Pengadukan Beton :
Pencampuran bahan bahan dasar beton : semen, pasir, kerikil dan air dalam
perbandingan yang sudah ditentukan.
Proses pengadukan ini dilakukan hingga dicapai :
- warna adukan tampak rata
- kelecakan yang cukup (tidak cair & tidak padat)
- campuran tampak homogen
Proses pencampuran dapat dilakukan dengan cara :
a. Manual : dilakukan dengan tangan, untuk volume beton kecil. Semen dan
pasir dicampur secara kering diatas tempat rata, bersih, keras
dan tidak menyerap air hingga dicapai warna yang sama.
Kemudian tuangkan kerikil dan diaduk kembali hingga merata,
buat lubang ditengah adukan dan tuangkan air sebanyak 75 %
dari air yang dibutuhkan, adukan diulangi dan tambahkan sisa
air sampai adukan betul betul tercampur. Alat yang digunakan :
cangkul, sekop dan cetok.
b. Mekanik : Cara mekanik dilakukan dengan mesin pengaduk beton (beton
mollen), untuk volume beton besar. Beton yang dibuat dengan
cara mekanik ini lebih homogen dan dapat dilakukan dengan
faktor air semen yang lebih sedikit daripada diaduk dengan
cara manual.
Pengadaan beton pada proyek berskala besar dengan cara mekanik yang
dilakukan oleh sub kontraktor. Lokasi pengadukan biasanya tidak dalam
lokasi yang sama dengan lokasi proyek sehingga dibutuhkan alat transportasi
berupa truk molen.
Pengangkutan Adukan Beton
a. Adukan beton setelah proses pencampuran/pengadukan mencapai tingkat
yang dikehendaki harus diangkut ketempat penuangan sebelum semen
mulai berhidrasi.
b. Cara pengangkutan adukan beton tergantung jumlah adukan dan keadaan
tempat penuangan. Pengangkutan adukan dapat dilakukan dengan :
ember, gerobag dorong, truk aduk beton, ban berjalan atau pompa.
d. Pada proyek skala besar dengan kebutuhan volume beton besar pengadaan
beton biasanya dilakukan oleh sub kontraktor, sehingga lokasi tempat
pengadukan dan penuangan cukup berjauhan (tidak pada satu lokasi).
Pengangkutan adukan dilakukan dengan truk aduk beton (truck mollen).
Biasanya karena waktu angkut cukup lama maka diperlukan bahan kimia
tambahan (additive) untuk memperlambat proses ikatan awal semen.
b. Cara Mekanik : dilakukan dengan alat getar (vibrator). Alat getar ini
mengakibatkan getaran pada beton segar yang baru saja
dituang, sehingga mengalir dan menjadi padat.
Penggetaran tidak boleh dilakukan dalam jangka waktu
terlalu lama karena untuk menghindari terjadinya
pengumpulan kerikil dibagian bawah (karena BJ yang
lebih besar) dan hanya mortar yang ada dibagian atas.
Terdapat dua macam alat getar :
a. Internal Vibrator /triller, ialah alat getar yang menyerupai tongkat,
digetarkan dengan mesin dan dimasukkan kedalam beton segar yang baru
saja dituang.
b. External Vibrator/Form Vibrator, ialah alat getar yang ditempelkan di
bagian luar cetakan sehingga cetakan bergetar dan membuat beton
segar ikut bergetar pula sehingga menjadi padat.
Perawatan Beton
Perawatan beton adalah pekerjaan menjaga agar permukaan beton segar
selalu lembab, sejak adukan beton dipadatkan sampai beton dianggap
cukup keras. Kelembaban permukaan beton harus dijaga untuk menjamin
proses hidrasi semen berlangsung dengan sempurna.
Beberapa cara perawatan beton yang dapat dilakukan antara lain :
a. Bagi beton contoh/sampel di laboratorium
- menaruh beton segar di dalam ruangan yang lembab
- menaruh beton segar diatas genangan air
- menaruh beton setelah mencapai kekerasan yang cukup di dalam air.
b. Bagi beton segar yang dituang dilapangan/proyek
- menyelimuti permukaan beton dengan karung basah
- menggenangi permukaan beton dengan air
- menyirami permukaan beton setiap saat secara terus menerus.
Kurangnya perawatan beton dapat mengakibatkan timbul retak-retak
sehingga dapat mengurangi kwalitas beton. Perawatan beton yang
baik/benar dapat menambah daya tahan beton terhadap pengaruh cuaca
serta lebih kedap air.
Sifat sifat Beton Segar
Beberapa sifat beton segar yang perlu diketahui dalam proses pekerjaan
beton antara lain adalah :
a. Kemudahan Pengerjaan (Workability) : adalah merupakan ukuran dari
tingkat kemudahan adukan untuk diaduk, di angkut, dituang dan
dipadatkan. Perbandingan bahan bahan maupun sifat bahan bahan itu
secara bersama sama mempengaruhi sifat kemudahan pengerjaan beton
segar.
Unsur unsur yang mempengaruhi kemudahan pengerjaan beton segar :
- Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. Makin banyak
air makin mudah beton segar dikerjakan.
- Penambahan semen ke dalam campuran juga memudahkan cara
pengerjaan adukan beton, bila juga diikuti dengan bertambahnya air
campuran untuk memperoleh nilai FAS yang tetap.
- Gradasi campuran pasir dan kerikil.
- Pemakaian butir butir batuan yang bulat. Hal ini akan mempermudah
cara pengerjaan walaupun kurang baik bagi perlekatan agregrat.
- Butir maksimum kerikil yang digunakan. Semakin besar butir
maksimum yang digunakan semakin rendah tingkat kemudahan
pengerjaannya.
Tingkat kemudahan pengerjaan beton berkait erat dengan tingkat
kelecakan (ke enceran) adukan beton. makin cair adukan makin mudah
mengerjakannya. Untuk mengetahui tingkat kelecakan adukan beton dapat
dilakukan dengan percobaan slam (Slump Test) lihat ”praktikum bahan
bangunan”.
b. Pemisahan Kerikil (segregation): kecenderungan butir butir kerikil untuk
memisahkan diri dari campuran adukan beton (segregasi)
Kecenderungan ini diperbesar dengan :
- campuran yang kurus ( kurang semen )
- terlalu banyak air
- semakin besar butir kerikil
- semakin kotor permukaan kerikil
Untuk mengurangi kecenderungan pemisahan ini dapat dilakukan :
- berikan air sesedikit mungkin (tidak melebihi FAS)
- adukan beton tidak dijatuhkan dengan ketinggian terlalu besar.
- pengangkutan, penuangan dan pemadatan dilaksanakan secara tepat.
Pemisahan kerikil dari adukan beton berakibat kurang baik terhadap
betonnya setelah mengeras.
c. Pemisahan Air (Bleeding) : kecenderungan air campuran untuk naik keatas
permukaan beton yang baru saja dipadatkan, sambil membawa semen dan
butir butir halus pasir, sehingga setelah beton mengeras akan tampak
sebagai lapisan selaput yang dikenal sebagai laitance.
Pemisahan air ini dapat dikurangi dengan cara :
- memberi lebih banyak semen.
- menggunakan air sesedikit mungkin.
- menggunakan pasir lebih banyak.
Perancangan Campuran Adukan Beton
Pada masa sekarang ini pekerjaan bangunan membutuhkan beton dengan
mutu tinggi, sehingga dituntut adanya perancangan perbandingan campuran
yang lebih baik sesuai dengan teori perancangan proporsi campuran adukan
beton.
Dalam konsep SK SNI T-15-1991-03 perbandingan campuran volume hanya
boleh digunakan untuk beton mutu kurang dari 10 Mpa (kuat tekan 100
kg/cm2) dan dengan nilai slam tidak boleh lebih dari 100 mm.
A
fc 1,5 x
B
dimana : fc = kuat tekan beton
x = FAS ( yg semula dalam proporsi volume )
A,B = konstanta
Dalam rumus diatas tampak bahwa semakin rendah nilai FAS semakin
tinggi kuat tekan beton, akan tetapi pada suatu nilai FAS tertentu
semakin rendah nilai FAS semakin rendah pula kuat tekan betonnya Hal
ini terjadi karena jika FAS terlalu rendah adukan beton sulit
dipadatkan.
Gambar : Hubungan FAS dan kuat tekan silinder beton
( sumber : Kardijono T )
Dengan demikian ada suatu nilai FAS tertentu yang menghasilkan kuat
tekan beton maksimum.
Kepadatan adukan beton sangat berpengaruh terhadap kuat tekan beton
setelah mengeras. Pori udara sebanyak 5 % dapat mengurangi kuat tekan
beton sampai 35 % sedangkan pori udara sebanyak 10 % dapat mengurangi
kuat tekan beton sampai 60 %.
Gambar : Pengaruh suhu pada laju kuat tekan beton ( sumber : Kardijono T )
Gambar : Pengaruh FAS terhadap laju kenaikan kuat tekan beton
Sumber : " Teknologi Beton " Kardijono T
C. Jenis Semen
Menurut SII 0031 - 81 Semen Portland dibagi menjadi lima jenis dengan
laju kenaikan kekuatan yang berbeda seperti tampak pada gambar
berikut :
Gambar : Pengaruh kandungan semen terhadap kuat tekan beton pada nilai slam
75 - 100 mm ( Kardijono,1994 )
E. Sifat Agregat
Kekasaran permukaan dan ukuran maksimum agregat mempunyai pengaruh
yang besar terhadap kuat tekan beton yang akan dihasilkan.
1. Permukaan yang halus pada kerikil dan kasar pada batu pecah
berpengaruh pada lekatan dan besar tegangan saat retak retak beton
mulai terbentuk. Oleh karena itu kekasaran permukaan ini berpengaruh
terhadap bentuk kurva tegangan regangan tekan beton, dan terhadap
kekuatan betonnya . Akan tetapi bila adukan beton didasarkan pada
nilai slam yang sama besar, pengaruh tersebut tidak tampak karena
agregat yang permukaannya halus memerlukan air yang lebih sedikit,
sehingga FAS nya rendah dan kuat tekan beton yang dihasilkan lebih
tinggi.
2. Besar ukuran maksimum agregat berpengaruh terhadap kuat tekan
betonnya. Pada pemakaian ukuran butir agregat maksimum lebih besar,
akan memerlukan jumlah pasta lebih sedikit untuk mengisi rongga
rongga antar butirnya, sehingga sedikit pula pori pori beton yang
terjadi (sebagian besar pori pori beton terdapat dalam pasta, tidak
dalan agregat) pada keadaan ini akan dihasilkan beton dengan kuat
tekan lebih tinggi. Akan tetapi sebaliknya karena butir butir
agregatnya besar maka luas permukaannya menjadi lebih sempit
sehingga lekatan antara permukaan agregat dan pastanya kurang kuat.
Lagi pula karena butirannya besar menyebabkan sangat menghalangi
susutan pastanya, sehingga retakan retakan kecil pasta di sekitar
agregat lebih mudah terjadi. Kedua hal tersebut mengakibatkan kuat
tekan beton rendah.