Chapter II PDF
Chapter II PDF
LANDASAN TEORI
A. Teamwork
yang menonjol. Konsep tim maknanya terletak pada ekspresi yang menggambarkan
munculnya sinergi pada orang-orang yang mengikatkan diri dalam kelompok yang
dan dilakukan sekelompok orang yang tergabung dalam satu organisasi. Teamwork
dapat meningkatkan kerja sama dan komunikasi di dalam dan di antara bagian-
Pernyataan di atas diperkuat Dewi (2007) kerja tim (teamwork) adalah bentuk
kerja dalam kelompok yang harus diorganisasi dan dikelola dengan baik. Tim
yang kuat satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan atau menyelesaikan sebuah
secara perorangan.
terkoordinasi. Hal ini memiliki pengertian bahwa kinerja yang dicapai oleh sebuah
tim lebih baik daripada kinerja perindividu di suatu organisasi ataupun suatu
perusahaan.
Teori yang dikemukakan oleh Stephen dan Timothy (2008) senada dengan
teori tim yang efektif yang dikemukakan oleh Smither, Houston, McIntire (1996).
Manurut Smither, Houston, McIntire (1996), tim yang efektif adalah sebuah tim yang
besar jumlahnya dibandingkan dengan hasil kerja perorangan karena hasil kerjanya
Pernyataan tersebut juga didukung oleh Burn (2004), yang menyatakan bahwa
efektifitas tim atau tim yang efektif merupakan tim kerja yang anggota-anggotanya
saling berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama dan memiliki sikap yang saling
Menurut Daft (2000) jenis teamwork terdiri dari 6 (enam) jenis, yaitu:
1. Tim Formal
Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai bagian dari
2. Tim Vertikal
Tim vertikal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari seorang manajer dan
Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari beberapa karyawan dari
tingkat hirarki yang hampir sama tapi berasal dari area keahlian yang berbeda.
Tim dengan tugas khusus adalah sebuah tim yang dibentuk diluar organisasi
khusus.
5. Tim Mandiri
Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari 5 hingga 20 orang pekerja
Tim pemecahan masalah adalah biasanya terdiri dari 5 hingga 12 karyawan yang
dibayar perjam dari departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk
Sebuah tim yang dibentuik untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul
dalam upaya memperbaiki produktivitas. Pada dasarnya, kegiatan tim ini adalah
biasanya berasal dari satu departemen yang beranggotakan kurang lebih sepuluh
dan hukuman bagi anggota dan merekrut anggota. Keanggotaan ini biasanya
Anggota tim ini berasal dari berbagai departemen yang memiliki keahlian dan
Hal yang sangat mendasar dalam mewujudkan keutuhan sebuah tim agar dapat
berkinerja dan berdaya guna adalah dengan melakukan perancangan tim yang baik.
Pentingnya perancangan tim yang baik diuraikan Griffin (2004) dengan membagi ke
bergabung dalam suatu tim. Karena kelompok baru dibentuk maka setiap orang
jarang terjadi, setiap orang masih sungkan, malu-malu, bahkan seringkali ada
pemimpin (kecuali tim yang sudah dipilih ketua kelompoknya terlebih dahulu).
dan anggota kelompok tidak ragu-ragu untuk mengganti pemimpin yang dinilai
yang terjadi sangat sedikit karena masing-masing orang tidak mau lagi menjadi
pendengar.
subgroup yang ada dalam tim mulai merasakan keuntungan bekerja bersama dan
semangat kerjasama sudah mulai timbul, setiap anggota mulai merasa bebas untuk
bekerja secara produktif dan efisien. Pada tahap ini keberhasilan tim akan terlihat
1. Para anggota mengerti dengan baik tujuan tim dan hanya dapat dicapai dengan
baik pula dengan dukungan bersama, dan oleh karena itu mempunyai rasa saling
pengetahuannya untuk sasaran tim, dapat bekerja dengan secara terbuka, dapat
4. Para anggota mengakui bahwa konflik adalah hal yang normal, atau hal yang
biasa, dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif
(bersifat memperbaiki).
pemimpin mereka harus membuat peraturan akhir setiap kali tim tidak berhasil
membuat suatu keputusan, dan peraturan akhir itu bukan merupakan persesuaian.
Menurut Johnson dan Johnson (dalam Smither, Houston, dan Mclntire, 1996),
ada 9 dimensi dalam model efektifitas tim yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
anggota tim dan mengidentifikasikan kekuatan serta kelemahan yang ada di dalam
tim, yaitu:
Setiap anggota tim harus memahami tujuan tim secara jelas dan memiliki
merupakan hasil dari tujuan bersama dimana tujuan tim pada akhirnya akan
penerimaan informasi tentang ide-ide dan perasaan. Dalam tim yang tidak efektif,
saja. Dengan mengabaikan atau menekan perasaan, maka tim berisiko kehilangan
semua keputusan tim harus dinilai secara hati-hati. Sebagai contoh, ketika
efektif.
Tim yang tidak efektif sering mencoba untuk mengabaikan atau menekan
konflik, sedangkan tim yang efektif dapat menggunakan konflik dengan cara yang
pengambilan keputusan yang baik pula yakni memecahkan masalah dengan lebih
Anggota tim harus mampu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain
harus terwujudkan secara merata dalam tim. Apabila kekuasaan dan kegiatan
saling mempengaruhi ini hanya dipusatkan pada beberapa orang anggota tim saja
berkurang.
7. Kohesi tim
Dalam tim yang kohesif, setiap anggota merasa saling menyukai antara satu
sama lainnya dan merasa puas dengan keanggotaan tim mereka. Meskipun kohesi
tidak mengarah kepada efektifitas namun ia memiliki peranan yang penting dalam
mewujudkan tim yang efektif yaitu ketika ia dikombinasikan dengan dimensi lain
dari efektifitas tim maka sebuah tim yang memiliki kohesivitas yang tinggi
Tim harus mampu mengenali masalah dan menghasilkan solusi secara tepat.
solusi tersebut. Ketika sebuah tim mampu untuk mengenali masalah-masalah yang
sering muncul dan menyelesaikannya dengan memberikan solusi yang tepat maka
9. Efektivitas interpersonal
Anggota tim harus mampu untuk berinteraksi dengan anggota tim lainnya
antara tujuan anggota tim dan konsekuensi dari peningkatan perilaku mereka,
maka membuat interpersonal efektifitas anggota tim juga juga menjadi meningkat.
Richard Y. Chang & Mark J. Curtin (1998) menyatakan manfaat tim bagi
benar
B.1. Sejarah
Rumah Sakit Umum Daerah X adalah merupakan salah satu Rumah Sakit
Milik Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang didirikan pada tahun 1937.
sebagai Rumah Sakit Berstatus Kelas “C”, dan dengan Struktur Hirarki Rumah Sakit
1983 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum X, selanjutnya
yang dilaksanakan, Rumah Sakit Umum X dinaikkan kelasnya menjadi Rumah Sakit
Umum Kelas “B” Non Pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Sumatera Utara Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum X dengan
Daerah berbentuk Badan milik Pemerintah Kota X, sesuai dengan Peraturan Daerah
Misi :
DIREKTUR
KA BAG
KA BAG UMUM KA BID KA BID
KEUANGAN
DAN PELAYANAN PELAYANAN KA BID DIKLAT KA BID KOMITE
PERENCANAAN
KEPEGAWAIAN MEDIS KEPERAWATAN
DAN EVAUASI
X yang terdiri dari empat lapis yaitu lapis pertama diduduki oleh Direktur yang
merupakan pucuk pimpinan rumah sakit, lapis kedua diduduki oleh Wakil Direktur,
lapis ketiga diduduki oleh Kepala Bagian dan Kepala Bidang dan pada lapis ke
Daftar ketenagakerjaan RSUD X sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada
BIDAN
1 D4 1
2 D3 38
3 D1 6
4 Sekolah Bidan 6
FARMASI
1 Apoteker 3
2 Analis Farmasi 5
3 Asisten Apoteker 8
AHLI GIZI
1 SPAG 4
2 D3 Gizi 4
KESEHATAN LINGKUNGAN
1 SPPH 1
2 D3 1
RONTGEN
1 APRO 3
MATA
1 ARO 1
KETERAPIAN FISIK
1 D3 Akfis 3
PEREKAM MEDIS
1 D3 2
KES. MASYARAKAT
1 S2 1
2 S1 1
SARJANA
1 Sospol 4
2 Sarjana Ekonomi 1
SLTA SEDERAJAT
1 SMU/SLTA 23
2 STM 6
3 MAN 2
4 SMEA/SMK 3
5 SPP 1
1 SMP/SLTP 7
2 SD 5
JUMLAH 322
Tabel 2.1 di atas menunjukkan jumlah pegawai yang bekerja di Rumah Sakit
Umum Padangsidempuan sampai dengan tahun 2011 sebanyak 322 orang pegawai
yang terdiri dari pegawai bagian Medik dan Paramedis Perawatan. Bagian Medik
terdiri dari 19 orang dokter yaitu dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis.
Pegawai bagian Paramedis Perawatan sebanyak 303 orang pegawai yang terdiri dari
latar belakang pendidikan kesehatan yaitu Bidan, Farmasi, Ahli Gizi, Kese hatan
Masyarakat dan non kesehatan yaitu Sarjana Sosial Politik dan Ekonomi. Pegawai
bagian Paramedis Perawatan juga memiliki jenjang pendidikan yang berbeda yaitu
Perguruan Tinggi (S2, S1, D4, D3, D1), SLTA Sederajat, SMP dan SD.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran
yang sangat strategis dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
merata, terjangkau dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Peran strategis ini
didapat karena rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang padat
modal, padat karya, dan padat teknologi. Fungsi utama rumah sakit adalah sebagai
rawat jalan, gawat darurat, pelayanan medik dan non medik, maka pengelolaan
sumber daya manusia sangat diperlukan dan merupakan bagian terpenting dalam
(Depkes, 2005).
Kompleksnya sumber daya rumah sakit sebagai akibat meluasnya peran dan
cakupan kegiatan suatu rumah sakit, memerlukan perhatian besar, perbaikan dan
sumber daya lainnya, sumber daya manusia merupakan aset yang bernilai tinggi
karena mempunyai potensi untuk terus tumbuh (Ilyas, 2002). Diantara sumber daya
manusia yang terlibat secara langsung dalam pemberian pelayanan kepada pasien
rumah sakit, sekitar 40% adalah tenaga perawat dan bidan (DepKes R.I, 2002).
RI, 2008).
RSUD X merupakan salah satu rumah sakit umum yang berada di daerah X.
Dengan Visi menjadi Rumah Sakit Umum yang diminati oleh masyarakat, RSUD X
selalu berusaha untuk berbenah diri agar dapat bertahan di tengah persaingan
pertumbuhan rumah sakit di daerah tersebut. Berbagai cara telah dilakukan oleh
RSUD X untuk dapat mencapai visi yang telah ditetapkan, mulai dari melengkapi
alat-alat lama dengan alat-alat baru dan juga memberi kemudahan kepada pasien
masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan pihak RSUD X dan jumlah pasien
mengenai ketidakpuasan pasien terhadap kualitas pelayan yang diberikan oleh RSUD
pada organisasi rumah sakit, perawat adalah salah satu pemegang peran utama dalam
kesehatan. Salah satu faktor yang mendukung keyakinan ini adalah kenyataan yang
dilihat di unit pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit, bahwa tenaga keperawatan
bertugas selama 24 jam harus berada di sisi pasien. Oleh sebab itu pelayanan
penentu citra dan kualitas rumah sakit. Perawat adalah tumpuan semua kegiatan yang
ada dan salah satu sumber keberhasilan atau kegagalan pelayanan kesehatan di
perawat dituntut untuk saling bekerjasama dan saling mendukung antara yang satu
dengan yang lain. Kinerja tim perawat yang efektif akan berbuah pada pencapaian
Kinerja tim perawat yang efektif ini belum dapat diwujudkan oleh perawat di
RSUD X. Melalui survei kepada beberapa perawat di RSUD X diperoleh data yang
yang baik, kurang memiliki rasa saling percaya dan saling mendukung, kurang
mengetahui visi dan misi organisasi dan merasakan teamwork yang kurang efektif di
RSUD X. Hasil wawancara dengan beberapa perawat, staf, pegawai dan pasien di
diberikan oleh pihak RSUD X. Sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar
kurang adanya kesadaran para perawat akan pentingnya kerjasama dan komunikasi
sehingga sering menimbulkan konflik serta hubungan antar perawat yang dirasakan
teamwork yang ternyata merupakan senjata yang ampuh dalam upaya meningkatkan
yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan secara individual.
Hal ini sesuai dengan pendapat Stephen P. Robbins (2003) yang menyatakan bahwa
tim adalah suatu kelompok dimana individu menghasilkan suatu tingkat kinerja yang
lebih besar daripada jumlah masukan individu tersebut. Suatu tim kerja
individual mereka menghasilkan suatu tingkat kinerja yang lebih besar daripada
berdampak pada kesuksesan tim dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut
dibandingkan dengan hasil kerja perorangan karena hasil kerjanya merupakan hasil
tujuan organisasi. Johnson dan Johnson (dalam Smither, Houston, dan Mclntire,
1996), menyatakan bahwa ada 9 dimensi dalam model efektifitas tim yang dapat
kelemahan yang ada di dalam tim, yaitu (1) pemahaman, relevansi, dan komitmen
pada tujuan, (2) komunikasi mengenai ide dan perasaan, (3) kepemimpinan yang
kemampuan, dan informasi, (7) kohesi tim, (8) strategi pemecahan masalah, dan (9)
efektivitas interpersonal.
Tujuan RSUD X :
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas
aparatur Tujuan RSUD X belum tercapai, hal ini
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas diketahui dari munculnya berbagai keluhan
sarana dan prasarana pasien terhadap pelayanan
- Meningkatkan akreditasi dan
tercapainya pengelolaan administrasi
dan keuangan yang akuntabel
Penelitian awal (wawancara kepada pegawai, perawat dan pasien, DepKes RI, 2000 : Keberhasilan
survei kepada perawat) menunjukkan permasalahan pada perawat. Hal pelayanan rumah sakit
ini diindikasikan dengan: ditentukan oleh kualitas
pelayanan perawat. Hal ini
sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar perawat dikarenakan perawat adalah:
kurang adanya keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik
kurang adanya kesadaran para perawat akan pentingnya kerjasama dan
komunikasi sehingga sering menimbulkan konflik 1. jumlahnya yang dominan dari
hubungan antar perawat yang dirasakan kurang harmonis seluruh jumlah tenaga kerja di
perawat kurang merasakan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik, rumah sakit
kurang memiliki rasa saling percaya dan saling mendukung, kurang 2. adanya hubungan kontak
mengetahui visi dan misi organisasi dan merasakan teamwork yang langsung yang intens dengan
kurang efektif pasien
Johnson dan Johnson (dalam Smither, Houston, dan Mclntire, 1996), efektifitas tim ditentukan oleh 9
dimensi yaitu (1) dimensi pemahaman, relevansi, dan komitmen pada tujuan, (2) dimensi komunikasi
mengenai ide dan perasaan, (3) dimensi kepemimpinan yang berpartisipasi, (4) dimensi fleksibel dalam
menggunakan prosedur pembuatan keputusan, (5) dimensi manajemen konflik yang konstruktif, (6) dimensi
kekuasaan berdasarkan keahlian, kemampuan, dan informasi, (7) dimensi kohesi tim, (8) dimensi strategi
pemecahan masalah, dan (9)dimensi efektivitas interpersonal.
“Bagaimana gambaran efektifitas teamwork perawat di Rumah Sakit Umum Daerah X” “”berdasarkan
kesembilan dimensi tersebut?
Keterangan :
: menyebabkan
: temuan
: klarifikasi