Oleh :
Nama : N. Ulvi Pratiwi Permana G1B013024
Hepy Tri Riskia S. I1A015008
Aulia Azizah I1A015018
Wita Mulya R. I1A015020
Dwi Rovika Destiyani I1A015048
M. Rizky Hendrawan I1A015100
Kelompok : 12
Kelas :B
A. Latar Belakang
Kekurangan
a. Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko
dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan. Akibatnya sering tidak
mungkin ditentukan mana yang sebab mana yang akibat.
b. Studi prevalensi lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa
sakit yang panjang daripada mereka yang mempunyai masa sakit pendek.
Hal ini disebabkan karena individu yang cepat sembuh atau cepat
meninggal akan mempunyai kesempatan relatif kecil untuk terjaring dalam
studi ini. Bila karakterisitik pasien yang cepat sembuh atau cepat meninggal
itu berbeda dengan mereka yang mempunyai masa sakit panjang, maka akan
terjadi salah interpretasi dari hasil temuan studi tersebut.
c. Dibutuhkan subjek yang cukup besar, bila variabel yang dipelajari banyak.
d. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun prognosis.
e. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang, misal kanker
lambung.
f. Mungkin terjadi bias prevalensi atau bias insiden karena efek suatu faktor
risiko selama selang waktu tertentu disalah tafsirkan sebagai efek penyakit.
Kelemahan
a. Kesalahan pemilihan kasus yang disebabkan kesalahan dalam diagnosis.
b. Kesalahan dalam pemilihan kontrol. Misalnya, penelitian retrospketif
tentang hubungan tromboflebitis dengan pemakaian pil KB. Sebagai
kontrol, diambil wanita yang telah menopause hingga tidak mempunyai
peluang terhadap pemaparan pil KB.
c. Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh.
d. Informasi tentang pemaparan diperoleh dengan mengingat kembali masa
lalu yang cukup lama hingga mempunyai potensi timbulnya bias, sedangkan
data di catatan medis tentang pemaparan yang pernah dialami tidak lengkap.
e. Tidak dapat digunakan untuk menentukan inciden rate penyakit secara
langsung pada kelompok terpapar.
3. Studi Kohort
Studi Kohort berasal dari bahasa Romawi Kuno “Cohort” yang berarti
sekelompok tentara yang bersama-sama ke medan pertempuran. Studi Kohort
atau studi prospektif adalah desain studi observasional yang mempelajari
hubungan antara faktor resiko dengan efek atau penyakit (Hasmi,2012).
Definisi lain dari studi Kohort adalah desain studi observasional yang
mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan memilih dua (atau
lebih) kelompok-kelompok studi berdasarkan perbedaan status paparan,
kemudian mengikuti sepanjang suatu periode waktu untuk melihat beberapa
banyak subyek dalam masing-masing kelompok mengalami penyakit (Murti,
1997). Dalam Studi Kohort terdapat kelompok Kohort dan kelompok
Pembanding, kelompok Kohort terdiri atas mereka yang ekspos (terpapar)
pada satu faktor tertentu, sedangkan kelompok pembanding adalah mereka
yang tidak ekspos (tidak terpapar) terhadap faktor yang sama (Buchari, 2011).
Studi Kohort menyandang banyak nama. Studi ini disebut juga studi
follow-up atau studi longitudinal, karena mengikuti kelompok penelitian
sepanjang waktu, maka ia selama periode follow-up peneliti melakukan re-
eksaminasi atau surveilans tentang kejadian baru penyakit (Murti, 1997). Studi
Kohort juga disebut sebagai studi insiden, karena dimulai dengan status
paparan subyek lalu diikuti kedepan untuk melihat status penyakit (Hasmi,
2012).
Berpenyakit atau D
(+)
Efek
Faktor
Ya Tidak Jumlah
Risiko
Ya A B A+B
Tidak C D C+D
Keterangan :
A; subyek dengan faktor risiko yang mengalami efek.
B; subyek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek.
C; subyek tanpa faktor resiko yang mengalami efek.
D; subyek tanpa faktor resiko yang tidak mengalami efek.
Rumus
Risiko kelpompok terpajan: a/(a + b) = m
Risiko tidak terpajan : c/(c+d) = n
Perhitungan Risiko Relatif = m/n
Risiko Atribut = m-n
Contoh:
Penelitian untuk menentukan adanya hubungan antara peminum alkohol
dengan terjaidnya hemoragi stroke. Dalam penelitian ini dikumpulkan sebanyak
4.592 orang peminum alkohol dan 2.916 orang bukan peminum alkohol.
Dilakukan pengamatan pada kedua kelompok selama 12 tahun dan diperoleh hasil
dari 4.952 peminum ditemukan 197 orang menderita stroke dan dari 2.916 bukan
peminum terdapat 93 orang menderita stroke. Temuan tersebut dapat disajikan
dalam tabel berikut:
Stroke
Kelemahan
1. Membuthkan sampel yang besar dan waktu yang lama sehingga sulit untuk
mempertahankan subyek studi agar tetap mengikuti proses penelitian.
2. Membutuhkan biaya yang besar sebagai akibat besarnya sampel dan
lamanya penelitian. Misalnya, penelitian tentang hubungan alkohol dengan
terjadinya stroke hemoragi membutuhkan waktu 12 tahun.
3. Kurang efisien dalam segi waktu maupun biaya untuk meneliti kasus yang
jarang terjadi.
4. Penelitian prospektif tidak efisien untuk penelitian penyakit dengan fase
laten yang lama.
Eksperimental
Intervensi atau Eksperimen ini dilakukan kepada kelompok subjek kemudian
dibandingkan dengan kelompok control (yang tidak dikenakan percobaan).
Penelitian Eksperimen kurang rentan terhadap pengacau oleh karena peneliti
menentukan siapa yang terpapar dan siapa yang tidak. Terutama , jika paparan
dialokasikan secara acak dan jumlah kelompok atau individu yang diacak adalah
besar bahkan efek pengacau yang tidak dikenal secara statistik sedikit
kemungkinannya terjadi (Coggon, 2001).
Hal ini contohnya untuk menguji keampuhan suatu vaksin, dapat diambil suatu
kelompok anak kemudian diberikan vaksin tersebut. Sementara itu diambil suatu
kelompok anak sebagai kontrol yang hanya diberikan placebo. Setelah beberapa
tahun kemudian dilihat kemungkinan-kemungkinan timbulnya penyakit yang
dapat dicegah dengan vaksin tersebut, kemudian dibandingkan antara kelompok
percobaan dan kelompok kontrol (Budiarto, 2002).
Tipe dari penelitian tersebut dapat mengambil salah satu dari tiga buah bentuk
dibawah ini :
1. Uji Coba Acak Terkendali
Uji coba acak terkendali adalah sebuah eksperimen epidemiologi yang
digunakan untuk mengkaji suatu cara pencegah penyakit atau upaya
pengobatan. Subyek-subyek yang ada di dalam populasi secara acak
dialokasikan ke dalam kelompok-kelompok, yang biasa disebut kelompok
treatment (pengobatan) dan control (kontrol), dan hasil-hasilnya kemudian
dinilai dengan cara membandingkan outcome yang terdapat di dalam dua
kelompok atau lebih. Outcome yang dipelajari tersebut akan bervariasi, tetapi
mungkin merupakan perkembangan dari penyakit baru atau kesembuhan dari
penyakit yang sudah diketahui.
Populasi
Seleksi berdasarkan
kriteria tertentu
Peserta
Pengacakan
Kontrol
Pengobatan
Gambar 4. Skema rancangan uji coba kontrol acak
Rancangan dari uji coba kontrol acak itu diperlihatkan dalam bagan diatas.
Untuk meyakinkan bahwa kelompok-kelompok yang sedang dibandingkan itu
adalah setara, maka para penderita dialokasikan ke dalamnya secara acak, yakni
berdasarkan peluang. Dalam keterbatasan-keterbatasan peluang, maka pengacakan
itu akan menjamin bahwa kelompok-kelompok kontrol dan treatment akan dapat
dibandingkan pada saat awal penelitian; apapun perbedaan yang ada diantara
kelompok-kelompok tersebut, hal itu merupakan peluang dari kejadian-kejadian
yang tidak terpengaruhi oleh bias-bias yang disadari maupun tidak disadari para
peneliti (Notoatmodjo, 2003).
2. Uji Lapangan
Eksperimen lapangan adalah jenis eksperimen yang dilakukan di lapangan
dengan individu-individu yang belum sakit sebagai subyek. Mirip dengan studi
kohort prospektif, rancangan ini diawali dengan memilih subyek-subyek yang
belum sakit. Subyek-subyek penelitian dibagi dalam kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, lalu diikuti perkembangannya apakah subyek itu sakit atau
tidak. Berbeda dengan studi kohort, peneliti menentukan dengan sengaja alokasi
factor penelitian kepada kelompok-kelompok studi.
Subyek yang terjangkit dan tidak terjangkit penyakit antara kedua kelompok
studi kemudian dibandingkan untuk menilai pengaruh. Jika laju kejadian penyakit
dalam populasi rendah maka eksperimen lapangan membutuhkan jumlah subjek
yang sangat besar pula. Pada eksperimen lapangan kerap kali peneliti dimana
dilakukan pengamatan dan pengumpulan informasi yang dibutuhkan dengan biaya
ekstra.
3. Uji Coba Komunitas
Dalam eksperimen yang berbentuk seperti ini, maka kelompok-kelompok
treatment nya adalah komunitas, bukan individu-individu. Cara-cara ini terutama
tepat sekali untuk penyakit-penyakit yang bersumber pada kondisi-kondisi social,
yang pada gilirannya secara mudah dapat dipengaruhi oleh adanya intervensi yang
ditujukan pada tingkah laku kelompok yang sama seperti individu-individu.
Penyakit kardiovaskuler adalah sebuah contoh yang baik untuk sebuah kondisi
yang tepat bagi uji coba komunitas.
Keterbatasan dari penelitian semacam ini adalah bahwa jumlah komunitas-
komunitas yang dapat dilibatkan didalamnya itu hanya sedikit, pengalokasian
komunitas secara acak juga tidak dapat diterapkan; metode-metode lain
dibutuhkan guna meyakinkan bahwa setiap perbedaan yang ditemukan pada akhir
dari penelitian itu dapat dihubungkan dengan intervensi, bukan terhadap
perbedaan-perbedaan inheren yang ada diantara komunitas-komunitas tersebut.
Lebih jauh, sesungguhnya amat sulit untuk mengisolasi komunitas-komunitas
yang merupakan tempat intervensi itu dilakukan, dari perubahan-perubahan social
umum yang mungkin saja dapat terjadi. Sebagai akibatnya, maka mungkin saja
tipe penelitian semacam ini memperkirakan efek yang lebih rendah dari
sesungguhnya akibat adanya intervensi.
Selain itu secara garis besarnya, dikenal ada dua macam penelitian
eksperimental, yakni:
1. Eksperimental Murni
Penelitian eksperimental murni merupakan suatu penelitian eksperimental
yang sering dilakukan di laboratorium maupun klinik dengan menggunakan
randomisasi yaitu setiap individu dalam penelitian tersebut mempunyai
kesempatan yang sama untuk terpilih dalam kelompok kasus atau kontrol.
Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain penelitian laboratorium untuk
uji hipotesis tentang penyebab dan faktor risiko, percobaan klinik (clinical
trial) termasuk uji coba pengobatan, pencegahan dan intervensi klinik.
Disamping itu dapat pula dilakukan untuk intervensi pada kelompok komunitas
tertentu dalam menentukan risiko tinggi (high risk group) serta untuk menilai
berbagai kegiatan klinik dalam komunitas tertentu.
2. Eksperimental Semu
Eksperimental semu (quasy experimental) merupakan suatu penelitian
eksperimental tanpa menggunakan randomisasi. Bila pada penelitian
eksperimental murni, peneliti lebih banyak menggunakan binatang percobaan
maka pada eksperimental semu dapat dilakukan terhadap kelompok populasi
tertentu yang merupakan satu kesatuan unit yang utuh dan tidak terpisahkan.
Bentuk penelitian ini antara lain intervensi komunitas, uji coba sistem
pelayanan kesehatan terpadu bagi masyarakat, analisis biaya pelaksanaan usaha
kesehatan pada kelompok penduduk tertentu dan lain sebagainya. Dalam
penelitian ini hasil yang diperoleh dapat dibandingkan dengan keadaan pada
kelompok penduduk lainnya atau dengan kelompok penduduk yang sama
sebelum percobaan dilakukan.
GLOSARIUM
Adisasmit, Wiku. 2007. Faktor Risiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia :
Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat.
Makara Kesehatan. 11(1), pp : 1-10.
Budiarto, Eko dan Anggraeni. 2001. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Hasmi. 2012. Metode Penelitian Epidemiologi. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Buchari, Lapau. 2011. Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Murti, Bhisma. 1997. . Prinsip Dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.