Maternitas Kelompok
Maternitas Kelompok
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pertukaran gas melalui plasenta digantikan oleh aktifnya fungsi paru untuk
bernafas.
2. Saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan.
3. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak terpakai lagi oleh tubuh
untuk mempertahankan haesmostasis kimia darah.
4. Hati berfungsi untuk menetralisir dan mengsekresi bahan racun yang tidak
diperlukan badan.
5. Sistem imunologi berfungsi untuk mencegah infeksi.
6. Sistem kardio vaskuler serta endokrin bayi menyesuaikan diri dengan
perubahan fungsi organ tersebut diatas. Selain itu pengaruh kehamilan dan proses
persalinan mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan mortalitas.
Menurut Prawirohardjo (2010) setelah persalinan, setelah bayi lahir harus dilakukan
penilaian sebagai berikut : apakah kehamilannya cukup bulan, apakah air ketuban cukup
jernih dan tidak terkontaminasi mekonium, apakah bayi bernafas adekuat atau menangis,
apakah tonus otot bayi baik. Apabila semua pertanyaan di atas dijawab dengan “ya”
lakukan perawatan rutin yaitu : memberikan kehangatan, membuka/membersihkan jalan
nafas, mengeringkan dan menilai warna.
Nilai APGAR diukur pada menit pertama dan kelima setelah kelahiran. Pengukuran pada
menit pertama digunakan untuk menilai bagaimana ketahanan bayi melewati proses
persalinan. Pengukuran pada menit kelima menggambarkan sebaik apa bayi dapat
bertahan setelah keluar dari rahim ibu. Pengukuran nilai APGAR dilakukan untuk menilai
apakah bayi membutuhkan bantuan nafas atau mengalami kelainan jantung
(Prawirohardjo, 2010).
Menurut Novita (2011) nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5
menit sesudah bayi lahir. Akan tetapi, penilaian bayi harus segera dimulai sesudah bayi
lahir. Apabila memerlukan intervensi berdasarkan penilaian pernafasan, denyut jantung
atau warna bayi, maka penilaian ini harus segera dilakukan. Nilai APGAR dapat
menolong dalam upaya penilaian keadaan bayi dan penilaian efektivitas upaya resusitasi.
Apabila nilai APGAR kurang dari 7 maka penilaian tambahan masih diperlukan yaitu 5
menit sampai 20 menit atau sampai dua kali penilaian menunjukan nilai 8 atau lebih.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting
yaitu pernafasan, denyut jantung, dan warna. Resusitasi yang efektif bertujuan
memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen, dan curah jantung yang cukup
untuk menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan alat vital lainnya (Novita, 2011).
2.3 Klasifikasi Nilai APGAR
Berdasarkan penilaian APGAR dapat diketahui derajat vitalis bayi adalah : kemampuan
sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup
bayi seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan reflek-reflek primitif seperti
mengisap dan mencari puting susu, salah satu menetapkan derajat vitalis dengan nilai
APGAR (IDAI, 1998)
Tabel 2.2. Derajat Vitalis Nilai APGAR Derajat Vitalis
Bayi Lahir Menurut Nilai
APGAR Klasifikasi
A 7 – 10
B 4–6
C 0–3
D 0
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung 100 x/menit, tonus otot buruk,
sianosis berat, dan terkadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernapas kembali.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit, tonus
otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
2. Faktor Plasenta
b) Solusio plasenta
c) Plasenta previa
3. Faktor Janin
a. Prematur
Bayi prematur adaah bayi lahir dari kehamilan antara 28 – 36 minggu. Bayi
lahir kurang bulan mempunyai organ-organ dan alat tubuh belum berfungsi
normal untuk bertahan hidup di luar rahim. Makin muda umur kehamilan,
fungsi organ tubuh bayi makin kurang sempurna, prognosis juga semakin
buruk. Karena masih belum berfungsinya organ-organ tubuh secara
sempurna seperti sistem pernafasan maka terjadilah asfiksia (DepKes RI,
2002).
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram. Menurut WHO (2003), BBLR dibagi tiga group yaitu
prematuritas, Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) dan karena
keduanya. BBLR sering digunakan sebagai indikator dari IUGR di negara
berkembang karena tidak tersedianya penilaian usia kehamilan yang valid.
BBLR ini berbeda dengan prematur karena BBLR diukur dari berat atau
massa, sedangkan prematur juga belum tentu BBLR kalau berat lahirnya di
atas 2500 gram. Namun dibanyak kasus kedua kondisi ini muncul bersamaan
karena penyebabnya saling berhubungan.
IUGR biasanya dinilai secara klinis ketika janin lahir dengan mengkaitkan
ukuran bayi yang baru lahir kedurasi kehamilan. Ukuran kecil untuk usia
kehamilan atau ketidakmampuan janin janin untuk mencapai potensi
pertumbuhan menunjukkan IUGR. Bayi dengan IUGR didiagnosis mungkin
BBLR usia kehamilan aterm (> 37 minggu kehamilan dan <2500 gram)
(ACC/SCN, 2000).
c. Gemeli
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan
ganda dapat memberikan resiko yang lebih tinggi terhadap ibu dan bayi.
Pertumbuhan janin kehamilan ganda tergantung dari faktor plasenta apakah
menjadi satu atau bagaimana lokalisasi implementasi plasentanya.
Memperhatikan kedua faktor tersebut, mungkin terdapat jantung salah satu
janin lebih kuat dari yang lainnya, sehingga janin mempunyai jantung yang
lemah mendapat nutrisi O2 yang kurang menyebabkan pertumbuhan
terhambat, terjadilah asfiksia neonatorum sampai kematian janin dalam
rahim (Manuaba I, 2007).
Gambar 2.4. Gemeli
e. Kelainan Congenital
4. Faktor Persalinan
a. Partus lama
Partus lama yaitu persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi,
dan lebih 18 jam pada multi. Partus lama masih merupakan masalah di
Indonesia. Bila persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi
baik terhadap ibu maupun pada bayi, dan dapat meningkatkan angka
kematian ibu dan bayi (Mochtar, 2004).
Pernapasan semakin lemah sampai akhirnya berhenti, dan bayi memasuki periode
apneu sekunder. Apneu sekunder yakni pada penderita asfiksia berat, yang mana
usaha bernapasnya tidak tampak dan selanjutnya bayi berada pada periode apneu
kedua. Pada keadaan tersebut akan ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan
darah serta penurunan kadar oksigen dalam darah. Bayi tidak bereaksi terhadap
rangsangan dan tidak menunjukan upaya bernapas secara spontan. Kematian akan
terjadi kecuali bila resusitasi dengan napas buatan dan pemberian oksigen segera
dimulai. Sulit sekali membedakan antara apneu primer dan sekunder, oleh
karenanya bila menghadapi bayi bayi lahir dengan apneu, anggaplah sebagai apneu
sekunder dan bersegera melakukan tindakan resusitasi (Novita, 2011).
Skor APGAR adalah suatu metode yang dipakai untuk memeriksa keadaan bayi yang
baru lahir. Skor APGAR ditemukan oleh dr. Virginia Apgar pada tahun 1952 untuk
menilai status klinis bayi yang baru lahir pada usia 1 menit dan menilai kebutuhan
intervensi segera untuk merangsang pernafasan. Dr. Apgar kemudian menerbitkan
penelitian lanjutan yang mencakup lebih banyak pasien.
Pada tahun 1961, dr. Joseph Butterfield memperkenalkan bentuk mnemonic dari APGAR
untuk memudahkan sejawat mengingat komponen dari Skor APGAR.
Skor APGAR dihitung pada menit ke-1 dan ke-5 untuk semua bayi, kemudian dilanjutkan setiap
5 menit sampai menit ke-20 untuk bayi dengan skor APGAR kurang dari 7.
Skor APGAR menghitung kuantitas dari tanda-tanda klinis depresi neonatal, seperti sianosis
atau muka pucat, bradikardia, depresi refleks respon terhadap stimulus, hipotonus, dan apnu
atau respirasi yang terganggu.
Skor APGAR tidak dipakai untuk menilai mortalitas seorang bayi dan tidak dapat digunakan
untuk menilai kesehatan atau keadaan neurologis bayi di masa mendatang.
1. Warna Kulit
2. Denyut Jantung
4. Tonus Otot
5. Pernafasan
Nilai terbaik adalah 10. Skor 7, 8 dan 9 adalah normal, bayi dapat dikatakan sehat.
Skor 10 sangat jarang didapat karena sebagian besar bayi yang baru lahir akan
kehilangan 1 poin dari komponen warna kulit.
Sebagian besar bayi yang baru lahir akan mempunyai warna kulit kebiruan pada tangan
dan kaki.
Oksigen dan pembersihan jalur nafas. Pembersihan jalur nafas dapat dilakukan dengan
menggunakan bulb syringe. Penyedotan dilakukan melalui mulut terlebih dahulu, kemudian
hidung. Urutan ini dipakai untuk mencegah bayi menghirup cairan sekresi.
Stimulasi fisik untuk membantu mendapatkan detak jantung yang normal
Skor APGAR dan Resusitasi
Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Neonatal Resucitation Program, Skor APGAR
berguna untuk memperoleh informasi mengenai status klinis bayi yang baru lahir secara umum
dan respon bayi terhadap resusitasi.
Namun, resusitasi harus diinisiasi sebelum penentuan Skor APGAR pada menit ke-1. Oleh
karena itu Skor APGAR tidak bisa digunakan untuk menentukan kebutuhan resusitasi inisial,
tahapan resusitasi yang diperlukan ataupun kapan resusitasi diperlukan.
Untuk menentukan kebutuhan resusitasi pada bayi yang baru lahir, digunakan Neonatal
Resuscitation Algorithm. Persiapan dimulai dari sebelum bayi lahir yakni dengan menilai resiko
perinatal.
Tiga komponen ini dinilai dalam 30 detik pertama kelahiran bayi. Jika bayi membutuhkan
resusitasi, skop APGAR digunakan untuk kemudian menilai respon bayi terhadap resusitasi.
Pedoman dari Neonatal Resuscitation Program menyatakan bahwa jika Skor APGAR dibawah 7
setelah menit ke-5 maka penilaian dengan Skor APGAR diulang setiap 5 menit sampai menit
ke-20.
Skor APGAR yang menetap di angka 0 setelah menit ke-10, dapat menjadi pertimbangan untuk
melanjutkan atau menghentikan resusitasi. Sangat sedikit bayi dengan Skor APGAR 0 setelah
menit ke-10 dapat bertahan hidup tanpa kelainan neurologis.
Pedoman Neonatal Resuscitation Program tahun 2011 menyatakan jika dapat dikonfirmasi
bahwa tidak ada denyut jantung setelah paling tidak 10 menit maka resusitasi dapat dihentikan.
Laporan dari Neonatal Encephalopathy and Neurologic Outcome menyatakan bahwa Skor
APGAR 7-10 pada menit ke-5 sebagai keadaan yang meyakinkan, skor 4-6 sebagai keadaan
yang tidak normal, skor 0-3 sebagai keadaan yang buruk bagi bayi yang aterm maupun late-
preterm.
Skor APGAR adalah penilaian mengenai kondisi bayi yang baru lahir pada suatu waktu tertentu
dan memiliki beberapa komponen yang bersifat subjektif.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi penilaian Skor APGAR, seperti:
Komponen seperti tonus otot, warna kulit, dan refleks bersifat subjektif dan sebagian
bergantung pada maturitas fisiologis dari bayi tersebut. Bayi pre-term yang sehat tanpa tanda-
tanda asfiksia bisa memiliki Skor APGAR yang rendah hanya karena usia kelahiran yang belum
cukup (immaturity).
Skor APGAR tidak bisa dijadikan satu-satunya patokan untuk menentukan keadaan asfiksia
pada bayi yang baru lahir. Asfiksia adalah suatu istilah yang menggambarkan proses dengan
beragam derajat keparahan dan durasi daripada sebuah titik akhir. Oleh karena itu asfiksia
kurang tepat jika digunakan pada momen kelahiran jika tidak disertai dengan hasil tes
laboratorium yang menyatakan adanya kelainan intrapartum yang spesifik.
Untuk menentukan keadaan asfiksia, selain Skor APGAR, diperlukan juga hasil dari
pemantauan abnormalitas pada umbilical arterial blood gas, fungsi klinis sistem serebral, hasil
dari neuroimaging, neonatal electroencephalography, patologi plasenta, hasil tes hematologi,
dan indikasi adanya disfungsi multisistem organ.
Ketika bayi yang baru lahir memiliki Skor APGAR kurang dari atau sama dengan 5 pada menit
ke-5 maka sample dari umbilical arterial blood gas sebaiknya diambil. Uji patologi untuk
plasenta juga sebaiknya dilakukan.
Penilaian APGAR SKOR, jika bayi bernafas megap-megap atau lemah maka segera lakukan
tindakan resusitasi bayi baru lahir.
Nilai
Tanda 0 1 2
Denyut jantung(pulse) Tidak ada Lambat < 100 >100
Usaha Lambat, tidak Menangis dengan
Tidak ada
nafas(respisration) teratur keras
Fleksi pada
Tonus otot(activity) Lemah Gerakan aktif
ekstremitas
Kepekaan
Tidak ada Merintih Menangis kuat
reflek(gremace)
Tubuh merah
Seluruhnya merah
Warna(apperence) Biru pucat muda,
muda
ekstremitas biru
Klasifikasi :
PENGKAJIAN
Tanggal dan waktu pengkajian : 7 November 2012 pukul 09.10 WIB,Pengumpulan data
dengan observasi secara langsung dan medical report bayi.
Identitas Bayi
Nama : By Ny. W
No RM : 355629
Umur : 27 tahun
Pendidikan : SD
Kebangsaan :Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Agama : islam
Umur : 32 tahun
Pendidikan :SD
Kebangsaan :Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
a) Prenatal
b) Intranatal
Bayi Ny.W lahir tanggal 7 November 2012 jam 08.24WIB masa gestasi 37 minggu status
gestasi G3P2A0 bayi dilahirkan secara spontan dibantu oleh dokter tempat melahirkan di RSUD
SRAGEN
c) Post natal
APGAR score 7-9-10 jenis kelamin perempuan, BB= 2850 gr, PB = 45cm, LK=32cm,
LD=31cm air ketuban jernih, tali pusat masih basah dan rapuh.
Nilai APGAR
Jumlah 7 9 10
PEMERIKSAAN FISIK
1.TTV
Suhu : 37o C
Respirasi : 44 x/mnt
2.Kepala
3.Mata
4.Hidung
Palatum : Normal
-moro: reflek kejutan dibagian extermitas atas atau bawah (ada respon)
-graspy: ada reflek genggam extermitas atas dan bawah (ada reflek)
-Rooting: menunjukan reflek seperti mencari putting susu(Ibu belum menyusui bayi)
-sucking: menunjukan reflek hisap yang kuat(ada,namun masih belum kuat,belum terlatih)
6.Telinga
7.Leher
8.Dada
9.Mamae
Putting : ada
10.Abdomen
11.Punggung,Pinggul,dan Bokong
12.Genetalia
Pergerakan : Baik
14.Kaki
Pergerakan : baik
15.Badan
Aktivitas : Baik
Lanugo : Ada
Tekstur : Halus
Pemeriksaan data penunjang tanggal 7-11-2012 jam 08.30 hasil tanggal 7-11-2012 jam 13.05
DATA HASIL NILAI NORMAL
Hematologi
Indek eritrosit
Lekosit
34.3 26-34
Trombosit
15.30 6-17.5
RDW-CV
258 150-450
MPV
14.9 11.5-14.5
Neutrofil
8.1 7.2-11.1
MXD
32.3 40-74
Limfosit
10.1 4-18
Masa pembekuan/CT
57.6 19-48
Masa perdarahan/BT
1.30 1-3
Golongan darah
2.00 1-6
GDS
B
71 30-60
DATA FOKUS
DS: Bayi Ny.W lahir tanggal 7 November 2012 jam 08.24WIB masa gestasi 37 minggu status
gestasi G3P2A0 bayi dilahirkan secara spontan dibantu oleh dokter tempat melahirkan di RSUD
SRAGEN
DO:
APGAR score 7-9-10 jenis kelamin perempuan, BB= 2850 gr, PB = 45cm, LK=32cm,
LD=31cm air ketuban jernih, tali pusat masih basah dan rapuh. Kesadaran : compos
mentis,.Keadaan umum : cukup baik sucking: menunjukan reflek hisap yang kuat(ada,namun
masih belum kuat,belum terlatih),Ibu belum menyusui, DJA: 144 x/mnt,Suhu: 37 C,Respirasi:
44 x/mnt
ANALISIS DATA
R=44x/menit N=144x/menit
PB=45cm LK=32cm
N=144x/menit
-Berat badan
meningkat 15 gr/hr
-Turgor elastis.
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan Mengontrol Infeksi :
tindakan keperawatan
b/d kurangnya selama 3X 24 jam, 1. Bersihkan box / incubator setelah
pertahanan imunologis, pasien diharapkan dipakai bayi lain
faktor lingkungan dan terhindar dari tanda dan
tali pusat masih basah 2 Pertahankan teknik isolasi bagi
gejala infeksi dengan
bayi ber-penyakit menular
KH :
3.Batasi pengunjung
Status Imun :
9. mengukur TTV
Mencegah Infeksi
2 Batasi pengunjung
7 Kolaborasi:Berikan antibiotik
sesuai program
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DS:Bayi menangis
kuat
1 07-11-12 09.15 Meletakkan bayi di infarm DO:Bayi terlihat diam
warmer
DS:-
1 07-11-12 09.2O Memantau hasil AGD bayi DO:tampak AGD pada
bayi 71mgdl
DS:-
3 07-11-12 09.25 Memandikan bayi , melakukan DO:bayi sudah mulai
tindakan asertif dan melakukan bergerak
perawatan tali pusat aktif,menangis saat
dimandikan
DS:-
1,3 07-11-12 09.40 Memberikan injeksi vitamin k DO:bayi tampak
1mg dan menangis dengasn
keras
ampicillin 150mg/12jam
DS:-
DS:-
2 07-11-12 10.00 Melakukan tindakan asertif DO: bayi tampak
sebelum memegang bayi belum terlalu kuat
(memberikan minum susu 60 cc) mengedot dengan
botol
DS:-
3 07-11-12 11.00 Menganti popok dan gedong bayi DO:bayi tampak BAK
dan BAB,bayi
menangis.
DS:-
1,3 07-11-12 12.30 Megukur TTV DO: S=37,2C
R=44x/menit
N=144x/menit
DS:-
2,3 07-11-12 13.00 Melakukan tindakan asertif DO:bayi masih belum
sebelum memegang bayi kuat menyedot susu
(memberikan minum susu 40 dalam botol,ibu dan
cc),memberikan pengarahan kpd ayah bayi terlihat
keluarga pasien untuk melakukan mengangguk
tindakan asertif sebelum
meemegang bayi DS:ibu dan ayah bayi
berkata memahami
3 07-11-12 14.00 Menganti popok dan gedong DO:bayi tampak
menangis
DS:-
3 07-11-12 15.45 Memandikan bayi dan melakukan DO:bayi bergerak
perawatan tali pusat aktif,menangis dan tali
pusar masih basah.
DS:-
1 07-11-12 15.55 Memakaikan baju,popok dan DO: bayi terlihat
mengedong pada bayi nyaman
DS:-
2 07-11-12 16.15 Memberikan minum susu (40 cc) DO:bayi terlihat
menyedot dengan
kencang
DS:-
\1 07-11-12 18.00 Menganti popok dan gedong bayi DO: bayi tampak
tertidur dan bayi BAK
DS:-
2 07-11-12 19.00 Memberikan minum susu (40 cc) DO: bayi terlihat
hanya menghabiskan
20cc saja
DS:-
1,3 07-11-12 20.00 Memberikan injeksi ampicillin DO: bayi menangis
150 mg
DS:-
1,2,3 07-11-12 20.45 Menganti popok dan gedong bayi DO: bayi tampak
dan mengkaji kesiapan ibu untuk BAB,ibu terlihat
menyusui memegang
payudaranya
DS :-
3 08-11-12 07.10 Menganti popok dan gedong dan DO: bayi bergerak
memonitor tanda-tanda infeksi aktif saat diganti
popok dan
gedongnya,tidak ada
tanda-tanda infeksi
DS:-
1 08-11-12 07.15 Memanasi bayi dengan sinar DO:bayi terlihat
matahari,memberi pemahaman nyaman,
untuk pembatasan pengunjung
DS:keluarga
mengamati memahami
apa yg dikatakan
perawat
2 08-11-12 08.00 Menimbang bayi DO:berat badan bayi
2850 gram
DS:-
3 08-11-12 08.10 Memandikan dan merawat tali DO:bayi menangis,tali
pusat pusat masih agak
basah
DS:-
1,3 08-11-12 08.20 Menginjeksi ampicillin 150 mg DO:bayi terlihat
menangis dengan
keras
DS:-
1 08-11-12 08.30 Memakaikan baju,popok dan DO: bayi tidak
gedong bayi menangis,bayi tampak
hangat dan nyaman.
DS:-
2 08-11-12 08.45 Memberikan minum susu (60 cc) DO: bayi membuka
mata dan mengedot
dengan kuat.
DS:-
1,3 08-11-12 11.30 Mengukur TTV DO: N:14Ox/menit
R:40x/menit
S: 37,1OC
DS:-
2 08-11-12 12.15 Memberikan minum susu (40 cc) DO: bayi tampak
tertidur dan
menghabiskan susunya
3 08-11-12 13.45 Menganti gedong dan popok bayi DO:bayi tampak BAK
dan BAB
DS:-
1 09-11-12 07.00 Memanasi bayi dengan sinar DO:bayi tampak
matahari tertidur dengan
nyenyak
DS:-
3 09-11-12 07.20 Menganti popok dan baju bayi DO: bayi terlihat
menangis dan BAK
DS:-
2 09-11-12 Menimbang berat badan bayi DO:tampak berat
badan bayi turun
menjadi 2800 gram
DS:-
3 09-11-12 Memandikan dan merawat tali DO:bayi aktif bergerak
pusar dan tali pusar sudah
kering
DS:-
1,3 09-11-12 Melakukan injeksi ampicillin 150 DO:bayi tampak
mg menangis
DS:-
1 09-11-12 Memakaikan baju,popok dan DO:bayi tampak
gedong bayi. hangat dan tidak
menangis.
DS:-
2 09-11-12 Memberikan minum asi (60 cc) DO:bayi terlihat tidur
dan menghisap putting
susu ibu dengan kuat
DS:-
1,3 09-11-12 Mengukur TTV DO: N:140x/menit
R:40x/menit
S:37,10C
DS:-
3 09-11-12 Menganti popok dan gedong bayi DO:bayi tampak
menangis
DS:-
2 09-11-12 Memberikan minum asi (40 cc) DO:bayi menyedot
dengan kuat
DS:-
EVALUASI KEPERAWATAN
S :-
O : Suhu tubuh bayi dalam batas normal tidak terdapat tanda-tanda hipotermi
N :140X/menit
S :37,10C
R:40x/menit
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
S :-
P : lanjutkan intervensi
S :-
O : Tidak ada tanda-tanda infeksi,tidak ada renbesan,flebitus,tidak ada oedema, tali pusat sudah
mulai mengering.
P : Lanjutkan Intervensi