Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ANSIETAS


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen : Novi Widyastuti Rahayu, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.J

COVER

Disusun oleh :
Kelompok 1

Arif Baharuddin Yusuf (2820173047)

Aulya Sholekhatun N (2820173028)

Devie Diana Pradityasari (2820173052)

Fitria Eka Mulyani (2820173062)

Retno Haryati (2820173076)

Rifzika Adnanti (2820173078)

Rila Budiati Rahayu (2820173079)

Rizki Widya N (2820173081)

Kelas 2B

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Ansietas”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengajar, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami
sebagai manusia biasa.

Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi
teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf. Kritik dan saran
dari dosen pengajar maupun dari pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk
menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.

Yogyakarta, 1 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II KONSEP .................................................................................................... 4
A. Pengertian Ansietas ...................................................................................... 4
B. Etiologi ......................................................................................................... 4
C. Jenis/Klasifikasi ........................................................................................... 6
D. Tanda Gejala ................................................................................................ 7
E. Rentang Respon ........................................................................................... 8
F. Pohon Masalah ............................................................................................. 9
G. Pengkajian .................................................................................................. 10
H. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 12
I. Rencana Tindakan Keperawatan ................................................................ 12
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14
A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
B. Saran........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Commented [H1]: Perbaiki latar belakang... isi latarbelakang
tentang ansietas secara umum. Bukan ansietas pada lansia

Perjalanan hidup manusia di dunia melalui beberapa fase


kehidupan, dimulai dari masa bayi, remaja, dewasa, kemudian menjadi
tua. Menurut Bintang Mara Setiawan (2013: 16) “setiap masa yang dilalui Commented [H2]: Tidak usah pakai halaman.

adalah tahap-tahap yang saling memiliki hubungan dan tidak dapat diulang
kembali”. Selanjutnya Desmita (2007: 233) menjelaskan “suatu
perkembangan pada manusia tidak hanya berhenti ketika orang mencapai
kematangan fisik. Sebaliknya, perkembangan merupakan proses yang
berkesinambungan, mulai dari masa konsepsi berlanjut ke masa sesudah
lahir, masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa hingga menjadi tua”. Elida
Prayitno (2006: 69) mengungkapkan proses menjadi tua kadang
menyenangkan, kadang kurang menyenangkan, namun yang pasti menjadi
tua tidak terelakkan, karena merupakan proses yang alami.

Jauh sebelumnya, Elizabeth B. Hurlock (1980) juga menyatakan


usia tua merupakan periode penutup dalam rentang kehidupan seseorang,
yaitu sebuah periode seseorang yang telah beranjak dari periode yang
produktif. Pada setiap periode gangguan psikologis sering terganggu
seperti stress, depresi dan termasuk juga anxiety (Ifdil, B Khairul, 2015;
Taufik, T., & Ifdil,I. 2013) termasuk juga usia lanjut.

Lanjut usia (aging structural population) di Indonesia sendiri


sebagai negara berkembang memiliki penduduk berstruktur yaitu memiliki
jumlah penduduk dengan usia 60 tahun ke atas sekitas 8,90% dari jumlah
penduduk di Indonesia (Menkokestra, dalam Sunartyasih & Linda, 2013).
Semakin meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia, tentu
akan menimbulkan berbagai persoalan dan permasalahan yang akan
muncul baik fisik maupun psikososial. Menurut John W. Santrock (2002:
198) “ usia lanjut membawa penurunan fisik yang lebih besar

1
dibandingkan periode-periode usia sebelumnya”. Kemudian dipertegas
oleh Farhand (dalam Listiana, dkk, 2013: 1)”proses menua (aging)
merupakan proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial yang seling berinteraksi satu sama lain. Keadaan
itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum
maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.”

Menurut George, dkk (dalam John W. Santrock, 2002: 230) “orang


usia lanjut memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami
gangguan-gangguan kecemasan daripada depresi”. Ditembahkan oleh
Tamher & Noorkasiani (dalam Heningsih, 2014: 15) mengungkapkan
masalah psikososial yang paling banyak terjadi pada lansia seperti
kesepian, perasaan sedih, depresi dan kecemasan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Ansietas?


2. Apa saja etiologi / penyebab Ansietas?
3. Apa saja jenis / klasifikasi dari Ansietas?
4. Bagaimana tanda dan gejala Ansietas?
5. Bagaimana rentang respon Ansietas?
6. Bagaimana pohon masalah dari Ansietas?
7. Bagaimana pengkajian Ansietas?
8. Apa saja diagnosa keperawatan untuk Ansietas?
9. Bagaimana rencana tindakan keperawatan untuk pasien Ansietas?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Ansietas.


2. Untuk mengetahui etiologi / penyebab Ansietas.
3. Untuk mengetahui jenis / klasifikasi Ansietas.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala Ansietas.
5. Untuk mengetahui rentang respon Ansietas.
6. Untuk mengetahui pohon masalah dari Ansietas.

2
7. Untuk mengetahui pengkajian Ansietas.
8. Untuk mengetahui Diagnosa Keperawatan untuk Ansietas.
9. Untuk mengetahui rencana tindakan keperawatan untuk pasien
Ansietas.

3
BAB II
KONSEP
A. Pengertian Ansietas
Ansietas atau kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-
samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon
(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan
takut dan tidak menentu sebagai sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa
peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat individu
mengambil tindakan menhadapi ancaman. Kejadian dalam hidup seperti
menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana dapat membawa dampak
terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu contoh dampak
psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas.

B. Etiologi

1. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan
karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu
dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga
individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
2. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan
keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini,
terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka
waktu yang sangat lama.
3. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi
seperti kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu
penyakit. Selama ditimpa kondis-kondisi ini, perubahan-perubahan

4
perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya
kecemasan.
Menurut (Kholil Lur Rochman, 2010:167) beberapa penyebab dari
kecemasan yaitu :
1. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang
mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa
takut, karena sumbernya terlihat jelas di dalam pikiran.
2. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan
hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan
mental, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.
3. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa
bentuk. Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan
tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai
dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan
kepribadian penderitanya.
Menurut Musfir Az-Zahrani (2005:511) menyebutkan faktor yang
mempengaruhi kecemasan yaitu :
1. Lingkungan keluarga
Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan
pertengkaran atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya
ketidakpedulian orangtua terhadap anak-anaknya, dapat
menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat
berada di dalam rumah.
2. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kecemasan individu. Jika individu tersebut
berada pada lingkungan yang tidak baik, dan individu tersebut
menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan
menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk di mata
masyarakat sehingga dapat menyebabkan munculya kecemasan.

5
Menurut Elina Raharisti Rufaidah (2009:31) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :
1. Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu
sehingga memudahkan timbulnya kecemasan.
2. Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi
individu, dalam arti bahwa pengalama-pengalaman emosional
atau konflik mental yang terjadi pada individu akan
memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.
3. Lingkungan awal yang tidak baik
Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat
mempengaruhi kecemasan individu. Jika faktor tersebut kurang
baik maka akan menghalangi pembentukan kepribadian sehingga
muncul gejala-gejala kecemasan.

C. Jenis/Klasifikasi Commented [H3]: Coba tambahkan klasifikasi/tingkat ansietas :


ringan, sedang, berat, panik

Menurut Spilberger (dalam Tiantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra,


2012:53) menjelaskan kecemasan dalam dua bentuk, yaitu :
1. Trait Anxiety
Trait Anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam yang
menghinggapi diri seseorang terhadap kondisi yang sebenarnya tidak
berbahaya. Kecemasan ini disebabkan oleh kepribadian individu yang
memang memiliki potensi cemas dibandingkan dengan individu
lainnya.
2. State Anxiety
State Anxiety, merupakan kondisi emosional dan keadaan sementara
pada diri individu dengan adanya perasaan tegang dan khawatir yang
dirasakan secara sadar serta berssifat subjektif.

Menurut Freud (dalam Feist & Feist, 2012:38) membedakan


kecemasan dalam tiga jenis, yaitu:

6
1. Kecemasan Neurosis
Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak
diketahui. Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan terhadap insting-
insting itu sendiri, namun ketakutan terhadap hukuman yang mungkin
terjadi jika suatu insting dipuaskan.
2. Kecemasan Moral
Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego.
Kecemasan ini dapat muncul karena kegagalan bersikap konsisten
dengan apa yang mereka yakini benar secara moral. Kecemasan moral
merupakan rasa takut terhadap suara hati. Kecemasan moral juga
memiliki dasar dalam realitas, di masa lampau sang pribadi pernah
mendapat hukuman kerena melanggar norma moral dan dapat dihukum
kembali.
3. Kecemasan Realistik
Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan
dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri.
Kecemasan realistik merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya
nyata yang berasal dari luar.

D. Tanda Gejala Commented [H4]: Tambahkan ciri-ciri cemas menurut


klasifikasinya. Ringan : cirinya apa? Sedang : cirinya apa?

1. Ciri-ciri fisik dari kecemasan diantaranya:


a. Kegelisahan atau kegugupan
b. Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar
c. Telapak tangan berkeringat
d. Merasa lemas
e. Terdapat gangguan sakit perut atau mual
f. Wajah terasa memerah merasa sensitive atau mudah marah
g. Jantung yang berdebar atau beretak kencang
h. Panas dingin
2. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan diantaranya:
a. Perilaku menghindar

7
b. Perilaku melekat dan dependen
c. Perilaku terguncang
3. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan:
a. Khawatir tentang sesuatu
b. Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu
yang terjadi di masa depan
c. Ketakutan atau kehilangan kontrol
d. Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya
sedikit atau tidak mendapat perhatian
e. Khawatir pada hal-hal sepele
f. Sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran
g. Kebingungan
h. Berpikir tentang hal yang mengganggu secara berulang-ulang

E. Rentang Respon

1. Ansietas ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan


sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasi
belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2. Ansietas sedang, memungkinkan seseorang memusatkan perhatian
pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat melakukan
sesuatu yang lebih terarah.
3. Ansietas berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan orang tersebut memerlukan
banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan
merassa diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun
dengan pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik,

8
menurunkan kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi
menyimpang, serta kehilangan pemikiran rasional. Commented [H5]: Ini jenis/klasifikasi cemas

F. Pohon Masalah

Isolasi Sosial

Gangguan Konsep Diri Commented [H6]: dihilangkan

Koping Individu Tidak Efektif

Gangguan Pola Tidur

Ansietas

Stressor

RENTANG RESPON ANSIETAS

Respon adaptif Respon


Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

9
G. Pengkajian

Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (1998) terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan ansietas, di antaranya sebagai berikut.
1. Faktor biologis.Otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine. Reseptor ini membantu mengatur ansietas.
Penghambat GABA juga berperan utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.
2. Faktor psikologis
a. Pandangan psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara antara dua elemen kepribadian—id dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Pandangan interpersonal. Ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah
mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Pandangan perilaku. Ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap
sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk
menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan
dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering

10
menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.
3. Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas
dengan depresi. Faktor ekonomi dan latar belakang pendidikan
berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.

Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut.

1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan


fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
Sumber Koping
Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di
lingkungan.
Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping yaitu sebagai berikut.
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan
situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau
mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. Menarik diri untuk
memindahkan dari sumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan
atau mengorbankan kebutuhan personal.
2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri,
distorsi realitas, dan bersifat maladaptif.

11
H. Diagnosa Keperawatan

Kecemasan

I. Rencana Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan untuk pasien

1. Tujuan
a. Pasien mampu mengenal ansietas
b. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui relaksasi
c. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi
untuk mengatasi ansietas
2. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipetimbangkan
agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan
yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya
adalah sebagai berikut:
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Bejabat tangan
3) Menjelaskan tujuan rencana intervensi
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali
bertemu pasien
b. Bantu pasien mengenali ansietas
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya.
2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan
ansietas.
3) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas.
4) Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas.
c. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan
rasa percaya diri.

12
1) Pengalihan situasi
2) Latihan relaksasi dengan tarik nafas dalam, mengerutkan
dan mengendurkan otot-otot.
3) Hipnotis diri sendiri (latihan lima jari)
d. Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas
muncul

Tindakan keperawatan untuk keluarga

1. Tujuan
a. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota
keluarganya.
b. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas.
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
ansietas.
d. Keluarga mampu mempraktikan cara merawat pasien dengan
ansietas.
e. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami
ansietas.
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
b. Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala
c. Diskusikan tentang penyebab dan akibat ansietas
d. Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan cara
mengajarkan teknik relaksasi.
1) Mengalihkan situasi
2) Latihan relaksasi dengan napas dalam mengerutkan, dan
mengundurkan otot
3) Menghipnotis diri sendiri
e. Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan
bagaimana merujuk pasien

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ansietas atau kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang
samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu
respon (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu).
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara
subjektif di alami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Hal ini bisa
dikaji dengan melihat stressor predisposisi dan stressor presipitasi dan
faktor yang lainnya. Sehingga kita sebagai seorang perawat bisa
menerapkan proses keperawatan pada klien dengan gangguan ansietas.

B. Saran
Kita sebagai perawat seharusnya dapat melakukan pengkajian dan
menegakkan diagnosa yang tepat kepada pasien.

14
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, donafitri dan ifdil. 2016. Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia
(Lansia). Konselor. 5(2). 95-96

Fenti.2015.LP Ansietas. Scribd. 31 Maret 2019.


https://id.scribd.com/documents/272895495/LP-Ansietas.

Hartari,A. 2010. Ansietas. Academia.30 Maret 2019.


https://www.academia.edu/37030618/Ansietas

Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika

15

Anda mungkin juga menyukai