Anda di halaman 1dari 4

ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM (ABC)

A. Konsep Activity Based Costing System


Menurut Mulyadi (2007: 21) Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu
sistem analisis biaya yang berbasiskan pada aktivitas. Dalam pengertian tersebut,
diartikan bahwa penentuan biaya yang dibebankan dalam suatu pembuatan produk,
berdasaran pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi produk
tersebut. Hal tersebut sejalan dengan L. Gayle Rayburn dalam Amin Widjaja Tunggal
(1995: 20), menyatakan bahwa Activity Based Costing (ABC) merupakan sistem yang
dalam pelaksanaan aktivitas menimbulkan konsumsi sumber daya yang dicatat
sebagai biaya. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam proses produksi tersebut
tentunya menyerap sumber daya (bahan baku, tenaga kerja, dll), penyerapan sumber
daya tersebut dicatat sebagai biaya produksi.
Sujarweni (2014;122) metode activity based costing (ABC) adalah sistem
akumulasi biaya dan pembebanan biaya ke produk dengan menggunakan berbagai
cost driver, dilakukan dengan menelusuri biaya dari aktivitas dan setelah itu
menelusuri biaya dari aktivitas ke produk. Berdasarkan pengertian-pengertian
tersebut, Activity Based Costing System dapat diartikan sebagai pendekatan penentuan
biaya produksi yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi
sumber daya oleh aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam proses produksi. Garrison
dkk (2013:314), dalam perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, sebuah aktivitas
adalah kegiatan apapun yang mengakibatkan konsumsi bahan baku. Sebuah pul biaya
aktivitas adalah sebuah wadah dimana biaya diakumulasikan dan berkaitan dengan
sebuah pengukuran aktivitas tunggal dalam sistem ABC. Ukuran aktivitas adalah
basis alokasi dalam sebuah sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas. Dan istilah
pemicu biaya (cost driver) adalah dipakai untuk mengacu pada ukuran aktivitas
karena ukuran aktivitas harus “menggerakan-memicu” biaya yang dialokasikan.

B. Proses Alokasi Biaya dalam Activity Based Costing System


Sangat penting untuk merencanakan secara hati-hati dalam melaksanakan
sistem ABC. Rudianto (2013: 165-166) menyatakan bahwa dalam proses pembebanan
biaya overhead dengan Model Activity Based Costing terdapat dua tahapan yang harus
dilalui, yaitu:
1. Pembebanan Biaya pada Aktivitas
Tahapan ini meliputi lima langkah sebagai berikut:
a. Identifikasi Aktivitas
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap sejumlah aktivitas yang
dianggap menimbulkan biaya ketika membuat barang atau jasa dengan cara
menetapkan secara rinci tahap proses aktivasi produksi sejak
menerima barang hingga pemeriksaan akhir barang jadi serta siap kirim ke
konsumen.
b. Menentukan Biaya yang Terkait dengan Masing-Masing Aktivitas
Aktivitas ialah suatu kejadian atau transaksi yang menjadi penyebab
terjadinya biaya (cost driver atau pemicu biaya). Cost driver atau pemicu
biaya merupakan dasar yang digunakan dalam Activity Based Costing, yaitu
faktor-faktor yang menentukan seberapa besar atau seberapa banyak usaha
dan beban tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas.
c. Mengelompokkan Aktivitas yang Seragam Menjadi Satu
Pengelompokkan Aktivitas dilakukan dengan mengidentifikasi aktivitas
dalam empat kelompok berikut:
1) Aktivitas berlevel unit
Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu
unit produk diproduksi. Besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh
jumlah unit yang diproduksi. Sebagai contoh, tenaga kerja langsung
dan jam mesin.
2) Aktivitas berlevel batch
Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yag besar kecilnya
dipengaruhi oleh jumlah batch yang diproduksi. Sebagai contoh, biaya
aktivitas setup dan biaya penjadwalan produksi.
3) Aktivitas berlevel produk
Aktivitas berlevel produk adalah aktvitas yang dikerjakan untuk
mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Sebagai
contoh, aktivitas desain dan pengembangan produk.
4) Aktivitas berlevel fasilitas
Aktivitas berlevel fasilitas adalah meliputi aktivitas yang menopang
proses manufaktur secara umum yang menompang proses
pemanufakturan secara umum yang diperlukan untuk menyediakan
fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk namun
banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau
bauran produk yang diproduksi. Sebagai contoh, penerangan
pabrik, pajak bumi, depresiasi pabrik, pemeliharaan bangunan, biaya
kebersihan, keamanan, pertamanan.
d. Menggabungkan Biaya Aktivitas yang Dikelompokkan
Biaya untuk setiap kelompok (unit, batch, product, dan facility)
dijumlahkan sehingga dihasilkan total biaya untuk tiap-tiap kelompok.
e. Penentuan Tarif per Kelompok Aktivitas (Homogeny Cost Pool Rate)
Tarif kelompok dihitung dengan cara membagi jumlah total biaya pada
masing-masing kelompok dengan jumlah cost driver

C. Manfaat Dan Keterbatasan Activity Based Costing (ABC)


Manfaat dari sistem Activity Based Costing (ABC) adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik.
2. Pembuatan keputusan yang lebih baik.
3. Perbaikan proses (process improvement).
4. Estimasi biaya.
5. Penentuan biaya kapasitas tak terpakai.
Selain manfaat ABC juga memiliki beberapa keterbatasan. Berikut ini
keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam ABC.
1. Alokasi. Tidak semua biaya memeiliki aktivitas atau pemicu konsumsi
sumber daya yang sesuai.
2. Pengabaian Biaya. Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi oleh sistem
ABC cenderung tidak memuaskan semua biaya yang terkait dengan
produk atau jasa, seperti:biaya untuk aktivitas pemasaran,riset periklanan,
pengembangan dll.
3. Biaya dan waktu. Salah-satu kendala dalam penerapan ABC adalah
besarnya biaya aplikasi dan lamanya proses implementasi ABC.

D. Kelebihan Dan Kelemahan Activity Based Costing (ABC)


Kelebihan sistem ABC adalah sebagai berikut:
1. Biaya produk yang lebih akurat, baik pada industri manufaktur maupun
industri jasa lainnya khususnya jika memiliki proporsi biaya overhead
pabrik yang lebih besar.
2. Biaya ABC memberikan perhatian pada semua aktivitas, sehingga
semakin banyak biaya tidak langsung yang dapat ditelusuri pada aobjek
biayanya.
3. Sistem ABC mengakui banyak aktivitas penyebab timbulnya biaya
sehingga manajemen dapat menganalisis aktivitas dan proses produksi
tersebut dengan lebih baik (fokus pada aktivitas yang memiliki nilai
tambah) yang pada akhirnya dapat melakukan efisiensi dan akhirnya
menurunkan biaya.
4. Sistem ABC mengakui kompleksitas dari deversitas proses produksi
modem yang banyak berdasarkan transaksi/ transaction based (terutama
perusahaan jasa dan manufaktur berteknologi tinggi) dengan
menggunakan banyak pemicu biaya (multiple cost drivers).
5. Sistem ABC juga memberi perhatian atas biaya variabel yang terdapat
dalam biaya tidak langsung.
6. Sistem ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya berdasarkan berbagai
objek biaya. Baik itu proses, pelanggan, area tanggung jawab manajerial,
dan juga biaya produk.
Walaupun penerapan sistem ABC memiliki banyak keuntungan, tetapi
penerapan tersebut tidak membuat seluruh biaya akan mudah dibebankan kepada
objek biayanya dengan mudah. Hal ini disebabkan biaya-biaya yang di kelompokkan
dalam sustaining level ketika dialokasikan sering kali juga menggunakan dasar yang
bersifat arbiter. Misalnya, biaya keamanan pabrik merupakan contoh dari sustaining
level, ketika membebankan hal tersebut pada objek biaya yang berupa produk, maka
mungkin digunakan pendekatan yang arbiter, seperti berdasarkan jumlah jam kerja
tenaga kerja dengan alasan semakin lama proses produksi maka membutuhkan jasa
keamanan semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai