Ihsanudin Muhammad Taqwa - 1G PBI - UAS Mas Ferdi
Ihsanudin Muhammad Taqwa - 1G PBI - UAS Mas Ferdi
IAIN Surakarta
Abstract
Nowadays technology can not be denied and it is increasingly being used to help
what people are needing and doing especially gadget or smartphone, So many
people tend to spend their time by using mobile phone or gadgets than other
people.Modern people or called Millennial generation is the generation that
majority hyper connected to the each others . Gadget is one of important thing
even become main thing in the part of daily life for millennial generation
especially social media where you can communicate, watch videos, make an
order, play games and etc. As one of the result of gadget giving positive and also
bad impact may give negative for us, not only users but also nonusers. Using
gadget excessively may become addict for us. We are as human must have
realized and smart to handle modern era and the technology also developing and
developing by time and time especially gadget evolution, technologi must be
supported for all of us but we have to know about cause and effect.
Pendahuluan
Tidak dapat dibantah lagi di era globalisasi seperti saat ini, tidak
seorangpun dapat mengelak akan dampak perkembangan teknologi yang semakin
maju. Perkembangan teknologi khususnya gadget sangatlah kondang dari
perkembangan waktu demi waktu. Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi
dan informasi memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap dunia,
terciptanya teknologi yang kian terus menerus menciptakan berbagai macam jenis
gadget dengan klasifikasi high technology (Lestari, Riana, & Taftarzani, 2015;
Musdalifah & Indriani, 2017) . Gadget sendiri merupakan perangkat elektronik
1
yang mana selalui diperbarui baik fitur maupun teknologinya dari waktu ke waktu
(upgrade) dan pada dasarnya tujuannya sebagai alat komunikasi namun juga
memiliki beberapa fungsi seperti jejaring sosial, hiburan, juga mendukung hobi
kita. Handphone memanglah mempermudah hidup kita. Tapi, ia bagaikan pedang
bermata dua. Jadi, harus pintar-pintar dalam menggunakannya. Menurut
Noegroho dan Agoeng (2010) kita ini hidup selalu membutuhkan teknologi, untuk
mempermudah kehidupan ini (Wijanarko, 2016). Generasi bangsa diharapkan
menjadi penguasa teknologi dan bukan sebaliknya (Alia & Irwansyah, 2018).
Menjadi generasi masa depan yang diharapkan mampu mengambil sisi positif dari
berkembangnya teknologi, khususnya teknologi pada gadget. Beberapa tahun
yang lalu gadget hanya banyak dimiliki oleh para pembisnis saja, mulai dari
kalangan menangah hingga kalangan atasan, namun ada alasan mengapa mereka
menggunakan gadget. Namun zaman sekarang sudah berbeda, gadget tidak hanya
dipakai oleh kalangan pembisnis saja, akan tetapi semua orang mulai dari usia
lansia, dewasa, remaja bahkan anak-anak. Gadget sendiri sudah seperti suatu
kewajiban tersendiri bahwa setiap orang harus memilikinya. hal tersebut
umumnya di sebabkan dari daya tarik gagdet karena perangkat ini tersaji berbagai
fitur dan aplikasi menarik, bervarias, interaktif, dan flexibel (Sunita, Mayasari, &
Masyarakat, 2018; Gultom, 2016).
Di era seperti saat ini, gadget bukanlah hal yang asing lagi bagi seluruh
lapisan masyarakat. Hampir setiap individu memiliki gadget yang membantu
mereka dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa dari mereka bahkan memiliki
lebih dari satu gadget. Seiring berkembangnya zaman, fitur-fitur yang terdapat
didalam gadget berkembang semakin canggih. Akan tetapi, kecanggihan yang
2
dimilik gadget tidak diimbangi oleh penggunaan secara bijak oleh masyarakat
Indonesia. Mereka justru menyalahgunakan kecanggihan dari gadget. Contohnya
ialah penyebaran ujaran kebencian (hate speech) dan berita hoax melalui akun
media sosial yang dimiliki (Juliswara, 2017).
Hoax
Hoax merupakan salah satu bentuk cyber crime atau kejahatan di dunia maya
dimana informasi yang disajikan merupakan rekayasa yanag bertujuan untuk
menutupi informasi yang sebenarnya. Dengan kata lain, hoax ialah upaya
memutarbalikkan fakta suatu informasi tanpa memverifikasi kebenaran informasi
yang dinilai benar bagi pembacanya. Media sosial menempati posisi pertama
sebagai saluran penyebaran seakligus tempat berkembangnya berita hoax
(Septanto, 2018). Munculnya berita hoax sendiri tak lepas dari beberapa alasan.
Pertama, turunnya pemasukan di media industri yang disebabkan oleh kemudahan
membuat website serta lahan untuk konten platform periklanan. Kedua, adanya
rasa khawatir akan turunnya reputasi media masa, sehingga untuk meningkatkan
reputasi tersebut memunculkan berita hoax yang menghebohkan sebagai ajang
meningkatkan reputasi. Ketiga, munculnya media sosial, selain menjadi alat
komunikasi modern, juga menjadi ajang pencarian uang. Dengan memunculkan
berita yang menghebohkan, daya jual media sosial akan semakin banyak
menghasilkan keuntungan. Keempat, terus menurunnya "kepercayaan" dari media
industri, sehingga memunculkan berita hoax sebagai alternatif untuk mendapatkan
daya tarik yang lebih. Kelima, munculnya faktor politik sebagai ajang untuk
menurunkan popularitas kelompok lain(Aisyah, 2018). Salah satu akibat dari
munculnya berita hoax adalah sulit ditemukannya berita atau informasi yang
benar. Oleh karena itu, masyarakat sulit membedakan mana informasi yang benar
dan mana informasi yang salah. Dengan kata lain, berita hoax yang mudah kita
jumpai saat ini membuat masyarakat ragu dengan informasi yang diterima hingga
merasa bingung (Juditha, 2018). Momentum besar dimiliki oleh hoax di era
perkembangan digital saat ini (Digital Age) karena arus informasi yang begitu
cepat. Oleh karena itu, informasi apapun dapat dengan mudah disebarluaskan
3
tanpa diverivikasi terlebih dahulu. Pada akhirnya, siapapun dapat memproduksi,
re-produksi, dan mengkonsumsi berita hoax dimanapun dan kapanpun (Astuti,
2017).
4
kecerdasan motorik, berfikir, emosional, bahasa serta komunikasi, ini menunjukan
bahwa anak usia dini adalah aset masa depan suatu bangsa yang harus
diperhatikan dalam setiap tahap masa perkembangan (Jailani, n.d.).Akan tetapi,
tidak jarang anak yang tidak mengindahkan aturan dari orang tuanya. Bahkan ada
anak yang mengambil secara diam-diam handphone yang telah diambil oleh orang
tuanya tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Kedua orang tua memang
dituntut untuk mendidik anaknya dengan baik. Namun dalam mendidik, keduanya
tidak bisa memaksakan kehendak mereka saja karena harus sesuai dengan
perkembangan zaman yang ada (Nurendah, 2016). Jadi, orang tua harus mengerti
dengan kondisi anaknya. Jika anak membutuhkan handphone untuk mengerjakan
tugas, sebaiknya orang tua tidak melarang anak memegang ponselnya. Akan tetapi
jika seorang anak hanya menginginkan handphone untuk bermain game, maka
orang tua harus tegas kepada sang anak.Menurut hasil penelitian yang dilakukan
oleh Roberts et al (2014) memperlihatkan bahwa para perempuan menghabiskan
waktu lebih lama ketika menggunakan smartphone ketimbang dengan para laki-
laki yaitu bersekitar 600 menit untuk setiap harinya. Sedangkan para laki-laki
menggunakan smartphone mereka sekitar 458.5 menit setiap harinya. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Choi et al (2015) juga menunjukkan bahwa remaja
perempuan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain sosmed yang
mereka miliki, sedangkan untuk remaja laki-laki lebih menggunakan dalam hal
bermain game online (Yusonia, 2018).Akan tetapi, tidak sedikit remaja yang lalai
akan tugasnya karena terlena dalam bermain. Bahkan ada yang rela begadang
hanya untuk bermain game di ponselnya. Padahal kebiasaan penggunaan
handphone juga dapat menjadikan seseorang mengalami sulit tidur (Sulistiyani,
2012) Tentu ini merupakan pengambilan manfaat yang salah dari ponsel oleh para
remaja hingga tidak tahu waktu. Selain untuk media untuk mengakses informasi,
smartphone juga dapat digunakan untuk mengaskses berbagai media-media
interaksi seperti facebook, twitter,Line, Whatsapp, dll. Namun tidak sedikit orang
menggunakan media sosisal sebagai sarana promsosi barang bisnis juga sebagai
lahan atau lapak untuk menjual dagangan (Mario Manurung, 2017) .
5
Dengan semakin canggihnya gadget tidak hanya memberikan dampak
positif tetapi bisa jadi meberikan dampak buruk bagi siapa saja khsusunya
pengguna. Penggunan gadget sendiri sering kali disalahgunakan khusunyaoleh
orangtua bagi mendidik anaknya, seperti halnya memberi kemudahan
menggunakan gadgetnya tanpa tahu bahwa apakah si anak sedang benar-benar
membutuhkan.Hal inipun dapat memperngaruhi perkembangan dan pendidikan
anak terutama usia dini. Gadget sendiri sebenarnya ditujukan bagi orang-orang
yang orang-orang yang memiliki kepentingan bisnis, atau pekerjaan kuliah dan
kantor namun seiring perkembangan gadget merambah ke semua kalangan dengan
fiturnya yang semakin bertmbah dan menarik, baik secara grafis maupun fungsi.
(Lestari et al., 2015)
Permaianan tradisional
Gadget sangatlah akrab bagi mereka yanag tinggal dikota –kota besar
seperti di mall atau restauran sering kita jumpai banyak penggunaan khusus anak-
anak yanag dengan asyiknya bermain gadget , jadi tidak mengherankan jika kini
menajadi pemandanagan umum . Popularitas gadget pun berpengaruh terhadpat
banyak permainan tradisisonal selain tergeser dan dilupakan. Anak-anak jaman
sekakarang lebih senang berkumpul untuk bermain gadget atau lebih
berkecenderungan game online dari pada berkumpul untuk memainkan
permainana tradisisonal (Fajrin, 2015) .Tak seperti kebanyakn orang zaman
dahulu para orangtuadi jaman sekarang tidak jarang kita ketahui bahawa mereka
tidak banayk tahu tentang bagaimana memainkan berbagai permainan tradisiaonal
untuk diajarkan kepada anak atau cucunya. Secara fisik tidak lah mungkin untuk
memainkan nya ,seperti hal nya sang pengutip yang punya latar belakang yang
hidup didesa yang dahulunya sering bermain berbagai permainan tradisisonal
seperti nekera, apolo,dhelikan, dll (Alfiantoro, 2017).
6
anak-anak. Nilai yang terkandung pada permainan tradisonal seperti Seperti
karakter positif dalam hal pemanfatan barang yang ada disekitar kita, sehingga
tidak butuh banayak biaya, juga melatih kita dalam berimajinasi dan kreativitas,
selain itu permainan tradisonal memiliki maksut yang mendalam dlam hal
interaksi antar individu juga memiliki beberapa pesan moral seperti nilai-nilai
kebersamaan, tanggung jawab, kejejujuran, juga sikap lapang dada (Haerani Nur,
2007)
Metode
Beberapa orang berpendapat bahwa ponsel menjadi alat yang cocok atau
sesuai bagi mereka yang mersa jenuh ketika menunggu. Seperti hal yang
diungkapkan oleh Bima Aji Prokosa salah satu mahasiswa Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY)
7
“...Anu soale ngenteni kih pancen gawean se marai mboseni, mending buka hp
buka Ig,Fb,Wa po ML ben ra jenuh jenuh banget ngentenine ben betah yoan...”
“...Alesanku nganggo Hp ki simple ae mas kanggo garap tugas soale nek nggo
laptop ki pancen memakan waktu se suwe juga, ndadak buka, ndadak ngresiki,
ngenteni murup ae suwe jo meneh nyolokke modem po ngonekki wifi, nek hp
langsung buka Hp tinggal browsing opo se tok golekki ...”
“...Soale Hp saiki ki canggih ga kyo dhisik , enek untunge nek aku ki nggunakke
Hp dinggo promosi karo dodolan Onli, saiki kih jamane serba online, Gaperlu
dhewe susah susah dagang kyo toko online, sakjane aku dhewe y sibuk yo mikir
kuliah barang...”
Internet menawarkan banyak hal yang berguna bagi kehidupan kita sebagai hal
yang positif salah satunya Online marketing atau bisa kita sebut olshop bisa
8
disebut juga pasar online, pasar dimana kita tidak lagi butuk lahan atau lapak
secara nyata dan berguna sebagai alat menawarkan sekaligus media tempat kita
berjualan berbagai jenis produk (Izzati, 2015).
Kesimpulan
9
dahulu. Dan beberapa alasan kenapa masyarakat mudah sekali percaya dengan
hoax, yaitu: (1) keterbatasan informasi. Kita percaya berita hoax bukan karena
kita mudah dibohongi. Tapi karena keterbatasan arus informasi yang datang; (2)
Tingkat popularitas informasi. Ternyata, pemberitaan yang terus menerus dapat
membuat manusia jadi tertutup pada kebenaran; (3) Ketertarikan. Kita lebih
tertarik dengan dengan berita hoax karena topiknya yang menarik dan unik.
Makanya dengan mudah langsung percaya dengan hoax; (4) Confirmation bias.
Kalau berita hoax tersebut berkaitan dengan hal yang dipercaya, maka
kebohongan akan lebih mudah diterima(Triartanto, Midler, & Parker, 2015).
Keadaan ini sangat tidak menguntungkan dalam menghadapi berbagai
permasalahan yang akan di lalui kedepannya (Fatkhurahman, 2018). Beberapa
dampak negatif hoax terhadap kehidupan sosial, yaitu buang-buang waktu,
pengalihan isu, penipuan publik dan pengacu kepanikan sosial(Halim, 2017).
Dengan adanya beberapa dampak tersebut diperlukannya cara atau tips agar dapat
terhindar dari bahaya hoax, yaitu hati-hati dengan judul yang provokatif, cermati
alamat situs, periksa fakta, cek keaslian gambar dan ikut dalam grup diskusi bisa
juga berpartisipasi dan bergabung di komunitas anti hoax (Latief, 2017).Untuk
melawan fenomena berita hoax, diperlukan peran negara sebagai institusi
tertinggi. besarNegara dapat menegakkan hukum dengan menjaga ketertiban
masyarakat umum. Aturan yang sudah ditetapkan mengenai perbuatan yang
mengancam ketertiban umum harus disosialisasikan kepada masyarakat
Indonesia. Selain dari peran negara, peran masyarakat juga penting untuk
melawan hoax. Masyarakat yang sadar untuk menjaga keamanan dan ketertiban di
Indonesia akan melawan berita bohong yang terdapat di media sosial (Suyanto et
al., 2017).
Selain itu kita sebagai orang yang sadar hendaknya menggunakan gadget
berdasarkan kebutuhan, khususnya anak. Anak sendir masi membutuhkan
bimbingn kita namun tidak salahnya kita meminjamkan kepada anak sebagai
sarana edukasi seperti membuka aplikasi pembelajaran umtuk belajar.
10
Daftar Pustaka
Alia, T., & Irwansyah. (2018). Pendampingan Orang Tua pada Anak Usia Dini
dalam Penggunaan Teknologi Digital. A Journal of Language, Literature,
Culture, and Education, 14, 65–78.
11
Online di Kalangan Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Jurnal ASPIKOM, 2(5),
374. http://doi.org/10.24329/aspikom.v2i5.88
Lestari, I., Riana, A. W., & Taftarzani, B. M. (2015). 34 Pengaruh gadget pada
interaksi sosial dalam keluarga. Prosiding Ks: Riset & Pkm, 2(2), 147–300.
Septanto, H. (2018). Pengaruh Hoax dan Ujaran Kebencian Sebuah Cyber Crime
Dengan Teknologi Sederhana di Kehidupan Sosial Masyarakat. Jurnal Sains
Dan Teknologi, 5(2), 157–162.
12
Sunita, I., Mayasari, E., & Masyarakat, K. (2018). PENGAWASAN ORANGTUA
TERHADAP DAMPAK, 3(38), 510–514.
Suyanto, T., Prasetyo, K., Zein, I. M., Isbandono, P., Purba, I. P., & Gamaputera,
G. (2017). Persepsi Mahasiswa Prodi PPKn UNESA Terhadap Kemunculan
Hoax di Media Sosial, 1(1), 568–571.
13