pada
malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti:
nyeri, cemas, berkeringat malam.
Kelemahan atau keletihan.
Keterbatasan latihan ( dalam berpartisipasi terhadap latihan ).
h. Sirkulasi.
Palpitasi (denyut jantung cepat / tidak beraturan / berdebar-debar),
nyeri dada, perubahan tekanan darah.
i. Integritas ego
Faktor stres (pekerjaan, keuangan, perubahan peran), cara mengatasi
stres (keyakinan, merokok, minum alkohol dan lain-lain).
Masalah dalam perubahan dalam penampilan : pembedahan, bentuk
tubuh.
Menyangkal, menarik diri, marah.
j. Eliminasi
Perubahan pola defekasi, darah pada feces, nyeri pada defekasi.
Perubahan buang air kecil : nyeri saat berkemih, nematuri, sering
berkemih.
Perubahan pada bising usus : distensi abdoment.
k. Makanan/cairan
Keadaan/kebiasaan diet buruk : rendah serat, tinggi lemak, adiktif,
bahan pengawet.
Anorexsia, mual-muntah.
Intoleransi makanan.
Perubahan berat badan.
Perubahan pada kulit: edema, kelembaban.
l. Neurosensori
Pusing, sinkope (kehilangan kesadaran secara tiba-tiba)
m. Nyeri
Derajat nyeri (ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat)
Pemeriksaan Fisik Head to Toe
Inspeksi
a. Kepala: Rambut rontok, mudah tercabut, warna rambut.
b. Mata: Konjungtiva tampak anemis, icterus pada sklera.
c. Leher: Tampak adanya pembesaran kelenjar limfe dan bendungan
vena jugularis.
d. Payudara: Kesimetrisan bentuk, adanya massa.
e. Dada: Kesimetrisan, ekspansi dada, tarikan dinding dada pada
inspirasi, frekuensi per-nafasan.
f. Perut: Terdapat luka operasi, bentuk, warna kulit, pelebaran vena-
vena abdomen, tampak pembesaran striae.
g. Genitalia: Sekret, keputihan, peradangan, perdarahan, lesi.
h. Ekstremitas: Oedem, atrofi, hipertrofi, tonus dan kekuatan otot.
Palpasi
a. Leher: Pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar submandibularis.
b. Ketiak: Pembesaran kelenjar limfe aksiler dan nyeri tekan.
c. Payudara: Teraba massa abnormal, nyeri tekan.
d. Abdomen: Teraba massa, ukuran dan konsistensi massa, nyeri tekan,
perabaan hepar, ginjal dan hati.
Perkusi
a. Abdomen: Hipertympani, tympani, redup, pekak, batas-batas hepar.
Refleks: Fisiologis dan patologis
Auskultasi
a. Abdomen meliputi peristaltik usus, bising usus, aorta abdominalis
arteri renalis dan arteri iliaca.

B. Diagnosa Keperawatan
Herdman (2010), kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien dengan
kista ovarium adalah
a. Nyeri akut b.d agen cedera biologi
b. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
c. Hambatan mobilisasi fisik b.d kelemahan fisik
d. Kerusakan integritas jaringan b.d faktor mekanik
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Nyeri akut Setelah dilakukan NIC: Pain Management 1. Mengetahui kualitas nyeri
b.d agen tindakan keperawatan 1. Melakukan pengkajian secara pasien
2. Dapat mengurangi rasa cemas
cedera 3x24 jam diharapkan komprehensif mengenai
dan takut sehingga mampu
biologi pasien dapat mengontrol lokasi, karakteristik, lamanya,
mengurangi rasa sakit
nyerinya, nyeri berkurang frekuensi, kualitas nyeri dan
3. Menurunkan nyeri
C. dengan kriteria hasil: faktor presipitasi 4. Komunikasi terapeutik mampu Inter
2. Mengobservasi penyebab vensi
Indikator menurunkan kecemasan
ketidaknyamanan klien secara 5. Mengetahui kondisi
1. Pasien mampu verbal dan nonverbal ketidaknyamanan klien yang
3. Menyakinkan klien akan
mengenali kemungkinan mampu
pemberian analgesik
faktor penyebab mengagnggu kualitas hidupnya
4. Menggunakan komunikasi
6. Meminimalkan nyeri dengan
nyeri teraupetik untuk mengetahui
2. Mengenali onset menciptakan lingkungan
pengalaman nyeri pasien
nyeri nyaman
5. Mengkaji dampak dari
3. Memberikan 7. Meningkatkan relaksasi
pengalaman nyeri (ggg tidur,
analgesik
ggg hubungan)
(kolaborasi 6. Mengontrol faktor lingkungan
dengan tim yang menyebabkan klien
kesehatan lain) merasa tidak nyaman
4. Melaporkan
(ruangan, temperatur, cahaya)
kontrol nyeri 7. Instruksikan pasien untuk
5. Pasien mampu
melakukan teknik relaksasi
melaporkan
seperti bimbingan imajinasi,
nyerinya
6. Klien nafas dalam
mengetahui
frekuensi nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. 2011. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.


Jakarta: EGC.
Mansjoer. 2013. Mengenali Keadaan Patologis pada Organ Reproduksi Wanita.
Jakarta: Kapita Selecta
Nugroho. 2011. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya medika.
Hummel. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Herdman. 2010. Ilmu Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Winkjosastro. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Pelaihari, April 2017

Preseptor akademik, Preseptor klinik,

(Yuliani Budiarti, Ns.M.Kep.,Sp.Kep.Mat.) (…….....................................................)

Anda mungkin juga menyukai