Kelompok
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan
mengkaji lebih jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai
dengan teori Sister Roy diilapangan atau rumah sakit, sehingga dapat
diketahui apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik dalam pelayanan
keperawatan/ asuhan keperawatan .
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami konsep model keperawatan menurut Roy dalam manajemen
Asuhan Keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Memahami konsep model teori Roy
b. Mampu menghubungkan model konsep Roy dengan proses keperawatan
c. Mampu mengevaluasi/menilai proses keperawatan di RS dengan konsep Roy
pada mode fisiologi sub kebutuhan cairan
d. Mendapatkan gambaran kondisi pelaksanaan konsep Roy di RS pada mode
fisiologis sub kebutuhan cairan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Roy lahir pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles, California. Roy
menyelesaikan pendidikan Diploma Keperawatan pada tahun 1963 di Mount Saint
Mary’s College, Los Angeles dan menyelesaikan Master Keperawatan di California
University pada tahun 1966. Roy menyelesaikan PhD Sosiologi pada tahun 1977 di
Universitas yang sama. Roy bersama Dorothy E. Johnson mengembangkan teori
model konseptual keperawatan. Ketika bekerja sebagai perawat anak, Roy melihat
suatu perubahan besar pada anak dan mereka berkemampuan untuk beradaptasi
dalam respon yang lebih besar terhadap perubahan fisik dan psikologis. Roy
mengembangkan dasar konsep keperawatannya pada tahun 1964-1966 dan baru
dioperasionalkan pada tahun 1968. Pada saat itu Mount Saint Mary’s College
mengadopsi teori adaptasi sebagai dasar filosofi kurukulum keperawatannya. Roy
menjabat sebagai asisten Professor pada Departemen Nursing di Mount Saint
Mary’s College pada tahun 1982.
5
2. LINGKUNGAN
Semua kondisi, keadaan dan pengaruh lingkungan sekitar, pengaruh
perkembangan dan tingkah laku individu dalam kelompok dengan beberapa
pertimbangan saling menguntungkan individu dan sumber daya alam.
Tiga jenis stimulasi : fokal stimulasi, kontekstual stimulasi, dan residual
stimulasi.
Stimulasi bermakna dalam adaptasi semua manusia termasuk perkembangan
keluarga dan budaya.
3. SEHAT-SAKIT
Kesehatan merupakan pernyataan dan proses keutuhan dan keseluruhan refleks
individu dan lingkungan yang saling menguntungkan.
Adaptasi : proses dan hasil dimana dengan berfikir dan merasakan seperti
individu dan kelompok, menggunakan kesadaran dengan memilih untuk
membuat kesatuan individu dan lingkungan.
Respon adaptif : respon yang meningkatkan integritas dalam masa antara tujuan
dan sistem individu, yang bertahan, tumbuh, reproduksi, penguasaan, personal
dan perubahan lingkungan.
Inefektif respon : respon tidak berkontribusi untuk keutuhan pencapaian tujuan
Tujuan adaptasi menunjukkan kondisi proses kehidupan yang menggambarkan
tiga perbedaan level yaitu : integrasi, kompensasi dan kompromi.
4. KEPERAWATAN
Keperawatan adalah ilmu dan praktek yang memperluas kemampuan adaptasi
dan mempertinggi perubahan individu dan lingkungan.
Tujuan adalah meningkatkan adaptasi untuk individu dan kelompok dalam
empat adaptasi model yang berkontribusi untuk kesehatan, kualitas hidup dan
kematian dengan bermartabat.
Ini adalah pekerjaan pengkajian tingkah laku dan faktor-faktor yang
mempengaruhi adaptasi dan intervensi untuk mempertinggi kemampuan dan
memperluas interaksi lingkungan.
6
C. Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy
7
c. problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.
d. stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon
adaptif.
e. stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
f. stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi
terhadap perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
g. regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik
melalui neural, cemikal dan proses endokrin.
h. kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui
proses yang komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan
belajar.
i. model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran,
interdependensi dan konsep diri.
j. respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam
mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.
k. fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan
bagaimana proses adaptasi dilakukan.
l. konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
m. penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di
dalam hubungannya di lingkungan sosial.
n. interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai
support sistem.
8
1. Input
Input atau masukan terdiri dari stimulus dan level adaptasi. Stimulus terdiri
dari :
a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera,misalnya infeksi .
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang
baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini
muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada
stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan
relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi
kepercayan, sikap sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu,
hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri
pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak. Level adaptasi
dapat menjadi data masukan yang akan mempengaruhi respon adaptasi
seseorang. Menurut Roy level adaptasi seseorang dibagi menjadi 3,yaitu :
integrated , compensatory, compromised.
2. Proses
Mekanisme kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme
koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan
kognator yang merupakan subsistem.
a. Subsistem regulator
Input stimulus berupa internal atau eksternal.Transmiter regulator
sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon
neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku
output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai
sebagai perilaku regulator subsistem.
9
b. Subsistem kognator.
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal.
Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan
balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan
dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi.
Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam
memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan
proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang
mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah
proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi
adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan
penilaian dan kasih sayang. Dalam memelihara integritas, kognator dan
regulator saling bekerjasama dan menguatkan. Selanjutnya Roy
mengembangkan proses internal seseorang sebagai sistem adaptasi dengan
menetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode adaptasi meliputi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi
untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode
fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi
fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalamRoy 1991).
3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal.
( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan
istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam
10
memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
(Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
(Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6) The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan Sensasi nyeri
penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984,
dalam Roy, 1991).
7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8) Fungsi syaraf / neurologis : Hubunganhubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan
tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress
dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard& Valentine
dalam Roy,1991).
11
personal self.
1).The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.
Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan,
seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2). The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri,
moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas,
hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area
ini.
d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan
oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan
menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling
menghargai.Interdependensi yaitu keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk
dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi
dengan orang lain.Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan
berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya.Interdependensi
dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi
dan menerima.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat di amati, diukur
atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari
luar. Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy
12
mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon
yang tidak efektif / mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan
integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang
tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan
hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang
mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini. Tingkat adaptasi
seseorang sebagai sistem adaptasi dipengaruhi oleh perkembangan individu
itu sendiri, dan penggunaan mekanisme koping. Penggunaan mekanisme
koping yang maksimal mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan
meningkatkan rentang stimulus agar dapat berespon secara positif.
INPUT PROSES EFFECTOR OUTPUT
Stimulus Mekanisme Fungsional fisik Respon
(Fokal, koping adaptife
contextual dan
residual)
Level Adaptasi Regulator Konsep diri Respon
(Integrated, ineffectife
compensatory,
compromise)
kognator Fungsi peran
Interdependency
E. TEORI PENEGASAN
Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu
Fungsi atau proses control yang terdiri dari kognator dan regulator.
Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu fisiologi, konsep diri,
fungsi peran dan Interpendensi. Regulator digambarkan sebagai aksi dalam
hubungannya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis,
13
konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Berikut penjelasan dari
empat efektor yang telah disebutkan :
a. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya.
Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus
dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua
bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan
dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian
yaitu :
1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal.
( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan
istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam
memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh.
(Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
(Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri
penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984,
dalam Roy, 1991).
7. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
14
ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan
tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur
aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan
merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam
Roy,1991)
b. Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan
spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep
diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas
mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua
komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan
dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini
sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi
atau hilang kemampuan seksualitas.
2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik
dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut
merupakan hal yang berat dalam area ini.
c. Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer,
sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan
dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .
d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh
15
Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/
kasih sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi yaitu
keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima
sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan
orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk
melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari
keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon
inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan
integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu
integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut
masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan
kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan
lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan
social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem
kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif
dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan
membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan
untuk mencari bantuan.
16
berinteraksi dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-
perubahan biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan
untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua
rangsangan baik positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya,
jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai
kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan manusia.
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima
asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang
dipandang sebagai “Holistic adaptif system”dalam segala aspek yang
merupakan satu kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya
sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari
setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, autput, kontrol dan
umpan balik ( Roy, 1991 ), dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan
kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat
menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal,
kontekstual dan stimulus residual.
a) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera, misalnya infeksi .
b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara
bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal
seperti anemia, isolasi sosial.
17
c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi
yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat
individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses
belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang
toleransi tetapi ada yang tidak.
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme
koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan
kognator yang merupakan subsistem.
a) Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses
dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator
sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon
neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output
dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai
perilaku regulator subsistem.
b) Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal.
Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik
untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan
fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau
proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi,
mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi,
reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam).
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang
berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan
untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau
secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar .
18
Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan
output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif.
Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara
keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan
yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan
keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak
mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan
proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping
diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai
sistem pertahanan terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang
lain yang dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan
luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu
mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme
tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi.
Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan
konsep keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa
pandangan atau keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:
a. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu
berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus
beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.
c. Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh roy,
diantaranya:
Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang
dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang individu.
Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan
baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi,
kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara subjektif.
Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri tambahan
yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan
19
lingkungan yang sukar dilakukan observasi.
20
bagi klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut.
Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien
beradaptasi. Menurut Roy terdapat empat objek utama dalam ilmu
keperawatan, yaitu :
21
internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus
manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan.
Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme
koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem
regulator dan subsistem kognator.
2. Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan
kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang
mengalami gangguan fisik, psikis dan social agar dapat mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan
respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan
internal dan eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi koping
individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping seseorang merupakan
tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh
stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu respon yang
diberikan secara langsung terhadap ancaman/input yang masuk. Penggunaan
fokal pada umumnya tergantung tingkat perubahan yang berdampak terhadap
seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual
adalah karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul releva dengan
situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.
3. Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal
sampai tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan
suatu keadaan dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara
terintegrasisecara keseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas adaptasi
individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan
mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
22
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk
beradapatasi terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu.
Kondisi sehat dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu.
Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping) tergantung dari latar
belakang individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-
sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.
4. Konsep lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal
dari internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap
perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal
dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan
dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah
keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan
emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel maupun molekul)
yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi yang tampak akan
tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan pemahaman
yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat dalam meningkatkan
adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko akibat dari lingkungan sekitar.
23
G. Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy
Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori
sehingga dapat mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini
masih menjadi pegangan bagi para perawat. Keeksistensiannya tentu
memiliki sifat kuat atau memiliki kelebihan dalam penerapan konsepnya
dibanding dengan konsep lainnya. Kelebihan dari teori dan model
konseptualnya adalah terletak pada teori praktek dan model adaptasi yang
dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji respon perilaku pasien
terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode fungsi
peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji
stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan
residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap
dan akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu,
tentang hal-hal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme
koping dan effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress.
Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada
sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi
pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan
proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku
cara merawat ( caring ) pada pasien. Sehingga
24
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan,
timbal balik dan out come. Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam
teori out come ditegaskan oleh penulisnya sebagai “ konsep artikulasi yang
baik dari seseorang sebagai pasien dan perawat dalam mekanisme luar yang
beraturan “ roy dalam mengaplikasikan konsep-konsepnya yang berasal dari
system dan disesuaikan kepada pasien yang telah mempersembahkan
artikulasinya untuk perawat dalam menggunakan peralatan untuk praktik,
pendidikan, dan penelitian. Konsep-konsepnya tentang person (Roy
menjelaskan bahwa person bisa berarti individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat luas dan masing-masing sebagai sistem adaptasi holistik. Roy
memandang person secara menyeluruh atau holistik yang merupakan suatu
kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi bahan dan
energi. Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan
menyebabkan perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam
menghadapi perubahan ini individu harus memelihara integritas dirinya dan
selalu beradaptasi ) dan proses kontribusi perawat terhadap ilmu
pengetahuan dan seni merawat
B. Saran
Oleh karena itu, perawat/mahasiswa keperawatan perlu untuk
mengetahui dan mengkaji lebih jauh tentang penerapan model keperawatan
yang sesuai dengan teori Callista Roy di lapangan atau rumah sakit,
sehingga dapat diketahui apakah teori Roy dapat diaplikasikan dengan baik
dalam pelayanan keperawatan/asuhan keperawatan
25
DAFTAR PUSTAKA
26