Anda di halaman 1dari 14

METODOLOGI SURVEY GEOFISIKA

Metode geofisika merupakan pengukuran menggunakan prinsip ilmu geofisika yang


digunakan untuk memperoleh gambaran lingkungan bawah laut seperti jenis batuan dan
kedalaman laut, struktur batuan dasar laut serta obyek-obyek yang relevan dalam
penggeleran kabel listrik bawah laut seperti kondisi jalur kabel atau jalur pipa existing,
reruntuhan kapal dan lain sebagainya. Metode yang dilakukan dalam survey geofisika ini
meliputi Pengamatan Sedimen dan Pengukuran Sub Bottom Profilling.
Pengukuran Sub bottom profiling diperlukan untuk menentukan ketebalan dan struktur lapisan
tanah dasar laut yang berada pada rute rencana. Pengidentifikasian dilakukan dengan
menggunakan Sub Bottom Profiller / Survey Seismik Dangkal, dimana dapat memberikan
gambaran lapisan tanah permukaan dasar laut sampai dengan kedalaman minimal 3 m. Secara
umum tujuan utama dari pengukuran seismik adalah untuk memperoleh rekaman yang
berkualitas baik. Kualitas rekaman seismik dapat dilihat dari perbandingan sinyal refleksi terhadap
sinyal noise (S/N) yaitu perbandingan antara banyaknya sinyal refleksi yang direkam dibandingkan
dengan sinyal noisenya dan keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel time). Alat yang
digunakan adalah Stratabox Syqwest. Gambar peralatan ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 7.1 Peralatan Strataboz Syqwest

II-1
Peralatan ini terdiri dari gramaphone sebagai pelepas dan penerima (source dan receiver),
sensor dan monitor pengamat. StrataBox adalah peralatan seismic laut yang
dipergunakan untuk perairan dangkal dengan resolusi yang dihasilkan masih tergolong
kategori tinggi, bersifat prtable dengan pencitraan instrument yang mampu memberikan
resolusi hingga ketelitian 6 cm dengan kemampuan penetrasi dapat mencapai hinnga 40
meter. Peralatan ini digunakan untuk survei kelautan perairan dangkal dan sedang hingga
kedalaman air dapat mencapai 150 meter. Metoda sub bottom profiling merupakan
metoda seismik dikhususkan pada penterasi perairan dangkal dengan sounding yang
relatif terus menerus, dengan memiliki frekuensi tinggi sehiinga mempunyai
ketelitian yang cukup baik. Sub bottom profile digunakan untuk penyelidikan aspek
geologi di bawah dasar laut, seperti penentuan batas lapisan tanah atau batuan, jenis
litologi, dan struktur geologi.
Pengukuran pada metoda ini menggunakan waktu tempuh gelombang seismik dari saat
gelombang dikirim sampai dengan gelombang diterima, sebagai akibat dari pantulan
bidang lapisan media rambat yang memiliki cepat rambat berbeda ( densitas yang
berbeda ).Perbandingan perbedaan cepat rambat gelombang seismik pada dua media
yang mengakibatkan gelombang seismik terpantukl disebut koefien refeksi , atau Akustik
Impedansi. Persamaan Koefisein refleksi ini adalah sebakai berikut

R = ( Pb2V2 – Pb1v1 ) / (Pb2v2+Pb1V1)

Dimana
R : Koefisein refleksi
Pb1Pb2 : densitas lapisan 1 dan 2
V1 dan V2 : kecepatan gelombagn seismik di lapisan 1 dan lapisan 2

Pada metode sub bottom profilling terdapat beberapa tipe peralatan yang dapat
menghasilkan sumber gelombang seismik, dimana tiap-tiap tipe peralatan tersebut

II-2
mempunyai karakteristik yang berbeda sesuai dengan fungsinya. Perbedaan tersebut
meliputi perbedaan frekuensi, resolusi dan kemampuan penetrasi dari lapisan pertama.

Tabel 5.1 : Spesifikasi Beberapa Peralatan Sub Bottom Profilling
Sistem Frekuensi (kHz) Resolusi (m) Penetrasi(m)
Chirp 1 – 15 0.10 – 0.15 5 – 50
Pinger 3 – 12 0.20 10 – 40
Boomer 1 – 5 0.5 – 1.0 50 – 100
Sparker 0.1- 1 2.0 – 5.0 100 > 1000
Airgun 0.001 – 0.4 3.0 - 100 100 > 10.000

Dalam survey kali ini, peralatan yang digunakan menggunakan sistem Pinger. secara
spesifikasi, penetrasi yang dihasilkan sudah cukup untuk memberikan informasi
untuk pergelaran kabel laut.

Gambar 7.2 Skema Pengambilan Data Menggunakan Metode Sub Bottom Profilling
menggunakan metode refleksi

II-3
Secara sederhana prinsip kerja sub bottom profiling dapat di jelaskan dalam proses
sebagai berikut
1. Source mengirimkan sumber energy berupa listrik dari sumber pembangkit
masuk kedalam tranducer
2. Dari tranducer energy listrik dirubah menjadi energy mekanik, berupa
gelombang yang merambat.
3. Energy mekanik ini berbentuk pulsa atau gelombang, merambat menuju
dasar laut melalui medium air yang memiliki kerapatan massa jenis tertentu.
4. Pada saat gelombang menyentuh permukaan, terjadi perubahan medium
perambatan. Perubahan medium perambatan ini akan mengakibatkan
perubahan impulse gelombang
5. Gelombang yang telah menyentuh permukaan akan mengalami beberapa
proses, diantaranya adalah: gelombang akan dipantulkan (direfleksikan)
kembali dan akan ditangkap oleh tranducer, yang si (s1), gelombang akan
ditransmisikan kedalam lapisan bawah.
6. Gelombang yang direfleksikan akan tertangkap oleh tranducer dan
kemudian akan mengambil data berupa kedalaman lapisan pertama
7. Gelombang yang diteruskan akan terus terpenetrasi sampai dia menemukan
lapisan dengan berat jenis yang berbeda, dan jika menemukan pola lapisan
dengna pola yang berbeda maka akan di mengalami proses seperti
sebelumnya

Peralatan Utama Survey


1 Kapal Survei Kapal Kayu, minimal (6 x3 meter, draft 0,5 m)

DGPS (Hempishere A100/DGPS Simple)


2 Peralatan Navigasi
Monitoring navigasi menggunakan GPS Garmin atau Display
Motion X GPS (tablet)

3 Peralatan SBP Stratabox Syqwest 11 kHz full seat (dan laptop akuisisi)

Power Supply 12V 45 Ah, Power Supply 24V


4 Peralatan Pendukung Accumulator, Life Jacket
Topi Keselamatan, Fire Extinguisher

II-4
Prosedure Pengukuran Sub Bottom Profilling

Tujuan dari Survei Sub-bottom Profiling (SBP) adalah untuk investigasi dan identifikasi
lapisan sedimen dekat dengan permukaan dasar-laut (biasanya hingga 10m) dan untuk
menentukan informasi penting yang berhubungan dengan stratifikasi dasar laut. Survei
SBP dapat dilaksanakan bersamaan dengan survei Batimetri dan Side Scan Sonar. Survei
SBP dilaksanakan mencakup sepanjang koridor survey dengan lebar bervariasi. Lajur
utama dijalankan dengan interval 100 meter dan lajur silang (cross line) dengan interval
1.000 meter. Kemudian setelah rencana jalur ditetapkan, lajur utama kembali dijalankan
sebanyak 3 lajur dengan interval 50 meter, dimana satu lajur dijalankan tepat di tengah-
tengah rencana jalur kabel. System Parametric Subbottom Profiling (atau system lain yang
dapat memberikan data sepadan) digunakan untuk mendapatkan rekaman data
permanent secara grafis atas profil dasar laut dan perlapisan di bawahnya dengan
penetrasi dan resolusi optimum di seluruh kedalaman sepanjang koridor rencana jalur
kabel.

Gambar 2.23 Alat SBP Stratabox Syqwest


Untuk mencapai maksud ini, peralatan dioperasikan sesuai dengan petunjuk pabrik dan
diset untuk mendapatkan rekaman data optimum. Sub-bottom profiler memberikan
rekaman data secara grafis dengan jelas pada skala dan resolusi yang jelas.

II-5
Gambar 2.24 Metodelogi dan Prosedur SBP

Jarak antara transducer/hydrophone dan antena GPS dicatat secara tertib pada
Operator’s Log dan kemudian diperhitungkan pada saat pekerjaan interpretasi. Survei
Sub-bottom Profiling tidak boleh dilaksanakan pada cuaca berombak karena sangat
mempengaruhi kualitas data, kecuali apabila menggunakan heave compensator.
Kemungkinan terjadinya noise yang bersumber dari mesin atau kapal survei harus
diupayakan seminimal mungkin dengan berbagai cara. Panjang kabel seismic source dan
hydrophone (bila menggunakan sistem demikian) disediakan cukup sehingga
memungkinkan diulur pada jarak yang dapat memberikan rekaman data optimum.

II-6
Gambar 2.25 Instalasi SBP

Pengukuran Sub bottom profiling diperlukan untuk menentukan ketebalan dan struktur
lapisan tanah dasar laut yang berada pada rute rencana. Pengidentifikasian dilakukan
dengan Sub Bottom Profiller/Survey Seismik Dangkal, dimana dapat memberikan
gambaran lapisan tanah permukaan dasar laut sampai dengan kedalaman minimal 3 m.
Secara umum tujuan utama dari pengukuran seismik adalah untuk memperoleh rekaman
yang berkualitas baik. Kualitas rekaman seismik dapat dilihat dari perbandingan sinyal
refleksi terhadap sinyal noise (S/N) yaitu perbandingan antara banyaknya sinyal refleksi
yang direkam dibandingkan dengan sinyal noisenya dan keakuratan pengukuran waktu
tempuh (travel time).

II-7
Gambar 2.26 Gambar perekaman Stratabox SBP

Gambar 2.27 Analisa data SBP dan SSS

Pengolahan Data Geofisika

Secara garis besar urutan pengolahan data seismik menurut SANNY (2004) adalah sebagai
berikut:
• Field Tape

II-8
Data seismik direkam ke dalam pita magnetik dengan standar format
tertantu. Standarisasi ini dilakukan oleh SEG (Society of Exploration
Geophysics). Magnetic tape yang digunakan biasanya adalah tape
dengan format: SEG-A, SEG-B, SEG-C, SEG-D, dan SEG-Y. Format data
terdiri dari header dan amplitudo. Header berisi informasi mengenai
survei, project dan parameter yang digunakan dan informasi mengenai
data itu sendiri
• Demultiplex
Data seismik yang tersimpan dalam format multiplex dalam pita
magnetik lapangan sebelum diproses terlebih dahulu harus diubah
susunannya. Data yang tersusun berdasarkan urutan pencuplikan
disusun kembali berdasarkan receiver atau channel (demultiplex).
• Gain Recovery
Akibat adanya penyerapan energi pada lapisan batuan yang kurang
elastis dan efek divergensi sferis maka data amplitudo (energi
gelombang) yang direkam mengalami penurunan sesuai dengan jarak
yang ditempuh. Untuk menghilangkan efek ini maka perlu dilakukan
pemulihan kembali energi yang hilang sedemikian rupa sehingga pada
setiap titik seolah-olah datang dengan jumlah energi yang sama.
• Editing dan Muting
Editing adalah proses untuk menghilangkan semua rekaman yang buruk,
sedangkan mute adalah proses untuk menghilangkan sebagian rekaman
yang diperkirakan sebagai sinyal gangguan seperti ground roll, first break
dan lainnya yang dapat mengganggu data.
• Koreksi Statik
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh topografi (elevasi
shot dan receiver) sehingga shot point dan receiver seolah-oleh
ditempatkan pada datum yang sama.

II-9
• Dekonvolusi
Dekonvolusi dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi pengaruh
ground roll, multiple, reverberation, ghost serta memperbaiki bentuk
wavelet yang kompleks akibat pengaruh noise. Dekonvolusi merupakan
proses invers filter karena konvolusi merupakan suatu filter.
• Analisis Kecepatan
Tujuan dari analisis kecepatan adalah untuk menentukan kecepatan yang
sesuai untuk memperoleh stacking yang terbaik. Pada grup trace dari
suatu titik pantul, sinyal refleksi yang dihasilkan akan mengikuti bentuk
pola hiperbola. Prinsip dasar analisa kecepatan pada proses stacking
adalah mencari persamaan hiperbola yang tepat sehingga memberikan
stack yang maksimum.
• Koreksi Dinamik / Koreksi NMO
Koreksi ini diterapkan untuk mengoreksi efek adanya jarak offset antara
shot point dan receiver pada suatu trace yang berasal dari satu CDP
(Common Depth Point). Koreksi ini menghilangkan pengaruh offset
sehingga seolah-olah gelombang pantul datang dalam arah vertikal
(normal incident).
• Stacking
Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace dalam satu gather data
yang bertujuan untuk mempertinggi sinyal to noise ratio (S/N). Proses ini
biasanya dilakukan berdasarkan CDP yaitu trace-trace yang tergabung
pada satu CDP dan telah dikoreksi NMO kemudian dijumlahkan untuk
mendapat satu trace yang tajam dan bebas noise inkoheren.
• Migrasi
Migrasi adalah suatu proses untuk memindahkan kedudukan reflektor
pada posisi dan waktu pantul yang sebenarnya berdasarkan lintasan
gelombang. Hal ini disebabkan karena penampang seismik hasil stack

II-10
belumlah mencerminkan kedudukan yang sebenarnya, karena rekaman
normal incident belum tentu tegak lurus terhadap bidang permukaan,
terutama untuk bidang reflektor yang miring. Selain itu, migrasi juga
dapat menghilangkan pengaruh difraksi gelombang yang muncul akibat
adanya struktur-struktur tertentu (patahan, lipatan).

Hasil dari pengukuran Sub Bottom Profilling ini adalah suatu gambaran
yang dapat mewakili lapisan-lapisan di bawah permukaan bumi.

Untuk pengolahan data sub bottom profiling dilaksanakan dengan menggunakan software
pengolahan data Sonar Wiz Map. Supaya data terlihat lebih baik dan lebih jelas dibanding
data playback maka pada data olahan dilakukan beberapa langkah perlakuan terhadap
data seperti filtering, stacking, penambahan gain sehingga data terlihat lebih baik. Untuk
kemudian dilakukan interpretasi data sekaligus dilakukan digitasi terhadap lapisan-lapisan
sedimen yang telah diinterpretasi. Bersasarkan hasil digitasi pada software ini didapatkan
data X, Y, Z.

II-11
Tujuan dari Survei Sub-bottom Profiling (SBP) adalah untuk investigasi dan identifikasi
lapisan sedimen dekat dengan permukaan dasar-laut (biasanya hingga 40m) dan untuk
menentukan informasi penting yang berhubungan dengan stratifikasi dasar laut. Survei
SBP dapat dilaksanakan bersamaan dengan survei Batimetri dan Side Scan Sonar. Survei
SBP dilaksanakan mencakup sepanjang koridor survey dengan lebar bervariasi. Lajur
utama dijalankan dengan interval 100-meter dan lajur silang (cross line) dengan interval
1.000 meter. System Parametric Subbottom Profiling (atau system lain yang dapat
memberikan data sepadan) digunakan untuk mendapatkan rekaman data permanent
secara grafis atas profil dasar laut dan perlapisan di bawahnya dengan penetrasi dan
resolusi optimum di seluruh kedalaman sepanjang koridor rencana jalur kabel. Untuk
mencapai maksud ini, peralatan dioperasikan sesuai dengan petunjuk pabrik dan diset
untuk mendapatkan rekaman data optimum. Sub-bottom profiler memberikan rekaman
data secara grafis dengan jelas pada skala dan resolusi yang jelas. Jarak antara
transducer/hydrophone dan antena GPS dicatat secara tertib pada Operator’s Log dan
kemudian diperhitungkan pada saat pekerjaan interpretasi.

Pada dasarnya hasil rekaman dari peralatan sub bottom profiling, khususnya stratabox
sudah dapat memberikan informasi mengenai bentuk dan pola lapisan bawah
permukaan. Namun kondisi data ini masih sangat terkotori oleh noise (gangguan),
sehingga dibutuhkan tahap pengolahan data untuk lebih memperjelas bentuk dan pola
lapisan pada data. Salah satu tahap pengolahan data sub bottom profiling adalah dengan
melakukan pengolahan signal seismic. Tujuan akhir dari pengolahan ini adalah untuk
meningkatan nilai ratio signal/noise, atau biasa di simbolkan dengan S/N.

II-12
Berikut ini adalah tampilan pengolahan data sub bottom profiling.

Gambar 7.7 Tampilan pada salah satu tahap pengolahan SBP

Gambar 7.8 Tampilan pada salah tahap pengolahan analisis sinyal.

II-13
Tapan analisis sinyal memerlukan ketelitian dan pemahaman secara fisis terhadap teknik- teknik
yang dilakukan. Jika salah melakukan pengolahan signal, maka data akan semakin tidak
memberikan informasi yang tidak berarti. Berikut ini adalah salah satu tampilan pengolahan data
dengan parameter-paramter pengolahan yang salah .

Gambar 7.8 Tampilan pengolahan data dengan parameter yang kurang tepat

Setelah proses pengolahan data selesai, maka tahap selanjutnya adalah tahap intrepetasi
dan analisis data. Analisis data Sub Bottom Profilling akan lebih memberikan informasi
jika ditambahkan dengan data pengambilan sample sedimen permukaan.

II-14

Anda mungkin juga menyukai