Anda di halaman 1dari 99

TINJAUAN ANALISIS SISTEM PEMBERIAN KREDIT PADA

KOPERASI BUDAYA PRIMA

HAQI FADILLAH

PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI


DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN KARYA ILMIAH INI ADALAH KARYA


SENDIRI DAN BELUM DIAJUKAN DALAM BENTUK APAPUN KEPADA
PERGURUAN TINGGI MANAPUN. SUMBER INFORMASI YANG
BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN DARI
PENULIS LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM TEKS DAN
DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA DI BAGIAN AKHIR
LAPORAN INI.

Bogor, Juni 2011

Haqi Fadillah
J3N108158
ABSTRAK

HAQI FADILLAH. Tinjauan Analisis Sistem Pemberian Kredit pada Koperasi


Budaya Prima. Dibimbing oleh MADSARI
Sistem tidak dapat dipisahkan dari suatu unit usaha organisasi. Sistem yang
dirancang dan dijalankan dengan baik begitu pula pengendalian intern yang
diterapkan mencerminkan kualitas organisasi dalam mengelola usahanya.
Penelitian ini mengambil objek unit usaha Koperasi Budaya Prima yang
terdiri dari: penjualan non tunai, pinjaman insidentil dan pinjaman jangka
panjang. Hipotesis dari penelitian ini bahwa Koperasi Budaya Prima menerapkan
sistem yang sangat baik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi literatur, wawancara, dan observasi lapangan.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
untuk koperasi kecil seperti Koperasi Budaya Prima sistem yang diterapkan pada
pemberian pinjaman dan penjualan kebutuhan bahan pokok sudah dapat dikatakan
baik. Dari sistem pengendalian intern pada Koperasi Budaya Prima terjalin
dengan baik. Dan juga ketentuan dan persyaratannya pun tidaklah sulit sehingga
hal ini benar-benar membantu anggota yang rata-rata adalah para pensiunan Bank
Bumi Daya.

Kata Kunci: Sistem, Pengendalian Intern, Kredit

ABSTRACT

HAQI FADILLAH. Analysis Observation of Credit Gift System at Koperasi


Budaya Prima. Chaired by MADSARI
System can’t be separated from an organization business unit. System
which designed and managed well and also with good internal control can
reflection a quality of organization in managing their business.
This research took object business unit’s Koperasi Budaya Prima that consist
of: non cash sales, incidental loan, and long term loan. Hypothesis of this
research is Koperasi Budaya Prima apply has a very well system. The method
which used in this research are literature study, interview, and observation.
According to the result of data analysis, it can be concluded that for little
cooperation like Koperasi Budaya Prima system which applied to gift loan and the
basic requirement sales already can be said well. From internal control system to
Koperasi Budaya Prima tied well. And also about its certainty and regulation are
not difficult so that it can help members which most of them are pensions of Bank
Bumi Daya.

Key words: System, Internal Control, Credit


RINGKASAN

HAQI FADILLAH. Tinjauan Analisis Sistem Pemberian Kredit pada Koperasi


Budaya Prima. Dibimbing oleh MADSARI
Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang
beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan
masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada; dengan bekerja
sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi
kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.
Sistem adalah sekelompok unsur yang saling berhubungan satu dengan yang
lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu unit organisasi—dalam hal ini
koperasi—dapat dikatakan baik apabila memiliki sistem dan prosedur yang baik
dalam menjalankan kegiatan usahanya. Tidak hanya itu, suatu unit organisasi pun
perlu menerapkan suatu pengendalian. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan yang mungkin dilakukan baik dari sisi intern maupun
ekstern.
Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1) Mengetahui ketentuan dan syarat-
syarat pemberian kredit yang ditetapkan Koperasi Budaya Prima kepada
anggotanya; 2) Mengkaji sistem akuntansi pemberian kredit yang ditetapkan
Koperasi Budaya Prima kepada anggotanya yang dilihat dari: prosedur, fungsi
yang terkait, catatan akuntansi, serta dokumen-dokumen yang terkait; dan 3)
Mengkaji pengendalian intern yang diterapkan Koperasi Budaya Prima.
Metode yang digunakan dalam kajian penelitian ini terdiri dari: 1) Studi
Literatur, 2) Wawancara, dan 3) Observasi Lapangan.
Berdasarkan pengamatan dan hasil kajian mengenai sistem pengajuan
pinjaman dan penjualan non tunai yang dilakukan oleh penulis di Koperasi
Budaya Prima, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan berikut ini: 1)
Koperasi Budaya Prima telah memenuhi tujuan dari pembentukan koperasi
sendiri, yaitu untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan para anggotanya.
Koperasi Budaya Prima memberikan jasa pemberian pinjaman guna membantu
para anggotanya yang sedang kesulitan finansial. Ketentuan dan persyaratannya
pun tidaklah sulit sehingga hal ini benar-benar membantu anggota yang rata-rata
adalah para pensiunan Bank Bumi Daya; 2) Untuk koperasi kecil seperti Koperasi
Budaya Prima sistem yang diterapkan pada pemberian pinjaman dan penjualan
kebutuhan bahan pokok sudah dapat dikatakan baik. Masing-masing fungsi
memiliki tugas dari setiap prosedur unit usaha. Aliran dokumen ke setiap fungsi
berjalan dengan baik serta pengarsipan dokumen tersebut disesuaikan dengan
nama anggota masing-masing. Hal ini dapat mengurangi terjadinya kehilangan
dokumen sebagai bukti otentik timbulnya transaksi; dan 3) Sistem pengendalian
intern pada Koperasi Budaya Prima terjalin dengan baik. Untuk mengurangi
risiko kredit macet, pembayaran pinjaman dan penjualan dilakukan dengan
pemindahbukuan manfaat pensiun anggota yang berada di rekening Bank Mandiri
ke rekening Koperasi Budaya Prima setiap tanggal 25 bulan bersangkutan.
TINJAUAN ANALISIS SISTEM PEMBERIAN KREDIT
PADA KOPERASI BUDAYA PRIMA

HAQI FADILLAH

Laporan Praktik Kerja Lapangan


Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar A.Md.
pada
Program Diploma Keahlian Akuntansi

PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI


DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul : Tinjauan Analisis Sistem Pemberian Kredit pada
Koperasi Budaya Prima
Nama : Haqi Fadillah
NIM : J3N108158
Program Keahlian : Akuntansi

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Madsari, SE, MM
NIP : 19640225 198703 1 002

Mengetahui,

Direktur Program Diploma Koordinator Program Keahlian

Prof. Dr. Ir. M. Zairin Junior, M. Sc Drs. Iman Firmansyah, M. Si


NIP : 19590218 198601 1 001 NIP : 19620301 198803 1 001

Tanggal Lulus :
PRAKATA

Assalammu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Alloh SWT atas rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis mampu menyusun Tugas Akhir (TA) ini dengan
judul “Tinjauan Analisis Sistem Pemberian Pinjaman pada Koperasi Budaya
Prima”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan
Baginda Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabatnya, dan
terakhir kepada kita selaku pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulisan laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini disusun untuk memenuhi
salah satu persyaratan kelulusan dalam menyelesaikan pendidikan Program
Keahlian Akuntansi di Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor
(IPB) serta untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A. Md.).
Dalam menyusun TA ini banyak rintangan dan hambatan yang penulis
hadapi, namun semua itu dapat penulis lalui karena bantuan dari pihak-pihak yang
terlibat. Pada kesempatan kali ini izinkanlah penulis untuk memberikan
penghargaan yang setinggi-setingginya kepada:
1. Orang tua tercinta: H. Efendi Partasasmita dan Hj. Dedeh Siti Hadiah atas
segala doa dan semangat yang tidak pernah berhenti mengalir untuk penulis.
2. Madsari, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan sehingga penulis mampu menyelesaikan TA ini tepat
pada waktunya.
3. Seluruh dosen D3 Akuntansi IPB yang tidak lelah memberi semua ilmunya
kepada penulis.
4. Drs. Entjep Sukandar, BcAN, Pak Moelyono Ardi, Pak Syarif Hidayat, Pak
Sukarni, beserta seluruh pengurus Persatuan Pensiunan Bank Bumi Daya
dan Koperasi Budaya Prima yang telah memberikan banyak bantuannya
selama penulis melakukan PKL. Tidak ketinggalan juga semua anggota
Koperasi Budaya Prima.
5. Kedua kakakku: Mochammad Rizalah dan Citra Haerani yang mau
membantu dalam mengedit TA ini. Tidak lupa keponakan kecilku Nuzulla
Wadha Maritza.
6. Keempat sahabatku: Ahmad Fahmi Athaillah, Amelia Fitriani, Ayu Wahyuni
dan Rahma Hidayati.
7. Teman-teman PKL: Titin Setya Ning Tyas dan Eva Kipayatur Ramdaniyah
atas kebersamaannya selama PKL ini.
8. Terakhir untuk Reni Setiani Sujana, Musthafa El Kamil, dan seluruh
pejuang Akuntansi 45 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Tak ada gading yang tak retak. Mungkin pepatah itulah yang
menggambarkan TA ini. Segala masukan—baik itu kritik maupun saran—penulis
harapkan demi penyempurnaan TA ini. Akhir kata semoga TA ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bogor, Juni 2011

Haqi Fadillah
MOTTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN

“Belajar adalah sikap menantang segala ketidakmungkinan.


Ilmu yang tidak dikuasai akan menjelma dalam diri manusia menjadi sebuah
ketakutan.
Belajar dengan keras hanya bisa dilakukan oleh seorang yang bukan penakut.”
(Andrea Hirata)

“Kita tidak mesti menjadi sempurna tapi sebisa mungkin mendekati kebenaran.”
(Pak Syarif Hidayat—Koperasi Budaya Prima)

“Orang yang sukses adalah orang yang mampu melawan rasa malas dengan
semangat juang tinggi.”
(Haqi Fadillah)

Kupersembahkan karya ini untuk:


Papah, atas kebesaran jiwanya
Mamah, yang percaya bahwa saya adalah jimatnya
Aa dan Teteh, atas segala pertolongan
Malaikat dan keponakan kecilku
RIWAYAT HIDUP

Haqi Fadillah lahir di Bogor, 31 Mei 1990. Anak terakhir dari


tiga bersaudara dari pasangan H. Effendi Partasasmita dan Hj.
Dedeh Siti Hadiah ini menempuh pendidikan formal di SD
Cimanggu Kecil (1996-2002), SLTP Al-Ghozaly (2002-2005),
MA Negeri 2 Bogor (2005-2008) dan D3 Akuntansi IPB
(2008-2011).
Pada tahun 2010, penulis ditahbiskan menjadi Mahasiswa Terbaik Akuntansi
dalam ajang Diploma Awards 2010.
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiii


DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xv
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Tujuan................................................................................................. 3
1.3. Lokasi dan Waktu............................................................................... 3
1.4. Pengumpulan Data............................................................................. 3

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Koperasi............................................................................................. 5
2.1.1. Pengertian Koperasi............................................................... 5
2.1.2. Jenis Koperasi di Indonesia.................................................... 7
2.2. Kredit................................................................................................. 7
2.2.1. Pengertian Kredit................................................................... 7
2.2.2. Unsur-Unsur Kredit................................................................ 8
2.2.3. Tujuan Kredit......................................................................... 8
2.2.4. Prinsip-Prinsip Perkreditan.................................................... 9
2.3. Sistem Akuntansi................................................................................ 11
2.3.1. Pengertian Sistem dan Prosedur............................................. 11
2.3.2. Pengertian Akuntansi............................................................. 13
2.3.3. Sistem Akuntansi.................................................................... 13
2.4. Sistem Pengendalian Intern................................................................ 13
2.4.1. Unsur Sistem Pengendalian Intern......................................... 15
2.4.2. Perlunya Sistem Pengendalian Intern bagi Koperasi............. 17

III KERAGAAN KOPERASI BUDAYA PRIMA


3.1. Sejarah Singkat Koperasi Budaya Prima........................................... 18
3.1.1. Anggota Koperasi Budaya Prima........................................... 19

x
3.1.2. Modal Koperasi Budaya Prima.............................................. 19
3.2. Struktur Organisasi............................................................................. 20
3.3. Kegiatan Koperasi Budaya Prima...................................................... 24

IV TINJAUAN ANALISIS SISTEM PEMBERIAN KREDIT PADA


.KOPERASI BUDAYA PRIMA
4.1. Ketentuan Mengenai Pemberian Kredit............................................. 27
4.1.1. Jenis-Jenis Kredit Koperasi Budaya Prima............................ 27
4.1.2. Maksimum Plafon Kredit....................................................... 28
4.1.3. Biaya Provisi.......................................................................... 29
4.1.4. Agunan................................................................................... 29
4.1.5. Persyaratan Pengajuan Kredit................................................ 30
4.1.6. Ketentuan Mengenai Angsuran dan Bunga Kredit................. 31
4.2. Sistem dan Prosedur Pemberian Kredit.............................................. 34
4.2.1. Fungsi yang Terkait................................................................ 34
4.2.2. Dokumen yang digunakan...................................................... 36
4.2.3. Catatan Akuntansi.................................................................. 39
4.2.4. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Akuntansi
……………..Kredit..................................................................................... 40
4.2.5. Bagan Alir Sistem Akuntansi Kredit...................................... 45
4.3. Sistem Pengendalian Intern................................................................ 54
4.3.1. Struktur Organisasi................................................................. 54
4.3.2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan............................. 54
4.3.3. Praktik yang Sehat.................................................................. 55
4.3.4. Karyawan yang Mutunya Sesuai Tanggung Jawabnya.......... 56
4.4. Analisis............................................................................................... 56
4.4.1. Sistem Akuntansi Kredit........................................................ 56
4.4.2. Sistem Pengendalian Intern.................................................... 57
4.4.3. Keragaan Koperasi Budaya Prima......................................... 57
4.4.4. Umur Anggota........................................................................ 57
4.4.5. Kebijakan Koperasi Budaya Prima........................................ 58

xi
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan........................................................................................ 59
5.2. Saran................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

1 Tabel 1. Daftar Angsuran Pinjaman Jangka Panjang................................... 33


2 Tabel 2. Analisa Kredit................................................................................. 44

xiii
DAFTAR GAMBAR

1 Prosedur Pengajuan Kredit........................................................................... 12


2 Tujuan Pokok Sistem Pengendalian Intern.................................................. 14
3 Unsur Pokok Sistem Pengendalian Intern.................................................... 15
4 Lambang Koperasi Budaya Prima............................................................... 18
5 Struktur Organisasi Koperasi Budaya Prima............................................... 21
6 Simbol-Simbol Standar untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen................ 45
7 Bagan Alir Penjualan Non Tunai.................................................................. 46
8 Bagan Alir Penjualan Non Tunai (Lanjutan)................................................ 47
9 Bagan Alir Pinjaman Insidentil.................................................................... 48
10 Bagan Alir Pinjaman Insidentil (Lanjutan).................................................. 49
11 Bagan Alir Pinjaman Jangka Panjang.......................................................... 50
12 Bagan Alir Pinjaman Jangka Panjang (Lanjutan 1)..................................... 51
13 Bagan Alir Pinjaman Jangka Panjang (Lanjutan 2)..................................... 52
14 Bagan Alir Pinjaman Jangka Panjang (Lanjutan 3)..................................... 53
15 Bagan Alir Pinjaman Jangka Panjang (Lanjutan 4)..................................... 54

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

1 Nota Penjualan.............................................................................................. 63
2 Formulir Pengajuan Pinjaman Insidentil....................................................... 64
3 Surat Permohonan Pinjaman Jangka Panjang............................................... 65
4 Formulir Permohonan Kredit........................................................................ 66
5 Surat Persetujuan Suami/Istri/Ahli Waris..................................................... 67
6 Surat Pengajuan Permohonan Pinjaman Kepada Puskoppen........................ 68
7 Laporan Pemeriksaan Badan......................................................................... 69
8 Surat Persetujuan Pinjaman dari Puskoppen................................................. 74
9 Perjanjian Kredit antara KBP dan Puskoppen............................................... 75
10 Perjanjian Kredit antara KBP dan Anggota................................................... 79
11 Surat Pencairan Dana.................................................................................... 83
12 Tanda Bukti Pencairan.................................................................................. 84
13 Standing Order.............................................................................................. 85

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejak dilahirkan, manusia telah menghadapi masalah untuk bisa tetap hidup
dan akan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya dan untuk bisa mempertahankan kelangsungan
hidupnya manusia harus selalu berusaha. Hal ini disebabkan karena tidak
sesuainya jumlah barang dan jasa yang tersedia dibandingkan dengan jumlah
kebutuhan manusia. Manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang mereka
peroleh dan dengan apa yang telah mereka capai.
Jika semula untuk mempertahankan hidupnya seseorang bekerja
menghasilkan suatu barang untuk digunakan sendiri atau untuk keluarganya, maka
dalam perkembangannya, usaha manusia untuk mempertahankan hidupnya dan
untuk mencapai keinginannya itu bukan lagi sebagai individu, tetapi sebagai
anggota dari suatu kelompok dalam masyarakat, di mana mereka harus bekerja
sama dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya.
Berbagai cara telah digunakan manusia untuk memecahkan permasalahan
ekonomi yang mereka hadapi. Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa jika semula
dalam pemecahan kebutuhan hidupnya, manusia melakukannya secara individual,
maka dalam perkembangannya cara pemecahan masalah tentang pemenuhan
kebutuhan hidupnya itu manusia berusaha melakukannya secara bersama-sama
dan dalam perkembangannya lebih lanjut, cara-cara yang digunakan oleh
masyarakat untuk memecahkan permasalahan ekonomi yang mereka hadapi itu
berbeda-beda, seirama dengan berkembangnya zaman.
Salah satu cara yang digunakan oleh manusia untuk memecahkan
permasalahan ekonomi ialah dengan mendirikan koperasi. Koperasi merupakan
kumpulan orang dan bukan kumpulan modal. Koperasi harus betul-betul
mengabdi kepada kepentingan perikemanusiaan semata-mata dan bukan kepada
kebendaan. Kerja sama dalam koperasi didasarkan pada rasa persamaan derajat,
dan kesadaran para anggotanya. Koperasi merupakan wadah demokrasi ekonomi
2

dan sosial. Koperasi adalah milik bersama para anggota, pengurus maupun
pengelola. Usaha tersebut diatur sesuai dengan keinginan para anggota melalui
musyawarah rapat anggota.
Dalam menjalankan kegiatan usaha koperasi, koperasi dapat melaksanakan
kegiatan usaha simpan pinjam sebagai salah satu ataupun satu-satunya kegiatan
usaha yang dilakukannya. Kegiatan usaha simpan pinjam ini dilakukan dengan
menghimpun dana dari anggota koperasi, kemudian menyalurkan kembali dana
yang dihimpun tersebut kepada anggota koperasi bersangkutan atau menghimpun
dana dari koperasi lain dan/ atau anggotanya, kemudian menyalurkannya kembali
kepada koperasi lainnya tersebut dan/ atau anggotanya. Pengertian anggota
koperasi di sini adalah termasuk juga calon anggota yang memenuhi syarat.
Sedangkan yang menyangkut koperasi lain dan/ atau anggotanya, ketentuan yang
berlaku dilandasi oleh perjanjian kerja sama yang dilakukan oleh antar koperasi
bersangkutan. Artinya antar koperasi dapat melakukan kerja sama usaha dalam
usaha simpan pinjam, dengan jalan menghimpun dana dan menyalurkannya
kembali dari dan untuk mereka dan/ atau anggotanya. Namun demikian, sesuai
dengan ketentuan dalam undang-undang yang mengatur tentang Perbankan, usaha
simpan pinjam ini diatur secara khusus dalam undang-undang tersebut.
Koperasi Budaya Prima Bogor yang menjadi tempat Praktek Kerja Lapang
(PKL) penulis merupakan koperasi yang terbentuk dari perkumpulan pensiunan
Bank Bumi Daya. Selain usaha menyediakan kebutuhan bahan pokok (sembako)
untuk para anggotanya—baik penjualan dilakukan secara tunai maupun non tunai;
kegiatan utamanya ialah menyalurkan kredit berupa uang (modal) yang
dibutuhkan untuk para anggotanya.
Untuk mengetahui ketentuan apa saja yang ditetapkan dalam permohonan
kredit pada Koperasi Budaya Prima, bagaimana sistem pemberian kredit serta
sistem pengendalian intern yang ada di dalamnya, maka penulis mengkaji masalah
ini secara mendalam sebagai bahasan dalam Tugas Akhir (TA) penulis yang
berjudul “TINJAUAN ANALISIS SISTEM PEMBERIAN KREDIT PADA
KOPERASI BUDAYA PRIMA.”

1.2. Tujuan
3

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir (TA) adalah untuk mengkaji sistem
pemberian kredit oleh Koperasi Budaya Prima yang dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Mengetahui ketentuan dan syarat-syarat pemberian kredit yang ditetapkan
Koperasi Budaya Prima kepada anggotanya;
2. Mengkaji sistem akuntansi pemberian kredit yang ditetapkan Koperasi
Budaya Prima kepada anggotanya yang dilihat dari: prosedur, fungsi yang
terkait, catatan akuntansi, dan dokumen-dokumen yang terkait; dan
3. Mengkaji pengendalian intern yang diterapkan Koperasi Budaya Prima.

1.3. Lokasi dan Waktu


Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Koperasi Budaya Prima
Kota Bogor yang terletak di bilangan Jalan Kapten Muslihat No. 17, Bogor.
Waktu pelaksanaan PKL berlangsung selama dua bulan dari tanggal 8 Maret
hingga 29 April 2011.

1.4. Pengumpulan Data


1. Studi Literatur.
Teknik studi literatur dilakukan dengan kegiatan pengumpulan data berupa
dokumen, catatan akuntansi, arsip, keterangan dan informasi. Selain itu
mengumpulkan teori-teori dari buku-buku ilmiah, perundang-undangan dan
bahan-bahan tertulis lainnya yang relevan dengan penelitian.

2. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan dilaksanakan dengan cara pengamatan langsung
terhadap objek penelitian yang terdiri dari:
a. Wawancara
Wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan tanya jawab langsung kepada narasumber yang
berkompeten dengan menyiapkan daftar pertanyaan terstruktur yang
disiapkan oleh penulis. Dengan metode wawancara diharapkan dapat
diperoleh keterangan-keterangan yang dibutuhkan.

b. Observasi
4

Observasi dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara


sistematis segala kegiatan yang dilakukan di tempat praktik lapang.
Penulis mengamati dan mencatat kegiatan yang terjadi di koperasi
serta melibatkan diri dalam aktivitas koperasi di mana praktik kerja
dilaksanakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Koperasi
2.1.1. Pengertian Koperasi
Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata Latin
yaitu Cum yang berarti “dengan” dan Aperari yang berarti “bekerja”. Dari dua
kata ini, dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Co dan Operation, yang
dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah Cooperatieve Vereneging yang
berarti bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Kata CoOperation kemudian diangkat menjadi istilah ekonomi sebagai
Kooperasi yang dibakukan menjadi suatu bahasa ekonomi yang dikenal dengan
istilah Koperasi, yang berarti organisasi ekonomi dengan keanggotaan yang
sifatnya sukarela.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah suatu
perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau
badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota
menurut peraturan yang ada; dengan bekerja sama secara kekeluargaan
menjalankan suatu usaha, dengan tujuan mempertinggi kesejahteraan jasmaniah
para anggotanya (Nindo Pramono 1986 : 9 di dalam buku Sutyanta R 2000 : 2).
Di dalam Undang-Undang Koperasi Nomor 12 Tahun 1967 pada Pasal 3
dinyatakan bahwa Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang
berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang
merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Bagian Kesatu, dinyatakan
bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
6

Landasan Koperasi di Indonesia terdiri dari:


1. Landasan Idiil/Idiologi/Dasar adalah Pancasila.
2. Landasan Struktural UUD 45 Pasal 33 Ayat 1 yang berbunyi,
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan.”
3. Landasan Operasional adalah GBHN tentang arah pembangunan koperasi.
4. Landasan Mental adalah setia kawan dan kesadaran pribadi.

Koperasi Indonesia mempunyai ciri-ciri seperti berikut:


1. Koperasi ialah suatu badan usaha yang pada dasarnya untuk mencapai suatu
tujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomis. Oleh karena itu, koperasi
diberi peluang pula untuk bergerak di segala sektor perekonomian, di mana
saja, dengan mempertimbangkan kelayakan usaha.
2. Tujuannya harus berkaitan langsung dengan kepentingan anggota, untuk
meningkatkan usaha dan kesejahteraannya. Oleh karena itu, pengelolaan
usaha koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif dan efisien,
sehingga mampu mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan
nilai tambah dan manfaat sebesar-besarnya pada anggota.
3. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela tidak boleh dipaksakan oleh
siapapun dan bersifat terbuka, yang berarti tidak ada pembatasan atau
diskriminasi dalam bentuk apapun juga.
4. Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota
yang memegang serta melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
Karena pada dasarnya anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna
jasa koperasi.
5. Pembagian pendapatan atau Sisa Hasil Usaha (SHU) dalam koperasi
ditentukan berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota kepada koperasi
dan balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota adalah
terbatas. Artinya, tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar dan tidak
semata-mata didasarkan atas besarnya modal yang diberikan.
6. Koperasi berprinsip mandiri. Ini mengandung arti bahwa koperasi dapat
berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain, memiliki kebebasan yang
bertanggung jawab, memiliki otonomi, swadaya, berani
mempertanggungjawabkan perbuatan sendiri dan kemampuan mengelola
diri sendiri.
7

2.1.2. Jenis Koperasi di Indonesia


Dalam ketentuan Pasal 16 UU No. 25 Tahun 1992 dinyatakan bahwa jenis
koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi
anggotanya. Sedangkan dalam penjelasan pasal tersebut, mengenai jenis koperasi
ini diuraikan antara lain: Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Konsumen, Koperasi
Produsen, Koperasi Pemasaran, dan Koperasi Jasa. Untuk koperasi-koperasi yang
dibentuk oleh golongan fungsional, seperti pegawai negeri, anggota ABRI,
karyawan dan sebagainya, bukanlah merupakan suatu jenis koperasi tersendiri.

2.2. Kredit
2.2.1. Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa Yunani, credere, yang berarti kepercayaan.
Sementara itu, menurut Munir Fuady (2008 : 111) yang dimaksud dengan
perkreditan adalah suatu penyediaan uang atau yang dipersamakan dengannya,
yang didasari atas perjanjian pinjam-meminjam antara pihak kreditur (bank,
koperasi, perusahaan atau perorangan) dan pihak debitur (peminjam), yang
mewajibkan pihak debitur untuk melunasi hutangnya dalam jangka waktu
tertentu, di mana sebagai imbalan jasanya, kepada pihak kreditur (pemberi
pinjaman) diberikan hak untuk memberikan bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan selama masa kredit tersebut berlangsung.
Sedangkan menurut Pasal 1 UU No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank (atau
dalam hal ini koperasi) dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

2.2.2. Unsur-Unsur Kredit


1. Kepercayaan
8

Keyakinan pihak koperasi selaku pemberi kredit terhadap prestasi yang


diberikan kepada anggota untuk melunasi cicilan sesuai jangka waktu yang
telah ditentukan.

2. Jangka Waktu
Adanya jangka waktu yang telah disepakati bersama mengenai pemberian
kredit oleh pihak koperasi dan pelunasan kredit oleh pihak anggota.

3. Prestasi
Prestasi boleh dikatakan sebagai objek berupa bunga atau imbalan yang
telah disepakati koperasi dan anggota.

4. Risiko
Untuk menghindari risiko buruk dalam perjanjian kredit, diadakan
pengikatan agunan atau jaminan yang dibebankan pada pihak anggota atau
peminjam.

2.2.3. Tujuan Kredit


Berikut ini merupakan beberapa tujuan kredit:
a. Koperasi selaku pemberi kredit mendapatkan keuntungan berupa bunga,
biaya administrasi, imbalan, provisi, dan biaya-biaya lain yang dibebankan
pada nasabah debitur atau peminjam.
b. Usaha nasabah debitur atau anggota akan meningkat. Dengan pemberian
kredit investasi maupun kredit modal, peminjam diharapkan dapat
meningkatkan usahanya.
c. Banyaknya kredit yang disalurkan koperasi mampu meningkatkan
pelaksanaan pembangunan di sektor ekonomi. Dengan demikian,
pemberian kredit dapat membantu tugas pemerintah.

2.2.4. Prinsip-Prinsip Perkreditan


9

Di dalam pertimbangan pemberian kredit di lingkungan koperasi dapat


ditinjau dari prinsip-prinsip berikut ini:
1. Prinsip Kepercayaan
Karena kredit berarti kepercayaan, maka hal pemberian kredit—maupun
pembiayaan—haruslah ada kepercayaan dari kreditur bahwa dana tersebut
akan bermanfaat bagi debitur dan kepercayaan dari kreditur bahwa debitur
dapat mengembalikan dana tersebut.

2. Prinsip Kehati-hatian
Agar kredit atau pembiayaan tidak menjadi macet, maka dalam memberikan
kredit dan pembiayaan haruslah cukup kehati-hatian dari pihak kreditur
dengan menganalisis dan mempertimbangkan semua faktor yang relevan.
Untuk itu perlu dilakukan pengawasan terhadap suatu pemberian kredit.

3. Prinsip Sinkronisasi
Prinsip Sinkronisasi (matching) merupakan prinsip yang mengharuskan
adanya sinkronisasi antara pinjaman/pembiayaan dan asset/income dari
debitur. Misalnya, jangan diberikan kredit/pembiayaan jangka pendek untuk
keperluan investasi jangka panjang.

4. Prinsip Kesamaan Valuta


Dalam hal ini yang dimaksud adalah sedapat-dapatnya adanya kesamaan
antara jenis valuta untuk kredit/pembiayaan dan penggunaan dana tersebut,
sehingga risiko fluktuasi mata uang dapat dihindari.

5. Prinsip Perbandingan antara Pinjaman dan Modal


Dalam hal ini yang dimaksud adalah perbandingan antara pinjaman dan
modal dalam rasio wajar.

6. Prinsip Perbandingan antara Pinjaman dan Aset


Dalam hal ini yang dimaksud adalah perbandingan antara pinjaman dan aset
dalam rasio wajar.

Selain prinsip-prinsip tersebut ada lagi prinsip yang sangat umum diketahui,
yaitu Prinsip 5C:
1. Character (Kepribadian)
Karakter berarti bahwa para peminjam adalah orang-orang yang dapat
memegang teguh setiap perkataan mereka. Mereka harus memiliki
10

kejujuran dan dapat dipercaya. Pun mereka akan melakukan segala sesuatu
untuk membayar kembali pinjaman mereka baik hutang pokoknya maupun
bunganya.

2. Capacity (Kemampuan)
Kapasitas digunakan untuk mengukur keuangan dan sejarah seseorang
secara menyeluruh. Penilaian terhadap kapasitas ini dimaksudkan untuk
menilai sampai sejauh mana hasil usaha (kemampuan) yang akan
diperolehnya tersebut akan mampu untuk melunasi pinjamannya tepat waktu
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara pihak koperasi dan
pihak peminjam.

3. Capital (Modal)
Modal yang dimiliki oleh pengusaha di dalam perusahaannya sangatlah
penting. Untuk pertimbangan tersebut, para pejabat koperasi akan lebih
berkeyakinan untuk meminjamkan uangnya kepada orang-orang yang
mempunyai kekuatan keuangan yang cukup kuat dibandingkan dengan
mereka yang banyak berutang. Bila keuangan yang dimiliki mereka cukup
baik, akan memberikan gambaran kelangsungan usahanya untuk
berkelanjutan dan juga dapat menjaga dalam menghadapi masalah
keuangan.

4. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi)


Situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain yang
memengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat dalam kurun waktu
tertentu kemungkinan akan dapat memengaruhi kelancaran usaha dari
perusahaan (anggota) yang memperoleh pinjaman.

5. Collateral (Agunan)
Agunan atau jaminan kebendaan merupakan salah satu pengamanan untuk
pengembalian pinjaman bilamana pinjaman tersebut bermasalah dan macet.
Oleh karena itu, peminjam uang diminta untuk memberikan agunan atau
jaminan kebendaan atau melengkapinya dengan perlindungan tambahan
sebagai garansi untuk koperasi. Jika peminjam mengalami kesulitan dalam
membayar kembali pinjamannya, maka jaminan tersebut akan dijual dan
11

uang yang diperoleh dari hasil penjualan tersebut akan digunakan untuk
melunasi pinjamannya.

2.3. Sistem Akuntansi


2.3.1. Pengertian Sistem dan Prosedur
Sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari bagian atau komponen
baik fisik ataupun non fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja
sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu (Tim Dosen SIA 2009 :
11).
Menurut Mulyadi (2001 : 31), sistem pada dasarnya adalah sekelompok
unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama
untuk mencapai tujuan
Permohonan Calontertentu. Sistem diciptakan untuk menangani
Penelitian sesuatu yang
data oleh
berulang kaliDebitur
atau yang secara rutin terjadi. Bagian Kredit

Setiap sistem terdiri dari subsistem. Subsistem menjalankan peran yang


lebih terspesialisasi jika dibandingkan dengan peran sistemnya. Pada saat suatu
sistem menjadi pembahasan maka subsistem tersebut menjadi sistem dan di dalam
Dipertimbangkan
sistem ini terdapat subsistem yang
untuklebih DITOLAK
kecil, sedangkan sistem yang sebelumnya
Dilanjutkan
dimana subsistem yang kini menjadi sistem berada disebut sebagai supersistem.
Sistem terdiri dari jaringan prosedur. Prosedur adalah suatu urutan kegiatan
klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih,
yangKelengkapan Wawancara secara seragam transaksi
dibuat untuk menjamin penanganan Informasi perusahaan
Data
yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi 2001 : 5).

Pinjaman Setempat
ke Lokasi Anggota

Analisa
Kredit

DISETUJUI

Surat Persetujuan Perjanjian Pengikatan


Kredit Kredit Agunan/Jaminan
12

Gambar 1: Prosedur Pengajuan Kredit


Sumber: Entjep Sukandar, Modul Bank dan Lembaga Keuangan
2.3.2. Pengertian Akuntansi
Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran dengan
cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang
umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya (Sofyan
Syafri Harahap 2003 : 4 di dalam Abdul Hafiz Tanjung 2008 : 29).

2.3.3. Sistem Akuntansi


Setelah diuraikan pengertian sistem dan akuntansi secara umum, pengertian
dari sistem akuntansi sendiri adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang
dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan (Mulyadi
2001 : 3).

2.4. Sistem Pengendalian Intern


13

Di dalam sistem perlu adanya sistem pengendalian intern. Sistem


pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen. Definisi sistem pengendalian intern tersebut menekankan
tujuan yang hendak dicapai dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem
tersebut. Dengan demikian, pengertian pengendalian intern tersebut di atas
berlaku baik dalam perusahaan/organisasi yang mengolah informasinya secara
manual, dengan mesin pembukuan, ataupun dengan komputer.
Tujuan dari sistem pengendalian intern adalah:

Menjaga kekayaan
organisasi
Tujuan
Pengendalian
Intern Akuntansi
Mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi
Tujuan Pokok Sistem
Pengendalian Intern
Mendorong efisiensi
Tujuan
Pengendalian
Intern Akuntansi
Mendorong dipenuhinya
kebijakan manajemen

Gambar 2: Tujuan Pokok Sistem Pengendalian Intern


Sumber: Mulyadi, Sistem Akuntansi
14

1. Menjaga kekayaan perusahaan:


a. Penggunaan kekayaan perusahaan hanya melalui sistem otorisasi yang
telah ditetapkan; dan
b. Pertanggungjawaban kekayaan perusahaan yang dicatat dibandingkan
dengan kekayaan yang sesungguhnya ada.

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi:


a. Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan;
dan
b. Pencatatan transaksi yang terjadi dalam catatan akuntansi.

3. Mendorong efisiensi; dan


4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

2.4.1. Unsur Sistem Pengendalian Internal


Unsur pokok sistem pengendalian intern adalah:

Organisasi yang memisahkan


tanggung jawab dan wewenang
secara tegas

Sistem Otorisasi dan Prosedur


Pencatatan
Unsur Pokok Sistem
Pengendalian Intern

Praktik yang Sehat

Karyawan yang mutunya sesuai


dengan tanggung jawabnya

Gambar 3: Unsur Pokok Sistem Pengendalian Intern


15

Sumber: Mulyadi, Sistem Akuntansi

1. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi merupakan rerangka (framework) pembagian tanggung
jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tanggung
jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip
berikut ini:
a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi
akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang
untuk melaksanakan suatu kegiatan.
b. Setiap fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan semua tahap transaksi.

2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan


Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari
pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi
tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang
mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap
transaksi.

3. Praktik yang Sehat


Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur
pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika
tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam
pelaksanaannya. Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh
perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah:
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus
dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.
b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan mendadak
dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang
akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh
satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang
atau unit organisasi lain.
16

d. Perputaran jabatan (job rotation). Perputaran jabatan yang diadakan


secara rutin akan dapat menjaga indepedensi pejabat dalam
melaksanakan tugasnya.
e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.
f. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan
catatannya.

4. Karyawan yang Mutunya Sesuai Tanggung Jawabnya


Bagaimana pun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur
pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktik
yang sehat, semuanya tergantung pada manusia yang melaksanakannya.
2.4.2. Perlunya Sistem Pengendalian Intern bagi Koperasi
Sebagai organisasi di bidang ekonomi dan sosial, koperasi sangat rawan
terhadap risiko kerugian. Kerawanan tersebut dapat bersumber dari unsur intern
maupun ekstern.
1. Unsur-unsur intern.
a. Adanya sifat manusia yang curang, ambisi, malas, ceroboh, mau
menang sendiri, dan sekongkol;
b. Organisasi melibatkan banyak orang yang mempunyai karakter yang
berbeda, otoriter, demokratis, independen, dan sebagainya;
c. Harta kekayaan koperasi relatif besar nilainya sehingga perlu
diamankan; dan
d. Kegiatan usaha koperasi semakin kompleks sehingga perlu diatur
prosedur, pelaksanaan, dan otoritasnya secara baik.

2. Unsur-unsur ekstern
a. Adanya pihak-pihak atau oknum yang kurang menyukai kegiatan usaha
koperasi karena persaingan atau faktor-faktor lain; dan
b. Adanya kecenderungan dari oknum anggota koperasi yang ingin
mendahulukan kepentingannya antara lain dengan cara:
(1) Memanfaatkan celah-celah aturan yang lemah;
(2) Memanfaatkan kelemahan kepemimpinan koperasi; dan
(3) Memanfaatkan kelemahan manajemen koperasi.
BAB III
KERAGAAN KOPERASI BUDAYA PRIMA

3.1. Sejarah Singkat Koperasi Budaya Prima


Pada awal mulanya pada tahun 1995 dibentuk suatu perkumpulan para
pensiunan Bank Bumi Daya di Kota Bogor yang dinamakan Persatuan Pensiunan
Bank Bumi Daya (PP BBD). Perkumpulan yang pada awal pendiriannya
beranggotakan 20 orang tersebut bertujuan untuk mengikat tali silaturahim antar
sesama para pensiunan Bank Bumi Daya. Sejalan dengan perjalanan waktu,
timbul gagasan dari para anggota untuk mendirikan koperasi yang bertujuan guna
mensejahterakan para pensiunan Bank Bumi Daya Bogor. PP BBD menunjuk
anggotanya untuk menjadi pengurus dalam hal pembentukan koperasi yang
dilakukan di kantor notaris dengan Akta Pendirian No. 416/BH/KWK-
10/VIII/1997. Kemudian setelah itu mengajukan segala administrasi ke
Deperindakop (Departemen Perindustrian dan Koperasi) yang beralamat di Jalan
Dadali No. 4 Bogor untuk perizinan operasional koperasi. Tepat pada tanggal 20
Agustus 1997, koperasi yang kemudian diberi nama Koperasi Persatuan
Pensiunan Bank Bumi Daya Budaya Prima (yang selanjutnya disebut Koperasi
Budaya Prima) tersebut resmi dibentuk dengan anggota awal sebanyak 50 orang.
Koperasi Budaya Prima menggunakan lambang berupa gambar berbingkai
yang di dalamnya terdapat lambang Persatuan Pensiunan Bank Bumi Daya (huruf
PP) yang dihiasi setangkai padi bewarna kuning dan kapas bewarna putih; serta di
atasnya terdapat bintang bewarna kuning emas dengan warna dasar biru muda.

Gambar 4: Lambang Koperasi Budaya Prima


Sumber: Koperasi Budaya Prima
Pada tahun 2008, Koperasi Budaya Prima menorehkan prestasi yang sangat
membanggakan, yaitu ditahbiskan menjadi koperasi berprestasi se-Kota Bogor.
18

3.1.1. Anggota Koperasi Budaya Prima


Keanggotaan Koperasi Budaya Prima terdiri dari:
a. Anggota Biasa: Pensiunan eks Bank Bumi Daya yang berdomisili di
Kotamadaya dan Kabupaten Bogor.
b. Anggota Luar Biasa: Pegawai eks Bank Bumi Daya Cabang Bogor atau
yang pernah bekerja pada Bank Bumi Daya dan para pegawai Bank Bumi
Daya yang mengambil uang pensiunan secara langsung (tidak termasuk
dalam daftar pensiunan Bank Bumi Daya).

3.1.2. Modal Koperasi Budaya Prima


Modal Koperasi Budaya Prima berasal dari:
1. Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan pada
saat masuk menjadi anggota oleh setiap anggota kepada koperasi, yang
besarnya untuk masing-masing anggota adalah sama. Simpanan pokok ini
tidak dapat diambil kembali oleh anggota, selama yang bersangkutan masih
menjadi anggota koperasi. Simpanan pokok yang dibayarkan oleh setiap
anggota baru adalah sebesar Rp 200.000.
Mengenai cara penyerahan/penyetoran simpanan pokok dari anggota
kepada koperasi ini, dapat diatur di dalam setiap Anggaran Dasar ini, yaitu
dilakukan dengan cara diangsur. Hak anggota akan timbul setelah yang
bersangkutan memenuhi minimal 25% dari kewajibannya sebagai anggota.

2. Simpanan Wajib
Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang wajib
dibayar oleh setiap anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan
tertentu, yang nilainya setiap anggota tidaklah harus sama. Dengan
demikian anggota yang lebih mampu dari segi keuangan, dapat memberikan
lebih kepada koperasi dibanding anggota lainnya, sebagai simpanan
wajibnya. Simpanan wajib ini tidak dapat diambil kembali oleh anggota,
selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi tersebut.
Adapun simpanan wajib yang dibayarkan oleh anggota yang dibayarkan
setiap bulan adalah sebesar Rp 20.000.
19

3. Simpanan Sukarela
Di Koperasi Budaya Prima juga terdapat simpanan sukarela.
Simpanan sukarela adalah simpanan yang besarnya tidak ditentukan, tetapi
bergantung kepada kemampuan anggota. Simpanan sukarela dapat
disetorkan dan diambil setiap saat.

4. Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan
Sisa Hasil Usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan
untuk menutup kerugian koperasi jika diperlukan. Sehubungan dengan itu,
dana cadangan koperasi ini tidak boleh dibagikan kepada anggota, meskipun
terjadi pembubaran koperasi. Karena pada masa pembubaran ini, oleh
Penyelesai Pembubaran, dana cadangan tersebut dipakai untuk
menyelesaikan hutang-hutang koperasi, kerugian-kerugian koperasi, biaya-
biaya penyelesaian dan lain sebagainya.
Adapun dana cadangan yang disisihkan dari sisa hasil usaha—setelah
dikurangi dengan pajak—sesuai anggaran dasar koperasi adalah sebesar
25%. Selanjutnya sebesar 75% SHU didistibusikan untuk: 1) Anggota:
50%; 2) Pengurus: 7%; 3) Pengawas: 4%; 4) Pendidikan: 4%; 5)
Kesejahteraan Pegawai: 5%; 6) Pemerintahan Daerah: 2,5%; dan 7) Sosial:
2,5%.

3.2. Struktur Organisasi


Sebagai suatu badan usaha yang berstatus badan hukum (rechts persoon),
maka keberadaan koperasi diakui seperti manusia atau subjek hukum yang
memiliki kecakapan bertindak, memiliki wewenang untuk mempunyai dan
mencari harta kekayaan, serta dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum.
Sebagai suatu subjek hukum, koperasi merupakan subjek hukum abstrak
yang keberadaannya berdasar atas bentukan/rekayasa dari manusia, untuk
memenuhi kebutuhan itu sendiri dibidang ekonomi. Oleh karena koperasi
merupakan subjek hukum abstrak, maka untuk melaksanakan/menjalankan
kegiatan usahanya atau untuk mengelola jalannya koperasi, perlu kehadiran
20

subjek hukum manusia. Mereka itu disebut sebagai perangkat organisasi


koperasi.
Adapun perangkat organisasi Koperasi Budi Daya Budaya Prima beserta job
description-nya dapat digambarkan sebagai berikut:

Rapat Anggota

Pengawas

Ketua

Sekretaris Bendahara

Pegawai

Gambar 5: Struktur Organisasi Koperasi Budaya Prima


Sumber: Koperasi Budaya Prima

1. Rapat Anggota
Rapat Anggota adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi
dan merupakan perwujudan kehendak dari para anggota koperasi untuk
membicarakan segala sesuatu menyangkut kehidupan serta pelaksanaan
koperasi. Koperasi Budi Daya Prima melakukan Rapat Anggota tiga tahun
sekali saat akan terjadinya pergantian kepengurusan lama dengan yang baru.
Adapun Rapat Anggota mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. Menetapkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART) Koperasi;
b. Menetapkan kebijakan umum koperasi;
c.Memilih, mengangkat, dan memberhentikan Pengurus;
d. Menetapkan dan mengesahkan rencana kerja ataupun rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi;
21

e. Menetapkan dan mengesahkan kebijakan pengurus dalam bidang


organisasi ataupun bidang usaha;
f. Mengesahkan laporan pertanggungjawaban Pengurus dan Badan
Pemeriksa; dan
g. Menyelenggarakan Rapat Anggota.

2. Pengawas
Pengawas dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota.
Pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota. Persyaratan untuk
dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota pengawas ditentukan dalam
Anggaran Dasar.
Dalam hal koperasi yang mengangkat pengelola pengawas dapat
diadakan secara tetap atau pada waktu diperlukan sesuai dengan keputusan
rapat anggota. Hal ini tidak mengurangi arti pengawas sebagai perangkat
organisasi dan memberikan kesempatan kepada koperasi untuk memilih
pegawas secara tetap atau pada waktu diperlukan sesuai dengan
keperluannya. Pengawas yang diadakan pada waktu diperlukan tersebut
melakukan pengawasan sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh Rapat
Anggota.
1) Pengawas bertugas:
a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan
pengelolaan koperasi; dan
b. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.

2) Pengawas berwenang:
a. Meneliti catatan yang ada pada koperasi; dan
b. Mendapatkan segala keterangan yang diperoleh.

3) Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya kepada pihak


ketiga.

3. Ketua mempunyai tugas:


22

a. Memimpin, mengkoordinasi, mengawasi pelaksanaan tugas anggota


pengurus;
b. Memimpin Rapat Anggota/Rapat Anggota Tahunan;
c. Atas nama pengurus memberikan laporan pertanggungjawaban kepada
Rapat Anggota/Rapat Anggota Tahunan;
d. Memimpin rapat pengurus;
e. Memberikan keputusan terakhir dalam kepengurusan koperasi dengan
memerhatikan usul/saran/pertimbangan dari anggota pengurus
lainnya;
f. Mengesahkan surat masuk dan keluar bersama Sekretaris untuk
kegiatan dalam bidang ideal koperasi, tata usaha, personalia, dan
sebagainya;
g. Mengesahkan surat masuk dan keluar bersama bendahara untuk
kegiatan bidang keuangan;
h. Mengatur tata kerja pengurus dan anggota;
i. Mengadakan lobi dengan koperasi-koperasi perusahaan lain untuk
memperoleh tambahan pendapatan; dan
j. Mencari peluang-peluang untuk menambah kesejahteraan
koperasi.

4. Sekretaris
a. Menyelenggarakan dan memelihara buku organisasi dan semua arsip;
b. Memelihara tata kerja, merencanakan peraturan khusus serta
ketentuan lain;
c. Merencanakan kegiatan operasional bidang ideal meliputi program
pendidikan, penyuluhan, dan sebagainya;
d. Mengesahkan semua surat dan buku yang menyangkut bidang
kesejahteraan bersama Ketua;
e. Mengajukan pinjaman ke PUSKOPPEN;
f. Melakukan analisis kelayakan pinjaman anggota;
g. Bertanggung jawab dalam bidang administrasi organisasi kepada
ketua; dan
23

h. Mengadakan hubungan dengan bendahara dalam bidang yang


berkaitan.

5. Bendahara
a. Merencanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi;
b. Mencari dana baik dari anggota yang berupa simpanan;
c. Memelihara harta kekayaan koperasi;
d. Mengatur pengeluaran uang (biaya) agar tidak melampaui anggaran
yang telah ditetapkan;
e. Mempersiapkan data dan informasi bidangnya dalam rangka
menyusun laporan organisasi baik untuk rapat anggota tahunan
maupun untuk pihak yang diperlukan;
f. Melakukan pemeriksaan secara langsung jumlah uang kas dan
jumlah persediaan barang dan disesuaikan dengan catatan;
g. Mengambil langkah pengamanan tertentu untuk mencegah kerugian
koperasi; dan
h. Membuat pertanggungjawaban keuangan koperasi (data-data
diperoleh dari pegawai).

6. Karyawan
a. Menerbitkan neraca harian (keluar masuk barang); dan
b. Mencatat semua kegiatan keuangan koperasi.

3.3. Kegiatan Koperasi Budaya Prima


Koperasi primer adalah koperasi yang beranggotakan orang seorang terdiri
dari sekurang-kurangnya 20 orang yang telah memenuhi syarat-syarat
keanggotaan sebagaimana ditentukan dalam undang-undang.
Koperasi simpan pinjam merupakan badan usaha yang dimiliki oleh warga
masyarakat, yang diikat oleh satu ikatan pemersatu, bersepakat untuk menyimpan
dan menabungkan uang mereka pada badan usaha tersebut, sehingga tercipta
modal bersama untuk dipinjamkan kepada sesama selaku anggota koperasi untuk
tujuan produktif dan kesejahteraan (Bunyamin 2009).
24

Sementara, pengertian koperasi simpan pinjam menurut Sutantya Rahardja


Kusumah (2000 : 65) adalah koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari orang-
orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam soal-soal perkreditan atau
simpan pinjam.
Pengertian simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota kepada
koperasi dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajib dan tabungan.
Sedangkan pinjaman adalah penyediaan uang kepada anggota berdasarkan
kesepakatan pinjam meminjam, yang mewajibkan kepada peminjam melunasi
hutangnya dalam jangka waktu tertentu, disertai dengan pembayaran sejumlah
imbalan yang dapat berbentuk bunga atau bagi hasil. Pada dasarnya koperasi
simpan pinjam menjalankan fungsi yang hampir sama dengan bank, yaitu sebagai
badan usaha yang melakukan penggalian atau mobilisasi dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit kepada warga masyarakat yang
membutuhkan. Yang membedakannya adalah bahwa koperasi dimiliki secara
bersama oleh anggotanya dengan hak dan kedudukan yang sama dan hanya
memberikan pelayanan kredit kepada anggotanya. Sedangkan bank dimiliki oleh
sejumlah orang atau badan sebagai pemegang saham, memobilisasi dana dari
masyarakat luas untuk menyimpan uang di bank tersebut, namun hanya
menyalurkan dana yang terhimpun kepada warga masyarakat yang mampu
memenuhi persyaratan teknis bank.
Koperasi Budaya Prima termasuk koperasi primer yang kegiatannya terdiri
dari simpan pinjam dan penyediaan kebutuhan pokok untuk para anggotanya.
Untuk kegiatan simpan pinjam, Koperasi Budaya Prima menyediakan dua jenis
pinjaman, yaitu pinjaman insidentil dan pinjaman jangka panjang. Yang
dimaksud pinjaman insidentil adalah pinjaman jangka pendek (hanya + 12 bulan)
untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Plafon untuk pinjaman insidentil hanya
Rp 2.000.000 dengan bunga 1,5%/bulan. Sementara plafon untuk pinjaman
jangka panjang sebesar Rp 10.000.000 dengan bunga 9% p.a.. Namun untuk
pinjaman jangka panjang mesti diajukan terlebih dahulu ke Puskoppen—selaku
penyandang dana pinjaman jangka panjang—untuk pemberian dana setelah
syarat-syaratnya terpenuhi. Ketentuan pemberian pinjaman di atas hanya berlaku
25

kepada anggota koperasi. Untuk anggota luar biasa Koperasi Budaya Prima
memiliki ketentuannya tersendiri yang akan dijelaskan pada BAB IV.
Untuk penambahan modal, Koperasi Budaya Prima juga melakukan
penjualan bahan-bahan pokok. Penjualan bahan pokok tersebut terdiri dari: teh,
gula, kecap, sikat dan pasta gigi, sabun mandi, mie instan, minyak goreng serta
susu manis. Selain itu, koperasi menerima barang konsinyasi dari para anggota.
Barang konsinyasi yang berasal dari anggota berupa obat-obatan tradisional
bahkan sampai ke helm. Penjualan barang-barang tersebut tidak hanya dijual
untuk anggota namun masyarakat umum pun dapat membelinya.
Sebelumnya pada tahun 2006 Koperasi Budaya Prima juga menyediakan
jasa cleaning service untuk Bank Mandiri Cabang Bogor yang terletak di bilangan
Jalan Ir. H. Djuanda dan Jalan Kapten Muslihat dengan jumlah pegawai sebanyak
enam orang ditambah satu pengawas. Namun tahun 2008, jasa cleaning service
dialihkan ke Plaza Bumi Daya.
BAB IV
TINJAUAN ANALISIS SISTEM PEMBERIAN KREDIT PADA
KOPERASI BUDAYA PRIMA

Koperasi dapat melakukan usaha-usaha sebagaimana badan usaha lain,


seperti di sektor perdagangan, industri manufaktur, jasa keuangan dan
pembiayaan, jasa asuransi, jasa transportasi, jasa profesi serta jasa lainnya.
Koperasi Persatuan Pensiunan Bank Bumi Daya Budaya Prima (atau yang
selanjutnya disebut Koperasi Budaya Prima) merupakan koperasi yang
beranggotakan para pensiunan Bank Bumi Daya. Selain penyediaan bahan pokok,
kegiatan utama dari Koperasi Budaya Prima adalah pemberian pinjaman kepada
para anggotanya.
Pada hakikatnya Koperasi Budaya Prima menyediakan dua jenis kredit yang
terdiri dari: 1) Kredit barang, yaitu berupa penjualan non tunai; dan 2) Kredit uang
(modal), yaitu pinjaman insidentil dan pinjaman jangka panjang. Untuk lebih
jelasnya akan dideskripsikan sebagai berikut.

4.1. Ketentuan Mengenai Pemberian Kredit


4.1.1. Jenis-Jenis Kredit Koperasi Budaya Prima
1. Kredit Barang
Selain penjualan secara tunai Koperasi Budaya Prima juga
menyediakan penjualan secara non tunai. Penjualan—baik tunai maupun
non tunai—tidak hanya untuk para anggota, selain anggota pun dapat
membeli kebutuhan bahan pokok di koperasi ini. Salah satu contoh non
anggota (rekanan) yang selalu membeli bahan pokok di Koperasi Budaya
Prima adalah Bank Mandiri Cabang Bogor yang berada di Jalan Ir. H.
Djuanda dan di Jalan Kapten Muslihat.

2. Kredit Uang (Modal)


a. Pinjaman Insidentil
27

Yang dimaksud pinjaman insidentil adalah pinjaman khusus jangka


pendek (periode + 12 bulan) untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak
dari para anggota. Untuk pinjaman insidentil, pemberian pinjaman kepada
anggota bisa diberikan secara langsung (tunai) atau ditransfer ke rekening
anggota bersangkutan.

b. Pinjaman Jangka Panjang


Adalah pinjaman yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari satu
tahun (maksimum lima tahun). Jangka waktu pemberian pinjaman jangka
panjang bisa selama 24, 36, 48, dan 60 bulan (= lima tahun) tergantung
kebutuhan anggota itu sendiri. Khusus untuk pinjaman jangka panjang,
koperasi Budaya Prima mengajukan kembali pinjaman anggota kepada
Puskoppen BBD (Pusat Koperasi Pensiunanan Bank Bumi Daya) selaku
penyandang dana pinjaman jangka panjang.

Berbeda dengan penjualan non tunai, pemberian pinjaman—baik pinjaman


insidentil maupun pinjaman jangka panjang—hanya dapat diberikan khusus
kepada anggota yang masih menerima manfaat pensiun dari Dana Pensiun I
Mandiri atau yang disebut juga dengan Anggota Biasa. Hal ini merupakan salah
satu bentuk pengendalian internal yang ada di Koperasi Budaya Prima.

4.1.2. Maksimum Plafon Kredit


Yang dimaksud dengan plafon kredit adalah berapa besar maksimum kredit
yang dapat diberikan kepada setiap anggota koperasi. Besarnya plafon setiap
kredit adalah sebagai berikut:
a. Penjualan Non Tunai
Tidak ada maksimum plafon untuk penjualan non tunai.

b. Pinjaman Insidentil
Maksimum pinjaman yang diberikan adalah Rp 2.000.000 yang bersifat
plafon menurun. Namun bisa juga melebihi sesuai keadaan anggota yang
bersangkutan dan juga sesuai ketentuan kebijakan pengurus koperasi.

c. Pinjaman Jangka Panjang


28

Maksimum pinjaman yang diberikan adalah Rp 10.000.000 yang bersifat


plafon menurun.

Namun, apabila ada anggota mengajukan pinjaman—baik pinjaman


insidentil maupun pinjaman jangka panjang—sesuai maksimal plafon belum tentu
diberikan sesuai dengan yang diajukan. Ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan sebelum diberikan atau disetujui dana pinjaman tersebut.

4.1.3. Biaya Provisi


Biaya provisi adalah biaya yang diberikan kepada peminjam (anggota) pada
saat pencairan pinjaman. Koperasi Budaya Prima tidak membebankan biaya
provisi atas pinjaman yang diberikan sehingga 0%. Namun untuk pinjaman
jangka panjang ada biaya materai dan biaya lain-lain sebesar Rp 125.000.

4.1.4. Agunan
Agunan adalah jaminan berupa hak dan kekuasaan yang diserahkan oleh
peminjam kepada pemberi pinjaman sebagai jaminan apabila peminjam tidak
dapat melunasi utang-utangnya atau melakukan wanprestasi.
Agunan untuk semua jenis pinjaman adalah SK Pensiun anggota—yang di
mana anggota tersebut masih menerima manfaat pensiun tiap bulan. Dokumen-
dokumen SK Pensiun anggota yang asli disimpan save locket pada Bank CIMB
cabang Ir. H. Djuanda Bogor. Sedangkan kopian SK Pensiunan diserahkan
kepada Puskoppen pada setiap mengajukan permohonan pinjaman jangka
panjang.

4.1.5. Persyaratan Pengajuan Kredit


Sebenarnya tidak ada persyaratan khusus dalam pengajuan semua jenis
kredit yang ada di Koperasi Budaya Prima, asalkan terdaftar menjadi anggota.
Sebagai pengendalian, pada pinjaman insidentil diberikan ketentuan persyaratan
maksimum, yaitu 30% x manfaat gaji pensiun x 12 bulan. Sebagai ilustrasi, Tuan
A telah meminjam uang kepada Koperasi Budaya Prima sebesar Rp 2.000.000
pada tanggal 2 Januari 2011. Selang dua bulan kemudian, Tuan A kembali
29

meminjam kepada koperasi sebesar Rp 1.500.000. Pihak koperasi—dalam hal ini


bendahara—kemudian menghitung masa manfaat gaji pensiun Tuan A, yaitu 30%
x Rp 2.000.000 x 12 bulan = Rp 7.200.000. Tuan A masih memiliki kelonggaran
tarik sebesar Rp 5.200.000 (Rp 7.200.000 – Rp 2.000.000) dan masih bisa
diberikan pinjaman insidentil. Jadi, apabila ada anggota yang telah meminjam
pinjaman insidentil dan bermaksud untuk meminjam kembali maka harus melihat
ketentuan prasyaratan tersebut.
Sementara untuk pinjaman jangka panjang, terdapat persyaratan
permohonan pinjaman anggota koperasi kepada pihak Puskoppen, yaitu:
1. Menjadi anggota Persatuan Pensiunan BBD setempat;
2. Menjadi anggota Koperasi Budaya Prima minimal sudah membayar lunas
simpanan pokok dan wajib untuk pengajuan pinjaman sebesar Rp
10.000.000;
3. Saldo pinjaman lama masih terdapat sisa 30% atau telah melunasi pinjaman;
4. Mengajukan surat permohonan pinjaman kepada Koperasi Budaya Prima;
5. Mengisi formulir permohonan pinjaman;
6. Menyerahkan asli kutipan SK Pensiun dari PT Bank Bumi Daya atau dari
PT Bank Mandiri.
7. Melampirkan surat persetujuan suami/istri/ahli waris;
8. Menyerahkan foto copy KTP dan pas foto suami/istri/ahli waris; dan
9. Apabila permohonan pinjaman telah ditandatangani anggota harus
membawa SK Pensiunan asli beserta kopiannya untuk dijaminkan.

Syarat untuk penjualan non tunai hanya diberikan kepada Anggota Luar
Biasa, yakni pembayarannya melalui pemindahbukuan pada rekening Bank
Mandiri dengan jaminan Anggota Luar Biasa tersebut memiliki saldo. Alternatif
apabila Anggota Luar Biasa tidak memiliki rekening pada Bank Mandiri, yaitu
dengan transfer langsung ke rekening Koperasi Budaya Prima setiap bulannya.

4.1.6. Ketentuan Mengenai Angsuran dan Bunga Pinjaman


Untuk pinjaman jangka pendek dan insidentil ditetapkan suku bunga yang
berbeda. Bunga untuk pinjaman insidentil lebih besar dari pinjaman jangka
panjang, yakni sebesar 1,5%/bulan. Sementara itu, untuk pinjaman jangka
panjang ditetapkan sebesar 9% p.a. atau sama dengan 0,75%/bulan. Namun,
30

bunga 9% p.a. tersebut dirinci dengan ketentuan 3% p.a. untuk Puskoppen dan
6% p.a. untuk Koperasi Budaya Prima.
Pada pinjaman insidentil dan jangka panjang, Koperasi Budaya Prima
menggunakan anuitas biasa. Yang dimaksud dengan anuitas adalah suatu
rangkaian pembayaran/penerimaan sejumlah uang, umumnya sama besar, dengan
periode waktu yang sama untuk setiap pembayaran. Persamaan yang dipakai
dalam anuitas biasa ada dua, yaitu untuk nilai sekarang (present value) dan untuk
nilai akan datang (future value). Persamaan untuk nilai akan datang dapat
digunakan untuk mencari nilai akhir suatu tabungan atau nilai tabungan pada saat
tertentu, lamanya waktu yang diperlukan untuk bisa mencapai jumlah tabungan
tertentu dan besarnya tabungan yang harus dilakukan setiap periode untuk bisa
memperoleh jumlah tertentu.
Sedangkan persamaan untuk nilai sekarang dapat digunakan untuk
menghitung besarnya cicilan per bulan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), cicilan
utang sewa guna usaha (leasing), tingkat bunga efektif dari suatu pinjaman,
lamanya periode waktu yang diperlukan, nilai sekarang dari rangkaian
pembayaran di kemudian hari dan saldo pinjaman pada saat tertentu—termasuk
dalam hal ini pembayaran kredit jangka panjang pada Koperasi Budaya Prima.
Rumus untuk perhitungan persamaan anuitas nilai sekarang.

Keterangan:
PV = nilai di awal periode atau nilai sekarang (present value)
i = tingkat bunga per periode
n = jumlah periode
A = anuitas atau pembayaran per periode
31

dalam persamaan ini disebut faktor anuitas nilai sekarang dan

dinotasikan dengan .

Contoh kasus:
Koperasi Budaya Prima memberikan pinjaman K.U.K kepada anggotanya, yaitu
Nyonya A dengan plafon sebesar Rp 10.000.000, jangka waktu 36 bulan dan
tingkat bunga sebesar 9%. Hitung besarnya angsuran pokok dan angsuran bunga
—untuk Koperasi Budaya Prima serta Puskoppen—yang harus dibayar Tuan A
setiap bulan!
Jawab:
PV = Rp 10.000.000
n = 36 bulan
i = 9%/12 = 0,75% = 0,0075

A = Rp 317.997
Tabel 1. Daftar Angsuran Pinjaman Jangka Panjang

JADWAL ANGSURAN KUK PENSIUNAN


Nama Peminjam : Nyonya A
Jumlah Pinjaman : Rp 10.000.000
Jangka Waktu : 36 bulan
32

Tingkat Bunga : 9%
Angsuran/Bulan : Rp 317.997
Bunga Bunga
Angsuran Saldo
Periode Saldo Puskoppen Koperasi
Pokok Akhir
(3%) (6%)
1 Rp 10.000.000 Rp 242.997 Rp 25.000 Rp 50.000 Rp 9.757.003
2 Rp 9.757.003 Rp 244.819 Rp 24.393 Rp 48.785 Rp 9.512.184
3 Rp 9.512.184 Rp 246.656 Rp 23.780 Rp 47.561 Rp 9.265.528
4 Rp 9.265.528 Rp 248.506 Rp 23.164 Rp 46.328 Rp 9.017.022
5 Rp 9.017.022 Rp 250.369 Rp 22.543 Rp 45.085 Rp 8.766.653
6 Rp 8.766.653 Rp 252.247 Rp 21.917 Rp 43.833 Rp 8.514.406
7 Rp 8.514.406 Rp 254.139 Rp 21.286 Rp 42.572 Rp 8.260.267
8 Rp 8.260.267 Rp 256.045 Rp 20.651 Rp 41.301 Rp 8.004.222
9 Rp 8.004.222 Rp 257.965 Rp 20.011 Rp 40.021 Rp 7.746.257
10 Rp 7.746.257 Rp 259.900 Rp 19.366 Rp 38.731 Rp 7.486.357
11 Rp 7.486.357 Rp 261.849 Rp 18.716 Rp 37.432 Rp 7.224.507
12 Rp 7.224.507 Rp 263.813 Rp 18.061 Rp 36.123 Rp 6.960.694
13 Rp 6.960.694 Rp 265.792 Rp 17.402 Rp 34.803 Rp 6.694.902
14 Rp 6.694.902 Rp 267.785 Rp 16.737 Rp 33.475 Rp 6.427.117
15 Rp 6.427.117 Rp 269.794 Rp 16.068 Rp 32.136 Rp 6.157.323
16 Rp 6.157.323 Rp 271.817 Rp 15.393 Rp 30.787 Rp 5.885.506
17 Rp 5.885.506 Rp 273.856 Rp 14.714 Rp 29.428 Rp 5.611.651
18 Rp 5.611.651 Rp 275.910 Rp 14.029 Rp 28.058 Rp 5.335.741
19 Rp 5.335.741 Rp 277.979 Rp 13.339 Rp 26.679 Rp 5.057.762
20 Rp 5.057.762 Rp 280.064 Rp 12.644 Rp 25.289 Rp 4.777.698
21 Rp 4.777.698 Rp 282.164 Rp 11.944 Rp 23.888 Rp 4.495.534
22 Rp 4.495.534 Rp 284.280 Rp 11.239 Rp 22.478 Rp 4.211.254
23 Rp 4.211.254 Rp 286.413 Rp 10.528 Rp 21.056 Rp 3.924.841
24 Rp 3.924.841 Rp 288.561 Rp 9.812 Rp 19.624 Rp 3.636.280
25 Rp 3.636.280 Rp 290.725 Rp 9.091 Rp 18.181 Rp 3.345.555
26 Rp 3.345.555 Rp 292.905 Rp 8.364 Rp 16.728 Rp 3.052.650
27 Rp 3.052.650 Rp 295.102 Rp 7.632 Rp 15.263 Rp 2.757.548
28 Rp 2.757.548 Rp 297.315 Rp 6.894 Rp 13.788 Rp 2.460.232
29 Rp 2.460.232 Rp 299.545 Rp 6.151 Rp 12.301 Rp 2.160.687
30 Rp 2.160.687 Rp 301.792 Rp 5.402 Rp 10.803 Rp 1.858.895
31 Rp 1.858.895 Rp 304.055 Rp 4.647 Rp 9.294 Rp 1.554.840
32 Rp 1.554.840 Rp 306.336 Rp 3.887 Rp 7.774 Rp 1.248.504
33 Rp 1.248.504 Rp 308.633 Rp 3.121 Rp 6.243 Rp 939.871
34 Rp 939.871 Rp 310.948 Rp 2.350 Rp 4.699 Rp 628.923
35 Rp 628.923 Rp 313.280 Rp 1.572 Rp 3.145 Rp 315.643
36 Rp 315.643 Rp 315.643 Rp 776* Rp 1.578 Rp 0
*
Rounding (pembulatan)
Sumber: Koperasi Budaya Prima
33

Besar angsuran bunga akan menurun setiap bulannya (periode), ini


dikarenakan tingkat bunga—baik itu untuk puskoppen atau koperasi sendiri—
dikalikan sisa saldo pokok pinjaman bukan senilai nominal plafon. Sehingga
berpengaruh pula terhadap angsuran pokok yang mesti dibayar oleh anggota.

4.2. Sistem dan Prosedur Pemberian Kredit


4.2.1. Fungsi yang Terkait
1. Fungsi yang terkait dalam penjualan non tunai:
a. Ketua
Dalam sistem penjualan non tunai, fungsi ini bertanggungjawab untuk
menandatangani surat tagihan dari setiap anggota.

b. Sekretaris
Dalam sistem penjualan non tunai, fungsi ini bertanggung jawab untuk
membuat surat daftar tagihan dan memberikannya kepada anggota.

c. Bendahara
Dalam sistem penjualan non tunai, fungsi ini bertanggung jawab untuk
membuat daftar tagihan.

d. Karyawan
Dalam sistem penjualan non tunai, fungsi ini bertanggung jawab untuk
memasukkan data transaksi penjualan ke dalam jurnal serta merekap
nota penjualan tersebut.

2. Fungsi yang terkait dalam pinjaman insidentil:


a. Ketua dan Sekretaris
Dalam sistem pinjaman insidentil, fungsi ini bertanggung jawab untuk
mengotorisasi/menandatangani setiap pinjaman insidentil yang diajukan
oleh anggota.

b. Bendahara
Dalam sistem pinjaman insidentil, fungsi ini bertanggung jawab untuk
menerima pengajuan pinjaman insidentil, menghitung kelonggaran tarik
yang dimiliki oleh anggota, menyerahkan uang pinjaman langsung
kepada anggota atau via ATM, dan juga memasukkan data transaksi ke
dalam jurnal.
34

c. Karyawan
Dalam sistem pinjaman insidentil, fungsi ini bertanggung jawab untuk
memasukkan data transaksi tersebut ke dalam jurnal.

3. Fungsi yang terkait dalam pinjaman jangka panjang:


a. Ketua Koperasi Budaya Prima dan Ketua Persatuan Pensiunan
Dalam sistem pinjaman jangka panjang, fungsi ini bertanggung jawab
untuk mengotorisasi setiap pengajuan pinjaman jangka panjang,
menandatangani Perjanjian Kredit (PK) baik PK kepada anggota
maupun kepada Puskoppen.

b. Sekretaris
Dalam sistem pinjaman jangka panjang, fungsi ini bertanggung jawab
untuk menganalisis kelayakan pinjaman anggota; membuat dokumen-
dokumen, seperti surat permohonan pinjaman ke koperasi dan surat
persetujuan suami/istri/ahli waris, surat permohonan pengajuan pinjaman
ke Puskoppen, formulir analisa pinjaman, dan surat usulan kredit. Selain
itu, Bagian Sekretaris membuat Perjanjian Kredit (PK) untuk anggota,
membuat tanda bukti pencairan dan juga membuat standing order
kepada Bank Mandiri.

c. Bendahara
Dalam sistem pinjaman jangka panjang, fungsi ini bertanggung jawab
untuk menerima uang dari Puskoppen serta mentransfer dana pinjaman
ke rekening anggota.

d. Puskoppen
Dalam sistem pinjaman jangka panjang, fungsi ini bertanggung jawab
untuk memberikan dana pinjaman sesuai dengan prosedur yang telah
dijalankan.

4.2.2. Dokumen yang Digunakan


1. Dokumen yang digunakan dalam sistem penjualan non tunai:
a. Nota/faktur penjualan
Dalam pencatatan piutang, dokumen ini merupakan tanda bukti sebagai
timbulnya piutang. Dokumen ini dibuat dua rangkap yang di mana satu
35

diberikan kepada anggota dan satunya lagi untuk koperasi sebagai dasar
pembuatan surat tagihan.

b. Surat tagihan
Surat tagihan ini berisi semua utang—penjualan non tunai, pinjaman
insidentil, dan pinjaman jangka panjang—yang dimiliki oleh anggota
dan diberikan pada setiap akhir bulannya.

2. Dokumen yang digunakan dalam sistem pinjaman insidentil:


a. Formulir pengajuan pinjaman insidentil
Adalah formulir yang harus diisi oleh anggota yang mengajukan
pinjaman jangka panjang.

b. Struk ATM
Struk ATM ini menandakan bahwa pinjaman yang diajukan telah
ditransfer ke rekening anggota yang bersangkutan—apabila pemberian
pinjaman tidak dilakukan secara kas.

c. Standing order
Dokumen ini berisi pernyataan anggota kepada Bank Mandiri untuk
memindahbukukan sejumlah uang sebesar angsuran setiap bulan ke
rekening Koperasi Budaya Prima.

3. Dokumen yang digunakan dalam sistem pinjaman jangka panjang:


a. Surat permohonan pinjaman
Surat permohonan pinjaman ini berisi pernyataan anggota Koperasi
Budaya Prima yang akan mengajukan pinjaman jangka panjang. Surat
ini pun berisi pernyataan kesanggupan anggota untuk melampirkan:
fotocopy KTP, SK Pensiun asli, dan manfaat pensiun.

b. Formulir permohonan kredit


Adalah formulir yang harus diisi oleh anggota yang mengajukan
pinjaman jangka panjang. Formulir ini berisi mengenai identitas
anggota, seperti nama, pangkat terakhir, tanggal lahir, jumlah kredit yang
diminta serta tujuan penggunaan kredit. Selain itu, ada kolom khusus
mengenai pekerjaan/usaha anggota yang dirinci: jenis pekerjaan, jenis
wiraswasta, posisi pekerjaan, pengalaman kerja/usaha, sumber
pendapatan dan total pendapatan per bulan.
36

c. Surat persetujuan suami/istri/ahli waris


Surat ini berisi pernyataan dari suami/istri/ahli waris dari anggota
mengenai persetujuan untuk mendapatkan pinjaman Koperasi Budaya
Prima dengan segala persyaratannya.

d. Surat pengajuan permohonan pinjaman kepada Puskoppen


Surat ini berisi pernyataan permohonan pinjaman kepada Puskoppen—
selaku penyandang dana—oleh Koperasi Budaya Prima.

e. Laporan pemeriksaan badan


Laporan pemeriksaan badan berisi riwayat kesehatan anggota yang
mengajukan pinjaman dari pihak Asuransi Bumi Putera.

f. Surat persetujuan pinjaman dari Puskoppen


Surat ini berisi pernyataan dari pihak Puskoppen untuk meminta anggota
melakukan tes pemeriksaan kesehatan dan tes urin.

g. Perjanjian Kredit (PK) antara Koperasi Budaya Prima dan Puskoppen


Dokumen ini berisi pasal-pasal mengenai ketentuan perjanjian pinjaman
yang harus disepakati dan dijalankan bersama antara Koperasi Budaya
Prima dan Puskoppen.

h. Perjanjian Kredit (PK) antara Koperasi Budaya Prima dan anggota


Dokumen ini berisi pasal-pasal mengenai ketentuan perjanjian pinjaman
yang harus disepakati dan dijalankan bersama antara Koperasi Budaya
Prima dan anggota.

i. Surat pencairan dana


Surat ini berisi tentang persetujuan pinjaman dana oleh Puskoppen
beserta besarnya premi yang dibebankan kepada anggota.

j. Tanda bukti pencairan


Dokumen ini menandakan bahwa uang pinjaman telah ditransfer ke
rekening anggota.

k. Struk ATM
Struk ATM ini menandakan bahwa pinjaman yang diajukan telah
ditransfer ke rekening anggota yang bersangkutan.
37

l. Standing order
Dokumen ini berisi pernyataan anggota kepada Bank Mandiri untuk
memindahbukukan sejumlah uang sebesar angsuran setiap bulan ke
rekening Koperasi Budaya Prima.

4.2.3. Catatan Akuntansi


Catatan akuntansi untuk penjualan non tunai, pinjaman insidentil dan jangka
panjang hanyalah jurnal umum yang kemudian diteruskan ke dalam buku besar.
Jurnal umum adalah catatan akuntansi permanen yang pertama, yang digunakan
untuk mencatat transaksi keuangan secara umum.
1. Jurnal umum yang digunakan untuk mencatat transaksi penjualan non tunai:
Piutang dagang (d) Rp 50.000
Pendapatan penjualan (k) Rp 50.000

2. Jurnal umum yang digunakan untuk mencatat transaksi pinjaman insidentil:


Pinjaman insidentil (d) Rp 2.000.000
Kas/Bank (k) Rp 2.000.000

3. Jurnal umum yang digunakan untuk mencatat pinjaman transaksi jangka


panjang:
Ada dua jurnal yang dicatat oleh Koperasi Budaya Prima. Berikut contoh
jurnal dengan ilustrasi pinjaman jangka panjang anggota sebesar Rp
10.000.000 dan dengan sisa pinjaman yang dimiliki sebesar Rp 1.000.000.
(1) Jurnal pada saat pemberian dana atau pinjaman disetujui oleh pihak
Puskoppen:

Bank (d) Rp 9.500.000


Premi asuransi (d) Rp 500.000
Puskoppen/pinjaman (k) Rp 10.000.000
(2) Jurnal pada saat pemberian pinjaman kepada anggota:

Pinjaman (d) Rp 10.000.000


Premi asuransi (k) Rp 500.000
Biaya adm. materai (k) Rp 125.000
Pelunasan kewajiban (k) Rp 1.000.000
Bank (k) Rp 8.375.000

4.2.4. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Akuntansi Kredit


1. Penjualan non tunai
38

Prosedur untuk penjualan non tunai sangatlah sederhana, baik Anggota


Biasa maupun Anggota Luar Biasa yang ingin membeli kebutuhan pokok
dapat langsung memesan barang yang dibutuhkan. Kemudian pihak
koperasi membuat nota/faktur penjualan sebagai catatan timbulnya hutang.
Pada akhir bulan—tepatnya tanggal 25—pihak koperasi akan memberikan
surat tagihan. Surat tagihan tersebut berisi tidak hanya hutang penjualan
non tunai tetapi juga hutang terhadap pinjaman insidentil dan jangka
panjang.

2. Pinjaman insidentil
Prosedur untuk pinjaman insidentil tidaklah sekomplek bila
dibandingkan pinjaman jangka panjang. Prosedur pinjaman insidentil
dimulai dari anggota menyampaikan pengajuan pinjaman insidentil dengan
mengisi formulir pengajuan permohonan pinjaman. Selanjutnya pihak
koperasi melakukan analisis kelayakan dengan melihat persentase
maksimum manfaat pensiun (lihat kembali Persyaratan Pengajuan Kredit
halaman 30). Apabila dinyatakan layak, sebelum dana diberikan ternyata
anggota masih mempunyai kewajiban hutang lainnya dengan koperasi,
dimusyawarahkan terlebih dahulu apakah hutang tersebut akan dilunasi atau
tidak. Jika akan dilunasi, hutang tersebut akan dikurangi dengan besarnya
jumlah pinjaman yang baru.
Pada pinjaman insidentil, terdapat dua cara dalam pemberian pinjaman:
bisa secara tunai atau melalui transfer ke rekening anggota—dilihat dari
mendesaknya kebutuhan anggota dan ketersediaan uang koperasi pada hari
yang bersangkutan.
.
3. Pinjaman jangka panjang
Prosedur pinjaman jangka panjang dimulai dari anggota menyampaikan
pengajuan pinjaman jangka panjang dengan membawa surat permohonan
pinjaman ke koperasi dan surat persetujuan suami/istri/ahli waris. Namun
biasanya surat permohonan pinjaman ke koperasi dan surat persetujuan
suami/istri/ahli waris dibuatkan oleh pihak koperasi—dalam hal ini adalah
Bagian Sekertaris—agar lebih seragam surat tersebut dengan anggota
lainnya. Anggota hanya perlu membawa foto kopi KTP, SK Pensiun
39

anggota, pas foto berwarna dirinya dan suami/istri/ahli waris untuk


melengkapi data-data yang dibutuhkan.
Selanjutnya Bagian Sekretaris akan melakukan analisis kelayakan dari
anggota tersebut sesuai dengan Tabel 2 di bawah. Sebagai ilustrasi, Tuan A
meminjam uang kepada Koperasi Budaya Prima sebesar Rp 10.000.000.
Setelah dokumen yang diserahkan oleh anggota tersebut lengkap, Bagian
Sekretaris melakukan analisis kredit dengan melihat data diri Tuan A. Saat
ini Tuan A berusia 60 tahun. Setelah pensiun, Tuan A melakukan wiraswasta
dengan memiliki usaha kecil, yaitu toko kelontong. Usaha ini baru
dijalankan selama dua tahun terakhir. Penghasilan dari toko kelontong
ditambah manfaat pensiun selama satu bulan sebesar Rp 3.500.000.
Sehingga Tuan A memiliki nilai sebesar 260 yang artinya patut untuk
dipertimbangkan oleh ketua Koperasi Budaya Prima.
Apabila hasil dari analisis tersebut dinyatakan layak, maka Bagian
Sekretaris menyiapkan beberapa dokumen—termasuk surat permohonan
pinjaman ke koperasi dan surat persetujuan suami/istri/ahli waris—untuk
dikirimkan ke Puskoppen, meliputi: surat permohonan pengajuan pinjaman
ke Puskoppen, formulir analisa pinjaman, dan surat usulan kredit. Sebelum
dikirim ke Puskoppen, semua dokumen tersebut diotorisasi oleh Ketua
Koperasi Budaya Prima dan Ketua Persatuan Pensiunan. Semua dokumen
tersebut harus sampai ke Puskoppen sebelum tanggal 14 pada bulan yang
bersangkutan. Kalau tidak dapat dikirim pada tanggal tersebut maka dikirim
pada bulan berikutnya.
Setelah dilakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen oleh Puskoppen,
kemudian Puskoppen memberikan surat persetujuan pinjaman yang di dalam
surat tersebut berisi syarat untuk anggota melakukan pemeriksaan kesehatan
dan tes urin serta Perjanjian Kredit (PK) yang berisi pasal-pasal mengenai
ketentuan yang harus disepakati oleh kedua belah pihak.
Anggota tersebut kemudian membawa hasil pemeriksaan kesehatan dan
juga hasil dari tes urin. Selanjutnya diserahkan kepada koperasi untuk
diteruskan ke pihak Puskoppen. Kemudian Puskoppen menyerahkan
dokumen tersebut kepada pihak Asuransi Bumi Putera. Hasil pemeriksaan
40

kesehatan dan tes urin bertujuan untuk menentukan berapa besarnya premi
yang harus dibayar oleh anggota.
Biasanya pada awal bulan, apabila hasil kesehatan layak untuk
dipertimbangkan maka pinjaman uang tersebut akan ditransfer ke rekening
Koperasi Budaya Prima sebesar jumlah pinjaman yang diajukan anggota
dikurangi premi asuransi (lihat kembali jurnal umum pada pinjaman jangka
panjang halaman 39 nomor 1).

Pelaksanaan di koperasi
Tahap selanjutnya, Koperasi Budaya Prima membuat pula Perjanjian
Kredit (PK) antara pihak koperasi dan anggota yang juga berisi pasal-pasal
mengenai ketentuan yang harus disepakati oleh kedua belah pihak. Tidak
hanya itu pihak Koperasi pun membuat standing order kepada Bank Mandiri
untuk memindahbukukan rekening anggota yang bersangkutan sebesar
angsuran yang harus dibayar setiap bulannya. Dokumen terakhir yang
dibuat adalah Tanda Bukti Pencairan.
Tidak hanya dipotong premi asuransi, anggota pun dikenakan pula
kewajiban untuk membayar biaya materai dan adiministrasi sebesar Rp
125.000. Biaya tersebut sudah dipotong dari besarnya jumlah yang dipinjam
oleh anggota.
Sebelum benar-benar dana pinjaman tersebut diberikan kepada anggota
—sama seperti pinjaman insidentil—apabila anggota masih mempunyai
kewajiban hutang lainnya dengan koperasi, dimusyawarahkan terlebih
dahulu apakah hutang tersebut akan dilunasi atau tidak. Jika dilunasi,
hutang tersebut akan dikurangi dengan besarnya jumlah pinjaman yang baru.
Setelah selesai semua dan Perjanjian Kredit (PK) tersebut
ditandatangani oleh kedua belah pihak, barulah dana pinjaman tersebut
dipindahbukukan dari rekening koperasi ke rekening anggota yang
bersangkutan via ATM (bisa dilihat kembali jurnal umum pada pinjaman
jangka panjang halaman 40 nomor 2).
Tabel 2: Analisa Kredit

NILAI
NO KRITERIA BOBOT KLASIFIKASI NILAI
ANGGOTA
4
1 2 3 5
a b c d e
PRIBADI
1 USIA 3 56-74 thn 45 49-55 thn 35 38-48 thn 20 > 74 thn 0 45
PEKERJAAN/USAHA
2 PEKERJAAN 1 Usaha kecil 40 Tidak bekerja 35 Lainnya 25 40
3 WIRASWASTA 0.8 Perdagangan 25 Jasa 20 Industri 20 Profesional 20 Lainnya 15 25
4 POSISI 1 Pemilik 40 Karyawan 30 Lainnya 30 40
5 PENG. KERJA/USAHA 0.8 > 5 tahun 35 2-5 tahun 35 1-2 thn 25 < 1 tahun 5 25
PENDAPATAN (INCOME)
6 SUMBER PENDAPATAN 1.7 PEND. GAB 60 PEND. TETAP 40 60
7 TOTAL PEND. PER BULAN 1.7 > 4 juta 2-4 juta 25 1-2 juta 25 0.5-1 juta 15 < 0.5 juta 5 25
TOTAL 10.00 260
Sumber: Koperasi Budaya Prima

41
42

Keterangan Jumlah Nilai:


< 207.5 Ditolak
207.5-300 Dipertimbangkan
> 300 Disetujui
43

4.2.5. Bagan Alir Sistem Akuntansi Kredit


Sistem akuntansi dapat dijelaskan dengan menggunakan bagan alir dokumen.
Sebelum digambarkan bagan alir untuk sistem pemberian pinjaman pada Koperasi
Budaya Prima, akan dijelaskan terlebih dahulu makna atau arti dari beberapa simbol
yang akan digunakan untuk menggambar bagan alir.

Ya

Dari anggota
Tidak

Masuk ke sistem

Dokumen Keterangan,
komentar Keputusan

Diberikan kepada
anggota

Kelua
Catatan Arsip sementara Garis alir r ke sistem lain

Penghubung pada Persimpangan


halaman yang garis alir Mulai/berakhir
sama Arsip permanen

Penghubung pada Kegiatan manual Pertemuan


halaman yang
berbeda garis alir

Gambar 6: Simbol-simbol Standar untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen


Sumber: Mulyadi, Sistem Akuntansi
44

1. Penjualan non tunai


KBP Karyawan Bendahara

NP = Nota Pembelian

Gambar 7: Bagan Alir Penjualan Non Tunai


Sumber: Data diolah

Sekretaris Ketua
45

Gambar 8: Bagan Alir Penjualan Non Tunai (Lanjutan)


Sumber: Data diolah

2. Pinjaman insidentil
46

Bendahara

FPP = Formulir Pengajuan Pinjaman


MP = Manfaat Pensiun

Gambar 9: Bagan Alir Pinjaman Insidentil


Sumber: Data diolah
Ketua + Sekretaris Karyawan
47

Gambar 10: Bagan Alir Pinjaman Insidentil (Lanjutan)


Sumber: Data diolah

3. Pinjaman jangka panjang


Sekretaris
48

SKP = SK Pensiun
MP = Manfaat Pensiun
NA = Diarsipkan berdasarkan Nama Anggota
…….dalam satu berkas

Gambar 11: Bagan Alir Pinjaman Jangka Panjang


Sumber: Data diolah

Sekretaris (Lanjutan)
49

SO = Standing order
TBP = Tanda Bukti Pencairan
PK2 = Perjanjian Kredit antara
Koperasi Budaya Prima dan anggota

Gambar 12: Bagan Alir Pinjaman Jangka Panjang (Lanjutan)


Sumber: Data diolah
Ketua
50

Gambar 13: Bagan Alir Pinjaman Jangka Panjang (Lanjutan)


Sumber: Data diolah

Puskoppen
51

PK1 = Perjanjian Kredit antara Koperasi Budaya Prima dan


Puskoppen
SPP = Surat Persetujuan Pinjaman
LPB = Laporan Pemeriksaan Badan
SPD = Surat Pencairan Dana

Gambar 14: Bagan Alir Pinjaman Jangka Panjang (Lanjutan)


Sumber: Data diolah
52

Bendahara Karyawan

Gambar 15: Bagan Alir Pinjaman Jangka Panjang (Lanjutan)


Sumber: Data diolah

4.3. Sistem Pengendalian Intern


4.3.1. Struktur Organisasi
Setiap fungsi dari struktur organisasi Koperasi Budaya Prima melakukan
pemisahan wewenang: 1) Ketua: bertanggung jawab mengotorisasi setiap
transaksi pinjaman; 2) Sekretaris: bertanggung jawab mengurusi setiap dokumen
yang diperlukan dalam perjanjian pinjaman dan juga melakukan analisis
pinjaman; 3) Bendahara: bertanggung jawab mengotorisasi keluar masuknya
uang; dan 4) Karyawan: yang bertanggung jawab untuk melakukan pembukuan
jurnal dari setiap transaksi yang timbul.

4.3.2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan


Setiap transaksi tidak akan pernah terjadi tanpa ada otorisasi dari
pihak/pejabat yang berwenang. Pada Koperasi Budaya Prima setiap perjanjian
53

pinjaman tidak akan terlaksana tanpa otorisasi dari Ketua dan Sekretaris. Untuk
pinjaman jangka panjang, perlu mendapat persetujuan dari Puskoppen.

4.3.3. Praktik yang Sehat


Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur
pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak
diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya.
Adapun cara-cara yang ditempuh oleh Koperasi Budaya Prima dalam
menciptakan praktik yang sehat terdiri dari dua:
1. Dari sisi intern
a. Semua dokumen mengenai pinjaman jangka pendek, pinjaman
jangka panjang, dan penjualan non tunai disusun dan disimpan
berdasarkan nama anggota masing-masing.
b. Semua dokumen sebagai timbulnya transaksi disusun berdasarkan
nomor urut tercetak.
c. Melakukan perputaran jabatan (job rotation) atau pergantian
pengurus setiap tiga tahun sekali saat Rapat Anggota Tahunan. Hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan.
d. Setiap tiga bulan sekali dilakukan pemeriksaan oleh Kepala Pengawas
Koperasi Budaya Prima.

2. Dari sisi ekstern


a. Untuk Anggota Luar Biasa tidak dapat mengajukan pinjaman
insidentil dan juga pinjaman jangka panjang dikarenakan anggota luar
biasa tidak memiliki agunan jaminan berupa SK Pensiunan yang
memiliki masa manfaat gaji.
b. Anggota Luar Biasa mesti memiliki rekening pada Bank Mandiri
sebagai syarat untuk melakukan transaksi penjualan non tunai.
Meskipun demikian apabila Anggota Luar Biasa tidak memiliki
rekening pada Bank Mandiri, pembayarannya dapat dilakukan dengan
transfer langsung ke rekening Koperasi Budaya Prima setiap bulannya.
c. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pinjaman insidentil
diberikan ketentuan persyaratan maksimum, yaitu 30% x manfaat gaji
pensiun x 12 bulan.
d. Sebelum pemberian dana pinjaman insidentil ataupun jangka panjang
diberikan, apabila anggota masih mempunyai kewajiban hutang lainnya
54

dengan koperasi, dimusyawarahkan terlebih dahulu apakah hutang


tersebut akan dilunasi atau tidak. Hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya penumpukan hutang anggota dan terhindar dari kredit macet.

4.3.4. Karyawan yang Mutunya Sesuai Tanggung Jawabnya


Koperasi Budaya Prima merupakan koperasi para pensiunan dari Bank Bumi
Daya. Begitu pun pengurusnya pastilah berasal dari pensiunan BBD sehingga
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih dalam mengurus masalah
kredit pada Koperasi Budaya Prima.

4.4. Analisis
Koperasi Budaya Prima bukanlah suatu unit koperasi besar yang di mana
membutuhkan banyak karyawan dalam mengelola usahanya. Meskipun demikian,
para pengurus Koperasi Budaya Prima mampu me-manage koperasi dengan
sangat baik. Hal itu dapat dibuktikan dengan terpilihnya Koperasi Budaya Prima
sebagai koperasi berprestasi se-Kota Bogor pada tahun 2008.

4.4.1. Sistem Akuntansi Kredit


Koperasi Budaya Prima menerapkan sistem akuntansi pada pemberian kredit
kepada anggota yang membutuhkan. Dilihat dari fungsi yang terkait masing-
masing memiliki tanggung jawab tersendiri. Dokumen yang digunakan telah
mampu menunjukkan keandalan bukti transaksi yang timbul untuk kemudian
diteruskan melakukan pembukuan. Sementara apabila dilihat dari sisi catatan
akuntansi, Koperasi Budaya Prima hanya menggunakan jurnal umum yang
kemudian diteruskan ke dalam buku besar. Prosedur penjualan non tunai,
pinjaman insidentil, dan jangka panjang telah menggambarkan fungsi, dokumen,
dan catatan akuntansi yang ada di Koperasi Budaya Prima.
4.4.2. Sistem Pengendalian Intern
Seperti halnya perusahaan besar ataupun unit organisasi lain, dalam
menjalankan unit usahanya yang terdiri dari: penjualan kebutuhan bahan pokok
(dalam kajian ini hanya membahas penjualan non tunai), pinjaman insidentil, dan
pinjaman jangka panjang, Koperasi Budaya Prima juga menerapkan sistem
pengendalian. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang
55

dilakukan baik dari sisi intern (misalkan terjadi kecurangan oleh pihak intern)
maupun ekstern (misalkan anggota yang meminjam dana kepada koperasi tidak
membayar kewajibannya atau kredit macet). Bentuk pengendalian yang
dilakukan oleh Koperasi Budaya Prima dapat dilihat di pembahasan sebelumnya.
Pada pinjaman jangka panjang, pinjaman insidentil dan penjualan non tunai,
untuk mencegah terjadinya kredit macet adalah memberikan ketentuan bahwa
setiap tanggal 25 dilakukan pemindahbukuan dari manfaat pensiun masing-
masing anggota yang berada di Bank Mandiri ke rekening Koperasi Budaya Prima
sebesar hutang yang ditanggungnya.

4.4.3. Keragaan Koperasi Budaya Prima


Pada tahun 2006 Koperasi Budaya Prima juga menyediakan jasa cleaning
service untuk Bank Mandiri Cabang Bogor. Namun saat ini usaha cleaning
service sudah tidak ada. Sehingga kegiatan dari Koperasi Budaya Prima hanya
bertumpu pada penjualan kebutuhan bahan pokok dan pemberian pinjaman.
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,
pada BAB VI mengenai Perangkat Organisasi Pasal 26 Ayat 1, bahwa Rapat
Anggota dilakukan paling sedikit sekali dalam satu tahun. Kemudian untuk
penilaian koperasi yang bagus menurut Deperindakop (Departemen Perindustrian
dan Koperasi) adalah Rapat Anggota diadakan dalam waktu paling lambat tiga
bulan sesudah tutup tahun buku. Sementara Koperasi Budaya Prima melakukan
Rapat Anggota minimal tiga tahun sekali yaitu pada saat pemilihan pengurus baru.

4.4.4. Umur Anggota


Koperasi Budaya Prima merupakan koperasi yang beranggotakan para
pensiunan Bank Bumi Daya. Risiko atas umur anggota yang lanjut usia menjadi
perhatian tersendiri. Apabila ada anggota berusia + 74 tahun ingin mengajukan
pinjaman jangka panjang, maka pihak koperasi tetap memberikannya dalam
jangka waktu yang diberikan bisa selama 60 bulan dengan syarat premi yang
ditanggung akan lebih besar. Risiko ini masih akan sangat berat meskipun jangka
waktu yang diberikan kurang dari 60 bulan. Jika kita telaah kembali pada
pembahasan analisis kredit (lihat kembali Tabel 2 halaman 44) di atas
56

menunjukkan untuk usia anggota yang lebih dari 74 tahun diberi poin analisis
sebesar nol. Hal ini menunjukkan akan semakin kecilnya nilai analisis yang
mengakibatkan anggota tersebut akan ditolak atau dipertimbangkan kembali
pengajuan kreditnya. Namun secara umum kondisi anggota dengan usia tersebut
tidak berpengaruh kepada penjualan non tunai dan pinjaman insidentil. Karena
jangka waktu sangat sebentar dan jumlah pinjamannya pun tidaklah besar.

4.4.5. Kebijakan Koperasi Budaya Prima


Tidak selamanya pengendalian atau prinsip-prinsip perkreditan seperti yang
telah dibahas sebelumnya dapat diterapkan Koperasi Budaya Prima. Koperasi
tentulah berbeda dengan bank yang di mana prosedur dan pengendalian
pemberian kredit sangat ketat. Seperti contoh, sebelum memberikan kredit
kepada nasabah, bank harus melakukan analisis kelayakan berdasarkan prinsip 5C
sehingga tidak semua nasabah dapat menerima kredit. Sedangkan di dalam
koperasi ini tidak seluruhnya berdasar pada 5C, di mana umumnya setiap anggota
koperasi akan mendapat kredit sesuai yang dibutuhkan. Hal ini berdasar jumlah
dana yang tersedia di koperasi masih cukup banyak dan pembayaran dari anggota
lancar karena secara otomatis akan dipotong dari gaji pensiun mereka. Dalam
kasus lain apabila anggota koperasi masih memiliki hutang yang harus dibayar ia
tidak dapat melakukan pinjaman lainnya. Namun kebijakan ini tidaklah baku jika
kebutuhan anggota tersebut sangatlah mendesak, seperti contoh ada anggota
koperasi atau keluarganya yang membutuhkan pengobatan. Dari hal di atas
menunjukkan bahwa Koperasi Budaya Prima sudah dapat meningkatkan
kesejahteraan anggota sesuai dengan tujuan dari koperasi secara umum.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan hasil kajian mengenai sistem pengajuan
pinjaman dan penjualan non tunai yang dilakukan oleh penulis di Koperasi
Budaya Prima, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan berikut ini:
1. Koperasi Budaya Prima telah memenuhi tujuan dari pembentukan koperasi
sendiri, yaitu untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan para anggota.
Koperasi Budaya Prima memberikan jasa pemberian kredit guna membantu
para anggota yang sedang kesulitan finansial. Ketentuan dan persyaratannya
pun tidaklah sulit sehingga hal ini benar-benar membantu anggota yang rata-
rata adalah para pensiunan Bank Bumi Daya.
2. Untuk koperasi kecil seperti Koperasi Budaya Prima sistem yang diterapkan
pada pemberian pinjaman dan penjualan kebutuhan bahan pokok sudah
dapat dikatakan baik. Masing-masing fungsi memiliki tugas dari setiap
prosedur unit usaha. Aliran dokumen ke setiap fungsi berjalan dengan baik
serta pengarsipan dokumen tersebut disesuaikan dengan nama anggota
masing-masing. Hal ini dapat mengurangi terjadinya kehilangan dokumen
sebagai bukti otentik timbulnya transaksi.
3. Sistem pengendalian intern pada Koperasi Budaya Prima terjalin dengan
baik. Untuk mengurangi risiko kredit macet, pembayaran pinjaman dan
penjualan dilakukan dengan pemindahbukuan manfaat pensiun anggota yang
berada di rekening Bank Mandiri ke rekening Koperasi Budaya Prima setiap
tanggal 25 bulan bersangkutan.
58

5.2. Saran
Berdasarkan pengamatan dan hasil kajian yang dilakukan oleh penulis di
Koperasi Budaya Prima, penulis memberikan beberapa saran demi kemajuan
Koperasi Budaya Prima di masa depan.
1. Sebaiknya Koperasi Budaya Prima memenuhi Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian, pada BAB VI mengenai Perangkat
Organisasi bahwa melaksanakan Rapat Anggota diadakan dalam waktu
paling lambat tiga bulan sesudah tutup tahun buku. Hal ini dapat
memengaruhi kriteria penilaian yang dilakukan oleh Deperindakop.
2. Setelah tidak lagi melakukan usaha jasa cleaning service, praktis usaha
Koperasi Budaya Prima hanya tergantung pada sektor penjualan bahan
pokok dan pemberian pinjaman. Sebaiknya Koperasi Budaya Prima
mengembangkan usaha baru dengan melakukan kerja sama dengan koperasi
atau pihak lain.
DAFTAR PUSTAKA

Bunyamin. 2009. Koperasi Simpan Pinjam Sebagai Solusi. http://cerita-


bunyamin.blogspot.com/2009/03/koperasi-simpan-pinjam-sebagai-solusi.html.
[22 Maret 2011]

Frensidy, Budi. 2007. Matematika Keuangan, Edisi 2. Jakarta: Salemba 4

Fuady, Munir. 2008. Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis di Era Global.
Bandung: PT Citra Aditya Bakti

Hadhikusuma, Sutantya Rahardja. 2000. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada

Hendrojogi. 2007. Koperasi: Asas-asas, Teori, dan Praktik. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 (Revisi 1998) Akuntansi


Perkoperasian

Sukandar, Entjep. 2010. Modul Kuliah: Bank dan Lembaga Keuangan. Bogor:
Direktorat Program Diploma IPB

Tim Dosen SIA. 2010. Sistem Informasi Akuntansi. Bogor: Direktorat Program
Diploma IPB

Tunggal, Widjaja Amin. 1995. Akuntansi Untuk Koperasi. Jakarta: PT Rineka


Cipta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang


Perkoperasian
LAMPIRAN
61

1. Penjualan Non Tunai


Lampiran 1: Nota Penjualan
62

2. Pinjaman Insidentil
Lampiran 2: Formulir Pengajuan Pinjaman Insidentil
63

3. Pinjaman Jangka Panjang


a. Lampiran 3: Surat Permohonan Pinjaman Jangka Panjang
64

b. Lampiran 4: Formulir Permohonan Kredit


65

c. Lampiran 5: Surat Persetujuan Suami/Istri/Ahli Waris


66

d. Lampiran 6: Surat Pengajuan Permohonan Pinjaman kepada Puskoppen


67

e. Lampiran 7: Laporan Pemeriksaan Badan


68
69
70
71
72

f. Lampiran 8: Surat Persetujuan Pinjaman dari Puskoppen


73

g. Lampiran 9: Perjanjian Kredit antara KBP dan Puskoppen


74
75
76
77

h. Lampiran 10: Perjanjian Kredit antara KBP dan Anggota


78
79
80
81

i. Lampiran 11: Surat Pencairan Dana


82

j. Lampiran 12: Tanda Bukti Pencairan


83

k. Lampiran 13: Standing order

Anda mungkin juga menyukai