Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tenaga Kerja Indonesia

Program penempatan Tenaga Kerja Indonesia ( TKI ) ke luar negeri saat ini

merupakan program nasional strategis dan merupakan salah satu unsur penunjang

kesejahteraan rakyat, khususnya dalam upaya mengatasi terbatasnya kesempatan kerja di

dalam negeri.

Kondisi tingkat kesehatan TKI yang bekerja ke luar negeri merupakan salah satu

faktor penting penentu kwalitas dan produktifitas TKI tersebut, maka untuk

mewujudkannya setiap Calon Tenaga Kerja Indonesia wajib melakukan pemeriksaan

kesehatan. (Achmad, H.,2002 )

B. Pemeriksaan Kesehatan Pra Kerja

Pemeriksaan kesehatan pra kerja adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem

perekrutan. Bahkan merupakan bagian terpenting dari sistem. Tujuan utama pemeriksaan

kesehatan pra kerja adalah untuk menjamin dan memastikan calon TKI sehat secara

mental dan fisik untuk bekerja di dalam negeri ataupun di luar negeri, itu berarti : Calon

Tenaga Kerja Indonesia bebas dari segala penyakit menular yang dapat mempengaruhi

kesehatan masyarakat, bebas dari segala kondisi medis yang menimbulkan

ketidakmampuan mendadak dan berakibat kecelakaan, bebas dari kondisi medis yang

dapat mempengaruhi produktivitas. ( Rudi, K., 2005 )


C. Sifilis

Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum, sangat

kronik dan bersifat sistemik. Penularan penyakit biasanya ditularkan secara seksual atau

melalui tranfusi darah yang tercemar.Penyakit sifilis merupakan penyakit menahun yang

dapat hilang sendiri tanpa diobati, tetapi tidak berarti bahwa penyakit ini telah sembuh. (

Adhi, D.,1990,Soedarto, 1990, Ana Adiana Patriani, 1998 )

Pada awalnya sifilis ditandai dengan borok yang khas, yaitu mengeluarkan nanah

pada sekitar alat kelamin, apabila sifilis tidak diobati, luka lama tersebut akan merusak

tulang, jantung dan susunan syaraf pusat yang menimbulkan kelumpuhan dan

kemunduran berfikir. Sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit

melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut

membiak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit

dan sel-sel plasma, terutama di perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah kecil

berpoliferasi dikelilingi oleh Treponema dan sel-sel radang. Masa tunas penyakit sejak

kuman kontak dengan seseorang sampai timbul gejala, ialah antara 2-6 minggu.

Proses penyakit ini dapat dibagi dalam 3 stadium : (a) Pada stadium pertama, mula-

mula akan telihat benjolan nanah pada tempat yang terinfeksi. Bila infeksi pada kemaluan

wanita, maka akan terlihat benjolan kemerahan pada bibir kemaluan wanita tersebut. (b)

Pada stadium kedua, yaitu kira-kira setelah 6-12 minggu sejak terkena infeksi. Pada saat

ini racun-racun penyakit mulai masuk ke dalam peredaran darah. (c) Pada stadium ketiga,

umumnya gejala timbul setelah 2-10 tahun sejak pertama kali terkena infeksi, tetapi ada

juga setelah 6 bulan. Pada stadium ini, tulang-tulang jaringan otot, dan alat-alat lain

sudah terkena. Terdapat tumor yang kenyal, dinamakan “ Gumma”. Bila penyakit cepat

diatasi atau pengobatan tidak terlambat, maka Gumma dapat dihindari perkembangannya.
Gumma ini tidak terasa nyeri, proses pertumbuhannya mula –mula berupa tumor keras,

lambat laun menjadi lunak, terdapat pernanahan di daerah tersebut. (B.D. R, P., 1994 )

D. Macam – macam Pemeriksaan Sifilis

TSS ( Test Serologic for Sifilis ) merupakan pembantu diagnosis yang penting bagi

sifilis.

TSS dibagi menjadi dua berdasarkan antigen yang dipakai :

1. Tes Nontreponema

a. Tes komplemen fiksasi : Wasserman ( WR ), kolmer.

b. Tes flokulasi : VDRL ( Veneral Disease Research Laboratoies ), kahn, RPR (

Rapid Plasma Reagin ), ART (Automated Reagin Tesst), dan RST (Reagin Screen

Test ).

Kelebihan test VDRL ialah flokulasi dapat dilihat secara makroskopik, lebih

sederhana, dan lebih sensitif serta dapat dibaca setelah sepuluh menit. Tes ini

dipakai secara rutin, temasuk untuk tes screening.

Kekurangan tes ini, pada penderita infeksi mononucleosis, rematoid arthritis dan

malaria dapat memberikan hasil positif palsu.

2. Tes Treponemal :

Tes ini bersifat spesifik karena antigennya ialah treponema atau ekstraknya, dan

dapat digolongkan menjadi empat kelompok :

a. Test Imobilisasi : TPI ( Treponema pallidum Imobilization Test ).

Merupakan test yang paling spesifik, tetapi mempunyai kekurangan , biayanya

mahal, teknis sulit, membutuhkan waktu banyak. Reaksinya lambat, baru positif
pada akhir stadium primer, tidak dapat digunakan untuk menilai pengobatan, hasil

dapat negatif pada sifilis dini dan sangat lanjut.

b. Tes Fiksasi Komplemen : RPCFT (Reiter Protein Complemen Fixation Test).

Sering digunakan untuk test screening karena biayanya murah kadang – kadang

didapatkan reaksi positif palsu.

c. Tes Imuno Fluorescein : FTA-Abs ( Fluorescent Treponemal Antibody

Absorption Test ).

Ada dua : Ig M, Ig G

FTA-Abs paling sensitif ( 90 % ), Ig M sangat reaktif pada sifilis dini, pada terapi

yang berhasil titer Ig M cepat turun, sedangkan Ig G lambat.

d. Tes Hemaglutinasi : TPHA ( Treponemal Pallidum Haemaglutination Assay ), Ig

S Ig M SPHA ( Solid- phase Hemabsoption Assay )

TPHA merupakan tes treponema yang dianjurkan karena teknik dan pembacaan

hasilnya mudah, cukup spesifik dan sensitif ( dapat mendeteksi titer-titer yang

sangat rendah ).

Ig S Ig M TPHA merupakan test yang mutakhir dan sedang dikembangkan.

Secara teknis lebih mudah daripada FTA-Abs Ig M. Maksud tes ini ialah untuk

mendeteksi secara cepat Ig M yang spesifik terhadap Treponema pallidum dan

memegang peranan penting untuk membantu diagnosis neurosifilis. ( Adhi, D.,

1990 )

Anda mungkin juga menyukai