Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ES KRIM
2
PENDAHULUAN
Es krim merupakan salah satu produk olahan susu yang memiliki bentuk
semi padat dan bertekstur halus hingga kasar. Es krim terkenal dengan rasa yang
manis dan enak, tidak ada orang yang tidak menyukai es krim. Peminat es krim
datang dari kalangan atas, menengah, ataupun ekonomi selain itu berbagi umur
dan social.
mengembangkan produk eskrim dari es krim jenis water ice hingga dessert ice
dan es krim dengan perpaduan rasa yang banyak macamnya. Es krim yang enak,
dihasilkan dari bahan bahan yang memiliki fungsi tertentu sehingga tekstur es
krim sempurna, yang dimana es krim merupakan busa atau gas yang terdispersi
cairan yang diawetkan dengan pendinginan. Oleh karena itu, perlu diketahui
proses pembuatan es krim yang benar dan baik untuk menghasilkan akseptabilitas
tinggi.
II
2.1 Materi
digunakan adalah kombinasi susu dengan bahan tambahan seperti gula dan madu atau
tanpa bahan perasa dan warna , dan stabilizer, bahan campuran es krim disebut ice
cream mix (ICM), dengan pencampuran bahan yang tepat dan pengolahan yang benar
maka dapat dihasilkan es krim dengan kualitas baik (Susilorini dan Sawitri, 2007).
Lemak susu adalah unsur penting yang mempengaruhi tekstur es krim dengan
cream adalah bagian yang paling banyak mengandung lemak pada susu. Fungsi full
cream adalah memberikan aroma susu dan mencegah pembentukan kristal yang
mencair dan memperbaiki sifat produk. Tekstur lembut es krim juga dapat diperoleh
melalui proses pembekuan cepat yang akan menghasilkan kristal es berukuran kecil
multipass) lebih lanjut mengurangi ukuran globul lemak, dan untuk mempersempit
distribusi ukuran pada es krim. Ukuran kristal es memainkan peran besar dalam
4
mempengaruhi tekstures krim. Kristal es akan tumbuh sebagai akibat dari faktor-
faktor titik pembekuan rendah, lambat pengerasan, waktu penyimpanan lama, dan
(Hendriani, 2005).
Tekstur es krim ditentukan oleh padatan yang terkandung dalam adonan. Padatan
tersebut berasal dari padatan susu tanpa lemak, gula, lemak, dan protein. Semakin
tinggi padatan di dalam es krim maka kecepatan melelehnya pun akan semakin tinggi
Bahan pangan umumnya tidak terdiri dari satu rasa tetapi merupakan
gabungan dari berbagai cita rasa yang utuh. Palatabilitas sangat erat hubungannya
dengan cita rasa bahan pangan. (McBride dan Mac Fie, 1990). Gula adalah pemanis
yang umum digunakan, sehingga dipakai secara standart bila penggunaan pemanis
lebih dari 16 % dari bobot es krim (Marshall dan Arbuckle, 1996). Uji terhadap
aroma dianggap penting karena dengan cepat dapat memberikan penilaian minat
2.2.1 Alat
2.2.2 Bahan
2) Gula 80gr
3) BKTL 60gr
4) Stabilizer 2,5gr
5) Telur 10gr
6) Flavour 0,5gr
1) Susu segar yang telah disiapkan ditambahkan dengan susu skim dan cream
pengadukan.
2) Masukkan gula pasir, stabilizer, kuning telur, dan garam halus yang telah
III
3.2 Pembahasan
pada ice cream mix (ICM), sehingga diperoleh pengembangan volume es krim agar
menjadikan es krim lebih ringan dan tidak padat serta mempunyai tekstur yang
lembut, oleh karena itu es krim merupakan produk olahan susu yang disukai
masyarakat. Berdasarkan hasil pengamatan, over run yang diperoleh oleh kelompok 4
memiliki angka yang cukup rendah yaitu 11.1%. Over run merupakan tingkat
bahan pengemulsi, dalam pembuatan es krim ini telur juga membantu proses emulsi
membuat tekstur es krim menjadi berpori, hal ini disebabkan jika bahan pengembang
es krim mengembang.
Warna yang timbul sebagian besar berasal dari susu skim bubuk dan susu full
lainnya, sehingga warna es krim berwarna kuning. Berdasarkan hasil panelis, warna
putih kekuningan disukai oleh panelis. Untuk warna es krim yang dibuat secara
sederhana dan es krim instan memiliki warna putih kebiruan dan coklat. Warna es
krim tidak bisa sampai mencapai nilai yang tertinggi tetapi sudah mendekati, yaitu
berwarna putih kekuningan namun demikian warna es krim instan tidak sampai pada
kisaran nilai yang terendah, yaitu berwarna coklat, namun tidak termasuk es krim
instan rasa coklat, karena warna coklatnya sendiri didapat dari penambahan flavor
dan warna coklat pada kemasan produk. Hal ini sesuai dengan warna es krim menurut
SNI (1995), yaitu normal sesuai bahan penyusun yakni putih kekuningan.
8
rasa enak dari suatu makanan. Uji aroma pada suatu produk pangan penting dalam
melihat tingkat penerimaan konsumen suatu produk, hal ini sesuai dengan pernyataan
Soekarto (1995) bahwa dalam industri pangan, uji terhadap aroma dianggap penting
karena dengan cepat dapat memberikan penilaian minat konsumen terhadap hasil
produksinya. Hasil nilai aroma dari panelis yakni berkisar dari suka hingga amat suka.
Aroma es krim dengan pengolahan menggunakan ice cream maker, alat pengaduk
sederhana, dan es krim instantidak berbeda. Karena aroma es krim yang mendominasi
adalah bahan-bahan dalam ICM (ice Cream Mix) berupa susu dan skim. Oleh sebab itu
tidak boleh terdapat penyimpangan aroma dari bahan-bahan penyusun ICM tersebut,
Penilaian panelis terhadap aroma es krim berkisar antara aroma susu sampai
aroma gula. Susu mengandung lemak susu yang memberi aroma pada produk, gula
juga sebagai pemanis produk yang memeberi aroma dan rasa dari suatu produk. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Marshall dan Arbuckle (1996), bahwa gula adalah pemanis
yang umum digunakan, sehingga dipakai secara standart bila penggunaan pemanis
lebih dari 16 % dari bobot es krim. Selanjutnya, Berger (1997) menyatakan bahwa Full
cream adalah bagian yang paling banyak mengandung lemak pada susu. Fungsi full
cream adalah memberikan aroma susu dan mencegah pembentukan kristal yang terlalu
besar. Aroma es krim sesuai dengan SNI (1995) memiliki aroma yang normal sesuai
Nilai rasa es krim tidak sampai pada nilai yang tertinggi, yaitu sangat enak,
namun demikian rasa es krim tidak sampai pada kisaran nilai yang terendah, yaitu
berasa tidak enak. Hasil yang diperoleh dari panelis memiliki nilai suka hingga
amat suka. Es krim ini memiliki rasa yang merupakan satu kesatuan dari berbagai
9
bahan penyusunnya dan palatabilitas sangat erat hubungannya dengan cita rasa
bahan pangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan McBride dan Mac Fie (1990),
bahwa bahan pangan umumnya tidak terdiri dari satu rasa tetapi merupakan
gabungan dari berbagai cita rasa yang utuh. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan
terhadap rasa, antara lain senyawa kimia, suhu, konsentrasi, dan interaksi dengan
komponen rasa yang lain. Atas pernyataan tersebut, dapat diartikan bahwa produk
yang memiliki rasa tidak enak, tidak akan diterima oleh konsumen walaupun
warna, aroma, dan teksturnya baik. Oleh sebab itu, rasa menjadi faktor penting
Hal ini dipengaruhi oleh stabilizer yang dapat memepertahankan emulsi yang
dihasilkan. Meskipun es krim sangat kental, namun tekstur yang diperoleh sangat
lembut atau halus. Hal ini dipengaruhi oleh adanya lemak susu dan protein yang dapat
pembentukan kristal es yang kasar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Douglas (2000),
bahwa bahan penstabil (stabilizer) merupakan bahan aditif yang ditambahkan dalam
keseragaman produk, memberikan ketahanan agar tidak meleleh atau mencair dan
Pernyataan lain dari Douglas (2000), adalah tekstur lembut es krim juga dapat
berukuran kecil dan halus serta tekstur es krim lembut. Selain stabilizer, gula juga
berperan aktif dalam pembentukan kristal es selama pembekuan produk, dimana gula
10
akan menghalagi atau mengganggu pembentukan kristal es dengan cara molekul gula
krim, karena lemak susu dapat melembutkan tekstur, dimana lemak yang ada
tersebar merata dengan ukuran yang homogen dan relatif kecil hal ini sesua
dengan pernyataan Marshall dan Arbuckle (1996), bahwa lemak susu adalah unsur
pertumbuhan kristal es. Selain itu menurut Chan (2008), homogenisasi dalam
tekstures krim. Kristal es akan tumbuh sebagai akibat dari faktor faktor titik
pembekuan rendah, lambat pengerasan, waktu penyimpanan lama, dan tinggi dan
IV
KESIMPULAN
1) Es krim yang dibuat pada saat praktikum disukai oleh para panelis dengan
konsumen, nilai rasa yang diperoleh tidak menunjukkan rasa tidak enak
DAFTAR PUSTAKA
Berger, K. G. 1997. Food Emulsions. 3rd ed. S. E. Friberg and K. Larsson, ed.
Marcel Dekker, Inc., New York.
Marshall, R. T., and W. S. Arbuckle. 1996. Pages 59, 151–185, 263–267, 319 in
Ice Cream. 5th ed. International Thomson Publ., New York.
Susilorini, T.E. dan M.E. Sawitri. 2007. Produk Olahan Susu. Penebar Swadaya.
Yogyakarta.
YOGURT
14
PENDAHULUAN
Yogurt merupakan salah satu produk hasil fermentasi susu. Yogurt banyak
dikonsumsi masyarakat karena rasanya yang lezat dan memiliki banyak manfaat
bagi tubuh. Tingginya minat konsumsi masyarakat membuat banyak produk yogur
bermunculan. Berbagai macam jenis yogurt telah banyak dijual, baik hasil olahan
yogurt dengan baikdan benar. Kemampuan membuat yogurt ini dapat menjadi
ilmu yang bermanfaat dan menjadi bekal setelah lulus nanti. Laporan praktikum
ini juga ditujugan untuk memenuhi tugas akhir praktikum matakuliah Teknologi
II
2.1 Materi
beredar dipasaran. Yogurt dihasilkan dari susu yang telah terfermentasi oleh
2006). Yoghurt merupakan produk yang diperoleh dari fermentasi susu dan atau
Streptococcus thermophillus dan atau bakteri asam laktat lain yang sesuai, dengan
atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang
diizinkan (BSN, 2009). Hasil fermentasi oleh bakteri asam laktat tersebut
Yoghurt mempunyai tekstur yang agak kental sampai kental atau semi
padat dengan kekentalan yang homogen akibat dari penggumpalan protein karena
asam 4 organik yang dihasilkan oleh kultur starter (Surono, 2004). Pembuatan
yoghurt terdiri persiapan bahan, persiapan starter, pasteurisasi susu, inokulasi susu
citarasanya dibedakan menjadi yoghurt alami atau sederhana dan yoghurt buah.
Yoghurt alami adalah yoghurt yang tidak dilakukan penambahan cita rasa atau
flavor yang lain sehingga asamnya tajam. Penambahan sari buah atau ekstrak
buah atau jus buah dilakukan untuk meningkatkan kualitas yoghurt, sehingga
Yoghurt yang baik mengandung kadar asam 0,5%-2,0% dan mengandung BAL
minimal sebanyak 107 CFU/ml (BSN, 2009). Menurut SNI (1995) persyratan
yogur adalah dengan penampakan kental-semi padat, bau, dan rasa yang normal
serta memiliki kandungan lemak maks 3,8%, BKTL min. 8,2%, protein min 3,5%,
2.2.1 Alat
1) Susu segar
2) Susu skim
4) Sirup
2.2.2 Bahan
2) Wajan/katel
3) Thermometer
4) Incubator
5) Beaker glass
6) Aluminium foil
7) Batang pengaduk
1) Susu segar yang telah dipanaskan ditambahkan susu skim sebanyak 3-4%
pengadukan.
5) Simpan pada incubator dengan suhu 45℃ selama 2-5 jam, atau simpan di
6) Setelah terjadi koagulasi, lakukan pengadukan, lalu simpan pada suhu 2-5℃
(refrigerator).
III
Starter =
Starter =
Keterangan:
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat suka 5
Suka 4
Agak suka 3
Netral 2
Tidak suka 1
19
3.2 Pembahasan
Yogurt yang dibuat dalam praktikum kali ini adalah set dan stirred
yoghurt. Perbedaan dari kedua jenis yogurt tersebut hanya pada cara inkubasi, set
diinkubasi dalam tangka atau wadah besar kemudian setelah jadi baru
suhu 42-45℃ dan pada akhir fermentasi akan dihasilkan ph sekitar 4,4. Menurut
Desai dkkl. (1994), bakteri jenis Streptococi bertanggung jawab atas penurunan
Hal penting dalam pembuatan yogurt adalah kesesuaian suhu selama masa
inkubasi dan saat pemsukan starter. Bila suhu tidak sesuai makan bakteri tidak
akan memfermentasi susu dengan maksimal atau bahkan terjadi kematian pada
bakteri dan susu gagal terfermentasi. Pada praktikum kali ini fufu berhasil
terfermentasi dengan baik dilihat dari ph yang sesuai, tekstur yang kental dan rasa
yang masam. Uji organoleptik stirred yoghurt menunjukan hasil untuk warna 5,
rasa 3, bau 4, dan kekentalan 5 yang menunjukan yogurt sangat kental, sedangkan
untuk set yoghurt didapatkan hasil untuk warna 5 dan rasa,bau, serta kekentalan
IV
KESIMPULAN
disimpulkan, bahwa:
2) Kedua yoghurt memiliki penampakan yang baik namun karena masih plain
sehingga harus ditambahkan rasa agar rasanya lebih enak dan bervariasi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Desai, S.R., V.A. Toro and V. Joshi. 1994. Utilization of different fruit in the
manufacture of yoghurt. Indian J. of Dairy Sci. 47 : 870-874.
Harjiyati, M. D., Y.B. Pramono., S. Mulyani. 2013. Total Asam, Viskositas, dan
Kesukaan Pada Yoghurt Drink dengan Sari Buah Mangga (Mangifera
indica) Sebagai Perisa Alami. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol.2.
No. 2.
Jannah, A.M., Legowo, A.M., Pramono, Y.B., Al- Barri, A.N., Abduh,
S.B.M.A., 2014. Total Bakteri Asam Laktat, pH, Keasaman, Citarasa
dan Kesukaan Yogurt Drink dengan Penambahan Ekstrak Buah
Belimbing. Jurnal Aplikasi Teknologi 3 (2) 2014.
Surono, I.S. 2004. Probiotik Susu Fermentasi dan Kesehatan. Yayasan Pengusaha
Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (YAPMMI). TRICK. Jakarta. p
31-32.
22
KEJU
(FRESH CHEESE)
23
PENDAHULUAN
Konsumsi keju di Indonesia pada tahun 2013 mencapai sekitar 19.000 ton per
tahun, dimana kebutuhan tersebut sebagian dipenuhi dengan cara di impor. Impor keju
berasal dari Amerika Serikat yaitu sebesar 2.726 ton, dimana angka tersebut terus
meningkat sebesar 5,96% per tahun (BPS, 2014). Keju merupakan suatu produk
olahan susu yang dihasilkan dari penggumpalan (koagulasi) protein susu. Proses
penggumpalan ini dilakukan dengan bantuan bakteri atau enzim. Keju memiliki hampir
semua kandungan nutrisi pada susu, seperti protein, vitamin, mineral, kalsium, dan
fosfor namun juga lemak dan kolesterol yang dapat menyebabkan masalah kesehatan
Keju sangat bermanfaat karena kaya akan protein, terutama bagi anak kecil
karena mereka membutuhkan protein yang lebih banyak dibandingkan orang dewasa.
Pembuatan keju melibatkan sejumlah tahapan yang umum untuk kebanyakan tipe keju.
Susu diberi perlakuan pendahuluan, bisa berupa pematangan awal setelah penambahan
kultur bakteri yang tepat untuk setiap tipe keju, dan dicampur dengan rennet. Aktivitas
enzim rennet menyebabkan susu melalui proses pengentalan atau koagulasi. Hasil dari
proses tersebut nantinya akan dikeringkan, diproses, dan diawetkan dengan berbagai
macam cara, sehingga dapat diproduksi menjadi berbagai variasi produk keju.
II
Keju merupakan salah satu produk olahan susu yang mengandung nilai gizi tinggi.
Berdasarkan teksturnya keju bisa dibedakan menjadi tiga yaitu keju keras, keju semi keras
dan keju lunak. Beragam jenis keju dapat ditemukan di pasaran. Salah satunya yaitu keju
segar, yang merupakan jenis keju dengan tekstur lunak. Keju segar adalah keju yang tidak
biasa disebut dengan keju segar (Sari el al., 2014). Keju memiliki hampir semua zat gizi
pada susu, seperti protein 12-16%, lemak 0-12%, kalsium 0,8%, vitamin A 0-1% riboflavin
Terdapat berbagai jenis keju berdasarkan asal pembuatan keju, jenis susu yang
digunakan, metode pembuatannya dan perlakuan yang digunakan dalam pematangan keju.
Keju berdasarkan teksturnya dibedakan menjadi 4 yaitu keju lunak, keju setengah lunak,
keju keras dan keju sangat keras. Keju dianggap lunak dengan kadar air lebih besar dari
40%, keju setengah lunak yaitu dengan kadar air 36-40%, keju keras yaitu dengan kadar air
25-36% dan keju sangat keras dengan kadar air kurang dari 25% (Buckle et al., 2007).
menciptakan kondisi curd atau menggumpal ada dua cara yaitu dengan penambahan
biakan bakteri starter dari kelompok bakteri asam laktat ataupun dengan cara pengasaman
langsung (Purwadi, 2010). Kelebihan pembuatan keju segar dengan cara pengasaman
langsung dalam pembuatan keju yaitu lebih terkontrol dibandingkan pengasaman secara
2.2.1 Alat
2.2.2 Bahan
koagulasi.
menit.
selama 30 menit.
menggunakan mikropipet.
(curding).
7) Curd dipotong beberapa bagian dan cairan whey yang terpisah diambil
8) Curd dimasukan ke dalam kain saring dan diperas perlahan hingga cairan
III
3.2 Pembahasan
untuk menghilangkan bakteri patogen yang ada pada susu. Pemanasan dilakukan
pada suhu 80 – 90oC, kemudian susu didinginkan hingga suhunya sekitar 37 – 40oC
lebih 30 menit. Penambahan CaCl memiliki peran penting, hal tersebut didukung oleh
pernyataan Lucey dan Fox (1993); Johnson dan Lucey (2006) bahwa, ion Ca++
berpengaruh besar terhadap proses koagulasi kasein susu oleh rennet, khususnya pada
tahap agregasi. Terbentuknya gumpalan kasein (yaitu dadih atau curd) tergantung
pada ketersediaan kalsium terlarut dan juga level koloid kalsium. Setelah selesai
tahap proses hidrolisis kasein oleh enzim chimosin yang merupakan tahap pertama
proses koagulasi kasein oleh rennet, kalsium berperan dalam menetralkan muatan
28
negatif misel kasein dan juga menjadi jembatan penghubung antar gugus fosfat yang
berfungsi untuk mengendapkan protein yang ada pada susu. Hal ini sesuai dengan
protein menggunakan asam. Asam tersebut dapat dihasilkan oleh bakteri atau
asam yang ditambahkan. Penambahan asam dilakukan dengan cara ditetes sambil
Menurut pernyataan Daulay (1991) rennet memiliki daya kerja yang kuat, dapat
digunakan dalam konsentrasi yang kecil. Perbandingan antara rennet dan susu adalah
1:5.000. Kurang lebih 30 menit setelah penambahan rennet ke dalam susu yang asam,
sambil dikeluarkan cairan whey yang terpisah dari curd. Kemudian curd disaring
menggunakan kain saringan agar tidak ada whey yang tersisa. Curd yang telah
disaring adalah produk fresh cheese yang sudah jadi. Fresh cheese kemudian
Daulay (1991), rendemen merupakan rasio antara keju yang terbentuk dengan
susu yang digunakan sebagai bahan dasar, berfungsi untuk mengetahui efisiensi
keju yang dihasilkan. Rendemen yang didapat adalah sebesar 13,29%. Skovmose
10%. Artinya dari 10 kg susu segar dapat dihasilkan sebesar 1 kg keju segar.
29
protein dan lemak susu berpengaruh besar terhadap rendemen keju yang
dihasilkan pada tingkat kadar air yang tetap, semakin tinggi kandungan lemak dan
protein susu, maka semakin tinggi rendemen. Pernyataan tersebut diperkuat oleh
González dan Zárate (2012) bahwa, protein dan lemak merupakan salah satu
komponen total solid yang ada di dalam susu, tampak bahwa semakin tinggi total
IV
KESIMPULAN
disimpulkan, bahwa:
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet dan Wootton. 2007. Ilmu Pangan. Edisi
ke-4. Terjemahan: Hari Purnomo dan Adiono. UI-Press. Jakarta
Daulay, D. 1991. Fermentasi Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Fox, P.F., T.P. Guinee, T.M. Cogan, and P.L. McSweeney. 2000. Fundamentals
of Cheese Science. Aspen Publishers, Inc. Maryland.
Johnson M.E., dan J.L. Lucey. 2006. Calcium: a key factor in controlling cheese
functionality. Australian Journal of Dairy Technology: 61:147-53
Lucey J.A., dan P.F Fox. 1993. Importance of calcium and phosphate in cheese
manufacture: A review. Journal of Dairy Science: 76(6):1714. 2.
Purwadi. 2010. Kualitas fisik keju mozarella dengan bahan pengasam jus jeruk
nipis. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. 5(2): 33-40.
Sari, N. A., A. Sustiyah dan A.M. Legowo. 2014. Total bahan padat, kadar
protein, dan nilai kesukaan keju mozarella dari kombinasi susu kerbau dan
susu sapi. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 3(4): 152-156.
SUSU KENTAL
MANIS
33
PENDAHULUAN
Susu adalah salah satu produk peternakan yang memiliki manfaat dan
kandungan gizi yang sangat baik untuk dikonsumsi. Kandungan gizi yang ada dalam
susu diperlukan oleh tubuh terutama kandungan protein dan asam amino ensensial
yang terkandung di dalamnya, oleh karena itu sangat penting untuk mengonsumsi
peternakan yang cukup tinggi termasuk juga susu. Salah satu hal yang bisa
Ada berbagai macam produk yang bisa dihasilkan dari susu, salah satu produk
yang cukup populer di kalangan masyarakat adalah susu kental manis (SKM). Susu
kental manis ini cukup digemari oleh masyarakat karena harganya yang relatif murah dan
memiliki daya simpan yang cukup panjang serta tidak mudah rusak. Proses pembuatan
SKM sebenarnya tidak terlalu sulit, prinsipnya hanyalah dengan menguapkan sebagian
kandungan air susu kemudian menambahkan gula kedalamnya, oleh karena itu akan
dijelaskan bagaimana cara pembuatan SKM secara sederhana dalam laporan ini.
1) Mengetahui cara pembuatan susu kental manis yang baik dan benar.
II
2.1 Materi
Susu adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih yang
diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak
apapun kecuali pendinginan (SNI, 2011). Syarat mutu susu segar yang layak
mikroorganisme yang menyebabkan susu mudah sekali rusak (Smith, 2011). Susu
perlu diberikan perlakuan tertentu agar tidak cepat rusak, seperti penyimpanan dalam
suhu rendah, pasteurisasi, atau dengan cara pengolahan menjadi susu bubuk dan kental
Salah satu produk olahan yang berasal dari susu adalah susu kental manis,
susu kental manis adalah produk susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dari
campuran susu dan gula dengan menghilangkan sebagian airnya hingga mencapai
35
tingkat kepekatan tertentu atau hasil rekonstitusi susu bubuk dengan penambahan
gula dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain yang diizinkan (SNI, 2011).
Tujuan dari pengolahan susu menjadi susu kental manis adalah untuk meningkatkan
daya simpan susu, susu kental manis memiliki kadar air yang lebih rendah sehingga
bahan pangan maka semakin mudah bahan pangan tersebut mengalami kerusakan
oleh mikroorganisme selain itu penambahan gula juga meningkatkan daya simpan
susu karena sukrosa memiliki sifat higroskopis atau kemampuan untuk mengikat air
sehingga apabila ditambahkan dalam suatu bahan pangan dalam konsentrasi yang
tinggi maka akan mengurangi ketersediaan air yang diperlukan untuk pertumbuhan
Adapun standar mutu susu kental manis yang layak dikonsumsi telah
memiliki sifat organoleptik yang baik supaya dapat diterima oleh konsumen, sifat
pribadi seorang penguji mutu dan hanya dapat diukur secara langsung dengan
penilaian organoleptik, beberapa sifat yang bisa diuji secara organoleptik diantaranya
produknya sekitar 2,8 : 1 atau satu liter susu segar menjadi 1/3 liter susu
III
Rendemen SKM =
3.2 Pembahasan
dengan menguapkan sebagian air yang ada dalam susu dengan cara dipanaskan
dengan api yang kecil, dalam SNI (2011) dijelaskan bahwa susu kental manis
adalah produk susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dari campuran susu
kepekatan tertentu atau hasil rekonstitusi susu bubuk dengan penambahan gula
dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain yang diizinkan. Tujuan
38
pembuatan susu kental manis ini adalah untuk meningkatkan daya simpan dari
susu karena susu memiliki sifat yang mudah rusak dan terkontaminasi oleh
bakteri. Susu mudah terkontaminasi oleh bakteri karena memiliki kandungan air
yang cukup besar, dalam SNI (2011) menjelaskan bahwa syarat mutu dari susu
kandungan airnya kurang lebih mencapai 89,2 % sehingga water activity aw nya
juga relatif tinggi dimana menurut Fajarwati (2017) menyebutkan bahwa semakin
tinggi nilai aw suatu bahan pangan maka semakin mudah bahan pangan tersebut
ke dalam wajan berisi susu tersebut. Tujuan penambahan gula ini pada dasarnya
adalah untuk memberikan rasa manis dan juga berperan sebagai bahan pengawet
sehingga produk yang dihasilkan memiliki daya simpan yang lebih lama. Gula
yang digunakan pada umumnya adalah sukrosa, menurut Fajarwati (2017) sukrosa
memiliki sifat higroskopis atau kemampuan untuk mengikat air sehingga apabila
ditambahkan dalam suatu bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi maka akan
dan aw dari bahan tersebut juga menurun. Penambahan gula dalam konsentrasi
yang tinggi juga dapat mempengaruhi tekanan osmotik dalam susu dimana
menurut Shimoda dkk. (2001) menjelaskan bahwa tekanan osmotik yang tinggi
Selama proses pembuatan susu kental manis hal yang perlu diperhatikan
adalah api yang digunakan jangan terlalu besar yaitu berkisar antara suhu 60 – 65
o
C serta harus selalu diaduk supaya tidak terjadi perubahan warna akibat adanya
39
reaksi maillard yang nantinya akan menyebabkan perubahan warna dari susu
kental manis yang dihasilkan. Menurut Palupi dkk. (2007) menjelaskan bahwa
reaksi maillard adalah reaksi yang terjadi antara gugus aldehid dari gula pereduksi
dengan gugus amina dari asam amino akibat pemanasan yang membentuk pigmen
Susu terus dipanaskan hingga volumenya menyusut menjadi sekitar 1/3 bagian
dan menjadi lebih kental kemudian dihitung rendemennya. Susu kental manis yang
sebagian besar kandungan air dari susu tersebut sudah dihilangkan dengan cara
diuapkan dan kandungan air yang diuapkan sudah lebih dari 60%. Menurut Xu dkk.
(2014) menyebutkan bahwa susu kental manis merupakan produk olahan susu yang
diperoleh dengan menghilangkan kurang lebih 60% air dalam susu serta mengandung
gula hingga 40 – 50 %, dalam SNI (2011) juga disebutkan bahwa kandungan air dalam
produk susu kental manis yang memenuhi mutu adalah sebesar 20 – 30 % sehingga
susu kental manis yang dihasilkan sudah memenuhi syarat mutu yang ditentukan.
Susu kental manis yang telah dibuat selanjutkan diuji secara organoleptik, yaitu
meliputi warna, rasa, aroma, dan kekentalan kemudian dibandingkan dengan produk
mengetahui atau menilai sifat – sifat organoleptik dari suatu bahan pangan, menurut
fisikopsikologik berupa tanggapan atau kesan pribadi seorang penguji mutu dan hanya
dapat diukur secara langsung dengan penilaian organoleptik, beberapa sifat yang bisa
diuji secara organoleptik diantaranya yaitu sifat visual, bau, rasa dan tekstural.
Sifat organoleptik yang pertama kali diuji adalah warna, pada susu kental manis
yang dihasilkan memiliki warna putih agak kekuningan akibat adanya kandungan
40
lemak dalam susu. Meskipun memiliki warna yang cukup baik namun dibandingkan
dengan produk komersial warna dari susu yang dihasilkan lebih pucat dibandingkan
produk komersial karena dalam produk komersial biasanya ditambahkan bahan – bahan
Selanjutnya diuji cita rasa yang dihasilkan, dan dari susu kental manis yang
dibuat pada saat praktikum memiliki cita rasa yang sangat disukai oleh panelis, rasa
manisnya pas dan rasa susu yang diharapkan masih sangat terasa karena dalam
pembuatannya tidak menggunakan bahan tambahan lain hanya susu segar dan gula
sedangkan dalam produk SKM komersial diberikan tambahan lemak nabati yang akan
Aroma yang dimiliki oleh susu kental manis yang dibuat lebih baik
dibandingkan dengan produk komersial, yaitu beraroma susu dan juga ada aroma
seperti karamel akibat pemanasan gula dan susu karena dalam pembuatannya
menggunakan susu dan gula tanpa tambahan bahan pangan lain yang dapat merubah
Kekentalan dari susu yang dibuat pada praktikum sebenarnya sudah cukup
kental namun tidak sekental produk SKM komersial. Menurut Fajarwati (2017)
menjelaskan bahwa tingkat viskositas dari susu kental manis sangat dipengaruhi oleh
bahan baku yang digunakan, bahan tambahan yang digunakan, serta cara pengolahan
yang digunakan. Produk SKM komersial pada umumnya diberikan berbagai bahan
SKM, selain itu salah satu bahan yang digunakan pada produk SKM komersial adalah
maltodekstrin yang memiliki sifat sebagai pengental sehingga susu yang dihasilkan
IV
KESIMPULAN
disimpulkan, bahwa:
1) Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya simpan
dari susu adalah dengan mengolahnya menjadi susu kental manis yaitu
cukup baik dalam segi rasa dan aroma namun dalam kekentalan dan warna
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2011. Syarat Mutu Susu Kental Manis.
SNI 2971 : 2011.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2011. Syarat Mutu Susu Sapi Segar. SNI
3141.1 : 2011.
Xu, Xi-Lin, Guang-Li F., Hong-Wei L., Xiao-Feng L., Guang-lel Z., and Xing-
Long X. 2014. Isolation, Identification and Control of Osmophilic
Spoilage Yeast in Sweetened Condensed Milk. African Journal of
Microbiology Research Vol 8 No. 10 : 1032 – 1039.
43
KARAMEL
44
PENDAHULUAN
Susu adalah cairan berwarna putih yang disekresikan oleh kelenjar mamae
(ambing) pada semua binatang mamalia. Susu merupakan produk yang di hasilkan
oleh sapi perah yang mempunyai kandungan nutrisi lengkap. Namun susu adalah
produk yang kurang tahan lama. Seiring dengan perkembangan zaman dan
teknologi, susu tidak hanya dikonsumsi secara langsung dalam keadaan segar.
Masyarakat menuntut agar tidak hanya dapat mengonsumsi susu dalam keadaan
cair namun dapat diolah dengan menambahkan bahan lain agar bentuknya
Salah satu produk olahan susu yaitu karamel susu. Karamel susu
merupakan salah satu produk olahan susu yang dibuat dengan menggumpalkan
dan beraroma serta berasa khas. Karamel adalah gula bakar yang tidak bertekstur,
karamel pada prinsipnya yaitu penguapan air yang ada di dalam susu segar dengan
viskositas, dan lemak dari karamel. Selain itu pengaruh lain dari pemanasan tinggi
adalah tebentuknya warna coklat karena terjadi reaksi antara protein dan gula.
Pada praktikum ini, dilakukan pengolahan susu menjadi karamel untuk dapat
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan proses yang berlangsunga dalam
pengolahannya.
45
dibuat.
II
2.1 Materi
zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat,
mineral, dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sebagai bahan pangan
susu dapat digunakan baik dalam bentuk aslinya sebagai satu kesatuan, maupun
dari bagian-bagiannya. Banyak jenis bahan makanan yang dapat dibuat dari bahan
baku susu. Salah satu produk diversifikasi dari susu adalah pembuatan karamel,
yang merupakan hasil dari karamelisasi yaitu reaksi antara gula dengan gula
(Muchtadi, 1992).
Karamel adalah produk bahan pangan yang dibuat dari susu cari dengan
bahan tambahan makanan yang diizinkan atau tanpa penambahan bahan tambahan
makanan lain dan berbentuk semi padat. Karamel merupakan sejenis permen yang
dibuat menggunakan bahan dasar susu. Susu yang digunakan untuk pembuatan
rendah (Buckle dkk., 1987). Adapun syarat mutu daru karamel itu sendiri, sebagai
berikut :
47
2.2 Metode
2.2.1 Alat
2) Wajan
2.2.2 Bahan
3) 20 gram glukosa
III
3.2 Pembahasan
merupakan sejenis yang dibuat dengan menggunakan bahan dasar susu. Karamel
dengan citarasa susu dan merupakan kembang gula yang terdiri dari gula amorf,
menjadi bentuk amorf yang berwarna cokelat. Larutan gula dalam susu
dipanaskan sampai seluruh air menguap sehingga cairan yang ada pada akhirnya
adalah cairan gula yang lebur. Titik lebur sukrosa adalah 160°C. Apabila keadaan
ini telah tercapai dan terus dipanaskan sampai suhunya melampaui titik leburnya,
maka mulailah terjadi bentuk amorf yang berwarna cokelat dan terbentuklah
susu sapi hingga menguap. Selanjutnya masukkan gula pasir sebanyak 200 gram
dan 20 gram glukosa lalu aduk hingga mengental. Setelah mengental, adonan
sebagai bahan pengisi (bulking properties). Pada tahap awal pemasakan gula yang
kecoklatan. Warna tersebut terbentuk karena adanya pemanasan gula pasir dan
susu sehingga terjadi proses karamelisasi. Pemanasan susu dan gula juga
menyebabkan air menguap sehingga cairan yang ada pada akhirnya adalah cairan
gula yang lebur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno (1997), bahwa apabila
susu terus dipanaskan sampai suhunya melampaui titik leburnya, maka mulailah
Aroma yang dihasilkan pada karamel yaitu aroma susu khas karamel serta
rasa manis karamel susu. Rasa dan aroma yang khas timbul karena terjadinya
reaksi antara protein susu dan gula pada waktu proses pemanasan. Aroma dan rasa
karamel yang khas juga akibat dari sejumlah hasil fragmentasi dan dehidrasi gula,
termasuk diasetil, asam asetat, asam format. Selain itu, aroma yang khas dan enak
dari karamel susu tersebut juga timbul sebagai hasil dekomposisi lemak susu pada
Karamel yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut dan lunak (chewy).
Hal ini disebabkan karena adanya peranan gula yang dapat memberikan tekstur
yang diharapkan. Selain itu juga, tekstur karamel tersebut juga dipengaruhi oleh
jenis susu yang digunakan yaitu susu cair, konsistensi karamel yang dipengaruhi
oleh jumlah gula pasir yang digunakan dan mengalami proses karamelisasi
(Charley dan Weaver, 1998). Adapun menurut Buckle dkk. (1987), menyatakan
200 gram dalam 1 Liter susu segar untuk pembuatan karamel susu pada praktikum
kali ini merupakan konsentrasi gula yang tinggi karena diperoleh tekstur yang
lunak.
beda. Rendemenyang didapat dapat diketahui dari berat karamel yang diperoleh.
Kelompok kami membuat karamel susu dengan berat sebesar 347 gram. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh banyaknya bahan yang terbuang pada saat proses
nilai yang kecil disebabkan oleh lamanya proses pengentalan susu sehingga susu
menjadi lebih sedikit dari setengah volume awal atau disebabkan oleh banyaknya
adonan yang menempel pada wajan sehingga adonan mengeras dan tidak dapat
IV
KESIMPULAN
disimpulkan, bahwa:
DAFTAR PUSTAKA
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2008. Syarat Kembang Gula Lunak (SNI
3547.2-2008). Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
54
MENTEGA
55
PENDAHULUAN
Mentega (butter) yaitu suatu massa dari lemak susu yang dihasilkan
penumbukkan (churning) kepala susu (cream) atau susu penuh (whole milk).
dapat dibuat dengan bahan baku susu penuh. Cream untuk pembuatan
1) Sweet Cream Butter, yaitu mentega yang dibuat dari cream yang tidak
2) Ripened Crean Butter, yaitu mentega yang dibuat dari cream yang
dengan baik.
II
2.1 Materi
Definisi susu segar mengacu pada SNI 01-3141-2011 (BSN, 2011) adalah cairan
yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan
yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambahkan sesuatu apapun
dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali pendinginan. Susu yang digunakan untuk
pembuatan mentega harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu pertama berasal dari
ternak yang sehat, kedua susu yang ditangani dan disimpan pada kondisi yang bersih dan
suhu rendah, dan bau tidak enak yang berkembang saat susu dihasilkan dapat pindah ke
mentega.
Krim adalah bagian dari susu yang kaya akan lemak, yang timbul ke bagian atas
dari susu pada waktu didiamkan atau dipisahkan dengan alat pemisah sentrifugal
(centrifugal separator). Kandungan lemak dalam krim dapat bervariasi tergantung pada
penggunaan selanjutnya.
Definisi mentega mengacu pada SNI 01-3744-1995 (BSN, 1995) adalah produk
berbentuk padat lunak yang dibuat dari lemak atau krim susu atau campurannya, dengan
atau tanpa penambahan garam (NaCl) atau bahan makanan yang diizinkan. Mentega
umumnya dibuat dari lemak hewani. Jenis bahan pangan ini merupakan emulsi fase air
yang berada dalam fase minyak (water in oil). Air dan minyak merupakan cairan yang
tidak saling berbaur karena memiliki berat jenis yang berbeda. Untuk menjaga agar
butiran minyak tetap tersuspensi di dalam air pada mentega diperlukan suatu zat
pengemulsi atau emulsifier. Zat gizi yang terdapat pada mentega selain vitamin A , D, E
dan K, juga terdapat zat besi, fosfor, natrium, kalium serta omega-3 dan omega-6.
58
2.2 Metode
2) Garam meja
3) Es batu
5) Gelas ukur
6) Alat pengulian
7) Alumunium foil
8) Timbangan
2) Lakukan pencucian, bila “butter milk” atau serum susu telah terpisah
aluminium foil.
59
III
Rendemen mentega = ⁄
= ⁄
= 2,78 %
No. Analisis Hasil
1. Rasa Agak asin
2. Warna Putih pucat agak kekuningan
3. Tekstur Lembut, tidak terlalu lembek
4. Aroma Khas mentega
5. Penampakan Agak menarik
3.2 Pembahasan
secara simultan dengan total 729 gram dapat menghasilkan 90 gram mentega dan
1 liter butter milk, sehingga didapat rendemen mentega sebanyak 2,78%. Dari
analisis tekstur, mentega yang dibuat sudah cukup kompak namun tetap lembut.
Hal tersebut diakibatkan dari proses churning atau pengocokkan yang kuat dan
cepat, sehingga mentega cepat terbentuk, kemudian globula lemak yang terjadi
pada mentega akan lebih besar dan menyebabkan perubahan fasa mentega lebih
cepat menjadi padat. Proses churning secara mekanik film protein di sekeliling
60
pemecahan emulsi minyak dalam air (o/w) dengan pengocokan (Winarno, 1997).
dingin, hal ini ditujukan untuk menghilangkan rasa asam dan protein sebanyak
menghilangkan sisa air, membuat gumpalan lemak, agar garam terbagi rata dan
mengeluarkan sisa susu tumbuk. Bakal mentega ini dibungkus dengan aluminium
foil agar tidak terkena panas, cahaya, oksigen, yang dapat mempengaruhi proses
ketengikan pada lemak juga agar bentuknya tidak berubah. Ketengikan terjadi
diakibatkan oleh adanya proses oksidasi oleh oksigen terhadap asam lemak tidak
jenuh dalam lemak yang terjadi pada suhu kamar atau saat proses pengolahan
1986).
61
IV
KESIMPULAN
disimpulkan, bahwa:
2) Didapat mentega dengan volume 90 gram dan butter milk 1 liter dari 250
DAFTAR PUSTAKA
Ketaren S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
63
TAHU SUSU
DAN
KERUPUK SUSU
64
PENDAHULUAN
bernilai gizi tinggi. Kandungan gizi yang tinggi ini menjadi media yang
baik bagi pertumbuhan mikroba, sehingga susu bersifat mudah rusak dan
rakyat berdampak pada rendahnya harga jual, untuk mengatasi hal itu
susu, selain dapat memperpanjang masa simpan juga dapat menambah nilai
Susu dapat diolah menjadi beberapa produk seperti tahu susu dan
kerupuk susu. Tahu susu merupakan suatu massa atau gumpalan yang
Pembuatan tahu susu dan kerupuk susu cukuplah mudah dan tidak
terlalu membutuhkan bahan yang sulit untuk dicari sehingga dapat dengan
mudah diterapkan oleh peternak atau industri rumah tangga skala kecil,
65
tahu susu dan kerupuk susu dengan cara yang baik dan benar.
1) Mengetahui cara membuat tahu susu dan kerupuk susu yang baik dan benar.
2) Mengetahui mutu fisik tahu susu dan kerupuk susu dengan uji organoleptik
66
II
2.1 Materi
Susu dikenal sebagai bahan pangan yang sangat dibutuhkan oleh manusia,
karena susu mengandung air di dalamnya, protein, karbohidrat, lemak, mineral, enzim–
enzim, gas serta vitamin A, C, D, dalam jumlah yang memadai. Produk susu diolah
menjadi beraneka ragam pangan, seperti diolah menjadi tahu susu dan kerupuk susu
(Almatsier, 2002). Kerupuk dan tahu susu dibuat dengan memanfaatkan susu
berkualitas rendah dan susu pecah. Umumnya, susu yang sudah tidak segar telah
memiliki rasa yang asam dan aroma menyimpang karena adanya kontaminasi mikroba
(tidak patogen) yang biasanya akan segera dibuang. Namun, pada fase ini sebenarnya
susu masih dapat diolah menjadi tahu susu dengan menambahkan rennet atau asam
Tahu merupakan pangan olahan yang sangat digemari masyarakat Indonesia dan
menjadi konsumsi masyarakat luas, baik sebagai lauk maupun makanan ringan, pada
umumnya tahu terbuat dari ekstrak protein kedelai yang telah digumpalkan dengan asam,
ion kalsium, atau bahan penggumpal lainnya. Seiring perkembangan teknologi pangan,
tahu diolah dengan memanfaatkan bahan dasar Susu sapi sehingga menghasilkan produk
olahan tahu susu. Tahu Susu merupakan produk olahan susu sapi yang memungkinkan
dikembangkan dengan diversifikasi sumber bahan dan hasil olahan tahu susu seperti
kerupuk tahu susu dan keju muda (Nurhidajah dan Suyanto, 2012).
Prinsip pembuatan tahu susu adalah penggumpalan protein susu dengan bahan
pengumpal alami ataupun buatan. Salah satu sifat susu adalah dapat digumpalkan,
penggumpalan dapat disebabkan oleh kegiatan enzim atau dengan penambahan asam.
67
berada pada titik isoelektrik yaitu pada pH 4,6. Aktifitas partikel pada air mengalami
penurunan pada titik isoelektrik tersebut oleh karena itu akan terjadi penggumpalan
adalah asam yang berasal dari whey yang telah mengalami fermentasi alami (Rahayu,
2013). Tahu yang menggunakan koagulan asam asetat mempunyai kekompakan yang
Kerupuk merupakan produk makanan kering yang populer yang telah lama
dikenal masyarakat Indonesia. Kerupuk yang biasanya beredar di pasaran hanya dibuat
dari tepung terigu dan tepung tapioka yang diberi bumbu-bumbu dan digoreng.
protein yang rendah. Protein sangat dibutuhkan oleh tubuh berkaitan dengan fungsinya
sebagai zat pembangun dan Fe sangat diperlukan untuk pembentukan sel-sel darah
merah sehingga tubuh terhindar dari penyakit anemia. Karna kandungan protein yang
rendah pada kerupuk maka perlu adanya penambahan protein yang tinggi. Sumber
protein hewani yang tinggi diantaranya yaitu susu. Penggunaan susu sebagai bahan
yang berimbas pada peningkatan nilai ekonomi produk kerupuk (Saputro, 2012).
ke dalam campuran tapioka bersama bumbu dan garam sampai adonan kalis. Adonan
dibentuk bulat lonjong, direbus atau dikukus hingga matang. Setelah dingin, gumpalan
diiris tipis dan dijemur. Setelah kering dikemas plastik atau digoreng kemudian
dikemas plastik.
68
2.2 Metode
2) Wajan/katel
4) Thermometer
6) Cetakan
7) Pisau
8) Susu
9) Asam asetat
11) Bumbu
dilakukan pengadukan.
adonan yang sudah mengental, lalu tambahkan sisa tepung tapioka dan
III
= 1006 ml
Pengamatan Hasil
Waktu Pengumpalan 30”.00’.20
Cairan whey (ml) 850 ml
Curd (gram) 68 gram
Berat adonan kerupuk susu (gram) 800 gram
Rendemen tahu susu =
= 84,49 %
Organoleptik Skala
Warna 4
Aroma 4
Rasa 3
Keterangan
Sangat suka : 5
Suka :4
Agak suka :3
Netral :2
Tidak suka :1
3.2 Pembahasan
Salah satu sifat susu adalah dapat menggumpal, hal inilah yang menjadi
dapat disebabkan oleh penambahan asam, yang dalam praktikum ini adalah
penambahan asam asetat sebanyak 6 ml, menurut Larassati (2017), jumlah asam
71
gumpalan menjadi tidak kompak dan apabila kurang tidak akan menggumpal.
partikel kasein berada pada titik isoelektrik yaitu pada pH 4,6. Aktifitas partikel
pada air mengalami penurunan pada titik isoelektrik dan terjadi proses
pembuatan tahu susu ini memakan waktu selama 30 menit, lamanya waktu yan
Menurut Nurhidajah dan Suyanto (2012) suhu yang digunakan pada proses
penggumpalan tahu susu ini adalah antara 65-72°C, maksud dari suhu yang
digunakan tersebut adalah karena pada suhu seperti itu adalah tepat yaitu pada
saat titik isoelektrik dari susu tersebut dan jika suhu yang digunakan lebih dari
72°C maka titik isoelektrik akan lambat dan akibatnya penggumpalan akan tidak
sempurna hal ini disebabkan terjadinya kerusakan protein apabila suhu yang
Rendemen dari produk tahu susu ini adalah bernilai 84,49%, menurut
Nurhidajah dan Suyanto (2012) nilai rendemen pada tahu susu dipengaruhi oleh
Kerupuk susu merupakan hasil pengolahan lanjutan dari produk tahu susu.
Warna, aroma, dan rasa merupakan faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian
dalam pembuatan kerupuk. Rasa merupakan kriteria penting dalam menilai suatu
produk pangan yang banyak melibatkan indera pengecap yaitu lidah. Menurut
72
Winarno (1997), rasa sangat dipengaruhi oleh senyawa kimia, suhu, konsistensi,
vitamin, dan banyak komponen lainnya. Bau yang berasal dari susu dapat terbawa
sampai pada produk olahannya. Uji organoleptik merupakan hasil reaksi fisiologis
proses pengukusan. Kandungan protein pada susu dan karbohidrat pada tepung
terigu memiliki sifat akan berubah menjadi kecoklatan atau bersifat browning jika
terkena panas, hal ini sesuai dengan warna kerupuk hasil penggorengan pada
praktikum pembuatan kerupuk susu ini. Kerupuk susu yang telah digoreng
berwarna kecoklatan dengan nilai uji hedonik empat atau disukai oleh panelis.
Aroma dari kerupuk susu ini masih sedikit beraroma susu yang berasal
dari bahan dasar kerupuk itu sendiri yaitu susu dan memiliki nilai hedonik empat
atau disukai oleh panelis, sedangkan untuk rasa nilai hedonik yang diperoleh
adalah tiga, yang berarti bahwa rasa dari kerupuk susu ini adalah agak disukai
oleh panelis.
73
IV
KESIMPULAN
disimpulkan, bahwa:
1) Susu dapat diolah menjadi berbagai produk seperti tahu susu dan kerupuk
susu. Proses pembuatan tahu susu dan kerupuk yang dilakukan sesuai
dengan prosedur akan menghasilkan produk yang baik dan dapat diterima
oleh panelis.
aroma 4 (suka) dan rasa 3 (agak suka) dan nilai rendemen untuk tahu susu
adalah 84,49%.
74
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Buckle, K. A, R.A. Edward, G.H. Fleek dan W. Wotten. 1987. Ilmu Pangan. UI
Press: Jakarta.
Larassati, D. P. 2017. Pengaruh Substitusi Susu Kambing pada Susu Kedelai dan
Konsentrasi Asam Asetat terhadap Sifat Kimia dan Sensori Tahu Susu.
Universitas Lampung: Bandar Lampung.
Nurhidajah dan A. Suyanto. 2012. Kadar Kalsium dan Sifat Organoleptik Tahu Susu
dengan Variasi Jenis Bahan Penggumpal. Universitas Muhammadiyah:
Semarang.
Soeparno, 1992. Prinsip Kimia dan Teknologi Susu. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
MAYONAISE
76
PENDAHULUAN
sumber protein hewani yang umum dikonsumsi bagi masyarakat. Selain rasanya
yang lezat dan gurih, telur mengandung kandungan nutrisi yang baik bagi
kesehatan manusia seperti protein dengan asam amino yang lengkap, lemak, dan
yang terbuat dari telur semakin beragam. Salah satu olahan makanan yang terbuat
makanan seperti salad, burger, sosis bakar, dll. Mayones juga sudah banyak
rasa, tekstur, dan kualitas dari mayoes yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu
diketahui proses pembuatan mayones yang baik dan benar agar menghasilkan
II
2.1 Materi
distabilkan oleh lesitin (semacam lemak) dari kuning telur rasa minyak nabati dalam
mayonnaise tidak terasa meskipun mayonnaise terbuat dari sebagian besar minyak
nabati. Hal ini dikarenakan setiap molekul minyak dikelilingi oleh mikromolekul dari
sebagian kecil larutan asam. Pada produk mayonnaise bagian yang terdispersi adalah
minyak nabati, bagian yang mendispersi (media pendispersi) asam cuka atau perasan
jeruk nipis dan bagian pengemulsinya adalah kuning telur. Kuning telur merupakan
emulsifier yang sangat kuat (terdapat sejenis bahan yang memiliki tingkat kesukaan
terhadap air dan minyak sekaligus). Satu ujung molekul tersebut suka air dan ujung
yang lainnya suka minyak. Oleh karenanya bahan itu dapat dijadikan jembatan untuk
mencampurkan antara bahan lemak dan bahan air (Rusalim, M.M., dkk, 2017).
dari larutan asam sebagai medium pendispersi, kuning telur sebagai emulsifier, dan
minyak nabati sebagai medium terdispersi. Ketiga komponen utama dalam pembuatan
mayonnaise harus dalam keadaan seimbang. Hal ini perlu diperhatikan untuk
menghasilkan mayonnaise dengan kualitas yang baik dari segi organoleptik, tekstur,
viskositas, dan kestabilan emulsi. Salah satu indikator kualitas sifat fisik mayonnaise
adalah viskositas dan kestabilan emulsi. Viskositas suatu emulsi tidak hanya
78
dengan cuka, gula, garam, lada, mustard, dan kuning telur sebagai pengemulsi yang akan
stabilitas sistem emulsi setelah pencampuran, sehingga antara minyak nabati dan bahan
yang lain tidak terpisah. Pengemulsi yang tidak baik dan tidak seimbang dapat
menyebabkan emulsi yang diperoleh menjadi tidak stabil (Jaya, dkk., 2013).
terdiri atas dua fase yang tidak tercampur, tetapi cairan yang satu terdispersi dengan
baik dalam cairan yang lain dalam bentuk butiran (droplet/globula) dengan diameter
antara 0,01-50 μm. Fase yang berbentuk butiran disebut fase terdispersi atau fase
internal, sedangkan fase tempat cairan terdispersi disebut fase pendispersi (Nawar,
1985). Menurut Paul dan Palmer (1972), tipe emulsi yang terbentuk dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu emulsi minyak dalam air dimana minyak menjadi fase terdispersi
dan air menjadi fase pendispersi, serta emulsi air dalam minyak dimana minyak
Pada pembentukan suatu sistem emulsi, cairan fase internal harus terdispersi
dengan sempurna dalam fase pendispersi, sehingga dibutuhkan suatu energi untuk
memperkecil partikel-partikel fase terdispersi dan memisahkan antara satu dengan yang
lainnya dalam sistem emulsi. Energi tersebut diperoleh dari alat pengadukan mekanis
seperti mixer, dan energi ini dinamakan emulsator. Besarnya energi yang diperlukan
tergantung dari tegangan permukaan antara kedua cairan tersebut. Semakin tinggi
dibutuhkan energi yang besar dan begitu pula sebaliknya (Paul dan Palmer, 1972).
79
Emulsi merupakan sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan dua hal untuk
membentuk emulsi yang stabil, yaitu penggunaan alat mekanis untuk mendispersikan
sistem dan penggunaan bahan pengemulsi atau penstabil untuk mempertahankan sistem
bertujuan meningkatkan viskositas fase kontinu agar emulsi yang terbentuk menjadi stabil
(Muchtadi, 1990). Penggunaan bahan pengemulsi pada mayonaise yaitu berupa kuning
telur, putih telur, dan telur utuh berpengaruh nyata terhadap uji organoleptik warna dan
kekentalan sedangkan untuk aroma dan rasa berpengaruh tidak nyata berbeda dengan kadar
lemak, viskositas, dan kestabilan emulsi hasilnya berpengaruh sangat nyata. Bahan
pengemulsi terbaik diperoleh pada perlakuan T2 yaitu kuning telur 25 ml (Rusalim, M.M.,
dkk, 2017). Berikut ini syarat mutu mayonnaise berdasarkan SNI 01-4473-1998:
III
Sifat Keterangan
Mayonaise
Organoleptik Skala Hedonik Skala Numerik
3.2 Pembahasan
pengemulsi. Akan tetapi pada raktikum kali ini digunakan putih telur sebagai
pada kuning telur dan putih telur berpengaruh nyata terhadap kualitas mayonaise
yang dihasilkan, hal ini sejalan dengan pendapat Rusalim, M.M., dkk (2017) yang
uji organoleptik warna dan kekentalan sedangkan untuk aroma dan rasa
berpengaruh tidak nyata berbeda dengan kadar lemak, viskositas, dan kestabilan
emulsi hasilnya berpengaruh sangat nyata. Selain itu, proses pencampuran bahan-
mayonaise pada praktikum ini menggunakan alat Pertama, kuning telur diaduk
hingga benar-benar mengembang hal ini dilakukan agar mayones yang dihasilkan
memiliki tekstur yang lembut dan daya kembang yang baik. Setelah itu baru
mayones dan menambah daya awet dari mayones itu sendiri. Setelah itu, minyak
keseluruhannya emulsi yang terbentuk tidak akan sempurna karena antara minyak
dan air tidak dapat disatukan oleh protein pada putih telur secara sempurna.
Claesson (1990) sebenarnya emulsi merupakan sistem yang tidak stabil, sehingga
dibutuhkan dua hal untuk membentuk emulsi yang stabil, yaitu penggunaan alat
skala numerik 5, yang berarti sangant disukai oleh panelis, pada pengujian
disebabkan karena bagian telur yang digunakan adalah putih telurnya sehingga
warna dari mayonaise yang dihasilkan putih bukan kuning karena putih telur tidak
83
memiliki pigmen berwarna kuning seperti kuning telur. Hal ini sesuai dengan
peneliatian yang dilakukan Rusalim, M.M., dkk (2017) yang menyatakaan bahwa
warna diantaranya pada kuning telur dan putih telur. Berdasarkan uji organoleptik
warna pada mayonaise hasil praktikum ini, mendapatkan skala 4 yang berarti
yang berarti pnelis bersika0p netral terhadap rasa dari mayonaise tersebut. Rasa
yang cukup asam disebabkan karena penggunaanperasan air jeruk nipis. Tekstur
yang lembut disebabkan karena emulsi terbentuk secara sempurna dan adonan
IV
KESIMPULAN
disimpulkan, bahwa:
memerlukan bahan pengemulsi berupa putih telur dan alat mekanik untuk
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional. 1998. Mutu Mayonnaise. Jakarta. (SNI 01-4473- 1998)
Depree, J.A.,and G.P. Savage. 2001. Physical and flavour stability of mayonnaise.
J.Trends in Food Sci and Tech.12 (5/6): 157 – 163.
Harrison L.J., and F.E. Cunningham. 1985. Factors influencing the quality of
mayonnaise. J.Food Quality. 8: 1 – 20.
Jaya, F., Amertaningtyas, D., dan Tistiana, H. 2013. Evaluasi mutu organoleptik
mayonnaise dengan bahan dasar minyak nabati dan kuning telur ayam
buras. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. 8 (1) : 30-34.
Paul, P. C., dan H. H. Palmer. 1972. Colloidal System and Emulsions. In: Paul, P.
C., dan H. H. Palmer (ed). Food Theory and Applications. John Wiley
and Sons, Inc., New York.
Rusalim. M.M., dkk. 2017. Analisis sifat fisik mayonnaise berbahan dasar putih
telur dan kuning telur dengan penambahan berbagai jenis minyak
nabati.J. Sains dan Teknologi Pangan no. 5(2). http://ojs.uho.ac.id diakses
pada tanggal 4 Desember pukul 5.30.
86
BROWNIES
KUKUS
87
PENDAHULUAN
Telur adalah bahan pangan hasil ternak yang yang mudah rusak karena
mengandung zat gizi yang dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme lain seperti
bakteri, yang dapat mengurangi daya simpannya. Ada banyak cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan cita rasa dan menambah variasi produk pangan.
Salah satu hasil pengolahan telur adalah brownies kukus. Brownies adalah
makanan yang dibuat dari campuran telur, tepung, mentega, gula, coklat dan
manis dan merupakan produk kue. Brownies yang berkualitas baik dibuat dengan
cara yang benar. Untuk mengetahui proses pembuatan brownies dan apa saja
II
2.1 Materi
cokelat kehitaman dan memiliki rasa khas cokelat. Olahan makanan yang
satu ini banyak digemari oleh masyarakat, baik dari kalangan anak-anak,
remaja, maupun orang tua dikarenakan dominan rasa cokelatnya yang lezat
dan teksturnya yang lembut. Brownies merupakan olahan kue yang berbahan
dasar tepung terigu. Tepung terigu merupakan tepung atau bubuk yang
dengan tepung yang lain yaitu kemampuannya untuk membentuk gluten pada
umumnya berupa margarin yang memiliki kandungan asam lemak jenuh berantai
macam yaitu brownies kukus dan brownies oven. Struktur dari brownies adalah
tekstur yang lembut, lembab dan menghasilkan flavor yang baik. Brownies
Bahan penyusun utamanya antara lain telur, lemak, gula, dan terigu.
cake yang menggunakan uap air panas bersuhu 100 oC (Sulistiyo, 1999).
2.2.1 Alat
2.2.2 Bahan
4) 1 sdm ovalet
5) 5 gram coklat
2.2.3 Prosedur
1) Putih telur dikocok 10 menit kemudian ditambah gula putih dan kuning
2) Tambahkan susu kental, coklat bubuk dan terigu dan dikocok dengan
III
3.2 Pembahasan
berbeda, brownies yang sudah dikukus memiliki tinggi 3,31 cm, ukuran tersebut
lebih tinggi 0.83 cm dibandingkan brownies yang belum dikukus. Hal tersebut
brownies digunakan bagian putih dan kuning telur yang berfungsi sebagai
pengempuk dan sekaligus sebagai pengeras produk. Telur juga berfungsi sebagai
pengemulsi disebabkan oleh gugus polar yang bersifat hidrofilik dapat berikatan
dengan air sedangkan gugus non polarnya dapat berikatan dengan lemak. Selain
92
itu, telur berperan dalam aerasi yaitu kemampuan menangkap udara saat adonan
ke dalam adonan akan membentuk gas CO2 yang terperangkap di dalam gluten
proses pengukusan antara lain gelatinisasi pati membentuk struktur jaringan yang
kokoh, koagulasi protein membentuk struktur yang lebih keras, penguapan zat
volatil, serta reaksi maillard dan hidrolisis yang menyebabkan perubahan flavor
tekanan turgor sel berkurang. Hal ini menyebabkan jaringan menjadi lunak.
Penarikan udara akan mendegradasi sebagian dinding sel sehingga jaringan lebih
IV
KESIMPULAN
disimpulkan, bahwa:
pengukusan.
DAFTAR PUSTAKA
Fennema, Owen R. 1996. Food Chemistry Third Edition. Marcel Dekker Inc.
New York.
Matz, S.A. (1992). Bakery Technology and Engineering, 3th Edition. Van
Nostrand Reinhold. Texas.
Sulistyo, J., 1999. Pengolahan Roti. PAU Pangan Gizi UGM, Yogyakarta.
95
TELUR
PINDANG
96
PENDAHULUAN
Telur merupakan salah satu bahan makanan yang mudah dicerna dan
banyak diminati masyarakat. Telur adalah bahan pangan yang memiliki nilai gizi
yang tinggi yaitu mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
Telur memiliki kekurangan yaitu mudah rusak yang dipengaruhi oleh keadaan
pengolahan telur seperti mayones, tepung telur, telur asin, abon telur, dan telur
pindang. Pengolahan telur yang paling mudah dan tidak membutuhkan waktu
penggaraman dan perebusan. Pembuatan telur pindang pada umumnya terdiri dari
daun salam, daun jambu biji, bawang merah dan garam. Bumbu-bumbu yang
yang menggunakan bahan pengawet protein yang akan terdenaturasi jika kontak
dengan bahan yang mengandung tanin antara lain kulit bawang merah, jambu biji,
dan air teh. Dengan tambahan bahan ini akan diperoleh warna telur kecoklatan
dan cita rasa yang khas. Pemindangan dapat membuat telur rebus lebih awet
daripada perebusan dengan air biasa. Daya simpan telur dengan cara atau metode
ini akan lebiih lama. Daya simpanannya bisa mencapai 30 hari atau lebih. Telur
97
sebagai bahan pengawet yang bersumber dari daun jambu biji. Telur pindang
II
2.1 Materi
Telur pindang adalah salah satu produk olahan yang prinsip proses
pembuatannya adalah pemindangan. Diantara putih telur dan kuning telur dibatasi
oleh suatu lapisan yang tipis yang disebut kalaza kuning telur tersimpan di bagian
pusat telur, berbentuk hampir seperti bola. Komposisi daging yang mendapat
Telur Pindang adalah sejenis masakan Tionghoa, yaitu olahan telur yang
kenampakan yang khas. Di daerah asalnya, telur pindang dijual sebagai makanan
ringan, telur yang masih setengah matang diretakkan kemudian direbus kembali
dalam teh dan bumbu-bumbu. Masakan ini biasanya dijual oleh pedagang kaki
lima atau pasar malam di kota-kota yang dihuni komunitas China di seluruh
dunia. Meskipun berasal dari China dan secara tradisional dihubungkan dengan
Telur pindang dikenal dengan nama Telur Teh di China dan sebagai
Marble Egg dalam bahasa Inggris. Penamaan tersebut disebabkan telur pindang
memiliki pola kecoklatan mirip marmer. Jenis telur yang digunakan biasanya
Cara lain untuk membuat telur pindang adalah dengan merebus telur
campuran teh berbumbu sambil terus direbus dengan api kecil selama beberapa
99
saat. Telur dan larutan dimasukkan ke dalam wadah kaca atau keramik untuk
direndam lebih lanjut. Cara ini membutuhkan waktu perendaman yang lebih
2.2.1 Bahan
1) Telur ras
2.2.2 Prosedur
1) Telur dicuci,
4) Masak sampai matang sambil telurnya dipecahkan sampai retak godok lagi
100
III
yang meliputi bawang merah, bawang putih, sereh, daun salam, dan garam
secukupnya. Warna merah pada kulit luar telur pindang dapat diperoleh
dengan mencampurkan kulit bawang merah ataupun daun jambu biji dalam
(Suprapti, 2002).
menjadi tiga perlakuan yaitu perebusan tanpa daun jambu biji dengan
peretakan kerabang dan perebusan dengan daun jambu biji tanpa peretakan
Semakin tinggi pemberian level daun jambu biji maka warna putih
telur bagian luar pada telur pindang akan semakin coklat. Hal ini
disebabkan adanya penetrasi daun jambu biji ke dalam telur melalui pori-
pori kulit telur secara difusi pada saat perebusan. Hal ini sesuai dengan
101
pendapat Maryati, dkk., (2008) bahwa tanin yang terkandung dalam daun
jambu biji akan bereaksi dengan protein yang terdapat kulit telur yang
IV
KESIMPULAN
disimpulkan, bahwa:
yang cukup serta memiliki aroma daun sereh walaupun warna telur tidak
kemerah-merahan.
103
DAFTAR PUSTAKA
Citra. 2014. Pengaruh Perebusan Telur dengan Daun Jambu Biji (Psidium
Guajava) terhadap Komposisi Kimia dan Mikrobia Telur Pindang.
Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Maryati, J. dan Karmila. 2008. Pemanfaatan Daun Jambu Biji (Psidium Guajava
L) sebagai Alternatif Pengawetan Telur Ayam Ras. Program Studi FMIPA
UNM. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Suprapti, L. M. 2002. Pengawetan Telur, Telur Asin Tepung Telur dan Telur
Beku. Kanisius.Yogyakarta.
104
TELUR ASIN
105
PENDAHULUAN
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang
lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan
harganya relatif murah. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur
berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya. Telur terdiri dari 13 %
protein, 12 % lemak, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada
bagian kuning telur. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang
dibutuhkan serta mineral seperti: besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B
kompleks. Sebagian protein dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Putih
telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis
protein dan sedikit karbohidrat. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah
Telur akan lebih bermanfaat bila direbus setengah matang dari pada
direbus matang atau dimakan mentah. Telur yang digoreng kering juga kurang
baik, karena protein telur mengalami denaturasi/rusak, berarti mutu protein akan
menurun. Macam-macam telur adalah : telur ayam (kampung dan ras), telur
bebek, puyuh dan lain-lain. Kualitas telur ditentukan oleh: 1) kualitas bagian
dalam (kekentalan putih dan kuning telur, posisi kuning telur, dan ada tidaknya
noda atau bintik darah pada putih atau kuning telur) dan 2) kualitas bagian luar
(bentuk dan warna kulit, permukaan telur, keutuhan, dan kebersihan kulit telur).
106
dari luar dan kerusakan yang baru dapat diketahui setelah telur pecah. Kerusakan
pertama berupa kerusakan alami (pecah, retak). Kerusakan lain adalah akibat
udara dalam isi telur keluar sehingga derajat keasaman naik. Sebab lain adalah
karena keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat berat telur turun serta
putih telur encer sehingga kesegaran telur merosot. Kerusakan telur dapat pula
disebabkan oleh masuknya mikroba ke dalam telur, yang terjadi ketika telur masih
berada dalam tubuh induknya. Kerusakan telur terutama disebabkan oleh kotoran
yang menempel pada kulit telur. Cara mengatasi dengan pencucian telur
sebenarnya hanya akan mempercepat kerusakan. Umumnya telur yang kotor akan
lebih awet daripada yang telah dicuci. Penurunan mutu telur sangat dipengaruhi
II
MATERI DAN METODE
2.1 Materi
oleh masyarakat. Dalam slogan empat sehat lima sempurna, antara lain
dikatakan bahwa telur merupakan lauk yang bergizi tinggi. Juga beberapa tahun
untuk bertanam sayur dan memelihara ayam sebagai sumber pangan di dalam
membuang rasa amis (terutama telur itik), dan menciptakan rasa yang khas.
Berdasarkan proses pengolahannya, telur asin dapat dibuat dengan cara merendam
merupakan campuran antara garam, abu gosok, serbuk bata merah, dan kadang-
pada karbohidrat dan rendah protein, khususnya protein hewani. Dominasi kalori
2,3%, demikian juga buah dan sayur hanya 2,3%. Pola demikian dalam jangka
panjang tidak menguntungkan baik dari segi kesehatan dan daya tahan tubuh.
bahwa makan asal kenyang tanpa memperhatikan kebutuhan zat gizi yang
memang diperlukan oleh tubuh. Rendahnya konsumsi protein hewani, buah, dan
sayur antara lain disebabkan oleh pendapatan yang terbatas, dan harga ikan, daging,
telur atau buah yang relatif lebih mahal daripada beras. Di antara sumber protein
telur asin sampai 6 minggu. Penggunaan ekstrak daun teh bertujuan agar zat tanin
yang terkandung dalam daun teh dapat menutupi pori-pori kulit telur serta
memberikan warna coklat muda yang menarik dan bau telur asin yang dihasilkan
sebagaimana bahan pangan lain, yaitu mudah rusak dan busuk. Oleh karena itu
bahan pangan ini memerlukan penanganan yang cermat sejak dari pengambilan
paling mudah dan sering dilakukan oleh masyarakat adalah dengan cara
pengasinan atau pembuatan telur asin. Namun demikian, ada sebuah fakta yang
tidak banyak diketahui oleh masyarakat pada umumnya, bahwasanya pada proses
sebagaimana kondisi awal telur sebelum diolah. Sebagai contoh, jika sampai
terjadi kerusakan lemak atau minyak saat proses pengawetan, maka telur tersebut
2.2.1 Alat
1) Panci
2) Baskom
2.2.2 Bahan
1) Telur 10 butir
2) Abu gosok
3) Garam
2.2.3 Prosedur
2) Membuat adonan abu gosok : garam (1:1) dengan pemberian air sampai
III
Keterangan:
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat suka 5
Suka 4
Agak suka 3
Netral 2
Tidak suka 1
111
3.2 Pembahasan
adonan abu gosok. Proses pemeraman dilakukan selama 7 dan 14 hari, hal ini
sesuai dengan pernyataan Sukendra (1976), untuk menghasilkan telur asin yang
ayam yang lebih tipis jika dibandingkan kulit telur bebek membuat garam lebih
mudah masuk ke dalam telur ayam jika dibandingkan ke dalam telur bebek,
sehingga untuk telur ayam seharusnya perlu menggunakan waktu selama yang
warna, aroma dan rasa. Rasa yang di dapat dari telur asin hasil praktikum tidak
kalah bila dibandingkan dengan komersil. Rasa asin hasil praktikum belum
IV
KESIMPULAN
disimpulkan, bahwa:
1) Telur ditutupi dengan campuran abu gosok dan garam kemudian proses
pengasinan.
warna, aroma dan rasa. Rasa yang di dapat dari telur asin hasil praktikum
tidak kalah bila dibandingkan dengan komersil. Rasa asin hasil praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Kautsar I. 2005. Pengaruh Lama Perendaman dalam Larutan Asam Asetat 7% dan
Lama Perendaman Terhadap Beberapa Karakteristik Telur Asin.[Skripsi].
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Sahroni. 2003. Sifat Telur. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sampurno, A., Haslina, dan R. Murtanti. 2002. Peningkatan Nilai Nutrisi dan
Citarasa Pindang Telur melalui teknik Inkubasi. Universitas Semarang,
Semarang. Dalam Sainteks IX (2) : 142-154.
Sukendra L. 1976. Pengaruh cara pengasinan telur bebek (Muscovy sp) dengan
Menggunakan Adonan Campuran Garam dan Bata Terhadap Mutu Telur
Asin Selama Penyimpanan. [Skripsi]. Fakultas Mekanisasi
dan Teknologi Hasil Pertanian-IPB, Bogor.